Anda di halaman 1dari 11

Analisis Self Disclosure Pengguna First Account dan

Second Account di Instagram di Kalangan Mahasiswa

Revanni Nahari Aza Budiyanto1, Vinisa Nurul Aisyah2


1,2
Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS), Surakarta, Indonesia

Abstract
Purpose: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana self disclosure pengguna first account dan second account di
Instagram menggunakan teori Johari Window. Mahasiswa yang menggunakan Instagram tidak hanya memiliki satu akun
saja, melainkan memiliki multiple account.

Methodology: Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan penentuan informan dengan teknik purposive sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur. Validitas data menggunakan data.

Result: Hasil penelitian ini ialah pada proses self disclosure Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang menggunakan multiple
account di Instagram, self disclosure yang dilakukan mahasiswa berbeda – beda di setiap area. Pada open area, mahasiswa
melakukan self disclosure meliputi identitas wajah, perasaan bahagia dan membagikan keseharian bersama teman –
temannya sebagai mahasiswa di first account. Pada hidden area, mahasiswa menyembunyikan identitas nama, foto profil
dan private account untuk menghindari orang lain menemukan second account yang mereka miliki. Pada blind area,
mahasiswa tidak mengetahui tanggapan orang lain saat mereka menggunakan second account. Sementara pada unknown
area, merupakan area jika penggunaan second account mahasiswa di ketahui oleh orang lain.

Intruduction
Self disclosure adalah suatu kepribadian yang dimiliki seseorang individu untuk mengungkapkan ide dan
perasaan dalam mereaksikan dan memberikan ulasan terhadap terjadinya situasi. Self disclosure merupakan
suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membagikan informasi tentang dirinya yang tersimpan dalam
bentuk komunikasi kepada orang lain meliputi keinginan, perasaan dan pendapat (Prihantoro et al., 2020).
Self disclosure bukan sebagai topeng kebohongan untuk menyembunyikan fakta yang ada, namun
pengungkapan diri hanya dapat dibagikan kepada orang terdekat yang dipercayai sebagai bentuk ingin
membangun hubungan yang intim dengan orang lain. Adanya self disclosure memperkuat rasa suka dalam
mengembangkan sebuah hubungan, tetapi memiliki resiko adanya penolakan sosial dalam mengutarakan
informasi yang kita berikan (Gainau, 2009).
Instagram menjadi salah satu wadah self disclosure mahasiswa untuk bersosialisasi dan membantu
mengekspresikan diri seperti memposting foto dan video yang dilengkapi dengan fitur follow, like, coment dan
direct message (Aqilla & Sudrajat, 2022). Adanya fitur insta story, reels dan live video menimbulkan
keterbukaan pengungkapan diri bagi pengguna. Sehingga melalui Instagram mahasiswa dengan leluasa
membuka identitas personal mereka, hal ini dapat terjadi karena pembentukan self disclosure (Dew & Janitra,
2018).
Mahasiswa yang menggunakan Instagram tidak hanya memiliki satu akun saja, melainkan ada yang memiliki
multiple account. Penggunaan kedua akun tersebut memiliki perbedaan yang cukup signifikan. First account
digunakan sebagai pembentuk stigma orang lain dalam mempresepsikan diri kita, sedangkan second account
seringkali digunakan sebagai private account bagi orang terdekat.
First account dilakukan dengan tujuan mendapatkan citra yang baik di masyarakat. Identitas diri pada first
account merupakan personal layer yang terbentuk melalui perasaan serta ide tentang diri sendiri. Tahapan ini
terlihat pada first account dan second account yang mereka miliki (Idaman & Kencana, 2021). Identitas diri
pengguna Instagram merupakan representasi dari identitas asli pada dunia nyata (Sakti & Yulianto, 2013).

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


Second account merupakan akun kedua yang dimiliki individu sebagai pengungkapan diri kepada orang yang
dipercayai saja (Sirait, 2022).Pengguna second account mampu menumbuhkan rasa kebebasan yang jauh dari
tuntutan kesempurnaan saat menggunakannya (Sagiyanto & Ardiyanti, 2018).
Akun pseudonim adalah akun yang diberi nama samaran dan tidak menggunakan profil foto asli penggunanya,
akun pseudonim selain bertujuan untuk bersosialisasi sekaligus membangun sebuah hubungan antar pengguna
lain (Cahyani et al., 2022). Akun pseudonim dapat memberikan keleluasaan berekspresi sekaligus untuk
melindungi privasi dari stalking, fungsi akun pseudonim pada second account di Instagram adalah untuk self
disclosure (Paramesti & Nurdiarti, 2022).
Penelitian ini dilakukan di kalangan mahasiswa. Pemilihan subjek penelitian ini berkaitan dengan hasil
observasi peneliti yang menyatakan adanya penggunaan first dan second account. Penelitian terdahulu yang
digunakan dalam penelitian ini berfokus pada self disclosure generasi milenial melalui second account di
Instagram (Prihantoro et al., 2020). Penelitian ini digunakan sebagai referensi tentang self disclosure second
account di Instagram. Penelitian ini menggambarkan bahwa generasi milenial dalam menggunakan second
account Instagram mampu meningkatkan rasa percaya diri dalam membagikan apa yang mereka ingin bagikan.
First account hanyalah sebagai simbol diri yang sudah dibungkus untuk membangun image seseorang.
Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitan ini berfokus pada hubungan antara aktivitas second
account di media sosial Instagram dengan Self disclosure pada generasi z di kota Bandung (Salsabila & Nuraeni,
2022). Penelitian ini digunakan sebagai referensi tentang self disclosure second account di Instagram. Penelitian
ini menggambarkan bahwa aktifitas second account Instagram masuk kedalam kategori sangat baik dengan
presentase 84,15% dan analisis deskriptif terhadap self disclosure masuk kedalam kategori sangat baik dengan
presentase 87,09%. Secara uji t terdapat hubungan yang signifikan dan positof antara aktifitas second account di
Instagram terhadap self disclosure generasi Z di kota Bandung.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana self disclosure pengguna first account
dan second account di Instagram Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Melihat
pada kondisi saat ini self disclosure di kalangan mahasiswa ditunjukkan melalui penggunaan second account
untuk menuangkan emosi dan perasaan kepada orang terdekat dan dipercayai.
Berdasarkan tujuan melalui fenomena yang terjadi maka peneliti mermuskan rumusan masalah dari teori Johari
Windows. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu melakukan analisis self disclosure pengguna first account
dan second di Instagram di kalangan mahasiswa.

