Anda di halaman 1dari 12

KOMUNIKASI DAN OPINI PUBLIK

Di era globalisasi saat ini, kemungkinan besar kita menghabiskan sebagian hari kita
dengan menerima banyak pesan. Kebanyakan yang tidak kita harapkan atau kita cari. Kita
mungkin mengabaikan banyak pesan karena tidak punya banyak waktu atau tidak tertarik
dengan isi pesan-pesan itu. Ringkasnya, perhatian kita menjadi sasaran untuk diperebutkan
secara sengit.

Komunikasi PR bersaing di lingkungan pesan yang padat ini. Tugas-tugas berat menanti
PR adalah :

1. Mendapat perhatian dari public sasaran.


2. Menstimulasi minat dalam isi pesan.
3. Membangun keinginan dan niat untuk bertindak berdasarkan pesan.
4. Mengarahkan tindakan dari mereka yang berperilaku yang konsisten dengan pesan.

Komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk memberi
informasi, membujuk, atau, memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan
dikondisikan oleh konteks hubungan para komunikator dan konteks sosialnya.

Figure 1 : Model Proses Komunikasi


Proses pemberian informasi elibatkan empat langkah diatas. Proses instruksi
menambahkan satu langkah lagi: menstimulasi pembelajaran dan praktik. Proses persuasi
melampaui pembelajaran aktif dan karenanya menambahkan langkah keenam penerimaan
perubahan: penerimaan keinginan atau sudur pandang si pengirim. Jelas bahwa hambatan
untuk mendapatkan hasil dari pemberian informasi, istruksi, dan persuasi ini akan semakin
besar jika langkah kelima dan keenam dimasukkan ke dalam proses.

ELEMEN-ELEMEN DALAM KOMUNIKASI

A. Pengirim
Karakteristik dari sumber pesan memengaruhi tingkat penerimaan pesan oleh si
penerima tetapi tidak banyak memengaruhi dampak pesan jangka panjang. Para periset
telah menyimpulkan bahwa, meskipun karakteristik sumber akan memengaruhi proses
komunikasi, dampaknya akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya, dari satu
topic ke topic lainnya, dan dari waktu ke waktu.
B. Pesan
Karakteristik pesan jelas berdampak pada proses komunikasi, tetapi banyak ahli
komunikasi sepakat bahwa “maknanya tergantung pada orang, bukan kata-kata
pesannya.” Observasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang berbeda yang
menerima pesan yang sama mungkin akan menafsirkannya secara berbeda, memberikan
makna yang berbeda, dan bereaksi dengan cara yang berbeda.

C. Medium atau Saluran


Sarjana dan praktisi komunikasi biasanya menganggap komunikasi tatap muka
adalah metode pertukaran informasi yang paling langsung, kuat, dan lebih disukai.
Berbeda dengan komunikasi massal, komunikasi interpersonal (antar-orang) hanya
melibatkan dua orang komunikator (biasanya keduanya berdekatan), menggunakan
banyak indra, dan bisa langsung ditanggapi. Akan tetapi, deskripsi komunikasi
interpersonal ini tidak mempertimbangkan kemungkinan bahwa pesan media massa
ditujukan kepada hanya sedikit orang di dalam public spesifik.

D. Penerima
Eksperimen persuasi Yale menunjukkan bahwa penerima tidak semuanya
dipengaruhi oleh pesan dan tidak semuanya berubah sikap secara seragam. Orang yang
selalu agresif terhadap orang lain cenderung akan menolak terhadap pesan persuasive.
Di lain pihak, penerima yang rendah hati dan suka peduli pada orang lain lebih mudah
dipengaruhi oleh pesan persuasive ketimbang orang yang angkuh dan suka tidak peduli
dengan orang lain. Deskripsi yang lebih akurat menyatakan bahwa penerima itu
bertindak aktif dalam memproses pesan yang didesain untuk sedikit orang, bukan untuk
massa.

