Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah

1.2. Rumusan Masalah


1) Tokoh-tokoh Teori Gestalt.
2) Penerus Teori Gestalt.
3) Karakteristik Psikologi Gestalt.
4) Aplikasi Prinsip Gestalt.
5) Kelebihan dan Kekurangan Teori Gestalt.

1.3. Tujuan
1) Mengetahui Tokoh-tokoh Teori Gestalt.
2) Mengetahui Penerus Teori Gestalt.
3) Mengetahui Karakteristik Psikologi Gestalt.
4) Mengetahui Aplikasi Prinsip Gestalt.
5) Mengetahui Kelebihan dan kekurangan Teori Gestalt.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tokoh-tokoh Teori Gestalt
1. Max Weirtheimer

Wertheimer lahir di Prague, Jerman pada tahun 1880-an ia mengambil hukum dan
filsafat di Universitas of Christian von Ehrenfels, seorang ahli filsafat dan psikologi yang
memiliki pandangan bahwa perepsi tidak sekadar penjumlahan dari elemen-elemennya, yang
kemudian berpengaruh pada teorinya mengenai psikologi Gestalt (Madsen, 1988). Gelar
doktornya diperoleh di University of Wurzbury pada tahun 1904 dibawah bimbingan Osward
kulpe dengan disertasi mengenai deteksi kebohongan, dan gelar profesornya diperoleh pada
tahun 1929.

Max Wertheimer adalah tookoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi
Gestalt. Konsep pentingnya: Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi
rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan
demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Wertheimer menunjuk pada
proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama
sekali bukan proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil kesimpulan ia menentang
pendapat Wundt.

Ide Wertheimer mengenai psikologi Gestalt muncul pertama kali dalam perjalanannya
ke Rhineline dari Vienna untuk berlibur dengan menggunakan kereta api. Dalam
perjalanannya, ia mengamati benda seperti tiang telepon dan gunung, yang seakan-akan
bergerak padahal pada kenyataannya tidak bergerak. Dia berpikir bahwa persepsi itu
terstruktur demikian rupa, dan berbeda dengan sensasi yang lebih bersifat elementer. Oleh
karena itu, fokus pada sensasi seperti strukturalisme dan behaviorisme (moleculer approach)
dianggapnya kurang tepat untuk mempelajari kesadaran. Ia kemudian meneliti kesadaran
dengan pendekatan menyeluruh atau (holistic-molar approach).

Dalam eksperimennya, Wertheimer menggunakan Tachistoscope, alat yang


dapat menampilkan suatu cahaya dalam jangka waktu tertentu. Dengan benda tersebut,
Wertheimer memproyeksikan cahaya melalui dua celah. Awalnya cahaya di tunjukkan satu
celah, kemudian sekitar 200 milidetik, baru cahaya tersebut ditunjukkan pada celah lain. Pada

2
saat itu yang tampak adalah dua titik cahaya yang bergerak dari satu titik ke titik lainnya.
Namun ketika Wertheimer mempercepat interval waktu antara satu celah dengan celah
lainnya menjadi sekitar 60 milidetik, yang tampak bukan lagi dua titik cahaya tapi satu garis
cahaya yang menghubungkan kedua titik tersebut. Fenomena ini kemudian dinamakan Phi
Phenomenon dan ditulis dalam sebuah artikel dengan judul Experimental Studies of the
Perseption of Movement yang menandai munculnya psikologi Gestalt.

Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestlat dalam bukunya


yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain:

a) Hukum kedekatan (Law of Proximity)


b) Hukum Ketertutupan (Law of Closure)
c) Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)

2. Wolfgang Kohler (1887-1967)

Kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887 di Reval, Estonia. Gelar Ph.D diperoleh di
university of Berlin pada tahun 1909. Disertasinya di supervisi langsung oleh Carl strump.
Kohler kemudian bekerja di university of Frankfurt dan pernah dan jadi professor di
university of Gottingen. Pada tahun 1922, ia kemudian menjadi direktur Psychology Institute
di university of Berlin. Kohler pernah bekerja sama dengan Wertheimer dan Koffka di
university of Frankfurt dalam mengembangkan psikologi Gestalt.

Ia lebih tertarik untuk mengamati bagaimana simpanse memecahkan suatu masalah.


