Anda di halaman 1dari 22

TEORI KERIBADIAN PSIKOSOSIAL HUMANISTIK ERICH FROMM

1. Biografi Erich Fromm


Eric fromm, seorang ahli psikologi, filsafat dan sosiologi, dilahirkan pada 23
maret 1900 di Frankfurt, Jerman. Ayahnya seorang pengusaha berkebangsaan yahudi,
ibunya mengurus rumah tangga yang berkebangsaan sama dengan ayahnya, fromm
adalah anak tunggal. Sejak kecil ia tertarik dengan cerita-cerita penyelamatan seperti
adam dan hawa, Abraham dan sebagainya.
Kehidupan keluarga fromm tidak harmonis, disatu pihak, perhatian besar terhadap
nilai-nilai spiritual yang didapat dari ibunya berbenturan dengan kesuksesan material
ayahnya. Fromm menggambarakan situasi keluarganya menegangkan. Ayahnya suka
murung dan cemas sedangkan ibunya depresi berat. Masa kanak dan remaja merupakan
laboratorium yang hidup bagi observasi terhadap tingkah laku neurotis.
Pada usia 12 tahun, fromm melihat seorang wanita muda, sahabat keluarganya
yang pandadan cantik melakukan tindak bunuh diri, jiwa fromm sangat tergoncang
terhadap peristiwa ini. Dalam usia 12 ketika mau terjadi perang dunia 1, dia melihat suatu
kebencian melanda negrinya. Dengan cemas mereka melihat orang orang jerman yang
dicambuki, saudaranya yang lebih tua meninggal diparit parit perlindungan.
Dari pengalaman yang membingungkan ini fromm mengembangkan perhatian
yang sangat besar terhadap masalah fundamental kehidupan dan masyarakat. Dia mulai
belajar kodrat dan sumber tingkah  laku manusia yang irasional.dia pun merasakan bahwa
pengaruh perang dunia 1 ini dari sosio-ekonomi, politik dan historis terhadap kepribadian
manusia sangat besar.
Di Universitas  Heidelberg ia mempelajri psikologi,  filsafat dan politik. Dia
mempelajari karya-karya besar herberdt Spencer, Karl Max, dan Max Webe, Darwin dan
Frued. Setelah mendapat gelar Ph.D, ia mengikuti pendidikan psikoanalitis dalam analisis
frued yang ortodoks di Munchen dan institut fur Phicoanalisis di berlin, pada tahun 1925
ia praktek psikoanalisis sebagai pengikut Frued. Namun secara berangsur angsur ia mulai
tidak sependapat dengan Frued yang dinilai mengabaikan  pengaruh faktor sosial
ekonomi dan terhadap pikiran manusia.
Dari tahun 1925 sampai 1930, ia mempelajari psikoanalisis, pertama di Munich
lalu di Frankfurt kemudian di Berlin Psychoanalitic Institute. Pada tahun 1926, tahun
yang sama dimana ia keluar dari agama ortodoks, Fromm menikahi Frieda Reichman
(analisnya) yang berusia 10 tahun lebih tua darinya. Namun mereka bercerai pada tahun
1930. Pada tahun 1930, Fromm dan beberapa orang lainnya, mendirikan South German
Institute for Psychoanalitic di Frankfurt. Pada tahun 1941, Fromm bergabung dengan
Asosiasi untuk Perkembangan Psikoanalisis. Pada tahun 1944 Fromm menikahi Henry
Gurland, seorang wanita yang dua tahun lebih muda darinya dan memiliki minta pada
agama dan pikiran mistis, kemudian mendorong hasrat Fromm akan Budhisme zen lebih
jauh. Namun istrinya meninggal pada tahun 1952.Di meksiko, ia bertemu dengan Annis
Freeman yang ia nikahi pada tahun 1953. Erich Fromm meninggal pada tanggal 18 Maret
1980 setelah ulang tahun yang ke 80 di Swiss.

2. Asumsi Dasar Fromm


Asumsi dasar Fromm adalah bahwa kepribadian individu dapat dimengerti hanya
dengan memahami sejarah manusia. “Diskusi mengenai keadaan manusia harus
mendahulukan fakta bahwa kepribadian dan psikologi harus didasari oleh konsep
antropologis-filosofis akan keberadaan manusia” (Fromm, 1947)
Fromm (1947) percaya bahwa manusia, tidak seperti binatang lainnya, telah
“tercerai berai” dari kesatuan prasejarahnya dengan alam. Mereka tidak memiliki insting
kuat untuk beradaptasi dengan dunia yang berubah, melainkan mereka telah memperoleh
kemampuan bernalar—keadaan yang disebut Fromm sebagai dilema manusia.
Kemampuan bernalar manusia adalah anugerah dan juga kutukan. Di satu sisi,
kemampuan ini membiarkan manusia bertahan, namun  di sisi lain, hal ini memaksa
manusia berusaha untuk menyelesaikan dikotomi dasar yang tidak ada jalan keluarnya.
Fromm menyebut hal tersebut sebagai “dikotomi eksistensial”  karena hal ini berakar dari
keberadaan atau eksistensi manusia. Ada 3 jenis dikotomi:
 Dikotomi pertama dan paling fundamental adalah antara hidup dan mati
 Dikotomi eksistansial kedua adalah bahwa manusia mampu membentuk konsep
tujuan dari realisasi diri utuh, namun kita juga menyadari bahwa hidup terlalu
singkat untuk mencapai tujuan itu
 Dikotomi eksistensial ketiga adalah bahwa manusia pada akhirnya hanya sendiri,
namun kita tetap tidak bisa menerima pengucilan atau isolasi.
3. Perkembangan Kepribadian menurut Fromm
Erich Fromm berpendapat bahwa kepribadian adalah produk kebudayaan.
Kesehatan jiwa adalah bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-
kebutuhan dasar semua individu, bukan sebaliknya.faktor kuncinya adalah bagaimana
masyarakat memuaskan kebutuha-kebutuhan manusia.
Dikatakan oleh fromm, bukan menurut kodratnya manusia muncul sebagai akibat
evolusi dari binatang yang hakiki dalam eksistensi manusia adalah kenyataan bahwa ia
muncul dari kerajaan binatang, dari adaptasi naluri, bahwa ia telah mengatasi alam,
meskipun ia tidak pernah meninggalkannya. Akan tetapi, ada perbedaan antara manusia
dan binatang. Ini terletak pada kemampuan manusia akan kesadaran diri, pikiran, dan
daya khayalnya.
Sadar akan dirinya berarti sadar akan kesepian dan keterasingan (alienasi) dan
ketidak berdayaannya di hadapan alam masyarakat. Kebutuhan manusia yang paling
dalam ialah mengatasi keterasingannya dan bagaimana mencari kesatuan,mengatasi
hidup baik secara individual maupun menemukan kebersatuan.
Suatu masyarakat dikatakan sehat bila membiarkan anggotanya mengembangkan
cinta satu sama lain, menjadi produktif dan kreatif, mempertajam dan memperluas tenaga
dan pikiran objektifitasnya. Sebaliknya masyarakat adalah tidak sehat bila menciptakan
permusuhan, kecurigaan, ketidak percayaan dalam anggotanya. Fromm yakin bahwa
manusia memiliki suatu perjuangan yang melekat pada dirinya sendiri untuk kesatuan
dan kesejahteraan emosional, suatu kecenderungan bawaan hidup produktif untuk
keharmonisan dan cinta.