Teori Johari Windows


Teori Johari Widows merupakan teori kesadaran untuk menjelaskan bagaimana seseorang bisa memahami
hubungan pada dirinya sendiri dan orang lain yang berkaitan dengan kesadaran dan perasaan manusia. Teori
model ini dapat memberi dan menerima informasi mengenai orang lain dan dirinya sendiri sebagai jendela
komunikasi antar individu. Teori Johari Windows memiliki 4 perspektif masing-masing dengan makna yang
berbeda, perspekif tersebut mengandung pemahaman yang mampu mempengaruhi pandangan seseorang atas
perilaku, perasaan dan kesadaran yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain juga dapat
memahaminya. Teori Johari Windows terdiri dari 4 area, diantaranya : wilayah terbuka (open area), wilayah
buta (blind area), wilayah tersembunyi (Hidden Area) dan wilayah tidak dikenal (unknown area) (Luft, 1955).
Open Area
Wilayah terbuka merupakan pengenalan diri meliputi identitas, kepribadian, motivasi, kelebihan dan
kekurangan yang diketahui individu dan individu lainnya. Pertukaran informasi ini sering terjadi ketika individu
melakukan interaksi dengan individu lain, melalui sebuah informasi ringan yang telah membangun hubungan
tersebut secara vertikal mampu mengurangi wilayah tersembunyi (hidden area). Lebarnya wilayah terbuka
(open area) dapat berguna dalam hubungan interpersonal.
Blind Area
Wilayah buta cendurung condong kepada tingkah laku dan perasaan yang ditemukan oleh individu lainnya
namun tidak ditemukan oleh individu itu sendiri. Terjadinya pertukaran informasi disaat melakukan komunikasi
terjadi kesulitan, karena individu tidak memahami informasi mengenai dirinya. Padahal komunikasi pada
dasarnya mengharuskan untuk terbuka, pada setiap individu memiliki blind area dan akan sulit terhapus. Oleh

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


sebab itu salah satu cara meguranginya dengan bercermin pada norma, nilai dan hukum yang ada (Verklan,
2007).
Hidden Area
Wilayah tersembunyi mengenai perasaan, kepribadian, rahasia yang disembunyikan oleh individu dan tidak
terlihat oleh individu lainnya. Individu tersebut memiliki sebuah privasi yang dirahasiakan agar tidak diketahui,
ketika individu mampu membuka dan memperluas hidden area tersebut, maka terjadilah proses self disclosure.
Unknown Area
Wilayah tidak dikenal merupakan wilayah tidak diketahui oleh siapapun termasuk individu itu sendiri dan
individu lain. Tenggelamnya informasi di bawah alam sadar membuat wilayah tersebut tertutup, ketika hidden
area diungkapkan maka individu sedang melakukan self disclosure.
Keempat area konsep Johari Windows yakni sebuah satu kesatuan (100%) yang ada disetiap diri individu,
sehingga wilayah tersebut dari satu indvidu terhadap individu lainnya akan berbeda. Ketika individu
membangun hubungan bermasyarakat, maka harus memperbesar open area. Dengan demikian unknown area,
hidden area dan blind area akan mengecil (Shenton, 2007).
Teori Johari windows atau Jendela Johari digunakan untuk menjelaskan bagaimana mahasiswa bisa memahami
hubungan pada dirinya sendiri dan orang lain yang berkaitan dengan pengungkapan diri pada kesadaran dan
perasaan manusia melalui first account dan second account di Instagram. Penggunaan second account sebagai
bentuk self disclosure mahasiswa dapat memberikan space dalam mengutarakan dan membagikan sebuah
perasaan yang sebelumnya tersembunyi dan penggunaan first account sebagai pembentuk identitas diri dalam
membangun personal branding. Menggunakan teori Johari windows, peneliti akan menganalisis self disclosure
mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap penggunaan first account dan second account di Instagram. Dengan
demikian analisis dilakukan menggunakan teori ini untuk melihat self disclosure mahasiswa yang menggunakan
first account dan second account dalam penggungkapan diri, termasuk bagian apa di dalam teori Johari
Windows.
Anonymity Consciousness
Anonim atau anonymous adalah salah satu kondisi identitas seseorang menjadi virtualias media,
anonimitas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam penyampaian secara bebas sehingga
memberikan kesempatan seseorang untuk menjadi sesuatu yang anonym (Prasetyo, 2018). Anonymity
Consciousness atau kesadaran anonimitas, sebuah fenomena di media sosial yang menyamarkan identitas asli
seseorang untuk berkomentar, menyampaikan pemikirannya yang disalurkan melalui second account Instagram.
Hal ini dikarena individu tersebut tidak memiliki keberanian untuk berekspresi secara bebas melalui identitas
aslinya pada first account miliknya. Dengan adanya konsep anonimitas akibat adanya komunikasi di media
sosial Instagram terdapat dua konsep motif di dalam anonimitas yaitu motif positif dan motif negatif (Pohan &
Lbs, 2022).
Sebagian anonimitas dapat memicu hilangnya kesadaran diri, hal tersebut dapat mengurangi hambatan
dan meningkatkan munculnya perilaku antisosial. Memiliki second account dapat menyalurkan kebebasan
berekspresi pada setiap penggunanya. Hasil penelitian menunjukkan seseoranng memilih opsi untuk melakukan
anonim dalam merespons sebuah konten di Instagram. Dalam penggunaan Instagram seseorang
mengkomunikasikan pesan normatif dengan cara mengubah identitas dan identifikasinya di ruang publik online,
hal ini dilakukan karena anonimitas memberikan rasa aman (Harmaningsih et al., 2021).

