Anda di halaman 1dari 6

Psikologi Humanistik

A. Awal Perkembangan Psikologi Humanistik


 Pada awal 1960-an, kurang dari dua dekade sebelum hari jadi ke- 100 tahun berdirinya
psikologi formal, apa yang disebut sebagai kekuatan ke 3 mulai terbentuk di dalam
psikologi yaitu psikologi humanistik. Psikologi humanistik lahir dengan harapan dapat
melengkapi kedua kekuatan utama dalam psikologi : berhaviorisme dan psikoanalisis.
 Akar pemikiran psikologi humanistik adalah dari kalangan eksistensialisme yang
berkembang pada abad pertengahan
 Penekanan Dalam Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik menekan pada kekuatan-kekuatan dan aspirasi manusia yang
meliputi:
a. Pengalam sadar
b. Kehendak bebas
c. Pemenuhan potensi manusia
d. Keyakinan pada hakikat manusia

B. Pengertian Psikologi Humanistik


 Umum
Psikologi humanistik adalah salah satu pendektan atau aliran psikologi yang menekankan
kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan untuk pulih kembali
setelah mengalami kebahagiaan , serta keberhasilan merealisasikan potensi manusia.
 Abraham Maslow
Dalam psikologi humanistik Maslow berpendapat bahwa setiap orang memiliki
kecenderungan bawaan kepada aktualisasi diri. Humanistik Maslow memfokuskan pada
kebutuhan psikologis tentang potensi yang dimiliki manusia.

C. Teori Humanistik Menurut Para Ahli


 CARL ROGERS
 Pertumbuhan, Kontrol dalam Diri, dan Eksperiencing Person
Menurut Rogers, manusia cenderung berkembang ke arah positif, kecuali mengalami
rintangan. Menurut Rogers, orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang
memiliki konsep luas dan mampu memahami serta menerima berbagai perasaan dan
pengalaman. Ketidakmampuan menerima aspek diri sendiri adalah penghalang
pertumbuhan pribadi.
 Menjadi Diri Sendiri
Menurut Rogers, kecemasan dan konflik dalam diri seringkali muncul saat kita memakai
topeng dan berusaha mengikuti harapan orang lain. Rogers mendesak agar kita mengenali
perasaan kita, kemudian menggunakan standar etis untuk bertanggung jawab.
 ROLLO MAY
 Kecemasan, Ancaman, dan Ketidakberdayaan
May menjembatani jurang antara pendekatan kepribadian ekstensial dan humanistik. Meski
ia menitikberatkan pada kecemasan yang mengikuti setiap usaha untuk menjalani hidup
seutuhnya. May melihat perjalanan hidup manusia sebagai sesuatu yang mulia dan
bermartabat. Manusia harus berjuang untuk menjadi bermartabat.
 VICTOR FRANKL
 Pilihan Pribadi
Victor Frankl berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa
yang terbaik untuknya dan apa yang harus dilakukannya tanpa harus dikendalika masa
lalunya. Manusia memiliki keinginan dan kemampuan mencari makna atas segala hal yang
terjadi dalam hidupnya.
Apabila orang memilih untuk tumbuh berkembang, tuntutan dari sesuatu yang tidak
diketahui dapat menimbulkan kecemasan, tetapi kecemasan tersebut tidak membuat
seseorang mencapai kemenangan dan pemenuhan diri.
 ABRAHAM MASLOW
 Aktualisasi Diri
Teori Maslow berdasarkan pada anggapan bahwa setiap individu memiliki dua hal di dalam
dirinya:
- Adanya usaha yang positif untuk berkembang
- Adanya kekuatan untuk melawan atau memberi penolakan terhadap perkembangan
itu.
Maslow menyatakan bahwa manusia bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan yang
sifatnya hierarkis. Adanya rasa takut pada diri masing – masing individu sekaligus juga
adanya dorongan untuk menjadi lebih maju dan memaksimalkan potensinya, percaya diri
menghadapi dunia luar dan juga bisa menerima dirinya sendiri.

D. Ciri Psikologi yang Berorientasi Humanistik


a. Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada
pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b. Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri,
sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
c. Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan
dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
d. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan
martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap
individu (Misiak dan Sexton, 1988).

