Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEORI KOMUNIKASI

“TEORI SELF DISCLOSURE DALAM MEDIA SOSIAL”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Komunikasi

Dosen Pengampu : Dr. Aan Widodo,S.I.Kom.,M.I.Kom.

Disusun Oleh:

Kelompok 4 (3A7)

1.Dian Dwi Purwati (202210415097)

2.Nur Adfina Shebrin (202210415057)

3.Shevira Windy Irawan (202210415066)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA – BEKASI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "TEORI
SELF DISCLOSURE DALAM MEDIA SOSIAL” ini dengan tepat waktu tanpa ada
halangan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Aan Widodo, S.I.Kom.,
M.I.Kom. sebagai dosen pengampu mata kuliah Teori Komunikasi yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan


sumbangan positif bagi pembaca. Kami berharap bahwa informasi dan pemikiran
yang terkandung di dalamnya dapat menjadi bahan pembelajaran dan
pengembangan ilmu pengetahuan.

Bekasi,17 Oktober 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….……i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..….ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………..2

BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………………..3

2.1 Pengertian Teori Self Disclosure…………………………………………………3

2.2 Faktor yang mempengaruhi Self Disclosure……………………………………5

2.3 Fungsi dari Teori Self Disclosure………………………………………………..8

2.4 Dimensi dari Self Disclosure…………………………………………………….8

2.5 Tujuan dari Self Disclosure………………………………………………………9

2.6 Self Disclosure yang efektif……………………………………………………..10

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………..12

3.1 Pengungkapan diri (Self Disclosure) di Media Sosial………………………..12

3.1.1 Self Disclosure Pada Instagram atau Instastory…………………………..12

3.1.2 Self Disclosure Pada Youtube Dalam Bentuk Vlog………………………..12

3.1.3 Self Disclosure Pengguna Aplikasi Kencan Online atau


Tinder…………………………………………………………………………………...15

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………….16

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...………………17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Self Disclosure merupakan salah satu fokus utama mempelajari komunikasi


sebagai suatu ilmu. Dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi
saat ini yang memudahkan komunikasi antar manusia, keterbukaan diri juga
dapat dilakukan di berbagai media. Salah satu yang paling populer saat ini
adalah media sosial yang hampir digunakan oleh semua kalangan. Menurut
Lumsden (1996) self disclosure bisa membantu seseorang dalam berkomunikasi
dengan orang lain, meningkatkan kepercayaaan diri serta membuat hubungan
lebih akrab.

Media sosial adalah proses interaksi antara individu dengan menciptakan,


membagikan, menukarkan dan memodifikasi ide atau gagasan dalam bentuk
komunikasi virtual atau jaringan. Menurut Kottler dan Keller, media sosial adalah
media yang digunakan oleh konsumen untuk berbagi teks, gambar, suara, video
dan informasi dengan orang lain. Banyak pengguna media sosial yang masih
percaya bahwa media sosial merupakan media yang mampu menyelesaikan
segala permasalahan kehidupan seperti, Tinder, Youtube, Instagram Story.

Fungsi media sosial kini berubah dari sekedar pengganti interaksi langsung
menjadi tahapan tersendiri yaitu Pengungkapan Diri atau Self Disclosure, namun
dengan cara yang sangat berbeda. Termasuk ketika membicarakan
permasalahan hidup seseorang di dunia maya, dan akan muncul fenomena
membagi atau menghilangkan privasi secara berlebihan di media sosial yang
juga disebut dengan istilah fenomena Hyperhonest.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pada makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai beragam cara


untuk melakukan pengungkapan diri (Self Disclosure) di media sosial
berupa Instagram Story,Youtube dan Aplikasi Kencan Online (Tinder)
dalam sudut pandang Teori Komunikasi.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan Teori Self Disclosure
dalam media sosial berupa Instagram Story,Youtube dan Aplikasi Kencan
Online (Tinder) dalam sudut pandang Teori Komunikasi.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Teori Self Disclosure

