Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TEORI KOMUNIKASI

“TEORI SELF DISCLOSURE DALAM MEDIA SOSIAL”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Komunikasi

Dosen Pengampu : Dr. Aan Widodo,S.I.Kom.,M.I.Kom.

Disusun Oleh:

Kelompok 4 (3A7)

1.Dian Dwi Purwati (202210415097)

2.Nur Adfina Shebrin (202210415057)

3.Shevira Windy Irawan (202210415066)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA – BEKASI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "TEORI
SELF DISCLOSURE DALAM MEDIA SOSIAL” ini dengan tepat waktu tanpa ada
halangan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Aan Widodo, S.I.Kom.,
M.I.Kom. sebagai dosen pengampu mata kuliah Teori Komunikasi yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan


sumbangan positif bagi pembaca. Kami berharap bahwa informasi dan pemikiran
yang terkandung di dalamnya dapat menjadi bahan pembelajaran dan
pengembangan ilmu pengetahuan.

Bekasi,17 Oktober 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Teori Self Disclosure

2.2 Faktor yang mempengaruhi Self Disclosure

2.3 Fungsi dari Teori Self Disclosure

2.4 Dimensi dari Self Disclosure

2.5 Tujuan dari Self Disclosure

2.6 Self Disclosure yang efektif

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hasil Analisis

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya, masing-masing menggunakan teori untuk memandu


seseorang dalam memahami berbagai masalah dan mengambil keputusan
tentang tindakan apa yang harus diambil. Teori dapat berubah seiring waktu,
perubahan terjadi ketika orang menemukan hal baru atau memperoleh perspektif
baru.Teori Komunikasi merupakan hubungan antara konsep-konsep teoritis yang
membantu memberikan seluruh atau sebagian informasi, interpretasi,
penjelasan, evaluasi atau prediksi tindakan manusia berdasarkan komunikator
(manusia) komunikasi (berbicara, menulis, membaca, mendengarkan, menonton
dan sebagainya).

Keterbukaan diri (Self Disclosure) merupakan salah satu fokus utama


mempelajari komunikasi sebagai suatu ilmu. Dengan berkembangnya zaman dan
kemajuan teknologi saat ini yang memudahkan komunikasi antar manusia,
keterbukaan diri juga dapat dilakukan di berbagai media. Salah satu yang paling
populer saat ini adalah media sosial yang hampir digunakan oleh semua
kalangan.

Banyak pengguna media sosial yang masih percaya bahwa media sosial
merupakan media yang mampu menyelesaikan segala permasalahan kehidupan.

Fungsi media sosial kini berubah dari sekedar pengganti interaksi langsung
menjadi tahapan tersendiri yaitu Pengungkapan Diri atau Self Disclosure, namun
dengan cara yang sangat berbeda. Termasuk ketika membicarakan
permasalahan hidup seseorang di dunia maya, dan akan muncul fenomena
membagi atau menghilangkan privasi secara berlebihan di media sosial yang
juga disebut dengan istilah fenomena Hyperhonest.

Kemudian dalam hubungan interpersonal,tingkat Self Disclosure sangat


mempengaruhi tingkat kedekatan antara individu. Misal A sudah mengetahui
semua sifat dan kepribadian B, maka dari itu mereka sudah menjalin suatu
hubungan yang lebih intim atau akrab. Dalam fenomena tersebut dapat
memainkan peran untuk membentuk kepercayaan serta suatu hubungan yang
lebih dalam. Hal tersebut juga dapat diterapkan di dalam media sosial. Mereka
dapat akrab dan berkenalan dengan nyaman melalui media sosial masing-
masing.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu teori self disclosure?


