Anda di halaman 1dari 20

PERBANDINGAN PERILAKU SELF DISCLOSURE DI FIST

ACCOUNT DAN SECOND ACCOUNT INSTAGRAM

DISUSUN OLEH :

Alfia Citra Juwita (NPM. 19523001)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS GUNADARMA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini internet sudah banyak digunakan dan hal tersebut membuat perkembangan
teknologi komunikasi berkembang sangat pesat. Salah satu perkembangannya bisa dilihat
dari perkembangan media sosial yang semakin luas digunakan oleh masyarakat. Menurut
laporan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) dalam (Nasrullah, 2015)
media sosial yang paling banyak digunakan yaitu Facebook sebesar 71,6 juta pengguna
(54%) dan urutan keduanya adalah Instagram sebesar 19,9 juta pengguna (15%). Data dari
APJII membuktikan bahwa masyarakat sudah sangat bergantung pada media sosial untuk
mempercepat komunikasi antar individu maupun individu dengan kelompok. Kondisi ini
seperti kelaziman yang membuat masyarakat berubah tentang berkomunikasi pada era yang
serba digital pada saat ini. Media sosial yang menjadi fokus penelitian ini yaitu Instagram.
GoodNews From Indonesia dalam (Iman, 2020) menyatakan generasi milenial dengan
rentang usia 18-34 tahun di Indonesia mendominasi sebagai pengguna aktif Instagram pada
tahun 2020. Instagram merupakan salah satu media sosial yang digunakan untuk self
disclosure atau pengungkapan diri.

Sesuai dengan penelitian yang dulunya telah dilakukan dalam dengan judul “self disclosure
pada Social Media Instagram (Studi Deskriptif Kualitatif Self-Disclosure Pengguna second
account Instagram)” yang diteliti olehRhydea Maria Hefrida (2021) menunjukkan bahwa
pengungkapan diri yang ada pada media sosial second account Instagram membuat
individu merasa lega dan nyaman dalam mengekspresikan dirinya. Selanjutnya
penelitian dengan judul Self Disclosure Generasi Milenial melalui Second Account
Instagram, diteliti oleh Edy Prihantoro, Karin Paula Iasha Damintana, dan Noviawan
rasyid Ohorell (2020) di Indonesia menceritakan tentang generasi milenial yang
lahir bersamaan dengan perkembangan teknologi, antara lain internet dan media
sosial Instagram. Jurnal ini membahas keterbukaan diri atau self disclosure
dengan kebebasan berekspresi dan menghilangkan rasa insecure yang dirasakan oleh
generasi milenial di second account Instagram. Berdasarkan paparan tersebut peneliti
ingin mengetahui bagaimana pengungkapan diri (self disclosure) pada pengguna
Instagram, terutama second account di usia dewasa awal. Hal ini merupakan fenomena
yang cukup ini dimana , dewasa awal yang akan mengalami banyak gejolak di dalam
hidupnya memilih untuk mengungkapkan dirinya melalui second account Instagram

1
dibandingkan first account. Maka selanjutnya, penelitian ini dilakukan dengan judul
“Perbandingan Perilaku Self Disclosure di First Account dan Second Account Instagram”.

B. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana perbandingan perilaku self disclosure di first account dan second account
Instagram?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan perilaku self
disclosure di first account dan second account Instagram.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu khususnya ilmu
psikologi terutama yang berkaitan dengan self disclosure melalui first account dan
second account di Instagram.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan peneliti dan


diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa guna mengetahui lebih dalam lagi
tentang self disclosure.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Fokus Penelitian Self-Disclosure

1. Definisi self disclosure

Menurut Wheeles, dkk tahun (1986) self disclosure atau pengungkapan diri adalah
aktvitas individu untuk membagikan informasi kepada orang lain tentang dirinya
yang meliputi kegiatan, perilaku, perasaan, sikap, motivasi serta ide-ide yang
dimiliki. Dengan adanya aktivitas tersebut, individu akan lebih mudah untuk
mengekspresikan dirinya sesuai dengan apa yang mereka inginkan. self disclosure
merupakan bagian dari komunikasi yang menjadi salah satu faktor pendukung
terjadinya hubungan interpersonal karena akan memunculkan keterbukaan antar
individu.