Secara umum teori adalah suatu sistem konsep yang


menunjukkan adanya hubungan antar konsep tersebut yang membantu
kita memahami suatu fenomena. Menurut Jonathan H. Turner, teori
didefinisikan sebagai "suatu proses pengembangan ide yang membantu
kita menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi."
Konsep Self Disclosure pertama kali dikemukakan oleh Jourard (1971),
yang mendefinisikan keterbukaan diri sebagai suatu bentuk komunikasi
dimana individu mengungkapkan informasi tentang dirinya.

Self Disclosure atau Keterbukaan diri diartikan sebagai


kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya
kepada orang lain (Wheeles, Rephrase1978). Sedangkan Person (1987)
mendefinisikan keterbukaan diri sebagai tindakan seseorang memberikan
informasi pribadi kepada orang lain, secara sukarela dan dengan sengaja,
dengan tujuan memberikan informasi penting tentang orang tersebut.
Altman dan Taylor (1973) berpendapat bahwa keterbukaan diri adalah
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya
kepada orang lain dengan tujuan menjalin hubungan yang lebih akrab.

Suatu hubungan sering kali dimulai dengan pertukaran


informasi pribadi yang mendalam. Ketika hubungan menjadi lebih intim,
keterbukaan diri akan menjadi lebih sering dan lebih dalam. Oleh karena itu,
keterbukaan diri menandai kedekatan atau keintiman hubungan yang telah
terjalin. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam teori penetrasi sosial
yang menyatakan bahwa apabila suatu hubungan berkembang pada tingkat
yang lebih intim maka keterbukaan diri baik luas maupun dalamnya akan
semakin meningkat dan peningkatan tersebut akan dirasakan oleh individu yang
bersangkutan merasa nyaman. Teori Self Disclosure dapat digambarkan dengan
2 model sebagai berikut:

3
Gambar 1.1 Analogi Bawang

Analogi Bawang merupakan contoh untuk menggambarkan atau


mengilustrasikan sebuah bawang yang terdapat berbagai banyak lapisan
yang menunjukkan kepribadian seseorang. Jika lapisan paling luar pada
bawang dikupas maka dari itu ditemukan lagi lapisan lain di dalamnya
dan begitu seterusnya.

Gambar 1.2 Johari Window

4
Seperti gambar diatas merupakan contoh keterbukaan diri dari
konsep diri Johari Window yang berkaitan dengan Self Disclosure.

Self Disclosure (keterbukaan diri) merupakan tindakan untuk


mengungkapkan tentang bagaimana kita berinteraksi dengan orang
terhadap situasi yang terjadi saat ini, dan memberikan informasi tentang
masa lalu yang relevan, yang dapat menjelaskan reaksi yang kita perbuat
saat ini. Teori ini disebut juga dengan Johari Window, teori ini digunakan
dalam hubungan antara pengungkapan diri dan feedback dalam suatu
hubungan. Terdapat empat kuadran yaitu terbuka (open, yaitu informasi
umum), rahasia (secret, yaitu orang lain tidak boleh tahu), buta (blind,
yaitu orang lain tahu tentang kita tanpa kita sadari), tak dikenal (unknown,
yaitu informasi yang tidak diketahui).

Berdasarkan penjelasan Maka, Self Disclosure adalah ketika


sebuah hubungan antara individu berkembang, maka seiring dengan
berjalannya proses komunikasi, informasi baru mengenai satu sama lain
pun akan mulai terungkap. Semakin intim hubungan kedua individu
tersebut, maka kedalaman dan keluasan terkait pengetahuan mengenai
satu sama lain juga akan semakin bertambah. Dalam proses komunikasi
tersebut, terjadi konsep yang dinamakan self disclosure atau
pengungkapan diri antara pihak-pihak yang saling berinteraksi.