2. Apa saja faktor yang mempengaruhi self disclosure?
3. Apa saja fungsi dari Teori self disclosure?
4. Apa saja dimensi self disclosure?
5. Apa tujuan dari self disclosure ?
6. Bagaimana cara agar self disclosure berjalan dengan baik ?
7. Bagaiamana hubungan antara self disclosure dan media sosial ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai teori self disclosure.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi self disclosure.
3. Untuk mengetahui fungsi dari teori self disclosure.
4. Untuk mengetahui dimensi dari self disclosure.
5. Untuk mengetahui tujuan dari self disclosure
6. Untuk mengetahui cara penerapan self disclosure
7. Untuk mengetahui hubungan self disclosure dan media sosial
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Teori Self Disclosure

Secara umum teori adalah suatu sistem konsep yang menunjukkan


adanya hubungan antar konsep tersebut yang membantu kita memahami suatu
fenomena. Menurut Jonathan H. Turner, teori didefinisikan sebagai "suatu proses
pengembangan ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa
suatu peristiwa terjadi." Konsep Self Disclosure pertama kali dikemukakan oleh
Jourard (1971), yang mendefinisikan keterbukaan diri sebagai suatu bentuk
komunikasi dimana individu mengungkapkan informasi tentang dirinya.

Self Disclosure atau Keterbukaan diri diartikan sebagai kemampuan


seseorang untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya kepada orang lain
(Wheeles, Rephrase1978). Sedangkan Person (1987) mendefinisikan
keterbukaan diri sebagai tindakan seseorang memberikan informasi pribadi
kepada orang lain, secara sukarela dan dengan sengaja, dengan tujuan
memberikan informasi penting tentang orang tersebut. Altman dan Taylor (1973)
berpendapat bahwa keterbukaan diri adalah kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan informasi tentang dirinya kepada orang lain dengan tujuan
menjalin hubungan yang lebih akrab.

Suatu hubungan sering kali dimulai dengan pertukaran informasi pribadi


yang mendalam. Ketika hubungan menjadi lebih intim, keterbukaan diri akan
menjadi lebih sering dan lebih dalam. Oleh karena itu, keterbukaan diri menandai
kedekatan atau keintiman hubungan yang telah terjalin. Hal ini sesuai dengan
apa yang dikemukakan dalam teori penetrasi sosial yang menyatakan bahwa
apabila suatu hubungan berkembang pada tingkat yang lebih intim maka
keterbukaan diri baik luas maupun dalamnya akan semakin meningkat dan
peningkatan tersebut akan dirasakan oleh individu yang bersangkutan merasa
nyaman.
Analogi Bawang merupakan contoh untuk menggambarkan atau
mengilustrasikan sebuah bawang yang terdapat berbagai banyak lapisan yang
menunjukkan kepribadian seseorang. Jika lapisan paling luar pada bawang
dikupas maka dari itu ditemukan lagi lapisan lain di dalamnya dan begitu
seterusnya.

 Johari Window
Seperti gambar diatas merupakan contoh keterbukaan diri dari konsep diri Johari
Window yang berkaitan dengan Self Disclosure ini.

Self Disclosure (keterbukaan diri) merupakan tindakan untuk


mengungkapkan tentang bagaimana kita berinteraksi dengan orang terhadap
situasi yang terjadi saat ini, dan memberikan informasi tentang masa lalu yang
relevan, yang dapat menjelaskan reaksi yang kita perbuat saat ini. Teori ini
disebut juga dengan Johari Window, teori ini digunakan dalam hubungan antara
pengungkapan diri dan feedback dalam suatu hubungan. Terdapat empat
kuadran yaitu terbuka (open, yaitu informasi umum), rahasia (secret, yaitu orang
lain tidak boleh tahu), buta (blind, yaitu orang lain tahu tentang kita tanpa kita
sadari), tak dikenal (unknown, yaitu informasi yang tidak diketahui).