Method
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian untuk memahami, menemukan, menyelidiki dan menjelaskan nilai dari pengaruh sosial
(Subadi, 2006). Penelitian ini, menggunakan deskriptif kualitatif untuk mengetahui fenomena sosial yang ada
dikalangan mahasiswa, dimana peneliti berusaha menguraikan informasi mengenai self disclosure pengguna
first account dan second account di Instagram. Subjek penelitian ini yaitu Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Objek dalam penelitian ini self disclosure pengguna first account dan
second account di Instagram.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur, jenis wawancara ini memperbolehkan
untuk mengajukan pertanyaan yang tidak harus berpatokan dengan urutan wawancara yang sebelumnya telah
ditetapkan (Sugiyono, 2013). Teknik sampling penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan kategori
perempuan dan laki-laki yang memiliki multiple account, yang mana teknik ini akan merumuskan sampel

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


dengan kriteria spesifik yang ingin diteliti yaitu Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta yang memiliki first account dan second account di Instagram.
Penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder, data primer dapat ditemukan pada saat
melakukan wawancara sedangkan data sekunder akan ditemukan saat melakukan observasi, jurnal dan
penelitian terdahulu yang relevan. Peneliti meggunakan teknik analisis interaktif dari terdapat empat komponen
pada analisis data interaktif, adalah: Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
(Musianto, 2002).
Analisis data dimulai ketika proses pengumpulan data telah berlangsung di lapangan dalam bentuk siklus, proses
pengupumpulan data akan secara terus - menerus dilakukan sampai peneliti dapat menarik kesimpulan akhir.
Dalam penelitian kualitatif perlu mengadakan validitas data untuk melihat data yang diperoleh dapat dikatakan
valid dan bisa diterima kebenarannya (Abdussamad, 2021). Uji kredibilitas dalam penelitian ini menggunakan
triagulasi data.
Result
Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu bulan September sampai dengan Oktober 2022. Informan dalam
penelitian ini berjumlah lima orang yang terdiri dari, 3 orang perempuan dan 2 orang laki – laki Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang menggunakan first account dan second account di
Instagram.
Informan Informan 1 memaknai Instagram sebagai relasi untuk mencari teman baru dan telah menggunakan
multiple account sejak 2018. Informan 2 memaknai Instagram untuk membangun personal branding,
mendapatkan informasi, media hiburan dan telah menggunakan multiple account sejak 2019. Informan 3 telah
menggunakan multiple account sejak 2019 dan memaknai Instagram sebagai media untuk menggungah foto,
video dan sebagai ladang bisnis. Informan 4 menggunakan multiple account sejak 2018, menjadikan Instagram
untuk mendukung produktivitas dalam memproduksi konten foto dan video. Informan 5 menggunakan multiple
account sejak 2020 dan memaknai Instagram sebagai wadah untuk mendapatkan informasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Mahasiswa Ilmu Komunikasi menggunakan multiple account di
Instagram. Penggunaan first account dan second account mahasiswa memiliki peran dan fungsi masing –
masing salah satunya untuk self disclosure (Salsabila & Nuraeni, 2022). Penjelasannya sebagai berikut:
Open Area
Wilayah terbuka sebagai area pengenalan diri meliputi identitas, kepribadian dan perasaan yang dapat diakses
melalui pertukaran informasi ketika individu melakukan interaksi dengan individu lain (Kusmiati & Bayruni,
2020). Informan 1 menyebutkan, ia menampilkan informasi meliputi wajah, mengekpresikan kebahagiannya
dan membagikan keseharian bersama teman – temanya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi di first account
miliknya.
Instagram mempublikasikan identitas diri informan yang telah dibagikan melaui postingan yang diunggah di
first account dan second account. Informan menggunakan strategi dalam pengungkapan diri yang dilakukan saat
menuangkan pemikiran dan perasaannya, informasi yang dibagikan di first account dan second account
menyesuaikan wilayah terbuka yang ingin dibagikan (Niknam et al., 2021).
“Iya aku memperlihatkan kedua wajah di kedua account, di first account lebih banyak membagikan foto
bersama temen-temen dan gapernah memposting korea.” (Wawancara Informan 1, 29 September 2022).
Informan 1 mulai menggunakan multiple account sejak 2018 dan lebih sering menggunakan second account
daripada first account. Ia menggunakan second accountnya setiap hari untuk memposting tentang korea, foto
selfie, mengekpresikan perasaannya saat merasa marah dan sedih. Perasaannya ini tidak dapat diekspresikanya
di first account.
“Ketika aku menggunakan second account memposting foto selfie, membagikan keseharian, meluapkan rasa
kesal dan sedih, serta memposting apa yang aku suka seperti idol kpop.” (Wawancara Informan 1, 29
September 2020).
Hal yang sama juga dikatakan oleh informan Informan 2, ia menggunakan multiple account sejak 2019 dan aktif
dalam menggunakan kedua account yang dimilikinya. Ketika Informan 2 menggunakan first account account
Informan 2 hanya memposting story yang menurutnya aesthetic, lebih berhati – hati untuk memilah story apa
saja yang bisa dibagikan. Karena Informan 2 hanya ingin menampilkan versi terbaik dirinya, sehingga selalu
membagikan story yang happiness tanpa memperlihatkan diri saat merasa sedih dan galau.