2.2 Faktor yang mempengaruhi Self Disclosure

Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan


seseorang untuk melakukan self-disclosure di media sosial yaitu :

a. Content Intimacy, orang-orang kurang melakukan self-disclosure ketika


keintiman konten meningkat. Individu cenderung tidak mengungkapkan informasi
yang lebih intim kepada orang lain.

b. Audience, seseorang lebih nyaman melakukan self-disclosure kepada mereka


yang hanya memiliki ikatan sosial daripada orang-orang terdekat.

5
c. Anonymity, anonimitas memungkinkan pengungkapan lebih banyak dan lebih
menyeluruh. Adanya fitur anonim membuat seseorang lebih mudah untuk
mengungkapkan segala jenis konten. Hal ini dikarenakan berkurangnya risiko
dalam mengungkapkan secara anonim yang mengakibatkan efek disinhibisi

Adapun faktor umum lainnya, yaitu :

1. Ada tidaknya rasa percaya diri

Faktor pertama yang mempengaruhi keterbukaan diri adalah rasa percaya diri.
Orang yang percaya diri cenderung lebih mudah berbagi informasi pribadi atau
intim. Sebab, mereka yakin dan yakin orang lain akan menerimanya. Sebaliknya,
seseorang yang merasa minder atau malu pada dirinya sendiri mungkin enggan
untuk melangkah maju.

2. Hubungan

Hubungan juga mempengaruhi keterbukaan diri. Orang cenderung lebih mudah


mengekspresikan diri mereka kepada orang yang sudah mereka kenal dan
percayai. Di sisi lain, mereka mungkin enggan mengungkapkan diri kepada orang
yang baru mereka temui atau orang yang belum mereka kenal baik.

3. Target

Tujuan pengungkapan informasi pribadi juga mempengaruhi kecenderungan


untuk berbagi informasi pribadi. Jika tujuan Anda adalah membangun hubungan
yang lebih dekat dengan seseorang, kemungkinan besar Anda akan berhasil.
Namun, jika tujuan Anda adalah menjaga privasi atau menjaga jarak dengan
orang lain, Anda mungkin enggan melapor.

4. Jenis informasi

Jenis informasi yang dibagikan seseorang juga dapat mempengaruhi


kecenderungan mereka untuk mengungkapkan diri. Informasi sensitif atau pribadi
mungkin lebih jarang dibagikan, sedangkan informasi umum atau kurang penting
mungkin lebih mudah dibagikan.

5. Gender

6
Gender juga dapat mempengaruhi keterbukaan diri. Misalnya, penelitian
menunjukkan bahwa perempuan cenderung mengungkapkan lebih banyak
informasi dibandingkan laki-laki. Namun, hal ini dapat bervariasi tergantung pada
situasi dan konteks spesifik.

6. Budaya

Budaya juga berperan dalam ekspresi diri. Dalam budaya individualistis seperti
Amerika Serikat, ekspresi diri didorong untuk menciptakan hubungan yang lebih
intim. Di sisi lain, budaya kolektivis, seperti di Asia Timur, cenderung menghargai
privasi dan menghindari keterbukaan diri.

7. Lingkungan

Lingkungan sosial atau situasional juga dapat mempengaruhi kecenderungan


seseorang untuk mengungkapkan diri. Misalnya, orang cenderung lebih mudah
mengekspresikan diri di depan kelompok kecil dibandingkan di depan kelompok
besar. Selain itu, orang mungkin merasa lebih nyaman di lingkungan yang akrab
dan aman.

8. Pengalaman Masa Lalu

Pengalaman masa lalu juga dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang


untuk mengungkapkan diri. Orang yang pernah mengalami pengalaman tidak
menyenangkan dalam mengungkapkan identitasnya mungkin enggan untuk
mengumumkannya ke publik di kemudian hari. Di sisi lain, orang yang
mempunyai pengalaman pengungkapan diri yang positif mungkin lebih
cenderung untuk melakukan pengungkapan diri lagi.