Maka dari itu Self Disclosure adalah ketika sebuah hubungan antara
individu berkembang, maka seiring dengan berjalannya proses komunikasi,
informasi baru mengenai satu sama lain pun akan mulai terungkap. Semakin
intim hubungan kedua individu tersebut, maka kedalaman dan keluasan terkait
pengetahuan mengenai satu sama lain juga akan semakin bertambah. Dalam
proses komunikasi tersebut, terjadi konsep yang dinamakan self disclosure atau
pengungkapan diri antara pihak-pihak yang saling berinteraksi.
2.2 Faktor yang mempengaruhi Self Disclosure

Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk


melakukan self-disclosure di media sosial yaitu (Ma et al., 2016):

a. Content Intimacy, orang-orang kurang melakukan self-disclosure ketika


keintiman konten meningkat. Individu cenderung tidak mengungkapkan informasi
yang lebih intim kepada orang lain.

b. Audience, seseorang lebih nyaman melakukan self-disclosure kepada


mereka yang hanya memiliki ikatan sosial daripada orang-orang terdekat.

c. Anonymity, anonimitas memungkinkan pengungkapan lebih banyak dan


lebih menyeluruh. Adanya fitur anonim membuat seseorang lebih mudah untuk
mengungkapkan segala jenis konten. Hal ini dikarenakan berkurangnya risiko
dalam mengungkapkan secara anonim yang mengakibatkan efek disinhibisi

Adapun faktor umum lainnya, yaitu :

1. Ada tidaknya rasa percaya diri

Faktor pertama yang mempengaruhi keterbukaan diri adalah rasa


percaya diri. Orang yang percaya diri cenderung lebih mudah berbagi
informasi pribadi atau intim. Sebab, mereka yakin dan yakin orang lain
akan menerimanya. Sebaliknya, seseorang yang merasa minder atau
malu pada dirinya sendiri mungkin enggan untuk melangkah maju.

2. Hubungan

Hubungan juga mempengaruhi keterbukaan diri. Orang cenderung


lebih mudah mengekspresikan diri mereka kepada orang yang sudah
mereka kenal dan percayai. Di sisi lain, mereka mungkin enggan
mengungkapkan diri kepada orang yang baru mereka temui atau orang
yang belum mereka kenal baik.

3. Target

Tujuan pengungkapan informasi pribadi juga mempengaruhi


kecenderungan untuk berbagi informasi pribadi. Jika tujuan Anda adalah
membangun hubungan yang lebih dekat dengan seseorang,
kemungkinan besar Anda akan berhasil. Namun, jika tujuan Anda adalah
menjaga privasi atau menjaga jarak dengan orang lain, Anda mungkin
enggan melapor.

4. Jenis informasi

Jenis informasi yang dibagikan seseorang juga dapat mempengaruhi


kecenderungan mereka untuk mengungkapkan diri. Informasi sensitif atau
pribadi mungkin lebih jarang dibagikan, sedangkan informasi umum atau
kurang penting mungkin lebih mudah dibagikan.

5. Gender

Gender juga dapat mempengaruhi keterbukaan diri. Misalnya,


penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung mengungkapkan
lebih banyak informasi dibandingkan laki-laki. Namun, hal ini dapat
bervariasi tergantung pada situasi dan konteks spesifik.

6. Budaya

Budaya juga berperan dalam ekspresi diri. Dalam budaya


individualistis seperti Amerika Serikat, ekspresi diri didorong untuk
menciptakan hubungan yang lebih intim. Di sisi lain, budaya kolektivis,
seperti di Asia Timur, cenderung menghargai privasi dan menghindari
keterbukaan diri.

7. Lingkungan

Lingkungan sosial atau situasional juga dapat mempengaruhi


kecenderungan seseorang untuk mengungkapkan diri. Misalnya, orang
cenderung lebih mudah mengekspresikan diri di depan kelompok kecil
dibandingkan di depan kelompok besar. Selain itu, orang mungkin merasa
lebih nyaman di lingkungan yang akrab dan aman.