Dalam penelitiannya, ia menempatkan seekor simpanse bernama Nueva dalam sebuah
kandang yang disimpan tongkat kayu, serta tidak jauh dari kandang tersebut ditempatkan
buah-buahan. Walaupun awalnya kesulitan dalam mengambil buah-buahan tersebut, namun
Nueva akhirnya menjangkau makanan tersebut dengan menggunakan tongkat kayu.
Menurutnya, simpanse memiliki kecerdasan lebih dari apa yang dipikirkan manusia dan
mampu memecahkan masalah seperti halnya manusia. Hasil penelitiannya terhadap simpanse
tersebut di tulisnya dalam The Mentality of Apes pada tahun 1917.

3. Kurt Koffffka (1886-1941)

Kurt Koffka dialahirkan pada tanggal 18 Maret 1886 di Berlin, Jerman. Seperti
Wertheimer, Koffka pun memiliki minat keilmuan yang beragam. Gelar Ph.D diperolehnya
pada tahun 1909 di university of Berlin dibawah supervisi Carl Strumpf.

3
Pada tahun 1911 sampai 1924 ia mengajar dan menjadi professor di university of
Giessen. Pada tahun 1922, ia menu;is artikel yang berjudul Perception: An Introducthas on to
Gestalt Theory dan dipublkasikan di jurnal Amerika Psychological Bulletin, membahas
persepsi tapi berpemgaruh besar pada penyebaran ide psikologi Gestalt di Amerika. Pada
tahun 1924, ia menulis buku yang berjudul The Growth of The Mind: An Introduction to
Child Psychology, Koffka ingin mengembangkan psikologi Gestalt dalam memahami
perkembangan psikologi anak.

2.2. Penerus Teori Gestalt

1. Wolfgang Meyzger (1899-1979)

Metzger dilahirkan di Heidelber Jerman pafa tanggal 22 Juli 1899, dan meninggal
pada tanggal 20 Desember 1979. Ia merupakan tokoh psikologi Gestalt yang sangat penting
di Jerman. Metzger pernah belajar langsung mengenai psikologi Gestalt dari Wertheimer,
Kohler, dan Koffka di University of Berlin. Beberapa karay Metzger antara lain Reality-
What Does it Mean? (1969), Can the Subject Create His World (1974), Psychology: The
Development of it’s Fundamental Assumptions Since the Introduction of the Experiment
(1941).

Metzger dikenal dengan eksperimennya mengenai Ganzfeld Effect, yaitu deprivasi


persepsi yang muncul akibat terpapar pada stimulus homogeny dan tidak terstruktur. Metzger
berulang kali menyebutkan bahwa hukum Gestalt tersebut merupakan hukum alam yang juga
di miliki oleh binatang. Hasil pengamatannya yang mendukung kesimpulan tersebut: terdapat
beberapa persepsi yang tidak ada kaitannya dengan objek persepsi; ada beberapa objek
persepsi yang tidak terlihat walaupun ada persis di hadapan mata dan beberapa objek terlihat
berbeda di banding aslinya.

2. Kurt Lewin (1890-1947)

Lewin dilahirkan di Mogilno Jerman pada tahun 1890. Lewin pernah belajar ilmu
kedokteran di University of Freiburg, dan kemudian belajar ilmu biologi di University of
Munich. Awalnya Lewin tertarik dengan behaviorisme, tapi kemudian menggeluti psikologi
Gestat dan membuat Teori Medan (Field Theory). Pada tahun 1929, Lewin
mempresentasikan teori Medan di international Congress of Psychology di Yale, Amerika
serikat.

4
a). Teori Medan

Lewin terkenal dengan teori medan (Field Theory. Dalam menjelaskan perilaku dan
psikologi manusia, sebagai koreksi terhadap pandangan sebelumnya cenderung
imdividualistis dan terpaku pada spek-aspek intra-psikis, proses belajar, ataupun
psikobiologis (Viney & King, 2003), Lewin justru memperhatikan pengaruh konteks tempat
terjadi suatu perilaku, baik secar fisik maupun sosial (Schultz & Schultz, 2011), aktifitas
psikologi manusia pun terjadi dalam medan psikologis tertentu, yang kemudian disebut
dengan life space. Menurut Lewin, setiap orang memiliki life space nya masing-masing.

