Anda di halaman 1dari 3

1.

Max Wertheimer (1880-1943)


Max Wertheimer adalah seorang psikolog Jerman yang dikenal sebagai salah satu
pelopor dari teori Gestalt. Ia lahir pada tanggal 15 April 1880 di Prancis, dan
meninggal pada tanggal 12 Oktober 1943 di Greenwich, Connecticut. Wertheimer
adalah psikolog Jerman yang memainkan peran penting dalam pengembangan teori
Gestalt, yang berfokus pada cara di mana individu menafsirkan pengalaman mereka
secara keseluruhan, melampaui pengertian yang berasal dari komponen-
komponennya. Ia juga mengembangkan pendekatan baru untuk penelitian tentang
proses mental, termasuk metode diskusi kelompok, di mana subjek diwawancara
tentang cara mereka memproses informasi. Wertheimer menciptakan teori yang
menekankan pentingnya kontekstualisasi dan pengalaman holistik dalam
pembelajaran dan pengalaman belajar. Ia mengajarkan bahwa struktur dan fungsi
dari pengalaman berperilaku lebih penting daripada komponen yang
membentuknya. Ia juga menekankan pentingnya pengamatan dan pengalaman
langsung dalam pemahaman kognitif manusia, dan mencoba untuk menggabungkan
banyak disiplin, termasuk psikologi, filsafat, dan sosiologi. Selain itu, ia juga
mengembangkan teori prinsip gestalt, yang menyatakan bahwa tiga prinsip utama
menentukan bagaimana kita menterjemahkan stimulus visual: keselarasan,
keseimbangan, dan hubungan. Teorinya juga menekankan bahwa kita dapat
menggunakan pengalaman masa lalu untuk memahami stimulus. Wertheimer
dikenal karena karyanya yang banyak membantu dalam memahami bagaimana kita
memproses informasi dan memahami dunia yang kompleks. Karya-karyanya adalah
dasar untuk pemahaman kita tentang cara kerja otak manusia.

2. Kurt Koffka (1886 -1941)


Kurt Koffka adalah salah satu pendiri teori Gestalt. Ia lahir di Prusia pada tahun 1886,
dibesarkkan di Jerman dan meninggal di Amerika Serikat pada tahun 1941. Dia
adalah seorang psikolog Jerman yang merupakan ahli terkemuka dalam teori Gestalt
dan, seorang profesor di University of Berlin. Dia menerima gelar Doktor di bidang
Psikologi di Universitas Berlin pada tahun 1909. Koffka juga berpartisipasi dalam
pengembangan teori Gestalt dengan Wolfgang Kohler dan Max Wertheimer. Koffka
menulis buku berjudul “Principles of Gestalt Psychology” yang diterbitkan pada
tahun 1935. Di dalam buku ini, ia menjelaskan bahwa cara manusia mengolah
informasi dalam pikiran mereka adalah dengan menyusunnya menjadi pola. Ia
menyatakan bahwa manusia memandang dunia sebagai serangkaian bentuk yang
saling terkait. Teori ini merupakan suatu cara untuk mengerti bagaimana orang
memproses informasi dan menyelesaikan masalah. Teori membahas pada
pemahaman tentang bagaimana orang menciptakan makna dari apa yang mereka
lihat, dengar, dan rasakan. Ia menekankan bahwa kita harus memandang
keseluruhan bentuk sebelum menyimpulkan sesuatu tentang bagian-bagian yang
terlibat dan, pentingnya sifat-sifat dasar pengalaman seperti kontras, keseimbangan,
dan harmoni. Koffka terkenal karena mempopulerkan istilah “gestalt” dan
memberikan gagasan yang menginspirasi banyak orang tentang cara pandang baru
tentang pengalaman kita. Koffka menekankan pentingnya menekankan pengalaman
visual dan sistematis dari organisasi visual, pentingnya konsep-konsep seperti
"wholeness" (keseluruhan), "figure and ground" (bentuk dan latar belakang), "good
form" (bentuk yang baik), "interference" (gangguan), dan "field" (medan). Teori
Gestalt telah menjadi salah satu prinsip psikologi yang paling penting dan
berpengaruh di abad ini.