8. Pengalaman Masa Lalu

Pengalaman masa lalu juga dapat mempengaruhi kecenderungan


seseorang untuk mengungkapkan diri. Orang yang pernah mengalami
pengalaman tidak menyenangkan dalam mengungkapkan identitasnya
mungkin enggan untuk mengumumkannya ke publik di kemudian hari. Di
sisi lain, orang yang mempunyai pengalaman pengungkapan diri yang
positif mungkin lebih cenderung untuk melakukan pengungkapan diri lagi.

9. Keamanan

Keamanan merupakan faktor lain yang mempengaruhi keterbukaan


diri. Orang lebih cenderung mengungkapkan informasi jika mereka
merasa aman dan terlindungi dalam situasi tertentu. Sebaliknya, jika
mereka merasa tidak aman atau tidak nyaman dalam situasi tertentu,
mereka mungkin takut untuk mengekspresikan diri.
2.3 Fungsi dari Teori Self Disclosure

Menurut Darlega dan Grzelsk (dalam O Sears, dkk., 1998) ada lima fungsi
pengungkapan diri, yaitu:

a. Penjernihan Diri

Dengan membicarakan masalah yang sedang kita hadapi kepada


seorang teman, pikiran kita akan lebih jernih sehingga kita dapat melihat
duduk permasalahannya dengan baik.

b. Ekspresi (expression)

Kadang-kadang kita mengatakan segala perasaan kita untuk “membuang


semua itu dari dada kita”. Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita
mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.

c. Keabsahan Sosial

Dengan mengamati bagaimana reaksi pendengar sewaktu kita sedang


mengungkapkan diri, kita memperoleh informasi tentang ketepatan pandangan
kita.

d. Kendali Sosial

Kita dapat mengemukaakn dan menyembunyikan informasi tentang diri


kita sebagai peranti kendali sosial.

e. Perkembangan Hubungan

Saling berbagai informasi dan saling mempercayai merupakan sarana


yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan dan semakin
meningkatkan keakraban.

2.4 Dimensi dari Self Closure

DeVito (1997) mengemukakan bahwa self disclosure mempunyai lima dimensi


antara lain:

a. Amount

Dimensi amount menunjukkan frekuensi seseorang melakukan self


disclosure dan durasi pesan-pesan yang bersifat self disclosure atau waktu
yang diperlukan untuk melakukan self disclosure.

b. Valensi
Dimensi valensi menunjukkan kualitas positif dan negative dari self
disclosure. Individu dapat melakukan self disclosure dengan baik dan
menyenangkan (positif) atau dengan tidak baik dan tidak menyenangkan
(negatif), kualitas ini akan menimbulkan dampak berbeda, baik bagi individu
yang melakukan self disclosure maupun pendengarnya.

c. Accuracy

Dimensi accuracy atau kecermata dan kejujuran dari self disclosure akan
dibatasi sejauh mana individu mengetahui dan mengenal dirinya sendiri. Self
disclosure akan berbeda tergantung pada kejujuran. Individu dapat jujur atau
melebih-lebihkan cerita, atau berbohong.

d. Intention,

Dimensi intention atau tujuan dan maksud individu melakukan self


disclosure ditunjukkan dengan individu menyingkapkan apa yang ditujukan
untuk diungkapkan, sehingga dengan sadar individu dapat mengontrol self
disclosure yang dilakukannya.

2.5 Tujuan dari Self Disclosure

Kita mengungkapkan informasi ke orang lain dengan beberapa alasan.


Menurut Derlega & Grzelak (dalam Taylor, 2000 dalam Famella, 2013), lima
alasan utama untuk pengungkapan diri adalah :

1. Expression

Terkadang individu membicarakan perasaannya untuk pelampiasan.


Mengekspresikan perasaan adalah salah satu alasan untuk penyingkapan diri.

2. Self Clarification

Dalam proses berbagi perasaan atau pengalaman dengan orang lain,


individu mungkin mendapat self-awareness dan pemahaman yang lebih baik.
Bicara kepada teman mengenai masalah dapat membantu individu untuk
mengklarifikasi pikirannya tentang situasi yang ada.