4. Struktur Kepribadian Menurut Fromm


Dalam formulasi proses perkembangan individu, fromm memusatkan pada
kondisi social dan cultural unik yang mempengaruhi proses perkembangan karakter dan
pemuasan kebutuhan dasar serta eksistensi manusia berbeda dari freud yang menekankan
factor biologi. Fromm tertarik pada aspek cultural dan menyebut kepribadian yang sehat
adalah yang berorientasi produktif dan yang tidak sehat adalah yang berorientasi non
produktif.
 Orientasi Produktif
Tipe karakter yang mengutamakan kehidupan (Biophilous Character Type).
Dalam pandanga fromm, orang tipe ini mencintai kehidupan dan ingin
membentuk atau mempengaruhi orang lain dengan cinta,dengan akal dan
contoh.Fromm percaya bahwa tipe ini hanya dapat menggunakan kekuatan atau
kekuasaan  jika mereka bebas dan independen dari control orang lain.tipe ini
mampu menciptakan cinta yang dewasa. Berikut ini adalah aspek-aspek
kepribadian yang sehat dengan orientasi produktif menurut fromm.
- Cinta yang produktif, merupakan suatu hubungan manusia yang bebas dan
sederajat dimana patner-patner dapat mempertahankan individualitas mereka.
Diri tidak berkurang dalam cinta produktif, melainkan diperluas, dibiarkan
terbuka sepenuhnya. Suatu perasaan relasional tercapai tetapi identitas dan
kemerdekaan seseorang terpelihara.cinta yang produktif menyangkut empat
sifat yaitu: perhatian,tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai
berarti bersungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, serta
membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Cinta yang produktif
merupakan suatu kegiatan bukan suatu nafsu.cinta produktif ini tidak terbatas
pada cinta erotis, tetapi mungkin cinta persaudaraan atau cinta keibuan.
- Pikiran yang produktif, meliputi kecerdasan, pertimbangan dan objektifitas.
Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek
pikiran. Pikiran yang produktif berfokus pada seluruh gejala dengan
mempelajarinya, bukan pada kepingan-kepingan dan potongan-potongan
gejala yang terpisah. Menurut fromm semua penemuan dan wawasan yang
hebat melibatkan pikiran objektif dimana para pemikir didorong oleh
ketelitian, respek dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh
permasalahan yang ada.
- Kebahagiaan, merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang
berkenaan dengan orientasi produktif. Kebahagiaan bukan semata-mata suatu
perasaan atau keadaan yang menyenangkan, melainkan juga suatu kondisi
yang meningkatkat seluruh organism menghasilkan perubahan gaya hidup,
kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi seseorang.
- Suara Hati, merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan manusia
menurut orientasi produktif. Fromm membedakan suara hati dalam dua tipe,
yaitu suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
 Orientasi non-Produktif
Fromm membagi orientasi non produktif ke dalam lima tipe karakter manusia,
yaitu:
- Tipe Karakter Menerima (Receptive Character Type)
Dalam pandangan fromm,tipe karakter menerima adalah orang yang percaya
sumber segala kepuasan terletak diluar diri mereka sendiri. Kebayakan
karakter demikian periang dan bersahabat. Ketika menghadap situasi sulit,
mereka menjadi putus asa dan bergantung pada orang lain dan tidak pada
sumber intelektual mereka sendiri untuk memecahkan masalahnya.
- Tipe Karakter Eksploitatif (Exploitative Character type)
Orang yang bertipe eksploitatif adalah mereka yang percaya bahwa semua
kepuasan terletak pada diri mereka sendiri.mereka tidak menunggu secara
pasif, melainkan aktif dalam meraih apa yang mereka inginkan dari oaring lain
dengan memaksa auat kelicikan. Fromm percaya bahwa individu dengan tipe
eksploitatif melakukan relasi yang tidak produktif terhadap sesame.
Akibatnya, mereka mengeksploitasi orang lain untuk mencapai tujuannya.
- Tipe karakter Penimbun(Hoarding Character Type)
Tipe karakter ini memiliki kepercayaan kecil akan kebaikan di dunia luar.
Sebagai konsekuensinya, mereka berhubungan dengan dunia luar dengan cara
yang negative, umumnya dengan menarik diri (withdrawal) dari orang lain.
- Tipe Karakter Nekrophilia (Necrophilious Character Type)
Necrophilia merupakan satu karakter turunan dari karakter anal yang
berbahaya, kalau Hoarding character memperlihatkan perilaku dekstruktif
yang pasif dan dalam bentuk menarik diri, necrophilia memperlihatkan
perilaku dekstruktif dengan mengeksploitasi dan merusak orang lain atau
benda- benda, serta alam lingkungan. Mereka adalah tipe orang yang tertarik
dan berpenampilan pada segala bentuk kematian. Mereka senang berbicara
soal penyiksaan, kematian dan penguburan. Lebih jauh mereka sangat terikat
dengan kekuatan dan kekuasaan.
- Tipe Karakter Pasar (Marketing Character Type)
Fromm mengatakan bahwa orientasi ini hanya berkembang pada masyarakat
industry. Dalam masyarakat demikian, orang belajar untuk memperlakukan
diri mereka sendiri dan orang lain seperti komoditi dengan satu nilai tukar
tertentu dalam satu interaksi parallel dalam ekonomi ilusi.

