Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

PSIKOLOGI GESTALT

Dosen Pengampu:

Deasy Christia Sera, S.Psi, M.Si

Penyusun :

Muhammad Rizqi Kurniawan (17090000002)

Vena Puspita Maharani (17090000009)

Agung Kurniawan (17090000015)

Velda Yolanda (17090000018)

Vincencia Pinky Darsono Putri (17090000028)

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

FAKULTAS PSIKOLOGI

2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses
pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengajaran adalah suatu proses aktivitas mengajar belajar, di dalamnya terdapat dua obyek
yang saling terlibat yaitu guru dan peserta didik.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya proses yang
panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan belajar menjadi lebih
baik dan efisien.
Teori belajar gestalt merupakan teori belajar yang di kembangkan oleh Max
Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai pendiri dari
Psikologi Gestalt, ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt Koffka (1886-1941)
dan Wolfgang Kohler (1887-1967).
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi.
Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian
adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya, keseluruhan
ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang
teman misalnya, dari kejauhan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang
baru atau pulpennya yang bagus, atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita
itu sebagai keseluruhan, sebagai Gestalt.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana pengertian Teori Gestalt ?
 Bagaimana teori yang dikemukakan oleh tokoh Psikologi Gestalt ?
 Bagaimana prinsip-prinsip dasar dari Teori Gestalt ?
 Bagaimana aplikasi dari Teori Gestalt ?
 Bagaimana implikasi dari Teori Gestalt ?

C. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian dari Teori Gestalt.
 Untuk mengetahui teori yang dikemukakan oleh tokoh Psikologi Gestalt.
 Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar dari Teori Gestalt.
 Untuk mengetahui aplikasi dari Teori Gestalt.
 Untuk mengetahui implikasi dari Teori Gestalt.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Gestalt

Teori Psikologi Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui
pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan
menjadi kesatuan.
Hal yang menjadi fokus dalam teori psikologi Gestalt adalah pengurangan dari usaha
membagi sensasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil dan berdiri sendiri-sendiri,
menjadi sebuah kesatuan yang utuh.
Tiga tokoh utama dari teori psikologi Gestalt adalah Kurt Koffka, Max Wertheimer, and
Wolfgang Köhler. Ketiga tokoh ini berpendapat bahwa manusia seringkali cenderung
mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Teori gestalt banyak dipakai dalam proses pembuatan sebuah desain dan dalam cabang seni
rupa lainnya. Hal ini terjadi sebab teori psikologi Gestalt banyak menjelaskan bagaimana persepsi
visual bisa terbentuk.

Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena:

1. Kedekatan posisi (proximity)


2. Kesamaan bentuk (similiarity)
3. Penutupan bentuk
4. Kesinambungan pola (continuity)
5. Kesamaan arah gerak (common fate)

Dalam aplikasinya terhadap proses belajar, teori psikologi Gestalt dimaknai sebagai sebuah
proses mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Data-data dalam
psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena atau gejala.
Manusia akan cenderung untuk mempersepsikan sebuah gejala dari rangkaian pola-pola
yang mirip sebagai sebuah kesamaan serta satu kesatuan yang utuh.
Hal ini linier dengan aplikasi teori psikologi Gestalt dalam pengaplikasiannya pada bidang
seni rupa dan desain yaitu tentang kedekatan posisi, kesamaan bentuk, penutupan bentuk,
kesinambungan pola, dan kesamaan arah gerak. Bedanya dalam teori belajar, implikasi dari teori
psikologi gestalt adalah pada fenomena-fenomena di sekitar.
Sebagai contoh adalah ketika kita melihat sebuah gejala yang sama dalam sebuah pola
interaksi dalam kelompok, memori kita akan mencari similaritas terhadap kesamaan bentuk dalam
hal ini pola interaksi individu dalam kelompok, kesamaan arah gerak seperti ekspresi ekspresi dan
reaksi, kesinambungan pola yang terjadi pada situasi serupa dengan pola-pola yang mirip dalam
pengalaman kita sebelumnya.
Dengan menggunakan teori belajar Gestalt dan pengaplikasiannya terhadap manajemen
konfilk dalam kelompok, pemahaman akan prinsip-prinsip dasar Gestalt akan membantu individu
dalam kelompok untuk mengantisipasi chaos yang tidak diperlukan berdasarkan proses
pembelajaran sebelumnya.
Salah satu manfaat dari teori psikologi Gestalt dalam implikasinya ke dalam hubungan
sosial dalam kelompok dan masyarakat adalah membantu kita untuk dapat melihat segala sesuatu
secara lebih terperinci dan detail pada tiap-tiap fenomena yang terjadi di sekitar kita untuk
kemudian memahaminya sebagai sebuah gambaran besar yang utuh. Ketika hal ini berhasil
dilakukan, kita akan lebih mudah dalam memahami gambaran sebuah situasi yang lebih besar,
bukan hanya fenomena yang berdiri sendiri-sendiri.

