Dalam teori ini dinyatakan bahwa relasi akan menjadi semakin intim
apabila disclosure berlangsung artinya, orang-orang yang menjalin komunikasi
antar pribadi masing-masing melakukan, self-disclosure. Pada dasarnya, konsep
penetrasi sosial menjelaskan bagaimana kedekatan relasi itu berkemban, gagal
untuk berkembang atau berhenti. Konsep ini berusaha untuk
menjelaskanbagaimana proses seperti itu bisa terjadi.
Relasi antar pribadi itu tidak statis atau menururt teori dialektika
relational, bersifat cair.orang-orang yang menjalin relasi dan komunkasi antar
pribadi pada batinnya mengalami apa yang dinamakan tarikan konflik. Tarikan
konflik itulah yang menyebabkan relasi menjadi selalu berada dalam kondisi cair,
yang dikenal sebagai ketegangan dialektis. Antara harmonis dan koflik atau
antara akrab dan musuh.
TEORI KOMUNIKASI MASSA
Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan serimg
diguankan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa
adalah uses and gratifications. Pendekatan uses and gratifications menekankan
riset komunikasi massa pada konsumen pesan atau komunikasi dan tidak begitu
memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah uses and
gratifications mencoba untuk menjawab pertanyan : “Mengapa orang
menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?” (McQuail,
2002 : 388). Di sini sikap dasarnya diringkas sebagai berikut :
Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawan-
kawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum
dalam skema media – persons interactions sebagai berikut :
Diversion, yaitu melepaskan diri dari rutinitas dan masalah; sarana pelepasan
emosi Personal relationships, yaitu persahabatan; kegunaan sosial
Personal identity, yaitu referensi diri; eksplorasi realitas; penguatan nilai
Surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi) (McQuail, 2002 : 388).
Ada dua jawaban mengenai hal ini. Pertama, khalayak akan menjadi lebih
tergantung terhadap media yang telah memenuhi berbagai kebutuhan khalayak
bersangkutan dibanding pada media yang menyediakan hanya beberapa
kebutuhan saja. Jika misalnya, Anda mengikuti perkembangan persaingan antara
Manchester United, Arsenal dan Chelsea secara serius, Anda mungkin akan
menjadi tergantung pada tayangan langsung Liga Inggris di TV 7. Sedangkan
orang lain yang lebih tertarik Liga Spanyol dan tidak tertarik akan Liga Inggris
mungkin akan tidak mengetahui bahwa situs TV 7 berkaitan Liga Inggris telah di
up date, atau tidak melihat pemberitaan Liga Inggris di Harian Kompas.
Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan
sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam
menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi
khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa
yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada
beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset
etnografi.
Penjelasan:
Media massa mempengaruhi budaya-budaya masyarakatnya dengan cara :
Pesan-pesan yang disampaikan media massa memperkuat budaya yang
ada.Ketika suatu budaya telah kehilangan tempat apresiasinya, kemudian
media massa memberi lahan atau tempat maka budaya yang pada
awalnya sudah mulai luntur menjadi hidup kembali. Contoh :
BIOGRAFI
Aristotle melihat bahwa rhetoric sebagai alat, adalah cara alami agar para
orator dapat meraih kemuliaan dan kemenangan meski dengan sedikit kecurangan.
Pelatihan Sophist tentang retorika memang sangat praktis, tetapi tidak disusun
secara teliti. Sebaliknya, Aristotle mengangkat rhetoric sebagai ilmu dengan
mengeksplorasi secara sistematis efek speaker, the speech, dan the audience. Ia
menyebut penggunaan pengetahuan ini oleh speaker sebagai sebuah seni.
A. RHETORIC: MAKING PERSUASION PROBABLE (Membuat Persuasi
Menjadi Mungkin)
Menurut Aristotle, cara-cara yang tersedia pada persuasi berdasar pada tiga
macam bukti, yaitu:
Rasa takut muncul dari imej mental tentang malapetaka yang potensial.
Seorang speaker haruis mampu menggambarkan gambaran kata-kata yang nyata
tentang tragedi itu, untuk menunjukkan bahwa hal itu mungkin terjadi.
Kepercayaan dapat dibangun dengan mendeskripsikan bahaya adalah hal yang
jauh dan memiliki kemungkinan kecil untuk terjadi.
Kita merasa malu atau bersalah ketika kekalahan berasal dari kelemahan dan
sifat buruk kita. Emosi kita akan besar ketika speaker mengatakan kegagalan dan
keburukan kita di hadapan keluarga, teman, atau orang-orang yang kita kagumi.
Pada tahap ini, pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk
mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Bagi Aristoteles, retorika tidak
lain dari kemampuan untuk menentukan, dalam kejadian tertentu dan situasi te
rtentu, metode persuasi yang ada”. Dalam tahap ini juga, pembicara merumuskan
tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan
khalayak.