self disclosure atau pengungkapan diri adalah proses di mana individu


mengungkapkan emosi, pikiran, keyakinan, serta sikapnya (Vogel dan Wester, 2003:
351). self disclosure didefinisikan sebagai tindakan pengungkapan diri individu
yang secara sengaja dilakukan untuk berbagi informasi pribadi yang umumnya
tidak dapat diketahui orang lain tanpa individu tersebut membagikannya. Secara
teknis, self disclosure adalah segala bentuk komunikasi yang mengungkapkan
sesuatu tentang diri seperti mengenai kesukaan dan hobi, perasaan, keinginan diri,
harapan, pendapat, dan lainnya. Devito (2011 : 64) menjelaskan self disclosure
sebagai jenis komunikasi yang memberikan informasi tentang diri sendiri, yang
biasanya disembunyikan dari orang lain. Dengan kata lain, self disclosure terjadi
ketika individu dengan sengaja memberikan informasi tentang diri sendiri kepada
orang lain,namun jika individu tersebut tidak memberi tahu mereka, mereka tidak
akanmengetahui informasi tersebut dari orang lain. self disclosure dianggap sebagai
strategi dalam menjaga hubungan sosial. Ketika seseorang mengungkapkan diri, ia
mempunyai tujuan yang ingin dicapai seperti menjalin keintiman hubungan, untuk
mengesankan orang lain,untuk mengenal diri sendiri atau menginginkan perhatian.
Perilaku ini sangat penting untuk berinteraksi dan memiliki hubungan dengan orang
lain.

3
Menurut Pearson (dalam Rini dan Program, 2007: 5) mendefinisikan self disclosure
sebagai komunikasi yang dilakukan seseorang secara sukarela untuk memberitahu
informasi tentang diri sendiri secara akurat kepada orang lain. Jika seseorang
dipaksa untuk mengungkapkan dirinya, maka ini tidak dapat dianggap sebagai
pengungkapan diri, karena pengungkapan diri harus dilakukan secara sukarela dan
penuh kesadaran dari individu yang bersangkutan.

Morton (dalam Sears et all, 1998) membagi pengungkapan diri menjadi dua sifat
yaitu deskriptif dan evaluatif. Pengungkapan diri secara deskriptif merupakan
kegiatan yang digunakan untuk menggambarkan berbagai fakta tentang individu di
lingkungan sekitarnya yang mungkin belum diketahui orang lain seperti status,
pekerjaan, tempat tinggal, dan sebagainya. Sedangkan pengungkapan diri evaluatif
adalah proses komunikasi ketika individu berbagi pendapat, pengalaman hidup,
perasaan, cita-cita, emosi dancerita pribadi lainnya. Pengungkapan diri harus
berlandaskan kejujuran dan kebenaran informasi. Maka dari itu, informasi yang
disampaikan kepada orang lain bukanlah informasi yang menyimpang dari diri
sendiri untuk menyembunyikan diri sebenarnya agar terlihat baik. Pengungkapan
diri dapat mengurangi prasangka. Jika individu mengekspresikan pikiran dan
emosinya, dia bisa mendapatkan lebih banyak evaluasi positif dari lawan bicara dan
mendapatkan empati (Turner et al., 2007: 372).

Ada beberapa tingkatan dalam pengungkapan diri, mulai dari informasi yangrelatif
aman seperti mengungkapkan hobi atau preferensi musik, hingga topikyang lebih
pribadi seperti ketakutan, mimpi untuk masa depan, atau fantasi. Biasanya ketika
hubungan semakin dalam dan kepercayaan sudah terbentuk,pengungkapan diri
meningkat baik secara luas maupun mendalam. Oleh karena itu, pengungkapan diri
berperan penting dalam memulai dan mempertahankan hubungan. Sehubungan
dengan manfaatnya, pengungkapan diri memungkinkan seseorang untuk lebih
terbuka terhadap dirinya. Pengungkapan diri juga merupakan proses timbal balik
dimana ketika seseorang mulai mengungkapkan informasi pribadi mengenai dirinya
kepada orang lain, maka orang lain akan cenderung melakukan hal yang sama.
Pengungkapan diri dapat membangun kepercayaan antar individu yang dapat
mengembangkan hubungan menjadi lebih bermakna, sehingga hubungan antar
individu akan semakin erat dan mendalam.