2.2 Teori dari Tokoh Psikologi Gestalt

2.2.1 Max Wertheimer

Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt.
Wertheimer lahir di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah
bimbingan Oswald Kulpe. Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia
melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang
berbentuk kotak dan diberi suatu lubang kecil untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam
kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut
diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan
diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak
ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak
bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian.

Konsep pentingnya dalam eksperimen tersebut adalah : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek
statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan
dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada
proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali
bukan proses fisik tetapi proses mental.

Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang
berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain :

1. Hukum Kedekatan (Law of Proximity)

Hukum ini menjelaskan segala sesuatu yang saling berdekatan baik dari segi waktu ataupun
tempat biasanya dianggap sebagai suatu keseluruhan.

2. Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)

Hukum ketertutupan menjelaskan segala sesuatu yang tertutup akan membentuk kesan
kesatuan tersendiri.

3. Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)


Hukum kesamaan menjelaskan segala sesuatu yang memiliki kesamaan antara satu
dengan lainnya, cenderung dipersepsikan sebagai suatu kesatuan dalam suatu kelompok.

2.2.2 Kurt Koffka

Adalah tokoh yang lahir pada tanggal 18 Maret 1886 di Berlin dan wafat di Northampton,
Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 22 November 1941. Ilmu yang diterapkan pada
psikologi adalah penyajian dalam pembelajaran secara sistematis, pengamalan dari prinsip-prinsip
gestalt yang meliputi rangkaian gejala psikologi seperti persepsi, belajar, mengingat serta psikologi
belajar dan psikologi belajar. Ia menerbitkan buku jilid pertama yang berjudul “contribution to
gestalt psychology” pada tahun 1923 yang berisi tentang prinsip-prinsip organisasi. Berikut adalah
prinsip-prinsip gestalt yang dikemukakan oleh koffka :

1. Jejak Ingatan (memory traces)


Inti teori ini adalah bahwa suatu pengalaman akan membekas pada bagian-bagian tertentu
di otak. Jejak ingatan yang ada akan diorganisasikan di dalam otak kemudian dimunculkan
kembali bila menjumpai hal yang serupa dengan ingatan saat itu.

2. Perubahan Waktu Tidak Akan Melumpuhkan Jejak Ingatan


Perubahan waktu yang ada cenderung lebih menyempurnakan ingatan agar dapat lebih
baik lagi.

3. Latihan Secara Terus-menerus

Latihan yang dilakukan secara rutin akan dapat meningkatkan ataupun memperkuat daya
ingat, seperti halnya untuk berkonsentrasi dalam membaca entah itu membaca buku atau koran.
Dengan memahami topik sebenarnya dari apa yang dibaca maka seseorang dapat berkonsentrasi
dengan baik dan dapat memperkuat daya ingatnya.

2.2.3 Wolfgang Kohler

 Biografi

Wolfgang Kohler seorang psikolog Jerman yang lahir pada tanggal 21 Januari 1887
di Tallin, Estonia. Dia menerima gelar Ph.D pada tahun 1908 dari University of Berlin.
Kemudian menjadi asisten di institute Psikologi Frankfrut, disanalah ia dipertemukan
dengan Max Wertheimer. Pada Tahun 1913 ia mendapat tugas belajar ke Antrhopoid
Station, Tenerief di kepulauan canary dan tinggal disana sampai 1920.