5. Dinamika Kepribadian Menurut Fromm


 Kebutuhan Manusia
Manusia tidak dapat menyatu dengan alam, mereka terisolasi dan kesepian.
Agar dapat bertahan hidup manusia harus menyatu dengan yang lain serta memenuhi
kebutuhan kebutuhannya. Pada umumnya, kata “kebutuhan” diartikan sebagai
kebutuhan fisik, yang oleh fromm dipandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan
dari manusia, yakni kebutuhan makan, minum, seks dan bebas dari rasa sakit.
Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai
manusia, sehingga menurut fromm ada dua kelompok kebutuhan yakni :
- Kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang otonom (kebutuhan
kebebasan dan keterikatan) , yang terdiri atas :
a. Kebutuhan akan keterhubungan (Relatedness)
Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan untuk mengatasi
perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri.
Kebutuhan untuk bergabung dengan makhluk lain yang dicintai, dan
menjadi bagian dari sesuatu. Fromm menyatakan tiga cara dasar bagi
manusia untuk terhubung dengan dunia yaitu kepasrahan, kekuasaan dan
cinta. Seseorang dapat pasrah pada orang lain ataupun suatu kelompok,
agar menjadi bagian dari satu dunia dengan orang atau kelompok itu
sendiri. Karena dengan cara ini keberadaannya sebagai individu tidak lagi
terpisah dan ia menjadi bagian dari seseorang atau sesuatu. Ketika
seseorang yang dominan dan seseorang yang pasrah tadi saling
menemukan, maka mereka sering kali menciptakan hubungan simbiosis,
yang memuaskan keduanya. Walaupun simbiosis tersebut menyenangkan,
namun hal ini ternyata menghalangi pertumbuhan menuju integritas dan
kesehatan psikologis. Karena keduanya hidup dari satu sama lain,
memuaskan kebutuhan mereka akan kedekatan, namun kekurangan
kekuatan dari dalam diri sendiri dan menjadi lebih ketergantungan. Orang-
orang dalam hubungan simbiosis saling tertarik bukan oleh cinta, namun
karena putus asa dalam memenuhi kebutuhan akan keterhubungan,
sehingga pada akhirnya mereka terus bergantung untuk memuaskan
kebutuhannya.
Menurut Fromm, cinta adalah satu-satunya jalan untuk seseorang bersatu
dengan dunia dan dalam waktu yang sama mencapai individualitas dan
integritas. Fromm mendefinisikan cinta sebagai kesatuan dengan
seseorang atau sesuatu di luar diri dengan kondisi memegang teguh
keterpisahan dan integritas diri sendiri. Cinta membiarkan seseorang untuk
memuaskan kebutuhan mereka akan keterhubungan tanpa mengorbankan
integritas dan kemandirian. Dalam cinta dua orang dapat menjadi satu,
namun tetap terpisah. Dalam buku The Art of Loving, Fromm
menyebutkan ada empat elemen dasar yang dapat ditemukan dalam cinta
yang tulus yaitu rasa peduli, tanggung jawab, rasa hormat, dan
pengetahuan.
b. Kebutuhan akan keterunggulan (transcendence)
Manusia menyadari dirinya sendiri dan lingkungan tempat dia berada.
Manusia kemudian mengenali dan melihat betapa kuat dan menakutkan
alam semesta, yang membuat manusia menjadi tidak berdaya dalam
menghadapinya, kemudian manusia ingin mengatasi perasaan takut dan
ketidakpastian dalam menghadapi kondisi alam yang tidak menentu. Pada
akhirnya melihat kondisi seperti itu manusia kemudian membutuhkan
peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat pasif dan kemudian
menjadi aktif, menjadi manusia yang bertujuan dan bebas, hingga menjadi
makhluk yang dapat menciptakan atau menghancurkan sesuatu.
c. Kebutuhan akan keberakaran (Rootedness)
Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk memiliki ikatan ikatan
yang akan membuat seorang manusia merasa nyaman di kehidupannya.
Dikatakan bahwa manusia menjadi asing dngan dunianya karena dua
alasan yaitu karena manusia direnggut dari akar akar hubungannya oleh
situasi dan karena fikiran dan kebebasan yang dikembangkannya sendiri
justru memutus ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi atau tidak
berdaya. Keberakaran sendiri adalah kebutuhan untuk mengikatkan diri
dengan kehidupan. Setiap saat manusia dihadapkan dengan kondisi dunia
yang baru, dimana manusia harus tetap aktif dan kreatif mengembangkan
perasaan menjadi bagian yang integral dari dari dunia. Dengan demikan
manusia akan tetap merasa aman, tidak cemas saat berada di tengah-tengah
dunia yang penuh ancaman.
d. Kepekaan akan identitas (sense of identity)
Manusia memiliki kebutuhan untuk menjadi diri sendiri, dimana manusia
merasakan untuk dapat mengontrol nasibnya sendiri. Tanpa sebuah
kepekaan akan identitas, manusia tidak dapat mempertahankan kewarasan
mereka dan ancaman ini akhirnya dapat mendorong manusia untuk
mendapatkan kepekaan akan identitas dengan hal lain seperti orang
modern mengidentifikasikan diri mereka dengan Negara, agama, pekerjaan
atau kelompok tertentu sehingga akhirnya terjadi ilusi identitas, dimana
manusia manusia menjadi lebih mudah menyerah, banyak membutuhkan