E. Konteks Hubungan
Rentang hubungan itu mencakup hubungan dekat dan intim, hubungan formal,
hubungan kompetitif, dan hubungan interpersonal konfliktual dalam berbagai setting.
Semua komunikasi relasional merefleksikan empat dimensi dasar :
1) Kemunculan emosi, ketenangan, dan formalitas.
2) Keakraban dan kemiripan.
3) Kedekatan atau kegemaran.
4) Dominasi-ketundukan.
F. Lingkungan Sosial
Komunikasi memperngaruhi dan dipengaruhi oleh setting social. Jadi
kominikasi terjadi sebagai sebuah proses terstruktur didalam system yang terdiri dari
komponen dan aktivitas yang saling behubungan. Komunikasi dalam kelompok akan
tergantung kepada sifat dari kelompok, karakteristik anggota kelompok, ukuran
kelompok, struktur kelompok, kohesivisitas kelompok, dan tujuan kelompok.

HUBUNGAN ANTAR ELEMEN DALAM PROSES KOMUNIKASI

Pengirim dan Pesan

Pengirim harus memilih pesan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik penerima.
Pengirim juga harus memperhatikan konteks komunikasi saat menyampaikan pesan.

Pesan dan Saluran

Saluran yang dipilih untuk menyampaikan pesan dapat mempengaruhi cara penerima
menafsirkan pesan.

Penerima dan Umpan Balik

Umpan balik dari penerima dapat membantu pengirim untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi.

Konteks dan Elemen Lainnya


Konteks komunikasi dapat mempengaruhi semua elemen dalam proses komunikasi, termasuk
pengirim, pesan, saluran, penerima, dan umpan balik.

Hubungan antar elemen dalam proses komunikasi sangatlah penting untuk


memastikan bahwa komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Dengan memahami hubungan
antar elemen ini, kita dapat meningkatkan kemampuan komunikasi kita dan menjalin
hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Sumber:

EFEK KOMUNIKASI

A. Menciptakan Persepsi tentang Dunia di Sekitar Kita


Teoretisi awal menyatakan komunikasi massa berperan sebagai pemberitahuan
kepada kita tentang peristiwa, sesuatu, orang, dan tempat yang tidak bisa kita jumpai
secara langsung. Media massa membantu kita menciptakan “gambaran yang terpercaya”
tentang dunia yang berada di luar jangkauan dan pengalaman langsung kita

Figure 2 : Media Massa dalam Formasi Opini Publik

B. Menentukan Agenda
Teori “Penentuan Agenda dari Efek Komunikasi Massa” dibangun berdasarkan
gagasan Lipmann tentang dampak media dengan cara membedakan antara apa yang
kita pikirkan tentang sesuatu dan apa yang kita pikirkan. Perbedaannya adalah, yang
disebut pertama mencakup apa yang kita ketahui tentang sesuatu (kognisi) sedangkan
yang disebut belakangan merujuk kepada opini kita dan perasaan kita (predisposisi).

Ada dua konsep dalam teori dan riset penentuan agenda yang berguna bagi PR:
1) Issues Alliance akan menentukan keutamaan dan penetrasi isu terhadap audien,
atau menentukan seberapa baiklah isu itu beresonansi (resonates) dengan masing-
masing public. Orang akan lebih memerhatikan isu yang berhubungan dengan
kepentingan mereka.
2) Cognitive priming mendeskripsikan pengalaman personal dan hubungan
seseorang dengan isu. Periset berpendapat bahwa seseorang yang tidak banyak atau
tidak punya pengalaman personal terhadap suatu isu harus mengandalkan media
untuk mendapatkan informasi.

Periset McCombs dan Shaw mereformulasi dan memperluas teori penentuan agenda
dengan menyatakan, “Media bukan hanya memberi tahu kita apa yang kita pikirkan
tentang sesuatu, tetapi juga bagaimana kita memikirkan tentangnya, dan,
konsekuensinya, apa yang akan dipikirkan.

C. Penyebaran Informasi dan Inovasi


Media memberikan informasi dari sumber yang tidak bisa dijangkau melalui
jaringan interpersonal yang sifatnya “senang bicara untuk bersenang-senang.” Namun,
setelah orang mendapat informasi dari media, mereka memasuki percakapan dengan
membawa informasi baru yang berguna.
Ide atau inovasi lebih mudah diadopsi jika ide-ide itu :
1) Lebih menguntungkan ketimbang situasi sekarang.
2) Kompatibel dengan pengalaman sebelumnya dan aspek situasi lainnya.
3) Sederhana.
4) Mudah dicoba.
5) Dapat diamati melalui hasil yang kelihatan.
D. Mendefinisikan Dukungan Sosial