Pada tahun 1917 ia menulis buku paling terkenal yang berjudul


“Intelegenzprufungen An Menschenaffen” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
inggris pada tahun 1925 dengan judul “The Mentality of Apes”. Pada tahun 1922 Kohler
menjadi ketua dan direktur laboratorium psikologi di University of Berlin dan tinggal
disana sampai ia pensiun.

 Eksperimen
Wolfgang Kohler melakukan eksperimen melalui seekor Simpense. Dalam
eksperimennya, kohler ingin mengetahui bagaimana fungsi insight dapat membantu
memecahkan masalah dan membuktikan bahwa perilaku simpanse dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya tidak dengan stimulus dan respon atau trial and error saja, tetapi
juga karena adanya pemahaman terhadap suatu masalah dan bagaimana cara memecahkan
masalah tersebut.
Berikut eksperimen yang dilakukan oleh kohler terhadap Simpanse:
a. Eksperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sebuah sangkar dan didalam sangkar tersebut terdapat
sebatang tongkat. Diluar sangkar diletakkan sebuah pisang. Masalah yang dihadapi oleh
simpanse adalah bagaimana simpanse dapat mengambil pisang untuk dimakan. Pada
awalnya simpanse berusaha mengambil pisang tersebut, tetapi selalu gagal karena
tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang tersebut. Kemudian simpanse melihat
sebatang tongkat dan timbul pengertian untuk meraih pisang dengan menggunakan tongkat
tersebut. Begitu juga ketika ada dua tongkat, karena tidak dapat diraihnya pisang tersebut
dengan tongkat satu. Tiba-tiba muncul insight dalam diri simpanse dan menyambung dan
akhirnya berhasil.
b. Eksperimen II
Masalah yang dihadapi sekarang diubah, yakni pisang digantung diatas sangkar
sehingga simpanse tidak dapat meraih pisang tersebut. Disudut sangkar diletakkan sebuah
kotak yang kuat untuk dinaiki simpanse. Pada awalnya simpanse mau mengambil pisang,
akan tetapi berkali-kali gagal, ketika simpanse melihat kotak disudut sangkar, munculah
insight simpanse untuk bergegas mengambil kotak dan dinaikinya dan akhirnya ia dapat
mengambil pisang. Begitu juga ketika di dalam sangkar terdapat dua kotak kuat, dan saat
itu simpanse tidak bisa mengambil dengan satu kotak, maka simpanse mengambil kotak
tersebut untuk ditumpuk kemudian dinaiki dan akhirnya simpanse dapat mengambil pisang
tersebut.
Dari Eksperimen-eksperimen tersebut, kohler menyimpulkan dan menjelaskan bahwa
simpanse yang dipakai untuk percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total
dan saling menghubungkan antara semua hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya
sebelum muncul insight. Dari percobaan tersebut mampu menunjukkan simpanse dapat
memecahkan insightnya, dan ia akan mentransfer insight tersebut untuk memecahkan problem
lain yang dihadapinya. Gestalt berpendapat, bila seseorang atau suatu organisasi dihadapkan
pada suatu problem, tetapi kedudukan kognitif tidak seimbang sampai problem itu dipecahkan.
Menurut gestalt problem tersebut merupakan stimulus sampai didapat suatu pemecahannya.
Organisme atau individu akan selalu berfikir tentang suatu bahan agar dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya sebagai bentuk respon atas masalah tersebut.

2.3 Prinsip Dasar Teori Gestalt

Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz dan
6 Hukum Tambahan.

