Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL II

TEORI IDENTITAS DAN KETIDAKPASTIAN IDENTITAS


Dosen Pengampu : Ikhwan Lutfi, M.Psi

Disusun Oleh :
1. Rachma Nurhidayah 11180700000037
2. Aisha Media Saffira 11180700000116
3. Dhafiyah Zhafira 11180700000191
4. Juita Kenanga Sari 11180700000064

Kelas : 3 C

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Identitas Dan Ketidakpastian Identitas .
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial II
kami, yaitu Bapak Ikhwan Lutfi, M.Si yang telah memberikan arahan, dan kami ucapkan
terima kasih pula kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulisan makalah yang berjudul berjudul Teori Identitas Dan Ketidakpastian Identitas
ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial II Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Harapan kami semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca. Namun, sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan
dan keterbatasan pengetahuan, kami sebagai penyusun mohon maaf atas kekurangan dan
kesalahan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini.

Jakarta, 18 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………...... 1
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Teori ........................................................................................................ 3
2.1.1. Teori Identitas................................................................................................... 3
2.1.2. Teori Ketidakpastian Identitas.......................................................................... 3
2.2. Sejarah dan Dasar Filosofis Identitas dan Ketidakpastian Identitas.......................... 4
2.3. Kasus Fenomena dari Sudut Pandang Teori Identitas dan Ketidakpastian Identitas. 6
2.4. Kelebihan dan Keterbatasan Teori ..............................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….. . 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya setiap individu memiliki identitasnya masing-masing. Identitas
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jati diri sedangkan identitas sosial
merupakan bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka
tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai
dan emosional dari keanggotaan tersebut. Dengan adanya identitas sosial yang dimiliki
setiap seorang individu, akan membantu mempermudahkan individu untuk mengetahui
dan dikenal oleh khalayak dari kelompok sosial di mana kita berasal.
Selain adanya identitas sosial maka ada pula ketidakpastian identitas. Dari teori
ketidakpastian identitas ini lebih menjelaskan motivasi utama untuk proses identitas
sosial dan perilaku kelompok maupun antar kelompok. Teori ini mengaitkan bentuk
tertentu dari kelekatan kelompok dimana terjadinya adanya konflik yang sering muncul.
Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan secara rinci mengenai teori identitas sosial
dan teori ketidakpastian identitas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. Apa identitas pengertian teori identitas dan ketidakpastian identitas ?
2. Bagaimana sejarah dan dasar filosofis identitas dan ketidakpastian identitas ?
3. Bagaimana kasus/fenomena dari susdut pandang teori identitas dan ketidakpastian
identitas ?
4. Apa kelebihan dan keterbatasan teori identitas dan ketidakpastian identitas ?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan masalah dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk menjelaskan identitas pengertian teori dan ketidakpastian identitas.
2. Untuk menguraikan sejarah dan dasar filosofis identitas dan ketidakpastian
identitas.

1
3. Untuk menjelaskan Bagaimana kasus/fenomena dari susdut pandang teori
identitas dan ketidakpastian identitas.
4. Untuk kelebihan dan keterbatasan teori identitas dan ketidakpastian identitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori

2.1.1 Teori Identitas


Menurut Michael A Hogg dan Dominic Abrams (1998) Teori Identitas Sosial
didefinisikan sebagai pengetahuan diri bahwa ia milik kelompok sosial tertentu
bersama-sama dengan beberapa makna emosional dan nilai dari keanggotaan
kelompok.
Jadi menurut teori tersebut identitas sosial adalah atribut seseorang sebagai
bagian dari anggota kelompok tertentu. Atribut tersebut digunakan sebagai pengenal
kelompok sosialnya dan membedakan dengan kelompok sosial lainnya. Sesama
anggota kelompok sosial memiliki kedekatan dan beberapa ciri atau karakteristik
yang berbeda dari kelompok sosial lainnya. Kedekatan kelompok sosial tidak hanya
kedekatan fisik, namun ada juga kedekatan psikologis dimana para anggota dalam
kelompok sosial punya pemikiran dan tujuan yang sama.
Seorang individu memperoleh identitas mereka dari tempat mereka berasal.
Individu yang memiliki banyak kategori sosial berbeda, maka banyak pula potensi dia
untuk memiliki banyak identitas sosial beragam.