penyesuaian diri. Dan akhirnya mengorbankan kebebasan diri agar
diterima oleh lingkungan.
- Kebutuhan yang kedua menurut fromm adalah kebutuhan untuk memahami
dunia, mempunyai tujuan dan memanfaatkan sifat unik yang terdiri atas :
a. Kerangka Orientasi ( frame of orientation)
Orang membutuhkan “peta” mengenai dunia social dan dunia alaminya;
tanpa “peta” itu dia akan bingung dan tidak mampu bertingkah laku,
karena manusia selalu dihadapkan pada fenomena yang membingungkan
dan realitas yang menakutkan, sehingga manusia membutuhkan hidupnya
menjadi bermakna. Maka dapat disimpulkan bahwa kerangka orientasi
adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup manusia,
perjalanan hidup ataupun tingkahlaku.
b. Kerangka pengabdian ( frame of devition)
Kebutuhan manusia untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak; Tuhan.
Orang membutuhkan sesuatu yang menerima seluruh pengabdian
hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya bermakna, sehingga dapat
disimpulkan kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan
pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai nilai dan titik puncak dari
semua perjuangan.
c. Stimulasi ( stimulation)
Kebutuhan untuk melatih system syaraf atau untuk memanfaatkan
kempuan otak. Manusia membutuhkan bukan sekedar stimulus sederhana
tetapi stimulus yang mengaktifkan jiwa misalnya puisi.
d. Keefektivan (effectivity)
Manusia memiliki kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri, melawan
perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi/kemampuan diri manusia
itu sendiri.
 Beban Kebebasan (The burden of freedom)
Menurut sejarah seiring perkembangan jaman, manusia semakin memperoleh
kebebasannya , namun bersamaan dengan keadaan itu pula manusia menjadi semakin
merasa terasing. Contohnya, selama abad pertengahan individu/manusia memiliki
kebebasan pribadi yang terbatas, dan terkurung peran yang diberikan oleh
masyarakat yang ada di sekitarnya, peran yang diberikan masyarakat ternyata
menyediakan rasa aman, tempat bergantung dan juga kepastian. namun kemudian
setelah individu/manusia itu mendapatkan kebebasan pribadi yang selama ini dibatasi
akhirnya individu itu sadar bahwa mereka terlepas dari rasa aman yang diberikan.
Individu akhirnya menjadi terpisah dari asal mereka dan merasa terasingkan satu
sama lain. Perasaan terlepas dari rasa aman dan merasa terasingkan ternyata
menimbulkan sebuah beban, beban ini menciptakan kecemasan dasar (basic anxiety),
yaitu perasaan bahwa kita hanya sendirian di dunia.
 Mekanisme Pelarian ( Mechanism Escape)
Oleh karena kecemasan dasar menghasilkan rasa keterasingan dan kesendirian
yang menakutkan, maka manusia berusaha lari dari kebebasan melalui berbagai
macam mekanisme pelarian. Dalam Escape from freedom disebutkan ada tiga
mekanisme dasar dari pelarian, yaitu :
- Authoritarianism
Fromm mendefinisikan authoritarianism sebagai kecenderungan untuk
menerahkan seseorang secara individu dan meleburkannya dengan seseorang
atau sesuatu diluar dirinya demi mendapatkan kekuatan yang tidak
dimilikinya. Kebutuhan untuk bersatu dengan mitra yang kuat ini dapat berupa
dua hal yaitu masokisme atau sadisme. Masokisme sendiri timbul dari rasa
ketidak berdayaan, lemah, serta rendah diri dan memiliki tujuan untuk
menggabungkan diti dengan orang atau institusi yang lebih kuat. Sementara
sadisme lebih berbahaya secara social dibandingkan dengan masokisme,
sadisme bertujuan mengurangi kecemasan dasar dengan mencapai kesatuan
antara satu orang atau lebih. Fromm memperkenalkan ada tiga jenis
kecenderungan sadisme yang semuanya tergolong sama. Jenis dari sadisme
yang pertama adalah kebutuhan untuk membuat orang lain bergantung pada
diri dan akan berkuasa pada mereka yang cenderung lemah. Jenis yang kedua
adalah keinginan untuk mengeksploitasi orang lain dan menggunakan orang
tersebut untuk keuntungan dirinya sendiri. Kecenderungan yang ketiga adalah
keinginan untuk melihat orang lain menderita, baik secara fisik maupun
psikologis.
- Sifat Merusak (destructiveness)
Sifat merusak berasal dari perasaan kesendirian, keterasingan serta ketidak
berdayaan, sifat merusak sendiri tidak bergantung pada hubungan
berkesinambungan dengan orang lain, melainkan mencari jalan untuk
menghilangkan/membalas orang atau objek lain. Dengan membalas, merusak,
menghancurkan sebuah objek maka seseorang sedang dalam keadaan berusaha
untuk mendapatkan kembali rasa kekuasaan yang hilang.
- Konformitas (Conformity)
Orang yang melakukan konformitas berusaha untuk melarikan diri dari rasa
kesendirian dan keterasingan dengan menyerahkan individualitas mereka dan
menjadi apapun yang orang lain inginkan. Dengan demikian, mereka jadi
seperti robot, memberikan reaksi yang dapat diperkirakansecara otomatis
sesuai dengan olah orang lain. Mereka jarang mengungkapkan pendapat
mereka sendiri.