3. Social Validation

Dengan melihat bagaimana reaksi pendengar pada pengungkapan diri


yang dilakukan, individu mendapat informasi tentang kebenaran dan ketepatan
pandangannya.

4. Social Control

Individu mungkin mengungkapkan atau menyembunyikan informasi


tentang dirinya, sama seperti arti dari kontrol sosial. Individu mungkin menekan
topik, kepercayaan atau ide yang akan membentuk pesan yang baik pada
pendengar. Dalam kasus yang ekstrim, individu mungkin dengan sengaja
berbohong untuk mengeksploitasi orang lain.

5. Relationship Development

Banyak penelitian yang menemukan bahwa kita lebih disclosure kepada


orang dekat dengan kita, seperti : suami/istri, keluarga, sahabat dekat. Penelitian
lain mengklaim bahwa kita lebih disclosure pada orang yang kita sukai daripada
orang yang tidak kita sukai. Kita lebih sering untuk terbuka kepada orang yang
sepertinya menerima, memahami, bersahabat, dan mendukung kita.

2.6 Self Disclosure yang Efektif

Untuk menggunakan self disclosure dengan tepat, pastinya perlu


mempertimbangkan beberapa faktor, seperti tujuan, konteks, audiens, dan
tingkat keintiman. Tujuan dari self disclosure adalah untuk meningkatkan
komunikasi dan hubungan, bukan untuk mengalihkan perhatian, mencari simpati,
atau memanipulasi orang lain. Konteks self disclosure harus relevan dan sesuai
dengan situasi, tidak terlalu pribadi, sensitif, atau kontroversial. Memberi
kesempatan kepada lawan bicara juga merupakan hal yang cukup penting dalam
self disclosure, jika hal tersebut diterapkan. Maka, akan terbentuk suatu
komunikasi interpersonal yang baik dan juga akan membentuk relasi yang kuat
antara lawan komunikasi kita.

2.7 Hubungan Self Disclosure dan Media Sosial

Keterbukaan diri dapat dilakukan melalui berbagai cara dan dimana saja.
Pada era digital ini tentunya self disclosure dapat dilakukan dengan
menggunakan media, salah satunya media sosial Pengungkapan diri di media
sosial mengacu pada proses berbagi informasi pribadi tentang diri Anda dengan
orang lain melalui platform media sosial. Hal ini dapat mencakup berbagai
informasi, mulai dari pemikiran, perasaan, aktivitas sehari-hari hingga detail
pribadi seperti lokasi, kebiasaan, atau peristiwa penting dalam hidup seseorang.
Keterbukaan diri di media sosial dapat menimbulkan dampak yang kompleks dan
beragam, dan penting untuk memahami konsekuensi dari keterbukaan di
platform publik.

Media sosial merupakan platform online yang memungkinkan kita sebagai


pengguna, untuk membuat konten, berbagi informasi, berinteraksi, dan
berkomunikasi secara virtual dengan orang lain. Hal ini mencakup berbagai jenis
platform termasuk media sosial, platform berbagi video, ruang obrolan, blog, dan
banyak lagi. Media sosial telah mengubah cara orang berinteraksi,
berkomunikasi, dan mengakses informasi serta telah menjadi bagian penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat modern.

Ada beberapa jenis platform yang kita ketahui saat ini, seperti Facebook,
Twitter, LinkedIn, dan Instagram yang memungkinkan kita sebagai pengguna
untuk terhubung dengan teman, keluarga, dan rekan kerja, serta berbagi
pemikiran, foto, video, dan informasi lainnya. Adapun YouTube, Vimeo, dan
TikTok yang memungkinkan kita untuk mengunggah, menonton, dan berbagi
video dengan cakupan yang cukup luas.