2.1.2 Teori Ketidakpastian Identitas


Teori ketidakpastian identitas menjelaskan bagaimana perasaan ketidakpastian
diri (Self-Uncertainty) memotivasi seseorang untuk mengidentifikasikan dirinya ke
dalam sebuah kelompok sebagai upaya mengurangi ketidakpastian diri.
Pengidentifikasian terhadap suatu kelompok dapat secara efektif mengurangi perasaan
ketidakpastian diri. Hal tersebut terjadi karena proses kategorisasi diri (Self-
Categorization) sebagai anggota dari kelompok dapat mengubah konsepsi diri (Self-
Conception) sehingga dapat diatur oleh prototipe kelompok yang menggambarkan
dan menentukan pikiran, perasaan, dan perbuatan seseorang, termasuk bagaimana
orang lain memandang dan berinteraksi dengan kita. Pengkategorisasian diri juga
membantu seseorang mendapat validasi konsensual megenai dirinya dari anggota
kelompok tersebut. Identifikasi kelompok dapat membuat seorang individu
mengetahui siapa mereka, apa yang mereka pikirkan, rasakan, dan lakukan serta

3
bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Meskipun begitu, beberapa
kelompok khususnya yang memiliki entivitas tinggi memiliki property yang
menjadikan mereka mudah mengurangi ketidakpastian dibandingkan kelompok lain.
Teori relevansi ini berhubungan langsung dengan penjelasan mengenai fenomena dari
suatu kelompok; termasuk pengaruh sosial, norma, penyimpangan, pengaruh
minoritas, perpecahan, proses kepemimpinan, ekstrimisme, dan ortodoksi ideologis.

2.2 Sejarah dan Dasar Filosofis Identitas dan Ketidakpastian Identitas


Sejarah dari Teori identitas dimulai dari karya ilmiah Henri Tajfel - seorang
Yahudi yang selamat dari Perang Dunia II yang lahir di Polandia - diilhami oleh
pengalaman pribadinya tentang diskriminasi dan konflik antarkelompok. Dalam
tulisan-tulisan awalnya, dia menjelaskan bahwa dia termotivasi untuk memahami
bagaimana orang-orang yang telah hidup bersama sebagai tetangga, kolega, dan
teman-teman bisa saling memandang sebagai musuh yang berbahaya bahkan ketika
tidak ada alasan rasional atau obyektif untuk melakukannya. Namun, daripada
mengambil pendekatan studi lapangan (misalnya, Sherif, 1967), ia berusaha untuk
memahami masalah ini dengan menggunakan ketelitian ilmiah untuk mempelajari
kelompok-kelompok di laboratorium dan dengan mengeksplorasi proses kognitif
sosial dasar yang telah terbukti penting dalam beberapa dari studi sebelumnya tentang
kategorisasi objek (Tajfel, 1969).

Ini menghasilkan serangkaian percobaan yang kemudian dikenal sebagai "studi


kelompok minimal" (Tajfel et al., 1971). Peserta dalam penelitian ini diberitahu
bahwa mereka telah ditugaskan ke salah satu dari dua kelompok berdasarkan kriteria
yang tidak relevan, atau berdasarkan kesempatan. Mereka tidak tahu siapa lagi yang
hadir, mereka tidak bisa melihat atau berinteraksi dengan orang lain, dan jelaslah
bahwa pilihan yang mereka buat tidak dapat mempengaruhi hasil mereka sendiri
dengan cara apa pun. Tugas mereka adalah untuk mengalokasikan poin ke satu
anggota kelompok mereka sendiri (bukan diri mereka sendiri), dan satu anggota
kelompok lain. Kondisi "minimal" ini awalnya dimaksudkan untuk membentuk
kondisi awal atau kontrol untuk studi lebih lanjut. Karena tidak ada alasan yang
diketahui untuk membedakan antara anggota kelompok sendiri dan anggota kelompok
lain, peserta diharapkan untuk membagi poin secara sama di antara mereka.

4
Signifikansi historis dari penelitian ini terletak pada pengamatan bahwa bahkan
kondisi yang sangat minimal ini terbukti cukup untuk mendorong favoritisme
ingroup: kecenderungan untuk secara sistematis mengalokasikan lebih banyak poin ke
anggota kelompok sendiri daripada ke anggota kelompok lain. Efek ini kemudian
dikenal sebagai efek "kategorisasi belaka" - menunjukkan bahwa tindakan sekadar
mengelompokkan individu ke dalam kelompok membuat orang berpikir tentang diri
mereka sendiri dan orang lain dalam hal "kita" dan "mereka," dan cukup untuk
mendorong mereka berperilaku berbeda menuju anggota ingroup dan outgroup.

Setelah melakukan eksperimen yang dinamakan eksperimen kelompok


minimal (minimal group experiment)”, Tajfel pun menjadi social psychologis yang
cukup terkenal. Penelitian tersebut berusaha mendeterminasikan tentang prasangka
kolektif, yang memperlihatkan kategorisasi sebagai pemicu terciptanya perbedaan
antar kelompok.