2. Arrangement (penyusunan)
3. Style (gaya)
5. Memory (memori)
BIOGRAFI
1. God term : kata yang menunjukkan bahwa segala hal positif atau kebaikan,
terkandung di dalamnya
2. Devil term : kata yang menunjukkan bahwa segala hal yang jahat, buruk, dan
salah terkandung di dalamnya
Dalam hal ini, Burke memusatkan pada 5 elemen yang sangat penting
dalam human drama yaitu:
GUILT-REDEMPTION CYCLE
Fisher memperkenalkan konsep dari good reason pada tahun 1978, yang
mengantarkan ia pada pengajuan paradigma naratifnya tahun 1984. Ia menyatakan
bahwa memberikan alasan yang baik itu lebih memberi dampak apabila
disampaikan dengan bercerita daripada ketika hal itu mengumpulkan bukti atau
mengkonstruksi argumentasi yang kaku.
Fisher mengatakan bahwa 2000 tahun setelah masa kejayaan para filsuf,
revolusi ilmiah telah mencopot kejayaan mereka. Para beberapa abad terakhir,
satu-satunya pengetahuan yang terlihat layak untuk diketahui dalam academia
adalah pengetahuan yang bisa dilihat dalam dunia fisik. Orang yang ingin
memahami cara benda bekerja harus memeriksanya pada dokter, ilmuwan, teknisi,
maupun ahli teknis lainnya. Terlepas dari perkembangan teknologi dan matinya
fiosofi, kedua model pengambilan keputusan adalah sama dalam kecenderungan
untuk “place that which is not formally logical or which is not characterized by
expertise within a somehow subhuman logical work of behavior.” Fisher melihat
diskusi filosofis dan teknis sebagai standar pengetahuan bagi para ilmuwan. Ia
menyebut mindset ni sebagai rational-world paradigm atau paradigma dunia
rasional.
4. Rasionalitas ditentukan oleh seberapa banyak kita mengetahui dan sebaik apa
kita berargumentasi
5. Dunia adalah susunan puzzle logis yang bisa kita selesaikan melalui analisis
rasional
2. Kita membuat keputusan berdasarkan pada alasan yang baik, dimana bervariasi
tergantung dari situasi komunikasi, media, dan jenisnya
3.Sejarah, biografi, budaya, dan karakter menentukan apa yang kita anggap
sebagai alasan yang baik
4. Rasionalitas naratif ditentukan oleh koherensi dan kebenaran dari cerita kita
5. Dunia adalah susunan cerita yang kita pilih dan secara konstan kita gunakan
untuk membentuk kembali dunia kita
Menurut Fisher, tidak semua cerita sama-sama baik. Meskipun tidak ada
jaminan bahwa orang tidak akan meniru cerita yang buruk, namun ia berpikir
bahwa setiap orang menggunakan standar yang sama dari narrative rationality
atau rasionalitas naratif pada cerita yang mereka dengar.
Bagi Fisher, pengujian utama dari koherensi naratif adalah apakah kita bisa
mengandalkan karakter yang bertindak dalammanner yang baik. Kita cenderung
untuk percaya pada cerita orang yang menunjukkan keberlanjutan dari pikiran,
motif, dan tindakan.
Narrative Fidelity: Does the Story Ring True and Humane?
The logic of good reasons terpusat pada lima isu yang berkaitan dengan nilai-
nilai. Fisher mengatakan bahwa kita fokus pada
5) konformitas dengan apa yang dipercaya audiens adalah “an ideal basis of
conduct.”
Teori Fisher sendiri adalah sebuah cerita, dan seperti yang kita bayangkan,
tidak semua orang bisa menerima ceritanya. Banyak kritik yang masih
memperdebatkan pentingnya good reason dalam paradigma naratif, apakah teori
ini memiliki koherensi, dan apakah teori ini memiliki fidelity seperti yang
dikatakan Fisher sebagai cirri dari sebuah cerita yang baik
Teori Komunikasi Tentang Hubungan
Terjadi jika dua orang saling memberikan tanggapan dengan cara yang sama,
memiliki kedudukan yg sama.
Contoh: hubungan saat pemberian respon yang sama karena saling mendukung.
Bila melihat hubungan dengan kacamata ini, maka kita melhat dalam tradisi
sosiopsikologi. Teori skema hubungan Keluarga Penemu: Mary Anne Fitzpatrick
Fitzpatrick menyebut cara berpikir anggota sbg individu berpikir mengenai
keluarga sebagai "skema hubungan". Skema hubungan terdiri dari pengetahuan
mengenai diri sendiri, orang lain, hubungan yang sudah dikenal dan juga
pengetahuan mengenai bagaimana cara berinteraksi dalam hubungan. Skema
khusus-Skema keluarga/tertentu--- Skema umum.
Terbentuknya tipe tipe keluarga ini dipengaruhi oleh tipe orang tua dalam
mengasuh, yang dipengaruhi oleh cara-cara mereka menggunakan ruang, waktu,
energi dan derajat mereka dalam mengngkapkan perasaan, penggunaan kekuasaan
serta filosofi perkawinan.
Keluarga tipe ini senang ngobrol bersama, tetapi pemegang otoritas keluarga
adalah orang tua sebagai pembuat keputusan.