6. Masyarakat dan Eksistensi Manusia


 Masyarakat
Menurut Fromm, setiap sistem masyarakat—baik feodalisme, kapitalisme,
fasisme, sosialisme, maupun komunisme—diciptakan oleh manusia. Dalam hal ini,
manusia menciptakan sistem masyarakat sebagai upaya untuk memecahkan
kontradiksi eksistensinya. Adapun jika ditinjau dari karakter sosial, Fromm membagi
sistem masyarakat menjadi tiga bagian sebagai berikut.
- Sistem A (masyarakat pencinta kehidupan)
Karakter sosial masyarakat ini ialah penuh cita-cita serta menjaga
kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala bentuknya. Pada
sistem masyarakat A, destruksi dan kekejaman sangat jarang terjadi. Di
dalamnya tidak akan didapati hukum fisik yang merusak. Sebaliknya, upaya
kerja sama dalam struktur sosial masyarakat banyak dijumpai.
- Sistem B (masyarakat nondestruktif-agresif)
Masyarakat ini memiliki unsur-unsur dasar yang tidak destruktif. Meskipun
bukan hal utama, masyarakat ini memandang agresivitas dan destruktif
sebagai hal biasa. Persaingan hierarkis merupakan hal yang lazim ditemui di
dalam sistem masyarakat B. Meskipun tidak memiliki sifat lemah lembut,
masyarakat ini tetap saling percaya satu sama lain.
- Sistem C (masyarakat destruktif)
Karakter sosial masyarakat ini antara lain destruktif; agresif; brutal; serta
penuh dendam, pengkhianatan, dan permusuhan. Biasanya, pada sistem
masyarakat B sangat sering terjadi persaingan kekayaan. Masyarakat ini lebih
mengunggulkan simbol daripada materi.
Fromm mengemukakan bahwa sistem masyarakat dapat berubah secara
mendasar, misalnya dari feodal menjadi kapitalis atau sistem masyarakat B menjadi
A. Apabila hal itu benar-benar terjadi, perubahan akan mengakibatkan perubahan-
perubahan karakter manusianya. Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa manusia menciptakan sistem masyarakat. Begitu pula sistem masyarakat
menciptakan karakter manusia.
Menurut Fromm, relasi antara sistem masyarakat dan eksistensi manusia
mengikuti beberapa proposisi. Pertama, manusia mempunyai kodrat esensial bawaan.
Kedua, sistem masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial
ini. Ketiga, tidak satu pun bentuk sistem masyarakat yang pernah diciptakan berhasil
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia. Keempat, eksistensi
manusia sangat mungkin menciptakan sistem masyarakat semacam itu.
Fromm mengemukakan suatu sistem masyarakat ideal yang dapat mengatasi
dualisme eksistensi manusia. Sistem masyarakat tersebut dapat membuat manusia
saling berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta berdasarkan ikatan
persaudaraan dan solidaritas. Masyarakat itu memberi manusia kemungkinan untuk
mengatasi kodratnya dengan cara menciptakan, bukan membinasakan. Fromm
menyebut sistem masyarakat itu sebagai sosialisme komunitarian humanistik. Di
dalam masyarakat semacam itu, setiap individu akan memiliki kesempatan yang
sama untuk menjadi manusia seutuhnya.
Masyarakat seperti apakah yang dianjurkan Fromm?
Yaitu masyarakat dimana manusia berhubungan satu sama lain dengan penuh
cinta dimana ia berakar dalam ikatan-ikatan persaudaraan dan solidaritas, suatu
masyarakat yang memberinya kemungkinan untuk mengatasi kodratnya dengan
menciptakan bukan dengan membinasakan, dimana setiap orang mencapai
pengertian tentang diri dengan mengalami dirinya sebagai subjek dari kemampuan-
kemampuannya bukan dengan konformitas, dimana terdapat suatu system orientasi
dan devosi tanpa orang perlu mengubah kenyataan dan memuja berhala.
Bahkan Fromm mengusulkan suatu nama untuk masyarakat yang sempurna ini:
sosialisme komunitarian humanistic. Dalam masyarakat semacam itu, setiap orang
akan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi manusiawi sepenuhnya.
 Eksistensi Manusia
Menurut Fromm, hakikat manusia bersifat dualistis. Dalam hal ini, setidaknya
ada empat dualisme di dalam diri manusia.
- Manusia sebagai binatang sekaligus manusia
Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologis yang harus
dipenuhi, seperti makan, minum, serta seksual. Manusia sebagai manusia
memiliki kebutuhan kesadaran diri, berpikir, serta berimajinasi. Kebutuhan
manusia itu terwujud dalam pengalaman khas meliputi perasaan lemah
lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, sedih,
transendensi, kebebasan, nilai, serta norma.
- Manusia hidup sekaligus akan mati
Setiap manusia menyadari bahwa suatu saat ia pasti akan mati. Akan tetapi,
manusia selalu berusaha mengingkari dengan meyakini adanya kehidupan
sesudah mati. Usaha ini menurut Fromm tidak sesuai dengan fakta. Sebab,
Fromm menganggap kehidupan akan berakhir dengan kematian.
- Manusia sempurna sekaligus tidak sempurna
Manusia mampu mengonsep realisasi diri yang sempurna. Akan tetapi, karena
hidup itu pendek, kesempurnaan itu tidak dapat dicapai.
- Manusia sendiri sekaligus bersama
Manusia adalah pribadi yang sendiri dan senantiasa ingin mandiri. Akan
tetapi, manusia juga tidak bisa menerima kesendirian. Setiap orang menyadari
dirinya sebagai individu yang terpisah dari orang lain. Namun, pada saat yang
sama, ia juga menyadari kebahagiaannya bergantung pada kebersamaan
dengan orang lain. Dilema ini tidak pernah terselesaikan.

Keempat dualisme tersebut merupakan kondisi dasar eksistensi manusia. Oleh


karena itu, Fromm menekankan pemahaman terhadap jiwa manusia harus
berdasarkan analisis tentang kebutuhan- kebutuhan yang berasal dari kondisi-kondisi
eksistensi manusia tersebut. Kondisi dari empat dualisme yang dibawa sejak lahir ini
disebut Fromm sebagai dilema eksistensi manusia. Menurutnya, ada dua cara bagi
manusia untuk menghindari terjadinya dilema eksistensi. Pertama, menerima otoritas
dari luar, tunduk kepada penguasa, serta menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Manusia menjadi abdi—dari penguasa negara—untuk mendapatkan perlindungan
dan rasa aman. Kedua, bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja
sama serta menciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkan
masyarakat yang lebih baik.