Media sosial merupakan wadah untuk berkomunikasi dengan orang tanpa


harus bertemu dengan mereka, dan juga untuk memperkenalkan diri kepada
dunia dengan mengekspresikan diri. Maka dari itu, seiring berjalannya zaman,
media sosial akan semakin meningkat.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 HASIL ANALISIS

3.1.1 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Instagram atau


Instastory

Media merupakan sebuah alat bantu yang bisa berupa apa saja,
digunakan untuk menyalurkan pesan dalam rangka mencapai tujuan. Beragam
cara serta sarana dalam berkomunikasi memunculkan banyaknya media yang
digunakan untuk menyampaikan informasi. Media ini sering disebut media sosial
karena digunakan sebagai sarana komunikasi lintas ruang dan waktu untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam hal ini, media sosial Instagram
menempati urutan kedua setelah Facebook, mengungguli jejaring sosial lainnya
Instagram merupakan sebuah media, dalam hal ini Instagram dapat mengakses
bagian-bagian yang sangat private. Dalam kehidupan sehari-hari, keterbukaan
diri tidak hanya terjadi pada komunikasi dan interaksi langsung saja namun dapat
juga terjadi pada media perantara khususnya jejaring sosial. jaringan. media,
dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan individu melalui jejaring sosial
Instagram.
Menurut Widiyana Ningsih (2015), keterbukaan diri pada jejaring sosial
anonim, legatalk, menemukan bahwa keterbukaan diri pada media anonim
membuat individu lebih nyaman membuka diri terhadap hal-hal tertentu, mulai
dari ungkapan deskriptif atau hal-hal umum seperti kejadian sehari-hari. pada
ungkapan evaluatif atau ungkapan yang ebih dekat dengan jati diri seseorang
yang tidak diketahui orang lain. Keterbukaan diri di media sosial diungkapkan
dalam bentuk foto dan ekspresi deskriptif.

Metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode deskriptif


kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menitikberatkan pada
kualitas data atau kedalaman data yang dapat diperoleh. Sedangkan penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, mendeskripsikan,
dan memetakan peristiwa berdasarkan sudut pandang atau pola pikir tertentu.
Richie dalam Moleong (2016) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi
konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang di teliti

Jurnal ini berfokus pada individu yang aktivitasnya melibatkan


pengunggahan video Instagram story ke Instagram dan mengkaji bagaimana
individu mengekspresikan dirinya melalui video tersebut. Untuk melakukan
wawancara diperlukan beberapa informan untuk menjawab pertanyaan terkait
penelitian ini. Pada media sosial yang dipilih yaitu Instagram terdapat fitur
Instastory yang sedang menjadi fenomena di masyarakat khususnya di kalangan
generasi milenial.

Salah satu contoh terjadinya self disclosure dalam jurnal ini adalah ketika
sang penulis melakukan wawancara kepada kerabat dekatnya yaitu “Mengapa
harus memilih instastory?” dijawab oleh beberapa informan sebagai berikut,
Dhanar mengatakan “Ya iseng aja sih, buat isi waktu atau buat ramein Instagram,
ngeksis dong.

Dapat kita simpulkan bahwa dengan berekspresi melalui Instagram,


instastory, individu seolah-olah hanya ingin menampilkan segala hal yang positif
untuk menampilkan dirinya sebagai sosok yang cantik, menyenangkan, menarik
bahkan menjadi karakter yang patut ditiru. Oleh karena itu, individu hanya akan
mengungkapkan sesuatu tentang dirinya ketika ia sadar bahwa apa yang
diunggahnya tidak akan menimbulkan kerugian atau kerugian bagi orang lain.

3.1.2 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pada Youtube Dalam Bentuk Vlog

Semakin berkembang teknologi menjadikan orang-orang yang terbiasa


menampakkan diri atau keterbukaan diri secara tatap muka (tatap muka),
sekarang dapat dilakukan melalui media sosial. Salah satu diantara mereka yaitu
menggunakan media sosial YouTube dalam bentuk vlog. Dengan adanya
YouTube dapat memudahkan seseorang mengekspresikan dirinya melalui
konten-konten yang mereka buat semenarik mungkin. Banyak para vlogger yang
terkenal banyak membuat konten mengenai Self Disclosure dengan konten
tersebut mereka mendapatkan keuntungan dapat melampiaskan perasaannya
dan juga keuntungan secara materiil tetapi juga ada vlogger yang melakukan
Self Disclosure di YouTube namun tidak mendapatkan keuntungan.