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


“Aku jarang mengunggah story di first account, paling jika post adalah sesuatu yang aku anggap aesthetic
Postingan yang aku unggah di first account adalah the best version of me.” (Wawancara Informan 2, 15
Oktober 202)
Informan 2 saat menggunakan second account juga menampilkan wajahnya dan hampir setiap hari membagikan
konten life update seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi dan seorang freelance di Avo Innovation Technology
mengenai berbagai kegiatan yang dilakukannya pada hari itu.
“Postingan yang aku unggah di di second account adalah the real of me, seperti mengupload life update
kegiatan yang aku lakuin di hari itu ataupun konten - konten lucu.” (Wawancara Informan 2, 15 Oktober 202).
Dalam kehidupan sehari – hari, mahasiswa menggunakan media sosial Instagram sebagai tempat untuk
mengekspresikan diri dan perasaan yang sedang dirasakan. Informasi pribadi menjadi faktor penting untuk
mempengaruhi keputusan mereka dalam membagikan data pribadinya. Pengungkapan diri dikategorikan
kedalam dua aliran yang berfokus pada saat membangun kepercayaan dan keintiman (Zeng et al., 2021)
Penggunaan Instagram juga sebagai media berkomunikasi untuk berinteraksi, media hiburan dan mengunggah
berbagi konten dan berkolaborasi. First account dan second account menjadi pertukaran informasi self disclsure
dengan cepat dan melakukan interaksi secara real time antar mahasiswa (Pinem et al., 2019).
Hidden Area
Hidden area merupakan area tersembunyi mengenai perasaan, kepribadian, rahasia yang disembunyikan dan
tidak terlihat oleh individu lainnya, ketika individu mampu membuka dan memperluas hidden area tersebut
maka terjadilah proses self disclosure (Luft, 1955). Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan untuk
mengungkapkan daerah tersembunyi dari informan, diawali dengan pertanyaan yang ringan lalu mendalam.
Penggunaan first account Informan 1, yaitu dirinya tidak menunjukkan bahwa sebenarnya dia seorang
penggemar idol kpop yang fanatic.
“Di first account itu aku malu kalau memposting tentang korea, karena gasemua bisa menerima tentang korea
jadi aku sedikit tertutup dan malu.” (Wawancara Informan 1, 29 September 2022).
Hidden area pada second account Informan 1 tidak menggunakan identitas nama asli pada username second
account. Ia menggunakan username yang berbau korea, tidak menggunakan foto profil, tidak menunjukkan
alamat tempat tinggalnya dan menggunakan pivate account. Sehingga followers hanya berisi orang terdekat
yang dipercayainya untuk di accept.
“Aku menyembunyikan identitas di second account itu memakai nama korea, tidak menggunakan foto profil,
dan tidak menunjukkan dimana aku tinggal.” (Wawancara Informan 1, 29 September 2022).
Hal yang sama juga dikatakan oleh informan 4, bahwa ia menyembunyikan identitas nama pada username
second account miliknya, namun tidak ada yang disembunyikan di first account.
“Tidak ada yang saya sembunyikan.” (Wawancara Informan 4, 9 Oktober 2022).
Informan 4 menyembunyikan identitas nama aslinya pada penggunaan username second account, tidak
menunjukkan alamat tempat tinggalnya dan ia menggunakan fitur private account. Hal ini dilakukan pada
penggunaan second account untuk menghindari orang lain merasa tidak nyaman saat melakukan spam.
“Saya memiliki nama khusus untuk alasan estetika. Penggunaan second account juga untuk menciptakan ruang
di instagram yang lebih private dan leluasa” (Wawancara Informan 4, 9 Oktober 2022).
Setiap mahasiswa memiliki wilayah tersembunyi yang tidak ingin diketahui oleh semua orang, mereka hanya
ingin membagikan wilayah tersebut kepada orang terdekat yang dipercayainya. Tersembunyinya identitas
dibalik nama samara untuk mempertahankan akuntabilitas identitas asli mahasiswa, nama samaran merupakan
isyarat sosial untuk merasakan nyaman saat melakukan interaksi dalam membagikan informasi (Chen et al.,
2014).
Pengugkapan diri yang disembunyikan di first account dan second account relative memiliki perbedaan dalam
pengungkapannya. Postingan yang diposting dapat diidentifikasikan motif pengungkapan yang ingin
disamapikan oleh informan dalam membagikan wilayah yang tersembunyi (Agusti, 2021).

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


Sejalan dengan penggunaan second account yang menjadi private account untuk diikuti oleh orang – orang
yang diizinkan sebagai followersnya. Setelah hubungan yang dapat dipercaya terjalin maka terjadilah self
disclosure (Aïmeur et al., 2019).
Blind Area
Wilayah buta cendurung condong kepada tingkah laku dan perasaan yang ditemukan oleh individu lainnya
namun tidak ditemukan oleh individu itu sendiri (Arouf & Aisyah, 2020). Blind area merupakan informasi dari
mahasiswa yang mana dirinya tidak tahu, bagaimana dampak dan tanggapan orang lain saat dirinya
menggunakan second account. Dalam kasus ini, blind area merupakan respon mahasiswa ketika mendapat
tanggapan saat memiliki second account.
Penggunaan second account dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif bagi mahasiswa, pengungkapan
blind area dimaksudkan sebagai self awareness ketika dirinya dipandang negatif dari sudut pandang konstruksi
sosial (Shenton, 2007).
“Tanggapannya selalu pada pemilihan username. Setiap orang memahami stigma second account untuk
mengekspresikan diri dan membuka diri.” (Wawancara Informan 4, 9 Oktober 2022)
Informan 4 mengatakan bahwa stigma dalam second account itu adalah tempat untuk menjadi diri sendiri
terlepas dari tuntutan sempurna dan image yang baik. Seperti menunjukkan diri saat merasa sedih, marah, dan
kecewa layaknya manusia biasa, sebagai tempat berkeluh kesah tanpa ada yang menjudge.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Informan 5 bahwa saat menggunakan second account, merasa bebas dan
terlepas dari tuntutan untuk memuaskan orang lain. Seperti setiap postingan harus aesthetic, terlihat cantik dan
sempurna.
“Teman - teman mengetahui kalau saya memiliki second account, dan tidak memberikan tanggapan.
Menggunakan second account saya merasa tidak memiliki tuntutan untuk memuaskan orang lain.” (Wawancara
Informan 5, 6 Oktober 2022)
Penggunaan second account saat ini tidak banyak yang memberikan komentar dan perspektif negatif yang
dapatkan menimbulkan kecemasan bagi informan, karena hal tersebut telah dipahami bahwa second account
digunakan sebagai self disclosure. Hampir sebagian mahasiswa dipastikan memiliki second account, hanya saja
tidak semua orang mengetahui siapa saja yang memiliki dan menggunakannya (Kashian & Wang, 2021).
Unknown Area
Wilayah tidak dikenal merupakan wilayah tidak diketahui oleh siapapun termasuk individu itu sendiri dan
individu lain, tenggelamnya informasi di bawah alam sadar membuat wilayah ini tertutup (Prihantoro et al.,
2020). Dalam penelitian ini unknown area merupakan penggunaan second account jika hal tersebut diketahui
oleh orang lain.
Informan 3 dalam hal ini mengatakan, tidak menutupi jika dirinya menggunakan second account saat orang lain
mengetahui hal itu tidak masalah asalkan tidak memfollownya. Keterbukaan diri yang dilakukan informan
membagikan informasi yang dimiliki bersifat pribadi dan membuat tertutupnya wilayah ini (Anggraini et al.,
2022).
“Kalau cuma diketahui saja dan tidak difollow gapapa, tidak akan menutup – nutupi juga, soalnya ada yang
follow second account dan saya tidak mengenalnya tapi tidak saya accept.” (Wawancara Informan 3, 6 Oktober
2022).
Penggunaan second account sebagai unknown area, menjadi pertimbangan mahasiswa untuk menghapus salah
satu account yang dimiliki atau tidak menghapus kedua account tersebut. Informan 3 mengatakan bahwa ia
justru ingin menghapus first account untuk meghindari ekspetasi followersnya saat melihat first account
miliknya berisi konten – konten yang tidak bermutu.
“Ada kepikiran untuk menghapus salah satu account dan ingin menghapus first account. Karena kepikiran
gimana caranya biar ga menjatuhkan ekspetasi orang lain.” (Wawancara Informan 3, 6 Oktober 2022)
Dari hasil diatas terdapat beberapa mahasiswa yang memiliki multiple account memilih untuk tidak menghapus
kedua accountnya, karena munculnya rasa cemas akan pandangan orang lain ketika mengupload di first
account. Penggunaan first account dan second account memiliki fungsinya masing – masing sebagai tempat
mengekspreskian diri, menyesuaikan audiens dari masing - masing account tersebut (Choudhury & Sushovan,
2017) .

