Disusun Oleh:
Kelompok 4 (3A7)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "TEORI
SELF DISCLOSURE DALAM MEDIA SOSIAL” ini dengan tepat waktu tanpa ada
halangan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Aan Widodo, S.I.Kom.,
M.I.Kom. sebagai dosen pengampu mata kuliah Teori Komunikasi yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak pengguna media sosial yang masih percaya bahwa media sosial
merupakan media yang mampu menyelesaikan segala permasalahan kehidupan.
Fungsi media sosial kini berubah dari sekedar pengganti interaksi langsung
menjadi tahapan tersendiri yaitu Pengungkapan Diri atau Self Disclosure, namun
dengan cara yang sangat berbeda. Termasuk ketika membicarakan
permasalahan hidup seseorang di dunia maya, dan akan muncul fenomena
membagi atau menghilangkan privasi secara berlebihan di media sosial yang
juga disebut dengan istilah fenomena Hyperhonest.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai teori self disclosure.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi self disclosure.
3. Untuk mengetahui fungsi dari teori self disclosure.
4. Untuk mengetahui dimensi dari self disclosure.
5. Untuk mengetahui tujuan dari self disclosure
6. Untuk mengetahui cara penerapan self disclosure
7. Untuk mengetahui hubungan self disclosure dan media sosial
BAB II
LANDASAN TEORI
Johari Window
Seperti gambar diatas merupakan contoh keterbukaan diri dari konsep diri Johari
Window yang berkaitan dengan Self Disclosure ini.
Maka dari itu Self Disclosure adalah ketika sebuah hubungan antara
individu berkembang, maka seiring dengan berjalannya proses komunikasi,
informasi baru mengenai satu sama lain pun akan mulai terungkap. Semakin
intim hubungan kedua individu tersebut, maka kedalaman dan keluasan terkait
pengetahuan mengenai satu sama lain juga akan semakin bertambah. Dalam
proses komunikasi tersebut, terjadi konsep yang dinamakan self disclosure atau
pengungkapan diri antara pihak-pihak yang saling berinteraksi.
2.2 Faktor yang mempengaruhi Self Disclosure
2. Hubungan
3. Target
4. Jenis informasi
5. Gender
6. Budaya
7. Lingkungan
9. Keamanan
Menurut Darlega dan Grzelsk (dalam O Sears, dkk., 1998) ada lima fungsi
pengungkapan diri, yaitu:
a. Penjernihan Diri
b. Ekspresi (expression)
c. Keabsahan Sosial
d. Kendali Sosial
e. Perkembangan Hubungan
a. Amount
b. Valensi
Dimensi valensi menunjukkan kualitas positif dan negative dari self
disclosure. Individu dapat melakukan self disclosure dengan baik dan
menyenangkan (positif) atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan
(negatif), kualitas ini akan menimbulkan dampak berbeda, baik bagi individu
yang melakukan self disclosure maupun pendengarnya.
c. Accuracy
Dimensi accuracy atau kecermata dan kejujuran dari self disclosure akan
dibatasi sejauh mana individu mengetahui dan mengenal dirinya sendiri. Self
disclosure akan berbeda tergantung pada kejujuran. Individu dapat jujur atau
melebih-lebihkan cerita, atau berbohong.
d. Intention,
1. Expression
2. Self Clarification
3. Social Validation
4. Social Control
5. Relationship Development
Keterbukaan diri dapat dilakukan melalui berbagai cara dan dimana saja.
Pada era digital ini tentunya self disclosure dapat dilakukan dengan
menggunakan media, salah satunya media sosial Pengungkapan diri di media
sosial mengacu pada proses berbagi informasi pribadi tentang diri Anda dengan
orang lain melalui platform media sosial. Hal ini dapat mencakup berbagai
informasi, mulai dari pemikiran, perasaan, aktivitas sehari-hari hingga detail
pribadi seperti lokasi, kebiasaan, atau peristiwa penting dalam hidup seseorang.
Keterbukaan diri di media sosial dapat menimbulkan dampak yang kompleks dan
beragam, dan penting untuk memahami konsekuensi dari keterbukaan di
platform publik.
Ada beberapa jenis platform yang kita ketahui saat ini, seperti Facebook,
Twitter, LinkedIn, dan Instagram yang memungkinkan kita sebagai pengguna
untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan rekan kerja, serta berbagi
pemikiran, foto, video, dan informasi lainnya. Adapun YouTube, Vimeo, dan
TikTok yang memungkinkan kita untuk mengunggah, menonton, dan berbagi
video dengan cakupan yang cukup luas.
