7. Gangguan Kepribadian
Fromm (1981) menyatakan bahwa orang-orang yang terganggu secara psikologis
tidak mmapu mencintai dan gagal mencapai kesatuan dengan yang lainnya. Fromm
membahas tiga masalah gangguan kepribadian yang berat yaitu:
Nekrofilia
Nekrofilia berarti cinta akan kematian dan biasanya mengacu pada kelainan
seksual dimana seseorang menginginkan kontak seksual dengan mayat. Tapi disini
fromm mengartikan nekrofilia secara umum yaitu menunjukkan ketertarikan kepada
kematian. Seorang nekrofilia biasanya bertingkah laku destruktif. Kepribadian
nekrofilia membenci kemanusiaan, rasis, penghasut preman dan preman. Mereka
suka membicarakan pertumpahan darah, penyiksaan, kehancuran, teror.
Narsisme berat
Manusia yang sehat menunjukkan bentuk narsisme yang baik yaitu ketertarikan
akan tubuh sendiri. Narsisme berat menghalangi persepsi akan kenyataan sehingga
segala sesuatu yang dimiliki orang dengan narsisme berat akan dinilai tinggi
sementara milik orang lain dinilai tidak berharga. Orang dengan narsisme hanya
terpaku dengan diri sendiri. Keterpakuan pada diri sendiri terkadang menyebabkan
hipokondriasis atau perhatian pada obsesif akan kesehatan seseorang. Fromm (1964)
juga membahas hipokondriasis moral atau keterpakuan dengan rasa bersalah akan
pelanggaran yang sebelumnya terjadi.
Simbiosis inses
Simbiosis inses (incestous symbiosis) merupakan ketergantungan ekstrem
pada sosok ibu maupun pengganti ibu. Manusia dengan simbiosi inses tidak dapat
dipisahkan dengan ibunya (inangnya). Kepribadian mereka bercampur dengan orang
lain (inang) yang menyebabkan jati dirinya hilang. Orang dengan simbiosis inses
akan merasa cemas dan takut apabila hubungan itu terancam. Mereka yakin bahwa
mereka tidak dapat hidup tanpa sosok ibu. Sebagian individu patologis memiliki
ketiga gangguan kepribadian ini. individu-individu seperti ini membentuk sindrom
pembusukan (syndrom of decay).
8. Psikoterapi
Fromm terlatih sebagai analis freudian yang ortodoks, namun ia menjadi bosan
dengan teknik analis yang standar. Kemudian ia mengembangkan sistem terapinya
sendiri yang ia sebut dengan psikoanalisis humanistis. Sistem terapi Fromm ini lebih
memikirkan aspek interpersoanal dari pengalaman terapeutik. Ia percaya bahwa tujuan
dari terapi adalah untuk pasien mengenali dirinya sendiri. Oleh karena itu, terapi harus
membangun hubungan pribadi antar terapis dan pasien, sehingga sangat dibutuhkan
komunikasi yang yang tepat.
Sebagai bagian dari usahanya untuk mencapai komunikasi aktif yang saling
berbagi, Fromm meminta pasien untuk mengungkapakan mimpi-mimpi mereka. Fromm
percaya bahwa mimpi memiliki arti di balik individu yang bermimpi. Ia menuturkan
bahwa, terapis seharusnya tidak terlalu ilmiah dalam memaham pasien. Hanya dengan
sukap keterhubungan maka seseorang dapat seutuhnya dimengerti.
9. Metode Investigasi
Fromm mengumpulkan data mengenai kepribadian manusia melalui banyak
sumber termasuk psikoterapi, antropologi budaya, dan sejarah kejiwaan. Adapun kajian
analisisnya antara lain: Sejarah singkat kajian antopologi budaya kehidupan sebuah desa
di meksiko dan analisis psikobiografis terhadap Adolf Hitler.
Karakter sosial sebuah desa di Meksiko
Mulai dari akhir tahun 1950 sampai pertengahan tahun 1960-an, Fromm dan
sekeklompok psikologis, psikoanalisis, antropologis, dokter, dan ahli satistika
mempelajari karakter sosial di Chiconcuac. Tim ini mewawancarai setiap orang
dewasa dan sebagian anak-anak di desa pertanian terpencil dengan 162 kepala
keluarga dan 800 penduduk. Sebagian besar penduduk adalah petani yang hidup dari
sepetak tanah kecil yang subur.
Setelah hidup dengan diantara penduduk desa dan diterima oleh mereka, tim
penelitian menggunakan berbagai macam teknik yang dirancang untuk menemukan
orietasi karakter Fromm dalam masyarakat sepert itu. Fromm percaya bahwa
karakter memasarkan adalah hasil dari perniagaan modern dan cenderung ada dalam
masyarakat di mana perdagangan bukan lagi sesuatu yang pribadi dan manusia
menganggap diri mereka sebagai komoditas.