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


Discussion
Teori Johari Widows merupakan teori kesadaran untuk menjelaskan bagaimana seseorang bisa memahami
hubungan pada dirinya sendiri dan orang lain yang berkaitan dengan kesadaran dan perasaan manusia. Teori
model ini dapat memberi dan menerima informasi mengenai orang lain dan dirinya sendiri sebagai jendela
komunikasi antar individu (Hanifa et al., 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara di temukan bahwa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki multiple account sejak menduduki bangku perkuliahan. First
account dilakukan dengan tujuan mendapatkan citra yang baik dan identitas diri pada first account merupakan
personal layer yang terbentuk melalui perasaan serta ide tentang diri sendiri.
Second account merupakan akun kedua yang dimiliki individu sebagai pengungkapan diri kepada orang yang
dipercayai saja (Sirait, 2022). Pengguna second account mampu menumbuhkan rasa kebebasan yang jauh dari
tuntutan kesempurnaan saat menggunakannya (Subadi, 2006).
Penggunaan second account sebagai akun pseudonim adalah akun yang diberi nama samaran dan tidak
menggunakan profil foto asli penggunanya, akun pseudonim selain bertujuan untuk bersosialisasi sekaligus
membangun sebuah hubungan antar pengguna lain (Cahyani et al., 2022).
Akun pseudonim dapat memberikan keleluasaan berekspresi sekaligus untuk melindungi privasi dari stalking,
fungsi akun pseudonim pada second account di Instagram adalah untuk self disclosure (Paramesti & Nurdiarti,
2022). Setiap informan memiliki perbedaan dalam mebagikan informasi open area dan hidden area pada first
account dan second account yang dimiliki.
Penggunaan second account juga tidak terlepas dari Anonymity Consciousness atau kesadaran anonimitas.
Sebuah fenomena di media sosial yang menyamarkan identitas asli seseorang untuk berkomentar,
menyampaikan pemikirannya yang disalurkan melalui second account Instagram (Choudhury & Sushovan,
2017).
Dalam penelitan ini akun pseudonim digunakan informan dalam penggunaan second accountnya untuk
memberikan nama samaran dan tidak menggunakan foto profil. Dalam komunikasi, wajah termasuk ke dalam
komunikasi non verbal. Foto profil dapat membentuk dan mengelola pesan dalam melakukan interaksi sosial.
dan pengelolaan identitas diri wajah di Instagram sebagai alat komunikasi (Edwards et al., 2015).
Foto profil sebagai representasi pengguna Instagram, untuk mengukur tipe kepribadian penggunanya (Segalin et
al., 2017). Dalam jurnal lain menyebutkan wajah juga menentukan kredibilitas, penggunaan identitas foto profil
di Instagram untuk menjaga agar identitas informan tersirat dan tidak jelas. Karena informan tidak mengizinkan
selain followersnya untuk menelusuri profil mereka (Zheng et al., 2016).
Teori mengenai berkomunikasi secara anonym mendorong mahasiswa menciptakan peluang untuk melakukan
pengungkapan diri, anonimitas merupakan sebuah strategi untuk memodernasikan rasa malu, ketidak nyamanan
dan memberikan fungsi dalam mengurangi ketakuan akan penolakan sosial saat mahasiswa melakukan
pengungkapan diri (Rains, 2014).
Munculnya ruang cyberspace di Instagram memberikan kesempatan mahasiswa untuk menjadi anonym jika
penggunaan account tersebut ketika hilangnya identitas seseorang mahasiswa, adanya ruang kebebasan dalam
berpendapat menimbulkan munculnya anonimitas (Prasetyo, 2018). Munculnya anonymity juga memiliki motif
positif maupun negatif tergantung dalam penggunaannya.
Open Area
Pada penggunaan first account, open area seluruh informan membuka informasi mengenai identitas sebagai
username account menggunakan nama asli, memperlihatkan wajah dan hanya membagikan momen bahagia.
Penggunaan identitas nama pada username first account merupakan hal yang penting untuk mengetahui
gambaran mengenai informasi mahasiswa melalui penampilan fisik dan penilaian diri di first account miliknya
(Shenton, 2007).
Hal ini dilakukan mahasiswa dalam membentuk identitas diri mereka yang ingin dikagumi yang ingin
diperlihatkan kepada followersnya. Dalam dunia siber digunakan untuk membangun pertemanan, dan
mengekspresikan perasaan melalui proses komunikasi secara virtual (Edwards et al., 2015). Seluruh informan
tidak masalah saat mengungkapkan open area di first account karena untuk menciptakan profil yang dapat
diatur sesuai dengan keinginan mahasiswa dalam menampilkan identitas yang diperkenalkan melalui account
Instagramnya.