BAB III
PEMBAHASAN
Media merupakan sebuah alat bantu yang bisa berupa apa saja,
digunakan untuk menyalurkan pesan dalam rangka mencapai tujuan. Beragam
cara serta sarana dalam berkomunikasi memunculkan banyaknya media yang
digunakan untuk menyampaikan informasi. Media ini sering disebut media sosial
karena digunakan sebagai sarana komunikasi lintas ruang dan waktu untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam hal ini, media sosial Instagram
menempati urutan kedua setelah Facebook, mengungguli jejaring sosial lainnya
Instagram merupakan sebuah media, dalam hal ini Instagram dapat mengakses
bagian-bagian yang sangat private. Dalam kehidupan sehari-hari, keterbukaan
diri tidak hanya terjadi pada komunikasi dan interaksi langsung saja namun dapat
juga terjadi pada media perantara khususnya jejaring sosial. jaringan. media,
dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan individu melalui jejaring sosial
Instagram.
Menurut Widiyana Ningsih (2015), keterbukaan diri pada jejaring sosial
anonim, legatalk, menemukan bahwa keterbukaan diri pada media anonim
membuat individu lebih nyaman membuka diri terhadap hal-hal tertentu, mulai
dari ungkapan deskriptif atau hal-hal umum seperti kejadian sehari-hari. pada
ungkapan evaluatif atau ungkapan yang ebih dekat dengan jati diri seseorang
yang tidak diketahui orang lain. Keterbukaan diri di media sosial diungkapkan
dalam bentuk foto dan ekspresi deskriptif.
Salah satu contoh terjadinya self disclosure dalam jurnal ini adalah ketika
sang penulis melakukan wawancara kepada kerabat dekatnya yaitu “Mengapa
harus memilih instastory?” dijawab oleh beberapa informan sebagai berikut,
Dhanar mengatakan “Ya iseng aja sih, buat isi waktu atau buat ramein Instagram,
ngeksis dong.
3.1.2 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Youtube Dalam Bentuk Vlog
Di dalam Jurnal ini terdapat motivasi penggunaan media sosial YouTube ini
untuk Self Disclosure salah satunya yaitu: sebagai media bertukar informasi
sesama pengguna YouTube maupun dengan penonton. Hal tersebut dilakukan
oleh semua vlogger. Lalu berupa motivasi dari diri vlogger dalam melakukan Self
Disclosure diantaranya sebagai berikut :
Jurnal ini berfokus pada mengapa para vlogger sering menggunakan Self
Disclosure pada konten-konten mereka dan dalam penelitian di jurnal ini
memakai 5 vlogger sebagai sumber informasi yang keseluruhannya vlogger
tersebut yaitu generasi milenial. Dari lima vlogger yang diteliti oleh peneliti (yang
keseluruhannya merupakangenerasi milenial), paling banyak menceritakan
masalah pribadinya mengenai (1) percintaan, (2) pekerjaan, (3) pendidikan.
Mereka lebih sering menceritakan mengenai diri mereka sendiri daripada orang
lain,tanpa ditutup-tutupi identitasnya maupun mengenai konteks yangsedang
dibicarakan.
Untuk itu hal ini dapat menunjukkan bahwa tema self disclosure yang
didapatkan dari penelitian vlog mengacu pada aspek ke (3) dari Jourard yakni
membahas permasalahan pekerjaan, pendidikan dan juga percintaan.
Salah satu media interaktif yang berkembang pada era ini adalah media
digital termasuk internet. Gadget dengan akses internet semakin banyak
peminatnya sehingga memunculkan aplikasi-aplikasi yang kompleks seperti
aplikasi belanja online, aplikasi nelpon ojek online, dan aplikasi kencan online. Di
era sekarang ini, mencari jodoh semakin mudah berkat adanya aplikasi kencan
online, termasuk Tinder.
1.Obrolan ringan lebih sering terjadi dan lebih awal dibandingkan informasi
pribadi
3) Batasan umur informan untuk penelitian ini adalah 20-30 karena merupakan
rentangan umur dewasa awal menurut Hurlock.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Budyana & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antar Pribadi
Puspaningrum, A. E., & Manalu, S. R. (2017). Self disclosure pada media sosial
YouTube Dalam Bentuk Video blog. Interaksi Online, 6(1)