Hukum Pragnanz

Hukum Pragnanz adalah suatu prinsip yang menyatakan kecenderungan terhadap apapun
yang dipandang untuk menerima kemungkinan kondisi paling baik. Selain hukum pragnanz
terdapat 6 hukum lain yaitu : Hukum Keterdekatan (law of proximity) , Hukum Kesamaan (law of
similarity) , Hukum Penutupan (law of closure), Hukum simetri (law of symmetry), Hukum
Kontinuitas (law of continuity), dan Hukum Nasib Bersama (law of common fate).

1. Hukum Keterdekatan (law of proximity)

Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu
kesatuan.

2. Hukum Kesamaan (law of similarity)


Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok
atau suatu kesatuan.

3. Hukum Penutupan (law of closure)

Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan suatu kesatuan tersendiri.

4. Hukum simetri (law of symmetry)

Pemahaman yang timbul ketika kita melihat suatu objek yang sama bentuknya.

5. Hukum Kontinuitas (law of continuity)

Hal-hal yang cenderung dipresepsikan berkelanjutan, namun secara fisik tidak


berkelanjutan.

6. Hukum Nasib Bersama (law of common fate)

Hal-hal yang menghadap, menuju, atau bergerak kearah yang sama dipresepsikan menjadi
suatu kesatuan.

2.4 Aplikasi Prinsip Teori Gestalt

1. Belajar

Proses belajar adalah suatu fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, terjadi
reorganisasi dalam pembangunan konsep preseptual. Setelah proses belajar terjadi, seseorang akan
memiliki cara pandang baru terhadap suatu masalah. Aplikasi teori Gestalt dalam proses belajar
antara lain :
1) Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek atau
peristiwa.
2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas
makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
3) Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan
tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik
mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
4) Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5) Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat.

2. Insight

Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai
dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya pada
problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena
penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis. Timbulnya
insight pada individu tergantung pada :

 Kesanggupan : Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.


 Pengalaman : Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan
pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
 Taraf kompleksitas dari suatu situasi :Semakin kompleks masalah akan semakin sulit
diatasi
 Latihan : Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang
bersamaan
 Trial and Error : Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang
akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk
memecahkan masalah tersebut.

3. Memory

Hasil persepsi terhadap obyek akan meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya waktu, jejak
ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional terhadap obyek

2.5 Implikasi Teori Gestalt

Berdasarkan pembahasan tentang teori belajar menurut psikologi gestalt dalam proses
belajar dan pembelajaran maka implikasi teori belajar menurut psikologi gestalt dalam proses
belajar dan pembelajaran adalah dalam mengajari murid di kelas maka guru harus mengajari
muridnya pemecahan masalah dengan mencari solusi terbaik untuk memecahkan masalah yang
sedang dihadapinya. Misalnya pada pelajaran IPS tentang masalah-masalah sosial yaitu tentang
cara mengatasi pengangguran. Siswa-siswa diminta oleh guru untuk mengemukakan solusinya
untuk memecahkan masalah pengangguran. Siswa-siswa terus diberikan kesempatan untuk
memberikan solusi hingga ditemukannya solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan pengangguran.

Dengan dilatihnya siswa dalam memberikan solusi terhadap pemecahan masalah maka
siswa akan terbiasa untuk berpikir dalam memecahkan sesuatu hal. Dengan dilatihnya siswa dalam
kegiatan belajar yang melibatkan pemecahan masalah maka siswa akan terbiasa berpikir kritis.
Dengan terbiasanya siswa berpikir kritis maka kelak ketika siswa memiliki masalah dalam
kehidupan bermasyarakat maka siswa akan dapat memecahkan masalah tersebut. Jadi dalam
proses belajar dan pembelajaran di sekolah maka guru perlu melibatkan siswa dalam kegiatan
pemecahan masalah agar siswa dapat mencarikan solusi untuk menyelesaikannya.

DAFTAR PUSTAKA

https://ferdonan.wordpress.com/teori-belajar-gestalt/

http://anggundwi861.blogspot.com/2016/10/teori-kepribadian-aliran-gestalt.html

http://ki-stainsamarinda.blogspot.com/2013/04/teori-belajar-gestalt.html

http://teoribagus.com/teori-belajar-psikologi-gestalt

Anda mungkin juga menyukai