Walaupun demikian, peneliti menemukan bukti lain mengenai beberapa tipe
karakter lain, yang paling umum adalah tipe reseptif nonproduktif. Orang-orang
dengan orientasi ini cenderung untuk mengidolakan orang lain dan mengabdikan
banyak energi untuk berusaha menyenangkan orang yang mereka anggap superior.
Tipe kepribadian kedua yang ditemukan adalah karakter menimbun produktif.
Orang-orang dengan tipe ini tergolong pekerja keras, produktif, mandiri. Mereka
biasanya bercocok tanam di lahan mereka sendiri dan bergantung pada hasil panen
dan biji yang disimpan aabila terjadi gagal panen. Menimbun bukan mengonsumsi,
esensial bagi hidup mereka.
Tipe ketiga adalah tipe eksploitatif nonproduktif. Orang-orang dengan tipe ini
cenderung terlibat perkelahian dengan pisau atau pistol, sedangkan wanitanya
cenderung menyebar gosip. Secara umum Fromm dan Cobby (1970) melaporkan
kemiripan yang luar biasa antara orientasi karakter sebuah desa di Meksiko dengan
orientasi teoritis yang dinyatakan Fromm beberapa tahun sebelumnya.
Studi psikohistoris mengenai hitler
Fromm meneliti dokumen sejarah untuk mendapat gambaran dari profil orang
terkenal melalui sebuah teknik yang disebut psikohistoris atau psikobiografi. Fromm
menganggap Hitler sebagai contoh dari manusia dengan sindrom pembusukan yang
paling jelas di dunia. Hitler memiliki kombinasi nekrofilia, narsisme berat, dan
simbiosis inses. Berbeda dengan psikoanalisis lain yang hanya melihat masa kecil
awal sebagai petunjuk bagi kepribadian saat dewasa, Fromm percaya bahwa dari tiap
tahap perkembangan yang penting tidak ada sesuatu dalam kehidupan awal Hitler
yang mendorongnya ke arah sindrom pembusukan.
Sebagai anak, Hitler dimanjakan oleh ibunya. Perlakuan ibunya itu, tersebut
membesarkan rasa narsistis akan pentingnya diri sendiri. Selama remaja, ia
mengalami konflik dengan ayahnya, yang menginginkan ia untuk lebih bertanggung
jawab dan memiliki pekerjaan yang diandalkan sebagai pegawa negeri. Hitler di sisi
lain, memiliki keinginan yang tidk realistisuntuk menjadi artis. Narsismenya
menyalakan hasrat berapi-api akan kehebatan sebagai artis atau arsitek, namun
kenyataan membawanya pada kegagalan demi kegagalan dalam bidang ini.
Kesadaran Hitler akan kegagalannya sebagai seniman semakin jelas dengan
pecahnya perang dunia I. Ambisinya yang kuat, kini dapat disalurkan dengan
menjadi pahlawan perang yang berjuang untuk tanah airnya. Akan tetapi, seusai
perang ia mengalami kegagalan, bangsa tercintanya mengalami kekalahan dalam
perang. Kegagalan inilah yang menyebabkan sifat destruktif Hitler mencapai
puncaknya dan menjadi tidak terbinasakan. Sifat Hitler yang termanifestasi adalah
narsisme berat. Ia hanya tertarik pada dirinya sendiri, rencana-rencananya, dan
ideologinya.
Menurut analisis Fromm, Hitler juga memiliki simbiosis inses yang tidak
terlihat dari pengabdiannya pada ibunya, melainkan pada “ras” Jerman. Konsisten
dengan sifat ini, ia juga seorang sadomasokis, terasing, dan kurang memiliki rasa
cinta yang tulus atau rasa iba. Fromm juga menyatakan bahwa orang-orang tidak
melihat Hitler sebagai seorang yang tidak manusiawi. Fromm menyimpulkan
psikohistoris Hitler dengan kata-kata berikut: “Analisis mana pun yang berubah
gambaran Hitler dengan menutupinya dengan kemanusiaan, hanya akan
meningkatkan kecenderungan orang-orang terbutakan dari calon-calon Hitler yang
baru, kecuali mereka memiliki tanduk.
https://syauquljazil.wordpress.com/2012/12/27/erich-from-psikologi-kepribadian/amp/
https://wilayah3.ilmpi.org/2014/06/04/teori-psikoanalisis-humanistis/
https://www.scribd.com/doc/304059690/Teori-Kepribadian-Erich-Fromm
https://islamindonesia.id/hikmah/keistimewaan-manusia-dalam-alquran.htm.