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


Pada saat menggunakan first account ada rasa cemas terhadap pandangan orang lain yang menjudge kalau
dirinya diketahui sebagai penggemar kpop dan menuangkan emosi mengenai perasaannya. Perasaan cemas itu
menjadi faktor penghambat seluruh informan untuk mengungkapkan diri di first account. Sehingga mereka
hanya memperlihatkan versi terbaik dirinya untuk diperlihatkan oleh followers first accountnya (Pinem et al.,
2019).
Salah satu faktor kecemasan yang mempengaruhi mahasiswa saat menggunakan first account yaitu evaluasi dari
orang lain, ketika tingginya mahasiswa merasa di evaluasi, maka kecemasan tersebut juga semakin meningkat.
Sehingga membuat informan merasa lebih nyaman mengungkapkan diri ketika menggunakan second account.
Penilaian yang didapatkan dari orang lain di Instagram first account ini yang membuat mahasiswa merasa cemas
ketika akan mengekpresikan diri (Pamungkas & Lailiyah, 2019).
Sejalan dengan hasil dari penelitian Empirical Study Of #Instastory yang mengatakan bahwa presentasi diri,
kesenangan dalam self disclosure, dipengaruhi oleh faktor informasi privasi dan persepsi resiko yang dibagikan
melalui instastory pada penggunaan first account dan second account dalam membangun sebuah hubungan baru
di Instagram (Kusyanti et al., 2019).
Hidden Area
Wilayah tersembunyi pada penggunaan first account informan Informan 1 dan Informan 4 menyembunyikan
identitas pada penggunaan username second account, foto profil, tempat tinggal dan tidak pernah
memperlihatkan perasaannya ketika sedang mengalami marah, sedih dan kecewa.
Pengungkapan informasi pribadi yang perlu diketahui untuk dikenal sebagai identitasnya, hanya meliputi nama
dan wajah di first account. Identitas lainnya seperti alamat tidak diungkapkan secara rinci karena untuk
melindungi privasinya. Sementara itu identitas second account menggunakan nama samaran hal ini dilakukan
karena ruang privasi yang tersedia di second account lebih bebas dan telah di setting sebagai private account,
sehingga yang diizinkan mengkuti account tersebut hanya orang – orang dekat yang dipercaya (Sari, 2019).
Pengungkapan diri merupakan bagian sentral dari komunikasi, pengungkapan ini terjadi dalam situasi dua arah
dimana mahasiswa merasa lebih nyaman mengungkapkan diri dan perasaanya saat menggunakan second
account di Instagram. Mahasiswa cenderung memiliki keinginan yang tinggi dalam memainkan perannya
melalui private account (Misoch, 2015).
Self disclosure dapat digunakan sebagai jembatan dalam membangun hubungan antar mahasiswa di Instagram
saat melakukan proses komunikasi melaluii informasi pribadi. Namun hal ini informan telah memutuskan
informasi apa yang harus diungkapkan dan apa yang harus dirahasiakan saat melakukan self disclosure di kedua
akunnya, dalam membagikan hidden area.
Dari kedua informan diatas yaitu sama – sama menyembunyikan identitas nama aslinya dan menggunakan
private account pada penggunaan second account mereka masing – masing. Hal ini dilakukan untuk
menghindari orang lain menemukan second account miliknya serta adanya resiko penolakan sosial dalam
mengutarakan informasi yang mereka berikan (Chen et al., 2014). Rahasia yang disembunyikan oleh informan
tersebut dirahasiakan agar tidak diketahui, ketika informan mampu membuka dan memperluas hidden area
maka terjadilah proses self disclosure.
Hasil penelitian dari Sosial Anxiety On Instagram Second Account User, menunjukkan bahwa penyebab self
disclosure karena kecemasan sosial pada pengguna second account di Instagram. Faktor kecemasan dipengaruhi
oleh penggunaan second account di Instagram sebagai self disclosure yang dilakukan mahasiswa, hubungan
sosial di Instagram terjadi karena followers dalam account tersebut (Ilma et al., 2020).
Blind Area
Penggunaan first account dan second account sebagai blind area, seluruh informan mahasiswa merasa tidak
mendapatkan respon negatif terkait penggunaan multiple account. Antara mahasiswa satu dengan mahasiswa
lainnya sama – sama menggunakan multiple account. Sehingga hal tersebut merupakan hal yang wajar untuk
dipahami, bahwa kebebasan dalam menggunakan second account sebagai self disclosure yang efektif (Blair &
Abdullah, 2018).
Namun mahasiswa tidak mengetahui penilaian negatif menggunakan second account menurut orang lain yang
tidak menggunakan multiple account. Akan tetapi sesama pengguna multiple account merasa mendapatkan
dukungan sosial dalam melakukan self disclosure di kedua account yang dimiliki (Afrilia, 2018). Informan
mengatakan bahwa ia tidak ada yang ingin menghapus first account maupun second account miliknya. Hampir