4
Berbagi informasi pribadi dengan seseorang dalam situasi yang tepat, dapat
membuat orang lain merasa dipercaya dan dianggap penting. Ini seringmembantu
orang lain merasa cukup nyaman untuk melakukan hal yang samadan membentuk
koneksi yang lebih kuat. Seseorang yang sering melakukan pengungkapan diri
biasanya akan mampumengekspresikan dirinya dengan tepat, sehingga lebih
percaya diri, dapat diandalkan, mampu beradaptasi, serta lebih objektif dan terbuka.
Menurut Kahn dan Garrison (2009) pengungkapan diri secara emosional dapat
dianggapsebagai bentuk dari ekspresi emosional, dan pengalaman emosional ini
dituangkan ke dalam kata-kata dan kemudian ditransmisikan ke orang lain melalui
lisan maupun tulisan. Intensitas dan frekuensi dalam mengungkapkan data pribadi
membentuk jenis hubungan yang dimiliki dengan orang-orang dalam kehidupan
pribadi (keluarga, teman, rekan kerja, dan komunitas lain kita). Kedalaman
informasi yang diungkapkan seseorang biasanya tergantung pada situasi dan orang
yangmenjadi lawan bicara. Jika lawan bicara merupakan pribadi yang
menyenangkan dan dapat membuat seseorang merasa nyaman, maka kemungkinan
seseorang untuk memberikan informasi mengenai dirinya menjadi sangat besar.

self disclosure terlibat dalam banyak aspek kehidupan seperti pengembangan


hubungan intim dan mekanisme penanganan stres juga peristiwa traumatis.
Beberapa dekade penelitian menunjukkan bahwa self disclosure berkontribusi
signifikan terhadap hubungan interpersonal dan dapat mendorong pengembangan
rasa suka, pengertian, dan keintiman. Hal ini terutama berlaku di jejaring sosial
virtual di mana orang mengenal satu sama lain hampir hanya berdasarkan dari self
disclosure. Selain itu, perilaku self disclosure membawa dampak positif pada
kesehatan mental dan fisik seseorang. (Laurenceau et al., 1998)

2. Dimensi self disclosure

DeVito (1997) mengemukakan bahwa pengungkapan diri memiliki lima dimensi


yaitu amount (kuantitas), valence (valensi), accuracy and honesty (ketepatan dan
kejujuran), intention (maksud atau tujuan), intimacy (kedalaman).

a. Amount (Kuantitas)

5
Amount merupakan kuantitas pengungkapan diri yang terukur dan dapat
diketahui dari seberapa sering frekuensi pengungkapan diri individu dan durasi
yang diperlukan untuk mengungkapkan pernyataan tentang diri sendiri kepada
orang lain. Amount berkaitan dengan banyaknya informasi yang diungkapkan
seseorang.

b. Valence (Valensi)

Valensi merupakan sebuah nilai positif atau negatif dari proses pengungkapan diri
individu. Seseorang dapat mengungkapkan hal yang menyenangkan dari dirinya
atau hal yang tidak menyenangkan tentang diri sendiri. Dengan kata lain,
seseorang dapat mengekspresikan hal baik maupun hal jelek dari diri sendiri di
depan orang lain. Pengungkapan diri yang berbeda (positif atau negatif) memiliki
efek penilaian yang berbeda dari orang yang berinteraksi dengannya.

c. Accuracy and Honesty (Ketepatan dan Kejujuran)

Accuracy and Honesty berkaitan dengan keakuratan dan kejujuran informasi


yang diungkapkan individu. Ketepatan dalam pengungkapan diri ditentukan pada
kemampuan pengetahuan atau pemahaman individu tentang dirinya sendiri.
Berbeda halnya dengan kejujuran, individu dapat mengontrol untuk jujur
sepenuhnya mengenai diri sendiri atau bahkan dapat mengurangi atau
melewatkan bagian penting dari dirinya.