E. Teori Humanistik Abraham Maslow


Abraham Maslow sebagai bapak psikologi humanistik yang mengadakan teori
komprehensif yang menjelaskan bahwa orientasi humanistik memiliki pengaruh besar terhadap
pemikiran modern perilaku manusia.
Teori Maslow berdasar anggapan bahwa setiap individu memiliki dua hal dalam dirinya :
 Adanya usaha positif untuk berkembang
 Adanya kekuatan untuk melawan /menolak perkembangan.
Hierarki Kebutuhan Maslow
 Tingkatan pertama
Kebutuhan Fisiologis yaitu kebutuhan paling dasar yang pertama kali harus dipenuhi
Contoh : makananan,udara,tempat tinggal,air,tidur,dll
 Tingkatan kedua
Kebutuhan keamananAkan muncul apabila kebutuhan tingkat pertama telah dipenuhi.
Contoh : kemanan pribadi,ketertiban,bebas dari ancaman bahaya
 Tingkatan ketiga
Kebutuhan kasih sayang/cinta, kebutuhan ini akan mendorong individu untuk menjalin
hubungan secara afektif dan emosional dengan individu lainnya.
Contoh : perasaan diterima,kasih sayang
 Tingkatan ke empat
Kebutuhan akan penghargaan, berkaitan dengan harga diri.
Contoh : prestise dan perasaan pencapaian.
 Tingkatan tertinggi
Kebutuhan akan aktualisasi diri. Perkembangan penuh kemampuan seseorang dan realisasi
potensi seseorang. Ditandai dengan adanya keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan
menerima sepenuhnya apa yang ada pada diri mereka.

Teori tambahan Abraham Maslow

Maslow mengidentifikasikan tiga kategori kebutuhan lainnya, yaitu kebutuhan estetika,


kognitif, dan neurotik. Terpenuhinya kebutuhan estetika dan kognitif sejalan dengan tercapainya
kesehatan psikologis. Sedangkan kebutuhan neurotik mengarah pada munculnya hal – hal
patologis.

 Kebutuhan estetika
Kebutuhan estetika tidak bersifat universal karena hanya segelintir orang dalam
setiap budaya termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan pengalaman yang
menyenangkan secara estetis. Orang dengan kebutuhan estetika kuat menginginkan
lingkungan sekeliling yang indah dan teratur. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi,
mereka akan menjadi sakit karena kebutuhannya terhambat.
 Kebutuhan kognitif
Sebagian besar orang memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu, memecahkan
misteri, memahami sesuatu, dan menyelidiki sesuatu.
Maslow (1970) menyatakan bahwa keinginan – keinginan pada kalimat
sebelumnya merupakan kebutuhan kognitif. Maslow percaya bahwa pribadi yang sehat
ingin tahu lebih banyak, berhipotesis sesuatu, berteori sesuatu, memecahkan misteri atau
menemukan bagaimana sesuatu bekerja hanya demi kepuasan mengetahui.
 Kebutuhan Neurotik
Kebutuhan ini memupuk gaya hidup yang tidak sehat dan tidak adanya keinginan
untuk memperoleh aktualisasi diri. Kebutuhan ini bersifat reaktif, yaitu kebutuhan ini
berperan sebagai kompensasi atas kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi.
Kebutuhan neurotik berbeda dengan kebutuhan hierarkis karena kepuasan
kebutuhan neurotik tidak membuat seseorang menjadi sehat.
Misal, orang yang berkebutuhan neurotiknya dengan ciri haus akan kekuasaan,
tidak membuat neurotiknya menjadi reda dan jenuh. Contoh lainnya, berapapun makanan
yang disediakan, “dia” masih tetap lapar (karena “dia” melihat makanan lain)

F. Teori Carl Rogers


Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago,
anak keempat dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers.
Carl lebih dekat dengan ibu daripada ayahnya yang selama bertahun-tahun awal kanak-kanaknya,
sering kali jauh dari rumah karena pekerjaannya sebagai insinyur sipil. Walter dan Julia sama-
sama religius, membuat Carl tertarik pada Alkitab sehingga dia rajin membacanya di samping
buku-buku lain juga meskipun waktu itu dia masih belum sekolah.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi
masalah-masalah kehidupannya.
Teori Humanisme menurut Carl Rogers lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Humanisme tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan
dibimbing oleh keinginan pribadi yang dihubungkan terhadap pengalaman mereka sendiri. Teori
Carl Rogers didasarkan pada suatu “daya hidup” yang disebut kecenderungan aktualisasi.
Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri
makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin (Rennie,
D. L., 2008).