9. Keamanan

Keamanan merupakan faktor lain yang mempengaruhi keterbukaan diri. Orang


lebih cenderung mengungkapkan informasi jika mereka merasa aman dan
terlindungi dalam situasi tertentu. Sebaliknya, jika mereka merasa tidak aman
atau tidak nyaman dalam situasi tertentu, mereka mungkin takut untuk
mengekspresikan diri.

7
2.3 Fungsi dari Teori Self Disclosure

Menurut Darlega dan Grzelsk (dalam O Sears, dkk., 1998) ada lima
fungsi pengungkapan diri, yaitu:

1. Penjernihan Diri

Dengan membicarakan masalah yang sedang kita hadapi kepada seorang


teman, pikiran kita akan lebih jernih sehingga kita dapat melihat duduk
permasalahannya dengan baik.

2. Ekspresi (expression)

Kadang-kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk “membuang semua


itu dari dada kita”. Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita mendapatkan
kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.

3. Keabsahan Sosial

Dengan mengamati bagaimana reaksi pendengar sewaktu kita sedang


mengungkapkan diri, kita memperoleh informasi tentang ketepatan pandangan
kita.

4. Kendali Sosial

Kita dapat mengemukaakn dan menyembunyikan informasi tentang diri kita


sebagai peranti kendali sosial.

5. Perkembangan Hubungan

Saling berbagai informasi dan saling mempercayai merupakan sarana yang


paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan dan semakin
meningkatkan keakraban.

8
2.4 Dimensi dari Self Closure

DeVito (1997) mengemukakan bahwa self disclosure mempunyai lima dimensi


antara lain:

a. Amount

Dimensi amount menunjukkan frekuensi seseorang melakukan self


disclosure dan durasi pesan-pesan yang bersifat self disclosure atau
waktu yang diperlukan untuk melakukan self disclosure.

b. Valensi

Dimensi valensi menunjukkan kualitas positif dan negative dari self


disclosure. Individu dapat melakukan self disclosure dengan baik dan
menyenangkan (positif) atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan
(negatif), kualitas ini akan menimbulkan dampak berbeda, baik bagi
individu yang melakukan self disclosure maupun pendengarnya.

c. Accuracy

Dimensi accuracy atau kecermata dan kejujuran dari self disclosure


akan dibatasi sejauh mana individu mengetahui dan mengenal dirinya
sendiri. Self disclosure akan berbeda tergantung pada kejujuran. Individu
dapat jujur atau melebih-lebihkan cerita, atau berbohong.

d. Intention,

Dimensi intention atau tujuan dan maksud individu melakukan self


disclosure ditunjukkan dengan individu menyingkapkan apa yang
ditujukan untuk diungkapkan, sehingga dengan sadar individu dapat
mengontrol self disclosure yang dilakukannya.

2.6 Self Disclosure yang Efektif

Untuk menggunakan self disclosure dengan tepat, pastinya perlu


mempertimbangkan beberapa faktor, seperti tujuan, konteks, audiens,

9
dan tingkat keintiman. Tujuan dari self disclosure adalah untuk
meningkatkan komunikasi dan hubungan, bukan untuk mengalihkan
perhatian, mencari simpati, atau memanipulasi orang lain. Konteks self
disclosure harus relevan dan sesuai dengan situasi, tidak terlalu pribadi,
sensitif, atau kontroversial. Memberi kesempatan kepada lawan bicara
juga merupakan hal yang cukup penting dalam self disclosure, jika hal
tersebut diterapkan. Maka, akan terbentuk suatu komunikasi interpersonal
yang baik dan juga akan membentuk relasi yang kuat antara lawan
komunikasi kita.