d. Intention (Maksud atau Tujuan)

Intention dapat didefinisikan sebagai maksud dan tujuan individu untuk


mengungkapkan dirinya. Dengan kata lain ketika individu mengungkapkan
dirinya, pasti ia memiliki tujuan dan maksud tertentu, seperti misalnya untuk
menarik perhatian, untuk mendapat dukungan, atau mencoba memperoleh
penyelesaiaan masalah dengan berbagi pandangan dan lain sebagainya. Individu
memiliki kontrol atas informasi yang diungkapkan agar dapat mencapai maksud
dan tujuannya mengungkapkan diri.

e. Intimacy (Kedalaman)

Individu dapat mengungkapkan secara rinci hal-hal yang paling intim dalam
hidup mereka, baik hal yang bersifat pribadi maupun periferal. Manusia memiliki

6
tingkatan yang menunjukkan seberapa dalam seorang individu dalam menjalin
hubungan atau berkomunikasi dengan orang lain lewat pengungkapan diri.
Semakin dalam informasiyang disampaikan maka akan mempengaruhi keintiman
hubungan individu dengan lawan bicaranya.

3. Komponen self disclosure

Menurut Pearson (1983) komponen self disclosure yaitu:

a. Jumlah informasi yang diungkapkan

Jumlah informasi yang diungkapkan berkaitan dengan seberapa banyak informasi


yang diungkapkan oleh individu.

b. Sifat dasar yang positif dan negatif

Sifat dasar yang positif dan negatif menyangkut bagaimana individu


mengungkapkan diri mengenai hal-hal positif dan negatif mengenai dirinya
karena individu dapat memuji atau bahkan menjelek-jelekkan dirinya sendiri.

a. Dalamnya suatu pengungkapan diri

Dalamnya pengungkapan diri menyangkut seberapa banyak dan detail informasi


yang diungkapkan oleh individu karena individu dapat mengungkapkan dirinya
secara umum maupun secara mendetail.

b. Waktu pengungkapan diri

Waktu pengungkapan diri berhubungan dengan berapa lama waktu yang


dibutuhkan oleh individu untuk mengungkapkan diri, individu dapat terbuka atau
mau mengungkapkan dirinya secara cepat atau dalam waktu yang relatif lama.

c. Lawan bicara

Jenis kelamin dan lawan bicara mempengaruhi keterbukaan diri individu seperti
terbuka kepada orang tua, teman, pacar, sahabat, keluarga, dan guru.

Berdasarkan penjelasan diatas, keterbukaan diri memiliki 5 komponen yaitu


jumlah informasi yang diungkapkan, sifat dasar yang positif dan negatif,
dalamnya suatu pengungkapan diri, waktu pengungkapan diri dan lawan bicara.

7
4. Fungsi self disclosure

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan diri memainkan peran


kunci dalam membentuk hubungan yang kuat. Derlega dan Grzelak (Pamuncak,
2011:27) membagi fungsi self disclosure menjadi lima bagian yaitu sebagai berikut:

a. Bentuk Ekspresi

Dalam menjalani sebuah hubungan pasti ada rasa bahagia, kecewa, marah, ataupun
sedih. Individu cenderung akan mengekspresikan perasaannya sebagai bentuk dari
pelampiasan emosi. Mengekspresikan emosi menjadi satu alasan pengungkapan
diri.

b. Penjernihan Diri

Individu dapat memperoleh kesadaran dan pemahaman tentang masalah yang


dihadapi dengan lebih baik ketika menceritakan masalah tersebut dengan orang-
orang terdekat. Dengan menceritakan masalah yang sedang dihadapi, orang lain
dapat membantu individu tersebut mengklarifikasi pemikirannya mengenai situasi
yang sedang dihadapi. Individu akan merasa mendapat dukungan sehingga lebih
berpikir jernih untuk menyelesaikan masalahnya.

c. Keabsahan Sosial

Dengan mengamati respon pendengar terhadap pengungkapan diri, individu dapat


memperoleh informasi tentang kebenaran dan keakuratan pendapat mereka. Ketika
seseorang mendapatkan validitas dari pandangan dan pendapatnya maka orang
tersebutakan merasa memperoleh dukungan dari pendengarnya.