Teori ketidakpastian-identitas mengusulkan bahwa pengurangan


ketidakpastian diri adalah motivasi utama untuk proses identitas sosial dan perilaku
kelompok dan antarkelompok. Ini adalah teori yang mengaitkan bentuk tertentu dari
kelekatan kelompok, definisi diri, dan struktur kelompok dengan upaya orang untuk
mengurangi, melalui identifikasi kelompok, kategorisasi diri dan depersonalisasi
berbasis tipe proto, perasaan ketidakpastian tentang dan terkait dengan diri mereka
sendiri. . Ciri-ciri inti teori ketidakpastian-identitas dapat ditangkap oleh tiga premis
luas.

• Premis 1. Orang termotivasi untuk mengurangi atau menghindari perasaan


ketidakpastian tentang diri mereka sendiri, dan tentang persepsi, penilaian, sikap, dan
perilaku mereka yang berhubungan dengan diri mereka sendiri, interaksi mereka
dengan orang lain, dan tempat mereka dalam konteks sosial.

• Premis 2. Pengkategorian sosial mengurangi atau melindungi dari ketidakpastian


karena hal itu menghilangkan persepsi untuk menyesuaikan diri dengan prototipe
ingroup dan outgroup, sehingga seseorang “tahu” bagaimana orang lain akan
berperilaku. Prototipe mendefinisikan dan meresepkan identitas orang dan oleh karena
itu persepsi, sikap, perasaan, dan perilaku mereka, dan bagaimana mereka berinteraksi
dengan dan memperlakukan orang lain, termasuk diri sendiri. Kategorisasi sosial diri,

5
kategorisasi diri, menetapkan identitas dengan semua atribut prototipe ingroup yang
terkait. Biasanya ada kesepakatan substansial dalam suatu kelompok tentang prototipe
ingroup dan prototipe outgroup yang relevan, yang selanjutnya mengurangi
ketidakpastian melalui validasi konsensual atas perilaku seseorang dan perasaan diri.

• Premis 3. Prototipe lebih baik dalam menyelesaikan ketidakpastian sejauh mereka


sederhana, jelas, tidak ambigu, preskriptif, fokus, dan konsensual, serta terintegrasi
secara koheren, mandiri, dan jelas. Jenis-jenis prototipe membatasi identitas yang
jelas dan mendefinisikan atau dikaitkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda,
terstruktur dengan baik yang tinggi dalam entitativitas.

2.3 Kasus Fenomena dari Sudut Pandang Teori Identitas dan Ketidakpastian Identitas
Meskipun studi kategorisasi sosial yang asli sangat terpisah dengan tiruan, teori
ini memunculkan fokus secara eksplisit pada tugas menganalisis dan menjelaskan
hubungan sosial di dunia pada umumnya. Ketika itu bersama-sama, teori Identitas
sosial dikembangkan, didatangkan dari sejumlah tradisi intelektual, tetapi
bagaimanapun penelitian menyediakan perspektif baru yang penting dan fokus pada
hubungan antarkelompok yang benar-benar revolusioner. Dengan memeriksa
bagaimana karakteristik spesifik dari konteks sosial berinteraksi dengan proses
kognitif individu, dan menjelaskan asal-usul dan konsekuensi dari konseptualisasi diri
pada teori tersebut mengemukakan ide-ide tentang yang memiliki relevansi dengan
sejumlah situasi.

Mengingat tujuan asli Tajfel dalam upaya memahami kemunculan konflik dalam
hubungan antarkelompok, perhatian teori Identitas sosial terfokus pada perilaku sosial
dalam situasi yang ditentukan oleh perbedaan sejarah antar kelompok dalam
kekuasaan dan status. Namun demikian, keunggulan studi kelompok minimal dan
pemeriksaan teori kategorisasi diri proses kognitif dasar membuatnya mudah untuk
mengabaikan fakta bahwa teori Identitas sosial telah sering digunakan untuk
memeriksa interaksi yang terjadi antara anggota kelompok sosial nyata. Selama
bertahun-tahun teori ini membantu mereka memahami ketegangan antara etnis,
agama, kelompok, dan untuk memeriksa dan memprediksi tanggapan terhadap

6
migrasi, mengubah hubungan kerja, dan pengembangan motivasi kelompok. Karya ini
memberi informasi dan membantu pengembangan teori Identitas sosial, dari sejumlah
formula fungsi psikologis penting asli saat itu, para peneliti telah menggunakan
linguistik atau ketika para peneliti memeriksa berbagai jenis kelompok dalam kondisi
yang berbeda menjadi sadar akan kompleksitas tertentu, variabel moderat, dan kondisi
batas yang relevan dengan prediksi inti teori.

