net/publication/328981260
CITATIONS READS
0 79,660
1 author:
Nurfarhanah Nurfarhanah
Universitas Negeri Padang
37 PUBLICATIONS 36 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nurfarhanah Nurfarhanah on 16 November 2018.
Oleh:
Nurfarhanah/NIM: 1204385
B. Tokoh–tokoh Gestalt
1. Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran
psikologi Gestalt. Konsep pentingnya: Phi phenomenon, yaitu bergeraknya
objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan
dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan
interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi
obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan
proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil kesimpulan ia menentang
pendapat Wundt.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia
melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop,
yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke
dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang
dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian,
dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan
diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut
bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu
karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan
secara bergantian.
Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt
dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-
hukum itu antara lain:
a) Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
b) Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)
c) Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)
E. Implikasi Gestalt
a) Pendekatan fenomenologis : menjadi salah satu pendekatan yang eksis
di psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt
menunjukkan bahwa studi psikologi dapat mempelajari higher mental
process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap dapat
mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologi
memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah psikologi.
Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-1938), pendiri
fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah
seorang tokoh psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman
pada akhir pertengahan abad XIX. Kohler dan Koffka bersama
Wertheimer yang mendirikan psikologi Gestalt adalah juga murid
Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi sebagai metode untuk
menganalisis gejala psikologis.
Fenomenologi adalah deskripsi tentang data yang berusaha memahami
dan bukan menerangkan gejala-gejala. Fenomenologi kadang-kadang
dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk setiap ilmu
pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa
yang dialami secara langsung.
b) Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan
menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus
pada higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan
menjadi lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti
persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman
(dengan Teori Sign Learning) dan Kohler (eksperimen menggunakan
simpanse sebagai hewan coba).
1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung
dianggap sebagai suatu totalitas. Contohnya : Garis-garis di atas akan
terlihat sebagai tiga kelompok garis yang masing-masing terdiri dari dua
garis, ditambah dengan satu garis yang berdiri sendiri di sebelah kanan
sekali.
2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas
tersendiri. Contohnya:
Gambar garis-garis di atas akan dipersepsikan sebagai dua segi empat dan
garis yang berdiri sendiri di sebelah kiri, tidak dipersepsikan sebagai dua
pasang garis lagi setelah ada garis melintang yang hampir saling
menyambung di antara garis-garis tegak yang berdekatan.
3. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai
suatu kelompok atau suatu totalitas. Contohnya:
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan
mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai
deretan-deretan tegak.
4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek
yang ada. Contohnya: Pada gambar diatas, kita akan cenderung
mempersepsikan gambar sebagai dua garis lurus berpotongan, bukan
sebagai dua garis menyudut yang saling membelakangi.