Di dalam Jurnal ini terdapat motivasi penggunaan media sosial YouTube ini
untuk Self Disclosure salah satunya yaitu: sebagai media bertukar informasi
sesama pengguna YouTube maupun dengan penonton. Hal tersebut dilakukan
oleh semua vlogger. Lalu berupa motivasi dari diri vlogger dalam melakukan Self
Disclosure diantaranya sebagai berikut :

1. Tempat pelarian karena pengalaman buruk


2. Tempat sharing
3. Media penjernihan diri
4. Mencari dukungan emosional
5. Media dokumentasi

Banyak penonton yang memberikan respon positif terhadap hasil penelitian


tersebut vlogger positif tentang promosi diri vlogger Respon luar biasa yang
diterima adalah positif (konfirmasi) berupa pengakuan masyarakat secara
langsung dan juga emosi positif. Sisanya adalah pertanyaan dari sebuah
pertanyaan menginformasikan, mendukung dan mengkonfirmasi pembukaan
vlogger hanya ada satu kategori untuk tanggapan negatif (penolakan).yaitu
komentar yang tidak berhubungan dengan isi vlog.

Jurnal ini berfokus pada mengapa para vlogger sering menggunakan Self
Disclosure pada konten-konten mereka dan dalam penelitian di jurnal ini
memakai 5 vlogger sebagai sumber informasi yang keseluruhannya vlogger
tersebut yaitu generasi milenial. Dari lima vlogger yang diteliti oleh peneliti (yang
keseluruhannya merupakangenerasi milenial), paling banyak menceritakan
masalah pribadinya mengenai (1) percintaan, (2) pekerjaan, (3) pendidikan.
Mereka lebih sering menceritakan mengenai diri mereka sendiri daripada orang
lain,tanpa ditutup-tutupi identitasnya maupun mengenai konteks yangsedang
dibicarakan.

Dari jurnal tersebut dalam penelitiannya ditemukan bahwa ada beberapa


hal yang dibahas yaitu : (1) Tema self disclosure, (2) Sifat self disclosure,
(3)Identitas diri, (4) Fokus self disclosure, (5) Aspek Privasi, (6) Tone emosional,
(7) Tempat keterbukaan. Pada tema self disclosure, ditemukan bahwa vlogger
paling banyak membahas mengenaipercintaan, pekerjaan dan pendidikan.
Menurut Jourard (DalamGainau, 2009:2), informasi yang bersifat pribadi tersebut
mencakup aspek: (1) sikap atau opini, (2) selera dan minat, (3) pekerjaan atau
pendidikan, percintaan, (4) fisik, (5) keuangan, dan (6) kepribadian.

Untuk itu hal ini dapat menunjukkan bahwa tema self disclosure yang
didapatkan dari penelitian vlog mengacu pada aspek ke (3) dari Jourard yakni
membahas permasalahan pekerjaan, pendidikan dan juga percintaan.

Jadi dapat disimpulkan keterbukaan diri ini sering kali menghasilkan


perasaan dan pendapat pribadi (evaluasi) daripada fakta tentang diri sendiri
(deskripsi). Ada hal unik yang ditemukan peneliti dalam jurnalnya ini, yaitu ketika
mereka melakukan rekaman (saat perekaman), mereka lebih memilih tempat
yang mereka anggap privat, seperti kamar tidur, di mobil, di ruangan kerja
pribadi nya. Meskipun begitu videonya diunggah, semua orang tetap bisa melihat
konten yang mereka unggah di channel YouTube mereka.