Ketika pekerjaan seperti itu terakumulasi, itu berfungsi untuk memvalidasi


prediksi inti SIT mengenai orang-orang akan mengejar strategi peningkatan diri
tertentu dan mengalami berbagai bentuk ancaman identitas. Dukungan ini ditemukan
di berbagai kondisi di mana jenis perbandingan antarkelompok dan untuk berbagai
nilai kelompok (Mullen et al., 1992). kekuatan, status (Sachdev dan Bourhis atau
ukuran kelompok (Simon dan Brown, 1987). Namun, adanya perbedaan nyata dan
obyektif antara kelompok dalam sumber-sumber seperti konteks sosial yang masuk
akal juga menjelaskan bahwa itu tidak selalu realistis (atau diinginkan) bagi anggota
antar kelompok untuk berusaha membuat perbandingan kelompok yang positif.
Ketika pencapaian perbandingan antar kelompok yang positif tidak layak atau akan
terlalu memusuhi kelompok luar, anggota kelompok dapat mencari perbedaan dari
kelompok lain (Mummendey dan Schreiber, 1983, 1984), terutama ketika perbedaan
di antara mereka tidak jelas (Jetten dan Spears, 2004; Jetten al. 2004) .

Untuk alasan yang sama, pemeliharaan perbedaan antar kelompok saat ini
mungkin lebih disukai daripada upaya untuk meningkatkan atau meningkatkan
kemampuan seseorang. identitas sosial (Ellemers et al. 1992; Scheepers dan Ellemers,
2005). Sementara teori tersebut membahas masing-masing tingkat analisis pada
gilirannya untuk menganalisis mekanisme psikologis yang relevan dengan perilaku
individu dan tingkat kelompok, mendengarkan dan memahami secara simultan
mempertimbangkan efek intra dan kerja telah menunjukkan bahwa perbandingan
kesadaran antar kelompok. Ini heterogenitas dan individualitas kelompok intra tidak
selalu mengecualikan pembentukan identitas kelompok umum (DoosJe er a., 1999
Hornsey dan Jetten, 2004: Postmes dan Jetten, 2006; Rink dan Ellemers, 2007 Jetien
Simon, 1992), dan bahwa identitas sosial yang positif sangat tergantung pada evaluasi
diri oleh orang lain dalam kelompok seperti pada evaluasi kelompok oleh kelompok
lain (Branscombe et al., 2002; Smith et al., 2003; Tyler dan Blader, 2000).

7
Akhirnya, pemeriksaan situasi antarkelompok yang lebih kompleks dan kaya telah
membuat jelas bahwa orang tidak selalu terlibat dengan perbandingan antarkelompok
yang yang lain mengundang mereka untuk membuat, tetapi secara aktif
mendefinisikan dan mengukir identitas sosial mereka dari berbagai dimensi (Derks et
al, 2007), nilai kelompok (Leach et al., 2007) identitas (Spears dan Manstead, Sumber
dan kelompok 1989) tersedia untuk mereka dalam kehidupan nyata. Sementara semua
wawasan ini merupakan perluasan penting dari teori identitas sosial, semua tetap
konsisten dengan premis inti teori. Selain itu, sifat "besar" dari teori Identitas sosial
dan pertimbangan eksplisit tentang kemampuan sosial di samping proses kognitif
tingkat kontekstual, membuat jelas relevansinya dengan masalah dan masalah dalam
perilaku organisasi (lihat juga Ashforth dan Mael, 1989; Haslanl 2004; Haslam dan
Ellemers, 2005; Haslam et al. 2003: Hogg dan Terry, 2000), baru-baru ini, wawasan
dari teori Identitas sosial telah digunakan untuk memeriksa kesejahteraan dan kinerja
individu, mendokumentasikan implikasi identitas sosial masyarakat untuk
pengalaman stres, hasil kerja, dan kesehatan fisik dan mental (misalnya, Haslam dan
Reicher, 2006; Haslam et al., 2009; Scheepers dan Ellemers. 2005).