Keluarga tipe ini sangat menghargai komunikasi secara terbuka, namun tetap
menghendaki kewenangan orang tua yang jelas sebagai panutan utama.
Anggota keluarga pada tipe pluralistic ini sering sekali berbicara secara terbuka,
tetapi setiap orang dalam keluarga akan membuat keputusannya masing-masing.
Orang tua tidak merasa perlu untuk mengontrol anak-anak mereka karena setiap
pendapat dinilai berdasarkan pada kebaikannya, yaitu pendapat mana yang
terbaik, dan setiap orang turut serta dalam pengambilan keputusan.
Anggota keluarga tidak memiliki sifat ekspresif terhadap perasaan mereka sendiri.
Tipe keluarga yg jarang sekali melakukan percakapan dan tingkat kepatuhan yang
rendah.
Masing masing anggota kelurga tidak peduli terhadap apa yang dilakukan oleh
anggota keluarga lainnya.
Tokohnya Irwin altman dan Dalmas taylor. Teori penetrasi sosial (social
penetration theory) berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan
dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Mengenal seseorang, ingin membuka diri atau tidak, ibaratnya seperti kita melihat
orang dalam Bola/lingkaran
Hal yang boleh orang lain tahu atau ingin kita buka bisa berujud pada aspek
keluasan (banyaknya aspek yg diketahui tapi sedikit sedikit) atau aspek
kedalaman (satu topik tapi dalam).
Bila diri kita ingin kita buka pada satu topik/ sudut saja dan mendalam maka
keterbukaan yang ingin kita tampilkan adalah aspek kedalaman.
Bisa juga banyak sisi yg ingin kita tampilkan untuk diketahui banyak orang, tapi
hanya di sisi permukaan saja, maka dalam ranah ini aspek keluasan topik yang
ditawarkan untuk diketahui.
Dalam teori pertukaran sosial, interakasi manusia adalah seperti transaksi
ekonomi. Kalau bisa mendapatkan banyak dengan biaya minimal.
Jika teori pertukaran sosial diterapkan dalam teori penetrasi sosial, maka orang
akan mengungkapkan informasi mengenai dirinya lebih banyak bila rasio biaya
dan imbalan yang akan di terima sebanding.
1. Teori Dialogis
Dia mengemukakan bahwa selalu ada ketidak teraturan terus menerus yang
sifatnya konstan dalam setiap pola hubungan.
Bakhtin mengemukan bahwa terdapat dua jenis kekuatan yang berpengaruh dalam
kehidupan manusia setiap harinya yaitu: kekuatan sentripetal dan kekuatan
sentrifugal. kekuatan sentripetal adalah kekuatan untuk menerapkan aturan pada
saat kekacauan mulai muncul.
kekuatan sentrifugal kekuatan untuk mengacaukan atau menggangu aturan yang
telah ada. adanya dua kekuatan ini menyebahkan suatu hubungan itu terus
menurus pasti ada perubahan, dinamis dan tidak konstan.
Hal yg menjadi perhatian utama dalam teori ini adalah pengelolaan ketegangan
saat berkeinginan bersikap terbuka (openness) atau pilhan untuk bersikap tetutup.
Ingat pilihan mau terbuka atau tertutup dalam teori ini bukan dipengaruhi oleh
unsur pribadi tetapi atas kesepakatan bersama antar pelaku hubungan.
Individu yg terlibat dalam suatu hubungan dengan individu lain akan terus
menerus mengelola garis batas (boundary) dalam dirinya ingin terbuka atau tdk
ingin berbagi.
Teori ini hampir sama dgn teori penentrasi sosial yg mengelola kapan waktunya
kita membuka informasi atas diri kita atau kita menutupnya sebagai sebuah privasi
pribadi.
2. Dalam penetrasi sosial kita mau terbuka atau tidak dalam berhubungan di
tentukan oleh hubungan /alasan ekonomis. Bila manfaat yg kita dapat banyak,
sementara biaya yg kita keluarkan sedikit makan n hubungan akan tetap terjalin.
Sementara dalam teori privasi komunikasi ini tdk semata mata atas pertimbangan
ekonomis, tetapi keterbukaan ini bukan semata mata atas keputusan individu
pelaku komunikasi, tetapi adanya kesepakatan bersama ( konsensus) antar pelaku
yg terlibat dalam hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/59268932/TEORI-KOMUNIKASI-MASSA
https://www.scribd.com/document/337669048/Review-Bahasa-Indonesia-Griffin-
Chapter-22-23
https://www.scribd.com/document/96025333/Teori-Dramatism-Kenneth-Burke
http://rosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/
ebooksclub.org__A_First_Look_at_Communication_Theory___8th_Edition_.pdf
http://www.pengertianku.net/search/
pengertian+komunikasi+verbal+dan+non+verbal
https://rumahradhen.wordpress.com/materi-kuliahku/semester-iii/
perilaku-dalam-berorganisasi/hambatan-komunikasi-dan-komunikasi-antar-
pribadi/
http://ariplie.blogspot.co.id/2005/05/pengertian-unsur-unsursifat-sifat-
dan.html