7. Gangguan Kepribadian
Fromm (1981) menyatakan bahwa orang-orang yang terganggu secara psikologis
tidak mmapu mencintai dan gagal mencapai kesatuan dengan yang lainnya. Fromm
membahas tiga masalah gangguan kepribadian yang berat yaitu:
 Nekrofilia
Nekrofilia berarti cinta akan kematian dan biasanya mengacu pada kelainan
seksual dimana seseorang menginginkan kontak seksual dengan mayat. Tapi disini
fromm mengartikan nekrofilia secara umum yaitu menunjukkan ketertarikan kepada
kematian. Seorang nekrofilia biasanya  bertingkah laku destruktif. Kepribadian
nekrofilia membenci kemanusiaan, rasis, penghasut preman dan preman. Mereka
suka membicarakan pertumpahan darah, penyiksaan, kehancuran, teror.
 Narsisme berat
Manusia yang sehat menunjukkan bentuk narsisme yang baik yaitu ketertarikan
akan tubuh sendiri. Narsisme berat menghalangi persepsi akan kenyataan sehingga
segala sesuatu yang dimiliki orang dengan narsisme berat akan dinilai tinggi
sementara milik orang lain dinilai tidak berharga. Orang dengan narsisme hanya
terpaku dengan diri sendiri. Keterpakuan pada diri sendiri  terkadang  menyebabkan
hipokondriasis atau perhatian pada obsesif akan kesehatan seseorang. Fromm (1964)
juga membahas hipokondriasis moral atau keterpakuan dengan rasa bersalah akan
pelanggaran yang sebelumnya terjadi.
 Simbiosis inses
Simbiosis inses (incestous symbiosis)  merupakan  ketergantungan ekstrem
pada sosok ibu maupun pengganti ibu. Manusia dengan simbiosi inses tidak dapat
dipisahkan dengan ibunya (inangnya). Kepribadian mereka bercampur dengan orang
lain (inang) yang menyebabkan jati dirinya hilang.  Orang dengan simbiosis inses
akan merasa cemas dan takut apabila hubungan itu terancam. Mereka yakin bahwa
mereka tidak dapat hidup tanpa sosok ibu. Sebagian individu patologis memiliki
ketiga gangguan kepribadian ini.  individu-individu seperti ini membentuk  sindrom
pembusukan (syndrom of decay).

8. Psikoterapi
Fromm terlatih sebagai analis freudian yang ortodoks, namun ia menjadi bosan
dengan teknik analis yang standar. Kemudian ia mengembangkan sistem terapinya
sendiri yang ia sebut dengan psikoanalisis humanistis.  Sistem terapi Fromm ini lebih
memikirkan aspek interpersoanal dari pengalaman terapeutik. Ia percaya bahwa tujuan
dari terapi adalah untuk pasien mengenali dirinya sendiri. Oleh karena itu, terapi harus
membangun hubungan pribadi antar terapis dan pasien, sehingga sangat dibutuhkan
komunikasi yang yang tepat.
Sebagai bagian dari usahanya untuk mencapai komunikasi aktif yang saling
berbagi, Fromm meminta pasien untuk mengungkapakan mimpi-mimpi mereka. Fromm
percaya bahwa mimpi memiliki arti di balik individu yang bermimpi. Ia menuturkan
bahwa, terapis seharusnya tidak terlalu ilmiah dalam memaham pasien. Hanya dengan
sukap keterhubungan maka seseorang dapat seutuhnya dimengerti.

9. Metode Investigasi
Fromm mengumpulkan data mengenai kepribadian manusia melalui banyak
sumber termasuk psikoterapi, antropologi budaya, dan sejarah kejiwaan. Adapun kajian
analisisnya antara lain: Sejarah singkat kajian antopologi budaya kehidupan sebuah desa
di meksiko dan analisis psikobiografis terhadap Adolf Hitler.
 Karakter sosial sebuah desa di Meksiko
Mulai dari akhir tahun 1950 sampai pertengahan tahun 1960-an, Fromm dan
sekeklompok psikologis, psikoanalisis, antropologis, dokter, dan ahli satistika
mempelajari karakter sosial di Chiconcuac. Tim ini mewawancarai setiap orang
dewasa dan sebagian anak-anak di desa pertanian terpencil dengan 162 kepala
keluarga dan 800 penduduk. Sebagian besar penduduk adalah petani yang hidup dari
sepetak tanah kecil yang subur.
Setelah hidup dengan diantara penduduk desa dan diterima oleh mereka, tim
penelitian menggunakan berbagai macam teknik yang dirancang untuk menemukan
orietasi karakter Fromm dalam masyarakat sepert itu.  Fromm percaya bahwa
karakter memasarkan adalah hasil dari perniagaan modern dan cenderung ada dalam
masyarakat di mana perdagangan bukan lagi sesuatu yang pribadi dan manusia
menganggap diri mereka sebagai komoditas.
Walaupun demikian, peneliti menemukan bukti lain mengenai beberapa tipe
karakter lain, yang paling umum adalah tipe reseptif nonproduktif. Orang-orang
dengan orientasi ini cenderung untuk mengidolakan orang lain dan mengabdikan
banyak energi untuk berusaha menyenangkan orang yang mereka anggap superior.
Tipe kepribadian kedua yang ditemukan adalah karakter menimbun produktif.
Orang-orang dengan tipe ini  tergolong pekerja keras, produktif, mandiri. Mereka
biasanya bercocok tanam di lahan mereka sendiri dan bergantung pada hasil panen
dan biji yang disimpan aabila terjadi gagal panen. Menimbun bukan mengonsumsi,
esensial bagi hidup mereka.
Tipe ketiga adalah tipe eksploitatif nonproduktif. Orang-orang dengan tipe ini
cenderung terlibat perkelahian dengan pisau atau pistol, sedangkan wanitanya
cenderung menyebar gosip. Secara umum Fromm dan Cobby (1970) melaporkan
kemiripan yang luar biasa antara orientasi karakter sebuah desa di Meksiko dengan
orientasi teoritis yang dinyatakan Fromm beberapa tahun sebelumnya.
 Studi psikohistoris mengenai hitler
Fromm meneliti dokumen sejarah untuk mendapat gambaran dari profil orang
terkenal melalui sebuah teknik yang disebut psikohistoris atau psikobiografi. Fromm
menganggap Hitler sebagai contoh dari manusia dengan sindrom pembusukan yang
paling jelas di dunia. Hitler memiliki kombinasi nekrofilia, narsisme berat, dan
simbiosis inses.  Berbeda dengan psikoanalisis lain yang hanya melihat masa kecil
awal sebagai petunjuk bagi kepribadian saat dewasa, Fromm percaya bahwa dari tiap
tahap perkembangan yang penting tidak ada sesuatu dalam kehidupan awal Hitler
yang mendorongnya ke arah sindrom pembusukan.
Sebagai anak, Hitler dimanjakan oleh ibunya. Perlakuan ibunya itu, tersebut
membesarkan rasa narsistis akan pentingnya diri sendiri.  Selama  remaja, ia
mengalami konflik dengan ayahnya, yang menginginkan ia untuk lebih bertanggung
jawab dan memiliki pekerjaan yang diandalkan sebagai pegawa negeri. Hitler di sisi
lain, memiliki keinginan yang tidk realistisuntuk menjadi artis. Narsismenya
menyalakan hasrat berapi-api akan kehebatan sebagai artis atau arsitek, namun
kenyataan membawanya pada kegagalan demi kegagalan dalam bidang ini.
Kesadaran Hitler akan kegagalannya sebagai seniman semakin jelas dengan
pecahnya perang dunia I. Ambisinya yang kuat, kini dapat disalurkan dengan
menjadi pahlawan perang yang berjuang untuk tanah airnya. Akan tetapi, seusai
perang ia mengalami kegagalan, bangsa tercintanya mengalami kekalahan dalam
perang. Kegagalan inilah yang menyebabkan sifat destruktif Hitler  mencapai
puncaknya dan menjadi tidak terbinasakan. Sifat Hitler yang termanifestasi adalah
narsisme berat. Ia hanya tertarik pada dirinya sendiri, rencana-rencananya, dan
ideologinya.
Menurut analisis Fromm, Hitler juga memiliki simbiosis inses yang tidak
terlihat dari pengabdiannya pada ibunya, melainkan pada “ras” Jerman. Konsisten
dengan sifat ini, ia juga seorang sadomasokis, terasing, dan kurang memiliki rasa
cinta yang tulus atau rasa iba. Fromm juga menyatakan bahwa orang-orang tidak
melihat Hitler sebagai seorang yang tidak manusiawi. Fromm menyimpulkan
psikohistoris Hitler dengan kata-kata berikut: “Analisis mana pun yang berubah
gambaran Hitler dengan menutupinya dengan kemanusiaan, hanya akan
meningkatkan kecenderungan orang-orang terbutakan dari calon-calon Hitler yang
baru, kecuali mereka memiliki tanduk.