d. Kendali Sosial

Seseorang memiliki kendali atas informasi yang ingin mereka ungkapkan atau
sembunyikan tentang diri mereka sendiri, contohnya seseorang akan mengatakan
bahwa dirinya suka menolong untuk dapat menimbulkan kesan yang baik terhadap
dirinya. Individu dapat menentukan suatu topik dan ide dalam mengungkapkan
dirinya yang bisa jadi bermanfaat bagi pendengarnya. Dalam kasus ekstrim,
individu juga dapat dengan sengaja berbohong untuk membodohi orang lain.

e. Perkembangan

8
Hubungan Ketika individu saling menceritakan tentang dirinya sendiri, hal tersebut
akan membangun rasa percaya antar individu. Kepercayaan menjadi hal terpenting
dalam upaya membangun hubungan dan meningkatkan keakraban.

B. Fokus Penelitian first account dan second account Instagram

Bila ditinjau dari sisi bahasa, first account dapat didefinisikan sebagai akun utama
yang dibuat untuk eksistensi diri, akan tetapi dalam penggunaanya mungkin saja
yang lebih sering diaktifkan adalah second account. Terdapat perbedaan konten
antara first account dan second account, bila kita melihat tujuan dari media sosial
yang saat ini condong sebagai sarana eksistensi diri, maka hal ini sangat sesuai
dengan fungsi dan tujuan first account dimana orang akan memposting segala hal
yang paling menarik tentang dirinya sebagai representasi diri. Pada first account,
orang cenderung merangkai profil yang menunjukkan “ideal self” mereka.

Mandelson dan Papacharissi (2010) menemukan adanya presentasi diri dilakukan


guna menunjukkan impresi tertentu seperti yang mereka inginkan. Egbert (2011)
mengatakan bahwa orang menerapkan sejumlah strategi untuk menciptakan serta
menjaga imej yang diinginkan. Dalam penelitian Gilly, dkk. (2003) terhadap
sejumlah pemilik situs pribadi, ditemukan bahwa salah satu motivasi pembuatan
serta pemeliharaan situs tersebut dalah guna mengonstruksi “digital self” . Berbeda
dengan first account yang selalu menunjukkan imaji diri yang ideal, second account
justru menunjukkan hal-hal yang sifatnya sangat privasi dan informasi yang
diberikan tidak selalu tentang sifat yang memberi kesan baik terhadap pemilik
second account, foto ataupun video yang diposting tidak jarang berkualitas rendah
(seperti foto yang ekspresinya aneh ataupun blur). Hal yang diposting di second
account biasanya berupa foto – foto kurang atraktif, cerita harian tentang sulitnya
kehidupan remaja menuju dewasa muda, cerita asmara, swafoto tidak terkontrol,
screen capture obrolan di grup, gosip, lelucon eksplisit, foto aib, dan beragam hal
lainnya. Di second account orang bebas mengekspresikan diri tanpa perlu khawatir
akan jumlah like, comment dan followers serta pandangan followers terhadap
dirinya.

Ciri-ciri dari second account yaitu menggunakan username yang beda dari
nama aslinya, jumlah yang diikuti (following) sedikit, dan juga following tidak

9
banyak yang dari lawan jenis (Astuti, 2020). Hal ini tentunya cukup
menarik untuk dibahas, karena pada penemuan-penemuan yang terdahulu
mengenai second account Instagram ini banyak sekali yang menggunakan
nama samaran pada akun tersebut yang biasa disebut sebagai (pseudonym).
Menurut KBBI, pseudonym second account Instagram adalah akun yang
menggunakan nama samaran atau bisa dikatakan menggunakan fake identity
(identitas palsu) (Kemendikbud, 2016). Manfaatnya sendiri yaitu bisa
memberikan kebebasan berekspresi dan juga sekaligus mengurangi rasa
cemas serta pseudonym account juga bisa melindungi privasi penggunanya
dan menjadi ajang stalking pengguna tersebut. Salah satu fungsi atau
kegunaan dari pseudonym di second account Instagram yaitu untuk
melakukan self disclosure. Penggunaan second account juga merupakan salah
satu contoh pemberlakuan self disclosure.