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


sebagian orang dipastikan memiliki second account, hanya saja tidak semua orang mengetahui siapa saja yang
memiliki dan menggunakannya.
Blind area seluruh mahasiswa tertutup, akan tetapi terbuka dilihat dari sisi orang lain, keterbukaan yang
dilakukan kelima informan tidak ada yang over disclosure (Pohan & Lbs, 2022). Terlihat dari hasil wawancara
blind area mahasiswa, bahwa informan menggunkan private account pada second account miliknya. Sehingga
wilayah ini tidak dibuka secara lebar dan masih mempertahankan wilayah ini.
Conclusion
Berdasarkan peneltian yang telah dilakukan oleh peneliti pada self disclosure mahasiswa pengguna first account
dan second account di Instagram. Self disclosure yang dilakukan berbeda – beda di setiap area. Di open area,
penggunaan first account mahasiswa membagikan identitas nama, wajah dan rasa bahagia. Di open area, second
account mahasiswa membagikan kebebasan dalam mengekpresikan perasaan sedih dan kecewa.
Di hidden area, first account mahasiswa tidak menunjukkan emosi dan perasaannya saat marah dan sedih. Di
hidden area, second account mahasiswa menyembunyikan identitas nama, foto profil dan memprivate account.
Mahasiswa yang menggunakan memiliki multiple account, penggunaan first account dan second account
tersebut memiliki perbedaan yang cukup signifikan. First account digunakan sebagai pembentuk stigma orang
lain dalam mempresepsikan diri kita, sedangkan second account seringkali digunakan sebagai private account
bagi orang terdekat.
Self disclosure yang dilakukan mahasiswa berbeda – beda di setiap area, open area kebebasan yang didapatkan
oleh mahasiswa saat menggunakan second account untuk membagikan hal – hal yang sebelumnya tidak pernah
dilakukan, menuangka emosi yang dirasakan serta mengekpresikan diri secara terbuka hanya kepada teman
dekat yag dipercayainya.
Implikasi penelitian ini terletak pada self disclosure mahasiswa, dalam penggunaan multiple account di
Instagram untuk membentuk citra dan membangun personal profil yang diinginkan dalam membentuk karakter
yang baik di hadapan followersnya. Dalam hal ini terkadang mahasiswa melupakan untuk menjadi seseorang
yang apa adanya tanpa memenuhi tuntutan kesempurnaan, tanpa mematokkan kesempurnaan orang lain hanya
untuk mendapat penilaian image yang diinginkan.
ACKONWLEDGEMENT
Thanks to the informant for talking the time, Department of Communication Science, Faculty of
Communication and Informatics, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
References
Abdussamad, Z. (2021). Metode Penelitian Kualitatif (P. Rapanna (ed.)). Syakir Media Press.
Afrilia, A. M. (2018). Personal Branding Remaja di Era Digital. Mediator: Jurnal Komunikasi, 11(1), 20–30.
https://doi.org/10.29313/mediator.v11i1.3626
Agusti, D. P. I. (2021). The clustering of city images on Instagram: A comparison between projected and
perceived images. Journal of Destination Marketing and Management, 20(April), 100608.
https://doi.org/10.1016/j.jdmm.2021.100608
Aïmeur, E., Ferreyra, N. D., & Hage, H. (2019). Manipulation and Malicious Personalization: Exploring the
Self-Disclosure Biases Exploited by Deceptive Attackers on Social Media. Frontiers in Artificial
Intelligence, 2(November), 1–12. https://doi.org/10.3389/frai.2019.00026
Anggraini, C. D., Derivanti, A. Des, & Andini, M. (2022). Self Disclosure Anak Broken Home di Media Sosial
TikTok (Studi Deskriptif Followers Tiktok di Halaman Komentar Konten @Akuisann). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Komunikasi, 3(1), 1–11. https://doi.org/10.29303/jimakom.v3i1.40
Aqilla, M. S. N., & Sudrajat, R. H. (2022). Analisis Citra Diri Pada Penggunaan Second Account Aplikasi
Instagram Self-Image Analysis On The Use Of Second Account Instagram Application. E-Proceeding of
Management, 9(2), 908–913.
Arouf, A., & Aisyah, V. N. (2020). Strategi Keterbukaan Diri Oleh Pendamping kepada Anak-anak Korban
Kekerasan Seksual di Surakarta. Jurnal Komunikasi, 15(1), 35–48.
https://doi.org/10.20885/komunikasi.vol15.iss1.art3

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


Blair, J., & Abdullah, S. (2018). Supporting constructive mental health discourse in social media. ACM
International Conference Proceeding Series, 299–303. https://doi.org/10.1145/3240925.3240930
Cahyani, I. P., Syaikhah, H., & Irawatie, A. (2022). MEMAHAMI PEMAKNAAN SELF DISCLOSURE
MELAUI PENGALAMAN PARA PENGGUNA AKUN PSEUDONIM DI TWITTER. Jurnal
Komunikasi Dan Teknologi Informasi, 14, 146–164.
Chen, H., Chen, C. C., Lo, L., & Yang, S. C. (2014). Online privacy control via anonymity and pseudonym :
Cross-cultural implications. Behaviour and Information Technology, November 2014, 37–41.
https://doi.org/10.1080/01449290601156817
Choudhury, M. De, & Sushovan, D. (2017). Mental Health Discourse on reddit: Self-Disclosure, Scial Support,
and Anonymity. FLAIRS 2017 - Proceedings of the 30th International Florida Artificial Intelligence
Research Society Conference, 26–31.
Dew, R., & Janitra, P. A. (2018). Dramaturgi Dalam Media Sosial : Second Account di Instagram sebagai Alter
Ego. Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(3), 340–347.
Edwards, C., Stoll, B., Faculak, N., & Karman, S. (2015). Social Presence on LinkedIn: Perceived Credibility
and Interpersonal Attractiveness Based on User Profile Pictures. Online Journal of Communication and
Media Technologies, 5(4), 102–115.
Gainau, M. B. (2009). Keterbukaan diri (self disclosure) Siswa Dalam Perspektif Budaya dan Implikasinya Bagi
Konseling. Scientific E-Jurnal, 1–18.
Hanifa, S. N., Sugiyo, & Setyowani, N. (2012). Meningkatkan Keterbukaan Diri Dalam Komunukasi Antar
Teman Sebaya Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Johari Window. Indonesian Journal of Guidance
and Counseling - Theory and Application, 1(2), 1–6.
Harmaningsih, D., Yunarti, S., & Wijayanti. (2021). Anonimitas Netizen di Media Sosial. Jurnal IKRAITH -
HUMANIORA, 5(3), 76–85.
Idaman, N., & Kencana, W. H. (2021). Identitas Virtual Remaja Pada Media Sosial Instagram. IKRA-ITH
HUMANIORA : Jurnal Sosial Dan Humaniora, 5(1), 1–9. https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-
humaniora/article/view/849
Ilma, U., Latifa, R., Subchi, I., Layyinah, Idriyani, N., & Roup, M. (2020). Social Anxiety on Instagram Second
Account User. 2020 8th International Conference on Cyber and IT Service Management, CITSM 2020, 1–
5. https://doi.org/10.1109/CITSM50537.2020.9268809
Kashian, N., & Wang, W. (2021). The influence of sensitive health disclosure on liking and likelihood of
response in a non-health-related context, Facebook. Computers in Human Behavior, 120(February),
106752. https://doi.org/10.1016/j.chb.2021.106752
Kusmiati, Y., & Bayruni, R. (2020). Pengungkapan Diri Muslimah Bercadar melalui Instagram: Pendekatan
Fenomenologi. Religious: Jurnal Studi Agama-Agama Dan Lintas Budaya, 4(4), 277–288.
https://doi.org/10.15575/rjsalb.v4i4.9449
Kusyanti, A., Catherina, H. P. A., & Sari, Y. A. L. (2019). Empirical study of #instastory. Procedia Computer
Science, 161, 756–764. https://doi.org/10.1016/j.procs.2019.11.180
Luft, J. (1955). THE JOHARI WINDOW A Graphic Model of Awareness in Interpersnal Relations. 21–22.
Misoch, S. (2015). Stranger on the internet: Online self-disclosure and the role of visual anonymity. Computers
in Human Behavior, 48, 535–541. https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.02.027
Musianto, L. S. (2002). Perbedaan Pendekatan Kuantitatif Dengan Pendekatan Kualitatif Dalam Metode
Penelitian. Jurnal Manajemen Dan Wirausaha, 4(2), 123–136. https://doi.org/10.9744/jmk.4.2.pp.123-136
Niknam, F., Samadbeik, M., Fatehi, F., Shirdel, M., Rezazadeh, M., & Bastani, P. (2021). COVID-19 on
Instagram: A content analysis of selected accounts. Health Policy and Technology, 10(1), 165–173.
https://doi.org/10.1016/j.hlpt.2020.10.016
Pamungkas, I. R., & Lailiyah, N. (2019). Presentasi Diri Pemilik Dua Akun Instagram di Akun Utama dan Akun
Alter. Interaksi Online, 7(4), 371–376.