Dari berbagai hal yang memengaruhi manusia tersebut, ada yang disebut dengan
psychological facts. Tersebut yaitu hal-hal yang masuk ke klesadaran manusia bisa berupa
hal-hal yang terjadi pada diri seseorang seperti lapar, sakit, takut; hal-hal yang ada di luar diri
seperti orang lain, benda-benda, binatang. Menurut Lewin, suatu fakta hanya akan
memengaruhi pikiran dan perilaku seseorang, jika fakta tersebut hadir dalam kesadarannya
saat itu. Jika tidak, maka fakta itu tidak akan berpengaruh apa-apa.

Life spacebukanlah suatu yang statis, akan tetapi bersifat dinamis bisa berubah dari
suatu waktu ke waktu. Menurut Lewin, objek-objek pada life space itu bisa memiliki valensi
positif dan negative. Diakatakan memiliki valensi positif, jika objek tersebut memiliki
kualiitas menarik, sedangkan objek yang tidak diinginkan disebut dengan valensi negative.
Dalam life space, kadang terdapat dua objek yang sama-sama memiliki valensi positif atau
valensinya bertentangan sehingga menimbulkan konflik. Ada beberapa jenis konflik yang
kemudian muncul, yaitu approach-approach conflict, approach-avoidance conflict, dan
avoidance-avoidance conflict. Approach-approach conflict, yaitu ketika harus memilih salah
satu dari dua objek atau tujuan yang memiliki valensi positif. Approach-avoidance conflict,
yaitu dihadapkan pad suatu objek ataupun tujuan yang memili valensi positif dan negative
sekaligus. Avoidance-avoidance conflict, yaitu ketika harus menghindarkan diri dari salah
satu dari dua objek ataupun tujuan yang memiliki valensi negative.

b). Motivasi

Tidak berbeda dengan teori psikologi Gestalt lainnya, Lewin ppun mempunyai
pandangan bahwa keseimbangan psikologis merupakan hal yang penting. Lewin mempunyai
pandagan bahwa kebutuhan biologis dan psikologis yang tidak terpenuhi akan menyebabkan
ketegangan, dan ketegangan inilah yang mendrong atau memotivasi manusia untuk bertindak

5
dalam rangka mengurangi ketegangan tersebut. Jadi, motivasi itu bersumber dari kebuthan
biologis dan psikologis yang tidak terpenuhi, maka itu otomatis tidak terjadi.

Salah satu penelitian mengenai motivasi adalah Eksperimen Bluma Zeigarnik yang di
supervisi langsung oleh Lewin. Penelitian ini berupaya menguji hipotesisnya mengenal
motivasi yaitu: a) keteganga akan muncul jika partisipan akan diberi tugas; b) ketika tugas
berhasil di selesaikan, maka ketegangan tersebut akan hilang dengan sendirinya; c)
ketegangan akan semakin besar jika tugas tidak berhasil diselesaikan sehingga tugas tersebut
akan semakin mudah diingat.

2.3. Karakteristik Psikologi Gestalt


Psikologi Gestalt memiliki perbedaan pandangan terhadap teori yang lain. Teori ini lebih
mementingkan pada struktur kesadaran yang lingkungan dan proses kognitif merupakan salah
satu terpengaruhnya kesadaran seseorang serta proses memahami manusia.
Dari uraian singkat tentang tokoh pengembang teori Gestalt di atas, ada beberapa
karakteristik dari teori Gestalt itu sendiri, yaitu:
1. Mempunyai hukum keterdekatan, hukum ketertutupan, dan hukum kesamaan.
Hukum menurut Wertheirmer tahun 1923, dalam bukunya Investigation of gestalt
theory:
a) Hukum keterdekatan (Law of Proximity)
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung di anggap
sebagai suatu totalitas.
b) Hukum ketertutupan (Law of Closure)
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
c) Hukum kesamaan (Law of Equivalence)
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kelompok atau suatu totalitas.
2. Proses pembelajaran secara terus-menerus dapat memperkuat jejak ingatan peserta
didik. Menurut pandangan teori ini, belajar akan semakin efektif jika materi yang
akan dipelajari itu mengandung makna, yaitu jika disusun dan disajikan dengan cara
memberi kemungkinan peserta didik untuk mengerti apa-apa yang sebelumnya dan
menganalisis hubungan satu dengan yang lain
Adanya pemahaman belajar Insight, yaitu pemahaman terhadap hubungan antar bagian di
dalam situasi permasalahan dan menganggap itu adalah inti dari pembentukan tingkah laku.