10. Penelitian Terkait


 Kerenggangan Kultur dan Kesejahteraan
Semakin seseorang menyatakan bahwa nilai-nilai mereka berbeda dengan
masyarakat secara umum, semakin ia cenderung merasakan kerenggangan (Bernard,
Gebauer, & Malo, 2006). Pernyatann ini mendukung teori fromm yang menyatakan
bahwa, ‘Semakin seseorang merasa jauh dengan orang – orang dilingkungannya,
semakin ia cenderung merasa terasingkan.’ Masyarakat modern dimana kita hidup
disediakan banyak sekali kenyamanan dan keuntungan. Akan tetapi, kenyamanan
tidak datang begitu saja. Kebebasan pribadi dan individualitas memang penting,
namun ketika muncul paksaan paksaan yang mendorong manusia merasa renggang
dari masyarakat, hal ini berbahaya bagi kesejahteraan mereka.
 Beban Kebebasan dan Bujukan Politik
Gagasan dari Fromm yang cukup berpengaruh ialah soal politik. Dimana untuk
menghindari beban kebebasan dalam keyakinan politik, khusunya
dalam authoriarism dan konformitas. Authoriarism yakni bersatu pada sistem
keyakinan yang lebih kuat dari pada individu tersebut. Konformitas mencakup
perubahan sikap ndividu sesuai apa yang diinginkan orang lain.
Yang menarik dalam psikologi kepribadian mengenai keyakinan terhadap
politik tersebut adalah bagaimana manusia mengembangkan bujukan politik tersebut
dan apakah keribadian dapat memperkirakan jenis parpol yang akan dipilih.