Teori Identitas sosial juga terbukti bermanfaat dalam memahami beragam masalah
sosial, misalnya perilaku interpersonal, perilaku antarpribadi ini. agnment, kegiatan
politik partisipatif atau protes sosial (Reicher, dalam nda 1987; Simon dan
Klandermans, 2001; Wright, 2000). Dalam garis yang terkait, teori ini juga telah
digunakan untuk menganalisis dan meningkatkan hubungan antar keloompok,
misalnya oleh konflik antaretnis atau diskriminasi gender yang mempertimbangkan
masalah identitas sosial (Ellemers dalam et al., 2004c: Ryan dan Haslam, 2007)
Terjalin dengan banyak pekerjaan ini, teori kategorisasi diri juga telah digunakan
untuk memajukan pemahaman kita tentang pentingnya dinamika kelompok, terutama
yang berkaitan dengan pengaruh sosial dan polarisasi kelompok (misalnya, Levine et
al, 2000, 2005; Postmes et a, 2005; Smith et al. 2003; Turner, 1991 Wetherell, 1987).
Dalam konteks organisasi, ini juga telah menyebabkan wawasan penting ke dalam
proses kepemimpinan (Haslam et al, 2010; Hogg dan Van Knippenberg, 2004;
Reicher et al., 2005 Turner dan Haslam, 2001).

8
2.4 Kelebihan dan keterbatasan teori identitas dan ketidakpastian identitas

Seperti penjelasan di atas bahwa dalam teori identitas sosial dan teori
ketidakpastian sosial memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari teori ini
sebagai berikut :
 Dapat membantu mempermudahkan individu untuk mengetahui dan dikenal oleh
khalayak dari kelompok sosial di mana individu berasal. Dengan adanya teori ini
secara tidak langsung menjadi evaluasi bagi diri kita sendiri.
 Dapat membantu serangkaian fenomena yang terjadi di lingkungan. Jadi, teori ini
membahas mekanisme interpersonal, perilaku intrapersonal dan antar kelompok
yang berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli, dan rasa bangga dari keanggotaan
dalam suatu kelompok tertentu.
 Dapat menjelaskan bagaimana kita membentuk identitas individu baik dalam in-
group (perbandingan antara kelompok yang mereka miliki) dan out-group
(kelompok yang tidak mereka rasa memilikinya).

Selain kelebihan yang sudah di jelaskan bahwa teori ini pun memiliki
keterbatasan sebagai berikut :
a. Di batasi oleh adanya keterbatasan metodologis, yang mana sampel tidak
representative dalam studi pendukunya.
b. Dalam identitas sosial suatu perilaku dapat diidentifikasi jika kejadian tersebut
sudah terjadi.
c. Pengaruh dari kategorisasi tidak hanya memberikan pengaruh yang positif
akan tetapi memberikan pengaruh yang cenderung negatif. Contohnya
keyakinan seseorang atau kelompok tentang karakteristik dari kelompok sosial
lainnya. Lalu berprasangka yang negative sehingga menghasilkan tingkah laku
negative pula terhadap anggota di luar kelompoknya berdasarkan pandangan
kelompok mereka.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori Identitas Sosial didefinisikan sebagai pengetahuan diri bahwa ia milik


kelompok sosial tertentu bersama-sama dengan beberapa makna emosional dan nilai
dari keanggotaan kelompok, sedangkan Teori ketidakpastian identitas menjelaskan
bagaimana perasaan ketidakpastian diri (Self-Uncertainty) memotivasi seseorang
untuk mengidentifikasikan dirinya ke dalam sebuah kelompok sebagai upaya
mengurangi ketidakpastian diri. Sejarah dari Teori identitas dimulai dari karya ilmiah
Henri Tajfel - seorang Yahudi yang selamat dari Perang Dunia II yang lahir di
Polandia - diilhami oleh pengalaman pribadinya tentang diskriminasi dan konflik
antarkelompok melalui studi percobaan “kelompok minimal” nya. Penelitian tersebut
berusaha mendeterminasikan tentang prasangka kolektif, yang memperlihatkan
kategorisasi sebagai pemicu terciptanya perbedaan antar kelompok.

Teori Identitas sosial juga terbukti bermanfaat dalam memahami beragam


masalah sosial, misalnya perilaku interpersonal. Kelebihan teori identitas dan
ketidakpastian identitas salah satunya adalah dapat membantu mempermudahkan
individu untuk mengetahui dan dikenal oleh khalayak dari kelompok sosial di mana
individu berasal. Dengan adanya teori ini secara tidak langsung menjadi evaluasi bagi
diri kita sendiri, sedangkan keterbatasannya ialah di batasi oleh adanya keterbatasan
metodologis, yang mana sampel tidak representative dalam studi pendukunya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Lange, P. A., Kruglanski, A. W., & Higgins, E. T. (2012). Theories of Social Psychology :
Volume 2. London: SAGE Publications .

11

Anda mungkin juga menyukai