6
2.4. Aplikasi Prinsip Gestalt

1. Belajar
Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar,
terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses belajar terjadi, seseorang dapat
memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem. Aplikasi teori Gestalt dalam proses
pembelajaran antara lain:
a) Pengalaman tilikan (insight): bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
b) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning): kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
c) Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan
tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik
mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan
sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d) Prinsip ruang hidup (life space): bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e) Transfer dalam Belajar: yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsipprinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsipprinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

2. Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian berbagai
dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu mampu menerapkannya
pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-error lagi. Konsep insight ini adalah

7
fenomena penting dalam belajar, ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya insight pada individu tergantung pada:
a. Kesanggupan, kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b. Pengalaman Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan
pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d. Latihan Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi yang
bersamaan
e. Trial and Error Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan
melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan
masalah tersebut.
3. Memori Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya
waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional
terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara
eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.
Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai
suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan
dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui
faktanya.

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Gestalt


1) Kelebihan

a) Teori ini lebih melihat manusia sebagai seorang individu yang memiliki keunikan,
dimana mereka harus berhubungan dengan lingkungan yang ada disekitar mereka.
Dengan teori Gestalt yang lebih menekankan akan pentingnya pengertian dalam
mempelajari sesuatu, maka akan lebih berhasil dalam mencapai kematangan dalam
proses belajar.
b) Inti pembelajaran adalah mendapatkan “insight” artinya: dimengertinya persoalan,
dimengertinya hubungan tertentu, antara berbagai unsur dalam situasi tertentu, hingga
hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan kemampuan memecahkan masalah.
c) Melihat proses perkembangan sebagai proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi
itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder.

8
d) Aliran Neo-Gestalt, yang bentuk nyatanya salah satu adalah aliran psikologi medan
(yang dirintis oleh Kurt Lewin) terhadap proses diferensiasi itu masih menambahkan
lagi proses stratifikasi. Sruktur pribadi digambarkan sebagai terdiri dari lapisan-
lapisan (strata), lapisan-lapisan itu makin lama makin bertambah.
e) Inti pelajaran menurut ini adalah mendapatkan “insight” artinya: dimengertinya
persoalan, dimengertinya hubungan tertentu, antara berbagai unsur dalam situasi
tertentu, hingga hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan kemampuan
memecahkan masalah, bukan mengulang-ulang bahan yang dipelajari. Dalam
penerapan pada metode membaca Gestalt memiliki kelebihan banyak sekali
dibandingkan dengan metode mengeja diantaranya murid belajar secara alamiah,
menarik, sesuai dengan tingkat perkembangannya, mudah memahami isi dan murid
lebih cepat bisa membaca.

2) Kekurangan
a) Karena menurut Gestalt sesuatu yang dipelajari dimulai dari keseluruhan, maka
dikawatirkan akan menimbulkan kesulitan dalam proses belajar, sebab beban yang
harus ditanggung sangatlah banyak.
b) Pemecahan masalah sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat
situasi dengan tepat maka masalah dapat dipecahkan.
c) Pemecahan masalah sangat tergantung kepada pengamatan, apabila dapat melihat
situasi dengan tepat maka masalah “pencerahan” dan dapat memecahkan masalah itu.
Dan apabila tidak bisa melihat situasi dengan tepat maka yang akan terjadi adalah
ketidakmampuan memecahkan masalah.
d) Bersifat holistik, molar, subyektif, kognitif , dan fenomenologis.
e) Psikologi gestalt tergolong nativistik, ia menekankan kemampuan dalam menjelaskan
masalah belajar dan persepsi.

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.

3.2. Saran.
Kelebihan teori belajar Gestalt hendaknya ditingkatkan, seperti murid belajar
secara alamiah, menarik, sesuai dengan tingkat perkembangannya, mudah memahami
isi dan murid lebih cepat bisa membaca dengan mengeja.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Agus Abdul. 2018. Sejarah Psikologi. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito W. 2000. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi.


Jakarta: PT Bulan dan Bintang.

11

Anda mungkin juga menyukai