3.1.3 Self Disclosure (Pengungkapan Diri) Pengguna Aplikasi Kencan


Online atau Tinder

Salah satu media interaktif yang berkembang pada era ini adalah media
digital termasuk internet. Gadget dengan akses internet semakin banyak
peminatnya sehingga memunculkan aplikasi-aplikasi yang kompleks seperti
aplikasi belanja online, aplikasi nelpon ojek online, dan aplikasi kencan online. Di
era sekarang ini, mencari jodoh semakin mudah berkat adanya aplikasi kencan
online, termasuk Tinder.

Sebelum bertemu langsung, pengguna Tinder terlibat dalam interaksi


online di mana pengguna mulai bertukar informasi pribadi dalam proses
pengembangan hubungan yang dikenal sebagai pengungkapan diri. Penelitian
dalam jurnal ini ingin mengetahui keterbukaan diri pengguna aplikasi kencan
online Tinder dan batasan permasalahan dalam penelitian ini, hanya fokus pada
keterbukaan diri online saat pengguna masih dimediasi oleh Tinder.

Tujuan dari jurnal penelitian ini adalah untuk menjelaskan keterbukaan


diri pengguna kencan online Tinder. Contoh penelitian pada jurnal ini adalah
jurnal online Ayip Fahmi Faturochman (2014) yang mengkaji penggunaan Tinder
dan perkembangan hubungannya dengan Tinder Match (Studi pada Mahasiswa
Universitas Indonesia menggunakan Tinder). Tinjauan penelitian ini berfokus
pada keterbukaan diri online pengguna Tinder dan sejauh mana keterbukaan diri
pengguna Tinder.
Namun pengungkapan informasi pribadi yang dilakukan oleh pengguna
merupakan pengungkapan informasi pribadi secara online, sehingga didalam
jurnal penelitian ini menggunakan teori SIP untuk menganalisis komunikasi non-
verbal yang tidak terlihat di dunia nyata online. Dari perspektif teori penetrasi
sosial, Altman dan Taylor menjelaskan empat tahap pengungkapan kedalaman
diri (Griffin, 2006:115-116):

1.Obrolan ringan lebih sering terjadi dan lebih awal dibandingkan informasi
pribadi

2.Pengungkapan diri (pengungkapan diri) bersifat timbal balik (reciprocal)

3.Penetrasi menurun ketika seseorang menembus lapisan yang lebih dalam.

4.Penetrasi merupakan kemajuan bertahap dengan semakin memudarnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang bersifat


deskriptif kualitatif. Data primer didapat dari wawancara langsung dengan para
informan pengguna Tinder dan data sekunder didapat dari buku, jurnal online
dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam jurnal penelitian ini
informan adalah pengguna Tinder:

1) Aktif menggunakan Tinder selama kurang lebih 6 bulan,

2) Memiliki intensitas percakapan yang panjang dengan calon pasangan kencan


onlinenya atau pernah mendapatkan pacar dari aplikasi kencan onlineTinder,

3) Batasan umur informan untuk penelitian ini adalah 20-30 karena merupakan
rentangan umur dewasa awal menurut Hurlock.
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Dasrun Hidayat, ”Komunikasi Antarpribadi dan Medianya” (Yogyakarta: Graha


Ilmu, 2012), 106.

Muhammad Budyana & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antar Pribadi

(Jakarta: Kencana, 2011), 40-42

Mahardika, R. D., & Farida, F. (2019). Pengungkapan diri pada instagram


instastory. Jurnal Studi Komunikasi, 3(1), 101-117

Puspaningrum, A. E., & Manalu, S. R. (2017). Self disclosure pada media sosial
YouTube Dalam Bentuk Video blog. Interaksi Online, 6(1)

Manu, N. P. C., Joni, I. D. A. S., & Purnawan, N. L. R. (2017). Self disclosure


pengguna aplikasi kencan online (Studi pada Tinder). E-jurnal Medium1
(1), 1-9

Anda mungkin juga menyukai