C. Dinamika Psikologi

Instagram sebagai salah satu media sosial yang paling banyak digunakan di
Indonesia memberikan kebebasan bagi siapa saja untuk menggunakan akun tersebut.
Artinya tidak ada batasan usia yang diberikan mulai dari anak-anak, remaja, hingga
dewasa menggunakan platform tersebut untuk mengunggah postingan sesuatu
tentang dirinya. Namun, berdasarkan data yang diperoleh dari
databoks.katadata.co.id pada bulan oktober tahun 2021 di Indonesia sendiri tercatat
pengguna instagram pada urutan pertama berada di rentang usia 18-24 tahun
sebanyak 37% dan urutan kedua untuk usia 25-34 tahun berada di persentase
32,2 %. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas pengguna
Instagram adalah kelompok usia dewasa awal. Dewasa awal mencakup transisi
individu baik dari segi fisik maupun secara peran sosial. Salah satu karakteristik
yang sering muncul pada rentang usia ini adalah terlihat banyak kekhawatiran dan
ketakutan antara persoalan tertentu sehingga mudah untuk memunculkan
ketegangan emosional (Hurlock, 2014).

10
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan variabel independent yaitu


self-disclosure. Populasi pada penelitian ini adalah dewasa awal yang berusia 18-24
tahun. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan cara menetapkan
ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga diharapkan dapat
menjawab permasalahan penelitian.

B. Subjek Penelitian

Responden pada penelitian ini yaitu dewasa awal 18-24 tahun yang merupakan
mahasiswa psikologi Universitas Gunadarma. Berdasarkan kriteria tersebut, didapati
31 responden.

C. Tahap-tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti membaginya kedalam beberapa tahapan


penelitian sebagai berikut:

1. Tahap pertama

Dalam melakukan tahap ini peneliti sebelumnya melakukan kajian literatur


mengenai masalah penelitian yang telah ditentukan dengan membaca berbagai
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah penelitian yang menjadi fokus
peneliti. Selanjutnya dilakukan pembentukan hipotesa penelitian yang berfungsi
sebagai acuan penelitian.

2. Tahap penelitian

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan


kuisioner yang sesuai dengan variabel penelitian, kemudian kuisioner tersebut
diberikan kepada subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian.

11
3. Tahap Akhir

Setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan tahap selanjutnya adalah


melakukan analisis data yang telah diperoleh. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan aplikasi SPSS (Statistica Product and Service Solution).

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sangat diperlukan dalam melakukan penelitian, karena


metode pengumpulan data merupakan cara atau teknik yang dibutuhkan oleh peneliti
untuk mendapatkan sebuah data (Arikunto, 2010). Adapun metode pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan mneggunakan metode skala. Skala merupakan
salah satu pengembangan alat ukur non kognitif, Azwar (2004) menjelaskan bahwa
skala sebagai pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengungkap suatu konstruk
atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. Bentuk
Skala yang digunakan adalah Skala Likert yang digunakan dengan tujuan untuk
mengukur skala sikap, dan dimodifikasi menggunakan empat pilihan jawaban
alternatif yang dipisahkan menjadi pernyataan favorable dan unfavorable. Favorable
merupakan pernyataan yang bersifat positif (mendukung) aspek-aspek dari variabel,
dan pernyataan unfavorable, merupakan pernyataan yang bersifat negative (tidak
mendukung) aspek dari 37 variabel (Azwar, 2010). Skala dengan empat pilihan
jawaban lebih disarankan karena apabila ada lima jawaban pilihan, subjek akan
cenderung memilih pilihan yang ada di tengah, yang dirasa aman dan hampir tidak
terpikir.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar penelitian lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan skala psikologi. Skala psikologi adalah suatu daftar yang aitem-
aitemnya stimulusnya berupa pernyataan yang didasari indikator-indikator yang
mengacu pada alat ukur aspek atau atribut efektif.