2.7 Hubungan Self Disclosure dan Media Sosial

Keterbukaan diri dapat dilakukan melalui berbagai cara dan


dimana saja. Pada era digital ini tentunya self disclosure dapat dilakukan
dengan menggunakan media, salah satunya media sosial Pengungkapan
diri di media sosial mengacu pada proses berbagi informasi pribadi
tentang diri Anda dengan orang lain melalui platform media sosial. Hal ini
dapat mencakup berbagai informasi, mulai dari pemikiran, perasaan,
aktivitas sehari-hari hingga detail pribadi seperti lokasi, kebiasaan, atau
peristiwa penting dalam hidup seseorang. Keterbukaan diri di media
sosial dapat menimbulkan dampak yang kompleks dan beragam, dan
penting untuk memahami konsekuensi dari keterbukaan di platform
publik.

Media sosial merupakan platform online yang memungkinkan kita


sebagai pengguna, untuk membuat konten, berbagi informasi,
berinteraksi, dan berkomunikasi secara virtual dengan orang lain. Hal ini
mencakup berbagai jenis platform termasuk media sosial, platform
berbagi video, ruang obrolan, blog, dan banyak lagi. Media sosial telah
mengubah cara orang berinteraksi, berkomunikasi, dan mengakses
informasi serta telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat modern.

Ada beberapa jenis platform yang kita ketahui saat ini, seperti
Facebook, Twitter, LinkedIn, dan Instagram yang memungkinkan kita
sebagai pengguna untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan rekan

10
kerja, serta berbagi pemikiran, foto, video, dan informasi lainnya. Adapun
YouTube, Vimeo, dan TikTok yang memungkinkan kita untuk
mengunggah, menonton, dan berbagi video dengan cakupan yang cukup
luas.

Media sosial merupakan wadah untuk berkomunikasi dengan


orang tanpa harus bertemu dengan mereka, dan juga untuk
memperkenalkan diri kepada dunia dengan mengekspresikan diri. Maka
dari itu, seiring berjalannya zaman, media sosial akan semakin
meningkat.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengungkapan Diri (Self Disclosure) di Media Sosial

3.1.1 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Instagram


atau Instastory

Media merupakan sebuah alat bantu yang bisa berupa apa saja,
digunakan untuk menyalurkan pesan dalam rangka mencapai tujuan.
Beragam cara serta sarana dalam berkomunikasi memunculkan
banyaknya media yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Media
ini sering disebut media sosial karena digunakan sebagai sarana
komunikasi lintas ruang dan waktu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Dalam hal ini, media sosial Instagram menempati urutan kedua setelah
Facebook, mengungguli jejaring sosial lainnya Instagram merupakan
sebuah media, dalam hal ini Instagram dapat mengakses bagian-bagian
yang sangat private. Dalam kehidupan sehari-hari, keterbukaan diri tidak
hanya terjadi pada komunikasi dan interaksi langsung saja namun dapat
juga terjadi pada media perantara khususnya jejaring sosial. jaringan.
media, dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan individu melalui
jejaring sosial Instagram.

Menurut Widiyana Ningsih (2015), keterbukaan diri pada jejaring


sosial anonim, legatalk, menemukan bahwa keterbukaan diri pada media
anonim membuat individu lebih nyaman membuka diri terhadap hal-hal

11
tertentu, mulai dari ungkapan deskriptif atau hal-hal umum seperti
kejadian sehari-hari. Pada ungkapan evaluatif atau ungkapan yang ebih
dekat dengan jati diri seseorang yang tidak diketahui orang lain.
Keterbukaan diri di media sosial diungkapkan dalam bentuk foto dan
ekspresi deskriptif.

Pada media sosial yang dipilih yaitu Instagram terdapat fitur


Instastory yang sedang menjadi fenomena di masyarakat khususnya di
kalangan generasi milenial. Instastory berfungsi untuk berbagi informasi,
media hiburan, dan media curhat. Tujuan yang paling sering diutarakan
oleh para informan adalah untuk melepaskan emosi.