Pokok utama Teori Rogers

1. Struktur Kepribadian (Self)


Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian, Sejak awal
Rogers mengurusi cara bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak
menekankan aspek struktural kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya
mengenai hakekat pribadi, diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasa penting dalam
teorinya yitu Self, organisme dan medan fenomena.
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat
dikatakan self merupakan struktur kepribadian yang sebenarnya. Self atau konsep self
adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan terorganisir tersusun dari persepsi ciri-ciri
tentang “I” atau “me” (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan persepsi
hubungan “I” atau “me” dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan.
Carl Rogers mendeskripsikan the self atau self-structure sebagai sebuah konstruk
yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2
yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara
Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau
apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Makhluk hidup, Organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial
terdapat dalam kesadar setiap saat
Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang
hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
2. Dinamika kepribadian
Menurut roger organisme memiliki satu motivasi utama yaitu kecenderungan
untuk aktualisasi diri dan tujuan utama hidup manusia adalah untuk menjadi manusia
yang bisa mengaktualisasikan diri. Pada dasarnya manusia memiliki dua kebutuhan
utama yaitu kebutuhan untuk penghargaan positif baik dari orang lain maupun dari diri
sendiri.
Rogers percaya, manusia memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk
mengaktualisasi diri. Kecendeurngan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang
dimiliki dan mencapai tahap “human-beingness” yang setinggi-tingginya. Kita
ditakdirkan untuk berkembang dengan cara-cara yang berbeda sesuai dengan kepribadian
kita. Proses penilaian (valuing process) bawah sadar memandu kita menuju perilaku
yang membantu kita mencapai potensi yang kita miliki.
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang
diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi,
makin luas, makin otonom, dan makin matang dalam bersosialisasi.
Untuk bergerak ke arah mendapatkan tujuannya manusia harus mampu untuk
membedakan antara perilaku yang progresif yaitu perilaku yang mengarahkan pada
aktualisasi diri dan perilaku yang regresif yaitu perilaku yang menghalangi pada
tercapainya aktualisasi diri. Dan memang dorongan utama manusia adalah untuk
progresif dan menuju aktualisasi diri.
3. Perkembangan Kepribadian
Rogers tidak memfokuskan diri untuk mempelajari “tahap” pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian, namun dia lebih tertarik untuk meneliti dengan cara yang lain
yaitu dengan bagaimana evaluasi dapat menuntun untuk membedakan antara pengalaman
dan apa yang orang persepsikan tentang pengalaman itu sendiri.
Contoh sederhananya : seorang gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia
seorang gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona dengan
kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi insinyur
mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis tersebut sangat
tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang diperutukan laki-
laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia memutuskan bahwa dia
adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti keinginan orang tuanya. Dia
berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau mungkin dia memutuskan bahwa
dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.
Beberapa pilihan sebelumnya akan mengubah realitas seorang anak karena ia
tidak buruk dan orangtuanya sangat menyukai dia dan dia ingin menjadi insinyur. Self
image dia akan keluar dari tahapan pengalaman aktualnya. Rogers berkata jika gadis
tersebut menyangkal nilai-nilai kebenarannya dengan membuat pilihan yang ketiga –
menyerah dari ketertarikannya – dan jika ia meneruskan sesuatu sebagai nilai yang di
tolak oleh orang lain, dirinya akan berakhir dengan melawan dirinya sendiri. Dia akan
merasa seolah-olah dirinya tidak mengetahui dengan jelas siapa dirinya sendiri dan apa
yang dia inginkan, maka ia akan berkepribadian keras, tidak nyaman
Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan ketidaknyamanan atau
ketegangan yang sebabnya tidak diketahui. Ketika orang semakin menyadari
ketidaksesuaian antara pengalaman dengan persepsi dirinya, kecemasan berubah menjadi
ancaman terhadap konsep diri yang sesuai.
Bila seseorang, antara “self concept”nya dengan organisme mengalami
keterpaduan, maka hubungan itu disebut kongruen (cocok) tapi bila sebaliknya maka
disebut Inkongruen (tidak cocok) yang bisa menyebabkan orang mengalami sakit mental,
seperti merasa terancam, cemas, defensive dan berpikir kaku serta picik.

G. Kritik Teori Humanistik


Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan budaya
populer.Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori tersebut membahas
tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusi mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada
relitas objektif.Psikolog humanistik yang terfokus pada manusia sehat daripada manusia yang
bermasalah, juga telah menjadi suatu kontribusi yang bermanfaat. Meskipun demikian, kritik dari
teori humanistik tetap mempunyai beberapa argumentasi:
1. Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan
pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia.
2. Teori humanistik, tidak bisa diuji dengan mudah.
3. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif. Beberapa kritisi menyangkal
bahwa konsep ini bisa saja mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri.
4. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis.
5. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar.

Anda mungkin juga menyukai