3. Wolfgang (1887-1967)
Wolfgang Kohler (1887–1967) adalah salah satu pelopor dari Teori Gestalt. Dia
adalah seorang psikolog Jerman yang membuat kontribusi besar terhadap teori
psikologi dan membantu mengembangkan dan memperluas pendekatan Gestalt,
juga menulis buku yang sangat penting, yaitu The Mentality of Apes (1917), dan
menjadi terkenal karena hasil penelitiannya tentang perilaku primata. Kohler
memulai studinya di Universitas Berlin pada tahun 1906, di mana ia mulai
mengembangkan teorinya tentang Gestalt. Ia menyelidiki aspek psikologis yang
terkait dengan persepsi dan pembelajaran manusia. Ia juga menyelidiki bagaimana
manusia berinteraksi dengan lingkungan mereka dan bagaimana mereka
menggunakan pikiran mereka untuk memahami dunia, menekankan konsep bahwa
perilaku manusia berasal dari konsep-konsep yang lebih besar atau gestalts
(keutuhan). Dalam kerjanya, Kohler menyatakan pentingnya melihat psikologi
sebagai satu kesatuan, daripada menguraikannya ke dalam komponen yang lebih
kecil, bahwa individu dapat memahami dunia mereka melalui struktur dan pola yang
terkait dengan persepsi, pembelajaran, dan konsep yang lebih tinggi. Aktivitas
mental tidak harus dikontrol oleh proses mekanistik, melainkan dapat berkembang
melalui proses kreatif. Ia dikenal karena pemikirannya tentang pembelajaran dan
pemecahan masalah, yang membantu untuk membentuk teori Psikologi Gestalt. Dia
juga menjadi guru bagi generasi psikolog yang akan datang, termasuk Max
Wertheimer, Kurt Koffka, dan Kurt Lewin. Kohler meninggal pada tahun 1967, tetapi
pemikirannya masih dianggap sebagai salah satu pemikiran utama dalam Psikologi
Gestalt. Ia telah membantu membentuk bagaimana orang memahami konsep-
konsep seperti pembelajaran, persepsi, dan kognisi serta bagaimana mereka
menggunakan pikiran mereka untuk memahami dunia.

4. Kurt Lewin
Kurt Lewin adalah seorang tokoh pelopor pada bidang psikologi sosial. Dia lahir di
Prusia Barat (kini Jerman) pada tahun 1890 dan meninggal pada tahun 1947. Lewin
terkenal karena pemikirannya tentang konsep siklus perubahan, yang menekankan
pentingnya mengerti proses yang mendasari perilaku sosial. Dia juga dikenal sebagai
salah satu pendiri psikologi sosial modern, melalui studinya tentang dinamika
kelompok. Lewin menyatakan bahwa manusia ditentukan oleh lingkungannya dan
mempelajari bagaimana orang-orang berinteraksi dengan lingkungannya untuk
mencapai tujuannya. Dia juga menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh
tiga komponen utama: situasi yang ada, kekuatan yang ada, dan aksi yang diambil.
Lewin menyatakan bahwa untuk mengubah perilaku, maka orang harus mengubah
situasi dan kekuatan yang ada. Konsep siklus perubahan yang dikemukakan Lewin
menekankan pentingnya mengerti proses yang mendasari perubahan perilaku.
Untuk mengubah perilaku, maka orang harus mengidentifikasi dan mengubah situasi
dan kekuatan yang ada. Lewin menyebut proses ini sebagai “siklus perubahan”.
Lewin menyatakan bahwa orang dapat mengubah situasi dan kekuatan yang ada
dengan mengambil aksi yang tepat. Ini dapat menyebabkan perubahan perilaku yang
berkelanjutan. Lewin juga menyebut teori ini sebagai teori kelompok, yang
menekankan pentingnya mengerti proses yang mengatur interaksi antar anggota
kelompok. Lewin menyatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan kelompok, maka
anggota-anggotanya harus mengerti cara kerja kelompok dan memiliki pemahaman
yang komprehensif tentang proses yang mengatur interaksi antara anggotanya.
Karya-karya Lewin telah mempengaruhi berbagai bidang, termasuk psikologi,
manajemen, organisasi, dan banyak lagi. Konsep siklus perubahannya telah
digunakan dalam berbagai bidang untuk menjelaskan proses yang mendasari
perubahan perilaku dan dinamika kelompok. Tokoh pelopor ini telah mendefinisikan
cara pandang baru tentang bagaimana orang berinteraksi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Lewin mengembangkan konsep siklus perubahan dalam teori
kelompok. Ia menyarankan bahwa perubahan perilaku dalam kelompok berdasarkan
tiga faktor: konflik, kohesi, dan konformitas. Konflik mengacu pada hambatan yang
mencegah kelompok untuk mencapai tujuannya. Kohesi adalah kemampuan
kelompok untuk tetap berada dalam satu arah untuk mencapai tujuan. Konformitas
adalah kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan norma dan standar
kelompok. Lewin berpendapat bahwa kelompok yang efektif adalah yang mampu
menyeimbangkan ketiga faktor ini. Lewin juga dikenal karena teori motivasi, yang
menyatakan bahwa orang diarahkan untuk bertindak berdasarkan kebutuhan. Ia
mengembangkan teori tiga komponen yang menjelaskan motivasi. Komponen utama
adalah motivasi intrinsik (motivasi yang berasal dari dalam diri) dan motivasi
ekstrinsik (motivasi yang berasal dari luar). Komponen lain adalah antar pribadi, yang
merujuk pada bagaimana orang bereaksi terhadap orang lain dalam kelompok.

Anda mungkin juga menyukai