Dengan melakukan keterbukaan, informan dapat melepaskan


sesuatu yang mengganjal pada dirinya, sehingga dapat memberikan
ketenangan pada dirinya. Keterbukaan diri pada Instagram Story dapat
bertujuan untuk menjernihkan diri karena dengan membagikan keluh
kesahnya dalam Instagram Story, memberikan ruang pada diri individu
yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan hal
yang mengganjal pada dirinya.

Dapat kita simpulkan bahwa dengan berekspresi melalui


Instagram, instastory, individu seolah-olah hanya ingin menampilkan
segala hal yang positif untuk menampilkan dirinya sebagai sosok yang
cantik, menyenangkan, menarik bahkan menjadi karakter yang patut
ditiru. Oleh karena itu, individu hanya akan mengungkapkan sesuatu
tentang dirinya ketika ia sadar bahwa apa yang diunggahnya tidak akan
menimbulkan kerugian atau kerugian bagi orang lain.

3.1.2 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Youtube Dalam


Bentuk Vlog

Semakin berkembang teknologi menjadikan orang-orang yang


terbiasa menampakkan diri atau keterbukaan diri secara tatap muka
(tatap muka), sekarang dapat dilakukan melalui media sosial. Salah satu
diantara mereka yaitu menggunakan media sosial YouTube dalam bentuk

12
vlog. Dengan adanya YouTube dapat memudahkan seseorang
mengekspresikan dirinya melalui konten-konten yang mereka buat
semenarik mungkin. Banyak para vlogger yang terkenal banyak membuat
konten mengenai Self Disclosure dengan konten tersebut mereka
mendapatkan keuntungan dapat melampiaskan perasaannya dan juga
keuntungan secara materiil tetapi juga ada vlogger yang melakukan Self
Disclosure di YouTube namun tidak mendapatkan keuntungan.

Dijelaskan oleh Papacharissi (2012) yakni sebagai informasi, temuan


yang didapatkan adalah sebagai tempat sharing. Di dalam Jurnal ini
terdapat motivasi penggunaan media sosial YouTube ini untuk Self
Disclosure salah satunya yaitu: sebagai media bertukar informasi sesama
pengguna YouTube maupun dengan penonton. Hal tersebut dilakukan
oleh semua vlogger. Lalu berupa motivasi dari diri vlogger dalam
melakukan Self Disclosure diantaranya sebagai berikut :

1. Tempat pelarian karena pengalaman buruk


2. Tempat sharing gen Z
3. Media penjernihan diri
4. Mencari dukungan emosional
5. Media dokumentasi

Banyak penonton yang memberikan respon positif terhadap hasil


penelitian tersebut vlogger positif tentang promosi diri vlogger Respon
luar biasa yang diterima adalah positif (konfirmasi) berupa pengakuan
masyarakat secara langsung dan juga emosi positif. Sisanya adalah
pertanyaan dari sebuah pertanyaan menginformasikan, mendukung dan
mengkonfirmasi pembukaan vlogger hanya ada satu kategori untuk
tanggapan negatif (penolakan).yaitu komentar yang tidak berhubungan
dengan isi vlog.

Self Disclosure pada konten-konten memakai 5 tema vlog yang


berbeda. Yang dimana informasi keseluruhannya vlogger tersebut yaitu
generasi milenial. Dari masalah, percintaan, pekerjaan, pendidikan.
Mereka lebih sering menceritakan mengenai diri mereka sendiri daripada

13
orang lain, tanpa ditutup-tutupi identitasnya maupun mengenai konteks
yangsedang dibicarakan.

Menurut Jourard (Dalam Gainau, 2009:2), informasi yang bersifat


pribadi tersebut mencakup aspek: (1) sikap atau opini, (2) selera dan
minat, (3) pekerjaan atau pendidikan, percintaan, (4) fisik, (5) keuangan,
dan (6) kepribadian. Untuk itu hal ini dapat menunjukkan bahwa tema self
disclosure yang didapatkan dari penelitian vlog mengacu pada aspek ke
(3) dari Jourard yakni membahas permasalahan pekerjaan, pendidikan
dan juga percintaan.