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id


https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/24960
Paramesti, A. R., & Nurdiarti, R. P. (2022). Penggunaan Pseudonym di Second Account Instagram dalam
Perspektif Etika Digital. Jurnal Communio : Jurnal Lmu Komunikasi, 11(1), 89–102.
https://doi.org/10.35508/jikom.v11i1.5184
Pinem, A. A., Anwar, S. R. C., Handayani, P. W., & Munajat, Q. (2019). Dual process theory for information
credibility in instagram account. Journal of Physics: Conference Series, 1193(1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1193/1/012015
Pohan, S., & Lbs, M. A. H. (2022). Use of anonymous social media accounts as self-disclosure media for
Generation Z on postmodernism. Bricolage: Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 8(2), 163–174.
Prasetyo, D. C. (2018). Identitas Diri Dalam Politik Masyarakat Virtual: Sebuah Tinjauan Tentang Anonimitas.
Jurnal Pustaka Ilmiah, 4(1), 524.
Prihantoro, E., Damintana, K. P. I., & Ohorella, N. R. (2020). Self Disclosure Generasi Milenial melalui Second
Account Instagram. Jurnal Ilmu Komunikasi, 18(3), 312–323.
http://students.usm.maine.edu/rperil71/sdhome.htm
Rains, S. A. (2014). The Implications of Stigma and Anonymity for Self-Disclosure in Health Blogs. Health
Communication, 29(1), 23–31. https://doi.org/10.1080/10410236.2012.714861
Sagiyanto, A., & Ardiyanti, N. (2018). SELF DISCLOSURE MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM
(Studi Kasus Pada Anggota Galeri Quote). Nyimak (Journal of Communication), 2(1), 81–94.
https://doi.org/10.31000/nyimak.v2i1.687
Sakti, B. C., & Yulianto, M. (2013). Penggunaan Media Sosial Instagram dalam Pembentukan Identitas Remaja.
Interaksi-Online, 6(4), 1–12.
Salsabila, I. R., & Nuraeni, R. (2022). Hubungan Antara Aktivitas Second Account di Media Sosial Instagram
Dengan Self Disclosure Pada Generasi Z di Kota Bandung Relationship Between Second Account
Activities In Social Media Instagram And Self Disclosure On Generation Z In Bandung. E-Proceeding of
Manageent, 9(4), 2536–2541.
Sari, Z. A. E. (2019). Literasi Privasi pada Media Sosial Instagram di Kalangan Mahasiswa Strata 1 Universitas
Airlangga Surabaya. Ilmu Informasi Dan Perpustakaan, FISIP, Universitas Airlangga, 1–14.
Segalin, C., Celli, F., Polonio, L., Kosinski, M., Stillwell, D., Sebe, N., Cristani, M., & Lepri, B. (2017). What
your facebook profile picture reveals about your personality. Social and Affective Multimedia, 460–468.
https://doi.org/10.1145/3123266.3123331
Shenton, A. K. (2007). Viewing information needs through a Johari Window. Reference Services Review, 35(3),
487–496. https://doi.org/10.1108/00907320710774337
Sirait, A. R. (2022). Subjektivitas Imperfek: Perempuan dalam “Second Account” di Instagram. Lembaran
Antropologi, 1(1), 1–19. https://doi.org/10.22146/la.3486
Subadi, T. (2006). Metode Penelitian Kualitatif (E. F. Hidayati (ed.)). Penerbit Muhammadiyah University Press
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Penerbit Alfabeta Bandung.
Verklan, M. T. (2007). Johari window: A model for communicating to each other. Journal of Perinatal and
Neonatal Nursing, 21(2), 173–174. https://doi.org/10.1097/01.JPN.0000270636.34982.c8
Zeng, F., Ye, Q., Li, J., & Yang, Z. (2021). Does self-disclosure matter? A dynamic two-stage perspective for
the personalization-privacy paradox. Journal of Business Research, 124(March 2019), 667–675.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2020.02.006
Zheng, W., Yuan, C. H., Chang, W. H., & Wu, Y. C. J. (2016). Profile pictures on social media: Gender and
regional differences. Computers in Human Behavior, 63, 891–898.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.06.041

*Coressponding author: l100190249@student.ums.ac.id

Anda mungkin juga menyukai