12
Adapun Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah diukur menggunakan
skala yang di adopsi dan disusun berdasarkan 5 aspek yaitu intent to dsiclose, amount
of disclosure, valence, control of depth, dan honesty-accuracy of disclosure.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Asdi mahasatya
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Devito, J. A. (1997). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books.
Hurlock, E. B. 2014. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan Edisi 5. Jakarta: Gramedia.
Iman, M. (2020). Pengguna Instagram di Indonesia DidominasiWanita dan Generasi
Milenial.https://www.google.com/amp/s/www.goodnewsfromindonesia.id/2020/
06/14/penggunainstagram-di-indonesia-didominasi-wanita-dan-generasi-
milenial/amp
Nasrullah, R. (2015) Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi.
1st edition. Bandung, Simbiosa Rekatama Media.

Wheeless, L. R., Nesser, K., & Mccroskey, J. C. (1986). The relationships of self-
disclosure and disclosiveness to high and low communication apprehension,
communication research reports. (Online) Diakses dari
http://www.jamescmccroskey.com/publications/137.pdf

14
PERBANDINGAN PERILAKU
SELF-DISCLOSURE DI FIRST
ACCOUNT DAN SECOND
ACCOUNT INSTAGRAM

Nama : Alfia Citra Juwita


NPM : 19523001
Dosen Pembimbing : Syarifah Azharina
LATAR BELAKANG MASALAH
Saat ini internet sudah banyak digunakan dan hal tersebut membuat perkembangan teknologi
komunikasi berkembang sangat pesat. Salah satu perkembangannya bisa dilihat dari perkembangan
media sosial yang semakin luas digunakan oleh masyarakat. Menurut laporan APJII (Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) dalam (Nasrullah, 2015) media sosial yang paling banyak
digunakan yaitu Facebook sebesar 71,6 juta pengguna (54%) dan urutan keduanya adalah Instagram
sebesar 19,9 juta pengguna (15%). Data dari APJII membuktikan bahwa masyarakat sudah sangat
bergantung pada media sosial untuk mempercepat komunikasi antar individu maupun individu
dengan kelompok. Kondisi ini seperti kelaziman yang membuat masyarakat berubah tentang
berkomunikasi pada era yang serba digital pada saat ini. Media sosial yang menjadi fokus penelitian ini
yaitu Instagram. GoodNews From Indonesia dalam (Iman, 2020) menyatakan generasi milenial dengan
rentang usia 18-34 tahun di Indonesia mendominasi sebagai pengguna aktif Instagram pada tahun
2020. Instagram merupakan salah satu media sosial yang digunakan untuk self disclosure atau
pengungkapan diri.

Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengungkapan diri (self disclosure) pada pengguna
Instagram, terutama second account di usia dewasa awal. Hal ini merupakan fenomena yang
cukup ini dimana , dewasa awal yang akan mengalami banyak gejolak di dalam hidupnya memilih
untuk mengungkapkan dirinya melalui second account Instagram dibandingkan first account. Maka
selanjutnya, penelitian ini dilakukan dengan judul “Perbandingan Perilaku Self Disclosure di First
Account dan Second Account Instagram”.
RUANG LINGKUP & TUJUAN

BATASAN MASALAH
Hanya menganalisis perilaku self disclosure orang dewasa awal
usia 18-24 tahun di first account dan second account Instagram
mereka.

TUJUAN
Mengetahui perbandingan perilaku self disclosure di first
account dan second account Instagram
METODE PENELITIAN

• Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan


variabel independent yaitu self-disclosure. Populasi
pada penelitian ini adalah dewasa awal yang berusia
18-24 tahun. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,
dimana pengambilan sampel dilakukan dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan
penelitian, sehingga diharapkan dapat menjawab
permasalahan penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Wheeles, dkk tahun (1986) self disclosure atau


pengungkapan diri adalah aktvitas individu untuk membagikan
informasi kepada orang lain tentang dirinya yang meliputi kegiatan,
perilaku, perasaan, sikap, motivasi serta ide-ide yang dimiliki.
Dengan adanya aktivitas tersebut, individu akan lebih mudah untuk
mengekspresikan dirinya sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
self disclosure merupakan bagian dari komunikasi yang menjadi
salah satu faktor pendukung terjadinya hubungan interpersonal
karena akan memunculkan keterbukaan antar individu.

Anda mungkin juga menyukai