Jadi dapat disimpulkan keterbukaan diri ini sering kali menghasilkan


perasaan dan pendapat pribadi (evaluasi) daripada fakta tentang diri
sendiri (deskripsi). Ada hal unik yang ditemukan peneliti dalam jurnalnya
ini, yaitu ketika mereka melakukan rekaman (saat perekaman), mereka
lebih memilih tempat yang mereka anggap privat, seperti kamar tidur, di
mobil, di ruangan kerja pribadi nya. Meskipun begitu videonya diunggah,
semua orang tetap bisa melihat konten yang mereka unggah di channel
YouTube mereka.

3.1.3 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna Aplikasi


Kencan Online atau Tinder

Salah satu media interaktif yang berkembang pada era ini adalah
media digital termasuk internet. Gadget dengan akses internet semakin
banyak peminatnya sehingga memunculkan aplikasi-aplikasi yang
kompleks seperti aplikasi belanja online, aplikasi nelpon ojek online, dan
aplikasi kencan online. Di era sekarang ini, mencari jodoh semakin
mudah berkat adanya aplikasi kencan online, termasuk Tinder.

Tinder adalah aplikasi kencan online yang diluncurkan oleh Sean


Read, Justin Mateen dan Jonathan Badin di West Hollywood, California
(Putri,2015:02). Tinder dilengkapi dengan satelit navigasi sehingga dapat
mempertemukan pengguna dengan orang sekitar (Thaeras,2015).

14
Sebelum bertemu langsung, pengguna Tinder terlibat dalam interaksi
online di mana pengguna mulai bertukar informasi pribadi dalam proses
pengembangan hubungan yang dikenal sebagai pengungkapan diri.
Penerapan self-disclosure di dalam aplikasi Tinder untuk membangun
hubungan romantis melibatkan tahapan keterbukaan diri antara
pengguna.

Penerapan self-disclosure dalam aplikasi Tinder menjadi penting


karena keterbukaan diri merupakan faktor kunci dalam membangun
hubungan yang bermakna. Namun pengungkapan informasi pribadi yang
dilakukan oleh pengguna merupakan pengungkapan informasi pribadi
secara online, sehingga menggunakan teori SIP untuk menganalisis
komunikasi non-verbal yang tidak terlihat di dunia nyata online.

Dengan demikian, pengguna dapat menggunakan self-disclosure


sebagai strategi untuk memperkuat hubungan romantis melalui aplikasi
kencan online seperti Tinder.

TABEL PENGUNGKAPAN DIRI (SELF DISCLOSURE) DI MEDIA SOSIAL

Instagram Story Youtube Tinder


1. Proses
2. Tujuan
3. Model
4. Latar Belakang
Pengungkapan Diri
5. Pelaku
Pengungkapan Diri

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

16
DAFTAR PUSTAKA

Erti Puspaningrum, A., & Manalu, S. R. (2017). Self Disclosure Pada Media
Sosial Youtube Dalam Bentuk Video Blog. Interaksi Online; Vol 6, No 1:
Januari 2018.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/19114

Muhammad Budyana & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antar Pribadi

(Jakarta: Kencana, 2011), 40-42

Mahardika, R. D., & Farida, F. (2019). Pengungkapan diri pada instagram


instastory. Jurnal Studi Komunikasi, 3(1), 101-117

17
Manu, N. P. C., Joni, I. D. A. S., & Purnawan, N. L. R. (2017). Self disclosure
pengguna aplikasi kencan online (Studi pada Tinder). E-jurnal Medium1
(1), 1-9

Puspaningrum, A. E., & Manalu, S. R. (2017). Self disclosure pada media sosial
YouTube Dalam Bentuk Video blog. Interaksi Online, 6(1)

18

Anda mungkin juga menyukai