11. Kritik Teori


 Kelebihan Teori
- Pendekatan fromm pada kepribadian mempunyai prespektif yang luas, from
dengan teorinya bukan semata mata tentang psikoanalisis, tetapi melalui
teorinya dia juga menyerap informasi dari displin lain seperti sejarah,
sosiologi dan antroplogi
- Melalui teorinya fromm menunjukkan kepada pada khalayak interpretasi yang
unik tentang interaksi antara humanistas dan masyarakat yang dari hal itu pula
semakin menyadarkan kita pengaruh antara faktor factor social,ekonomi,
psikologi dalam hakikat kemanusiaan.
 Kekurangan teori
- Ada beberapa Istilah-istilah fromm yang kurang jelas dan samar menjadikan
gagasan sulit untuk dijadikan bahan acuan generator penelitian empiris.
- Teori yang dikemukakan oleh from terlalu filosofis untuk dapat di benarkan
atau untuk sekedar di verifikasi.
12. Psikoanalisis Humanis dalam Pandangan Islam
Terdapat uraian dalam Al-Qur’an tentang manusia sebagai makhluk biologik,
psikologik dan rohaniah. Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-Mu’minun/23:12-16 yang
artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian
Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik.Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan
mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
kiamat.”
Itulah proses kejadian manusia yang digambarkan oleh Al-Qur'an. Istilah nutfah
dan 'alaqah dapat dimengerti lebih tepat setelah ilmu Kimia dan Genetika berkembang
pesat. Kalau kita perhatikan ayat tadi, betapa hebatnya Al-Qur'an mengutarakan fakta-
fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui manusia di tanah Arab pada waktu
diturunkannya ayat tersebut, karena waktu itu ilmu kedokteran di tanah Arab boleh
dikatakan tidak ada, yang ada hanya ilmu pengobatan secara primitif. Pada ayat itu proses
kejadian manusia dan perkembangannya lebih digambarkan secara biologik dan
phisiologik, walaupun proses itu tak dapat dipisahkan dengan segi psikologik (nafsiah)
dan rohaniah. Allah swt. berfirman dalam Q.S. An-Nahl/16:78, yang artinya : “Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Ayat ini menerangkan tentang perkembangan kehidupan jiwa manusia. Pada
waktu dilahirkan, manusia tidak mengetahui sesuatu pun. Ia belum sadar akan dirinya. Ia
belum tahu siapakah dirinya. Kemudian Allah memberinya pancaindra, sehingga ia
mengenal benda-benda dan materi sekitarnya. Ia diberi pendengaran, sehingga ia
mengenal suara-suara. Berdasarkan penyelidikan phisiologik dan psikologik, ternyata
indra pendengaran berfungsi lebih dahulu daripada indra penglihatan. Dengan
berfungsinya indra penglihatan, maka pengenalan benda-benda sekelilingnya dan dirinya
sendiri lebih mantap lagi. Lalu Allah memberinya hati, mata, hati, kesadaran atau akal
budi yang disebut "af'idah". Af'idah mengandung aspek kemauan, perasaan dan
pemikiran. Kurang lebih umur tiga tahun, si anak mulai mengenal "Aku" jasmaniahnya.
Ia mengenal badannya, yang ternyata bukanlah kepunyaan orang lain. Ia mengenal
anggota tubuhnya, yang ternyata tangannya (misalnya) bukanlah bagian dari bonekanya.
Ia menyadari dirinya sendiri, tapi masih lebih bersifat jasmaniah. Mata hatinya, masih
belum sempurna untuk berfungsi. Melalui hubungan dengan dunia luar, ia pun mulai
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pada masa puber, mata hati atau af'idah ini
menuju kesempurnaan. Manusia mulai mengenal "Aku" rohaniahnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diutarakan bahwa konsepsi Al-Qur'an tentang
manusia antara lain meliputi aspek jasmaniah, psikologik dan rohaniah. Berbeda dengan
konsepsi Barat (sains) yang hanya melihat segi empiriknya saja dari manusia dan kurang
memperhatikan hal-hal yang rohaniahnya. Segi jasmaniah manusia digambarkan pada
penciptaan-Nya yang berasal dari turab, tanah, lumpur hitam yang diberi bentuk dan
akhirnya menjadi tanah kering seperti tembikar. Gambaran segi material manusia dalam
Al-Qur'an itu tetap harus dijadikan bahan pemikiran, perenungan dan penelitian bagi
manusia yang berpikir sepanjang masa untuk membuktikan kebesaran Tuhan. Segi
psikologik manusia diuraikan dengan adanya af'idah dan nafs, sedangkan segi rohaniah
digambarkan dengan peniupan ruh-Ilahi kepadanya. Manusia menjadi makhluk jasmani-
rohani sebagai satu kesatuan yang utuh, saling melengkapi, serasi, dan dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. Kehidupan jasmaniah tidak terpisah dengan kehidupan psikologik
dan rohaniahnya. Kehidupan rohaniah juga tidak bisa terpisah secara tegas dengan
kehidupan jasmaniah dan psikologiknya.
Kelebihan-Kelebihan Manusia Menurut Al-Qur’an diantaranya :
- Memiliki Ilmu Pengetahuan
Manusia memiliki potensi kemampuan memahami berbagai macam ilmu,
karena manusia dibekali akal yang dengannya bisa berpikir dan mengolah
berbagai macam ilmu pengetahuan. Suatu kemampuan yang tidak dimiliki
makhluk lainnya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 31-
33.
- Menjadi Khalifah
Dari sisi wujud, manusia memiliki kepantasan menjadi khalifah di muka bumi.
Memiliki potensi dan kelayakan mewarisi serta menjaga bumi agar tetap
menjadi tempat yang layak ditinggali dan tempat makhluk-makhluk lain
bertasbih kepada Sang Pencipta. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-
Baqarah 30.
- Malaikat pun Bersujud Kepada Manusia
Di antara bukti lain dari kedudukan tinggi manusia adalah Allah menyuruh
para malaikat-Nya untuk bersujud kepada manusia, sebagai bukti ketundukan
dan ketaatan malaikat kepada perintah Allah. Sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. Shad ayat 71-72.
- Mampu Mengungkap Rahasia Alam Semesta
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nahl ayat 14.
- Memiliki Akal Sempurna untuk Mengetahui Baik dan Buruk
Di antara keistimewaan penting manusia adalah pengetahuan baik dan buruk
yang dipahami oleh akalnya. Karena pengetahuan akan kebaikan inilah yang
akan menjadikan manusia sempurna menuju kepada kesucian. Namun
sebaliknya, jika menentang akal dan memperturutkan hawa nafsu akan
mejerumuskan, dan menjadikannya makhluk yang hina. Sebagaimana firman
Allah dalam Q.S. As-Syam ayat 7-10.
- Dibekali Fitrah Tauhid
Manusia dibekali fitrah untuk bertauhid kepada Allah sebagai penciptanya.
Manusia memiliki kecendrungan kepada agama, mencari pencipta lalu tunduk
menyembah-Nya. Jika tidak, niscaya dalam hidupnya akan senantiasa gelisah.
Tidak akan pernah tentram selama belum bersama Tuhan. Sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. Ar-Rum ayat 30.
SUMBER :

Budiharjo, Paulus. (1997).   Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir. Yogyakarta:


Kanisius
Fromm, Erich. (2000). Akar Kekerasan Analisis sosio-Psikologis atas watak Manusia,
terj; Imam Muttaqin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Irawan, Eka Nova. (2015). Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi dari Klasik sampai
Modern. Yogyakarta : Irciso D
Mischel, W., Shoda, Y., & Ayduk, O. (2008). Introduction to Personality : toward an
integration, 8th ed. USA: John Wiley & Sons.
Putera, Ivan Tani. (2005). Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Semiun, Y. (2013). Teori-Teori Kepribadian: Psikoanalitik Kontemporer. Dalam Y.
Semiun, Teori-Teori Kepribadian: Psikoanalitik Kontemporer (hal. 445).
Yogyakarta: Kanisius.
Walter Mischel, Yuichi Shoda, and Ozlem Ayduk. (2017). Introduction to personality:
toward an integration, 8th ed. USA: John Wiley & Sons.
Yulainto, Juwita, “Psikologi Humanistik Memandang Hakikat Manusia”, Universitas Buddhi
Dharma, di posting di SlideShare pada tanggal 7 Februari 2018.

https://syauquljazil.wordpress.com/2012/12/27/erich-from-psikologi-kepribadian/amp/
https://wilayah3.ilmpi.org/2014/06/04/teori-psikoanalisis-humanistis/
https://www.scribd.com/doc/304059690/Teori-Kepribadian-Erich-Fromm
https://islamindonesia.id/hikmah/keistimewaan-manusia-dalam-alquran.htm.

Anda mungkin juga menyukai