Individu-individu yang menganggap opini mereka bertentangan dengan opini


kebanyakan orang lain cenderung akan tetap diam terhadap suatu isu. Sikap diam dan
pasif mereka dapat menimbulkan kesimpulan keliru bahwa banyak orang mendukung
pandangan tertentu. Sejumlah orang yang setuju dengan mereka makin banuak, akan
lebih mungkin untuk mengekspresikan pandangannya pada intinya =, opini public
muncul saat individu-individu secara kolektif mengetahui adanya dukungan pada
pandangan mereka melaui interaksi personal dan dengan membaca media masa. Spiral
akan terus berlanjut ketika orang lain melihat kehadiran atau ketidakhadiran dukungan
atas pandangan mereka. Spiral ini diperkuat ketika media meliput pandangan yang
paling kelihatan dan paling sering muncul dan tidak membuat usaha untuk menentukan
distribusi actual dari pandangan itu. Liputan media dapat merefleksikan, memperkuat,
atau menentang efek spiral keheningan terhadap opini public. Tetapi memahami
dinamika observasi kolektif individual terhadap lingkungan social dan opimi public
akan diwujudkan secara langsung dalam praktik PR.

Pesan media massa dapat memberikan kepada individu gambaran lingkungan


soalnya, pengetahuan tentang apakah ada penerimaan atau penolakan social atas
pandangan atau tindakan mereka. Model efek komunikasi “sosiokultural” ini
enunjukkan bahwa “pesan yang disajikan via media massa mungkin menimbulkan
consensus dalam hal orientasi dan tindakan yang berkaitan dengan objek atau tujuan
persuasif tertentu.

Figure 3: Model Persuasif Sosiokultural

PUBLIK DAN OPINI MEREKA

Opini publik sebelumnya belum pernah begitu kuat, begitu tersebar, begitu cair, dan
begitu meledak dan manipulative sebagaimana sekarang. Adalah bagian dari misi PR untuk
membantu organisasi mengenali, memahami, dan menghadapi pengaruh kuat ini dalam
lingkungan mereka.

Dimensi Opini Publik

Opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama. Opini
public merefleksikan proses dinamis dimana ide-ide “diekspresikan, disesuaikan, dan
dikompromikan dalam rangka menuju determinasi kolektif dari suatu arah tindakan.”
Arah opini mengindikasikan kualitas evaluative dari predisposisi, yang memberi tahu
kita evaluasi “positif-negatif-netral”, evaluasi yang “mendukung-menentang-netral”, atau
evaluasi “pro-kontra-tergantung” yang dilakukan oleh public.

Pengukuran intensitas menunjukkan seberapa kuatkah perasaan orang terhadap opini


mereka, apapun arahnya.

Stabilitas mengacu kepada berapa lama responden menganut arah dan intensitas perasaan yang
sama.

Dukungan informasional mengacu pada seberapa banyak pengetahuan public terhadap objek
opini.

Pengukuran dukungan sosial memberikan bukti tentang sejauh mana orang menganggap opini
mereka juga didukung oleh orang lain dalam lingkungan social mereka.

Mendeskripsikan dan memahami opini public membutuhkan pengukuran sensitivitas dan


kedalaman yang lebih luas dan bukan sekedar menggunakan pertanyaan ya-tidak seperti yang
dipakai dalam polling lewat telepon.

Publik

Praktisi PR harus membuang gagasan tentang “public umum”. Program yang efektif
harus dimaksudkan untuk menjalin komunikasi dan membangun hubungan dengan “public
sasaran: yang didefinisikan secara spesifik atau “public strategis”.

John Dewey mendefinisikan public sebagai unit social aktif yang terdiri dari semua
pihak yang terlibat yang mengenali problem bersama yang akan mereka cari solusinya secara
bersama-sama.

Grunig membeberkan 3 faktor yang menggerakkan public laten menjadu public aktif yang
melakukan komunikasi :

1. Pengenalan problem merepresentasikan sejauh mana orang menyadari bahwa ada yang
tidak beres dalam suatu situasi, dan karenanya mereka tahu bahwa mereka butuh
informasi.
2. Pengenalan batas-batas merepresentasikan sejauh mana orang memandang diri mereka
dibatasi oleh factor eksternal, dan sejauh mana mereka memandang bahwa mereka dapat
berbuat sesuatu untuk situasi itu.
3. Level keterlibatan merepresentasikan sejauh mana orang memandang dirinya terlibat dan
dipengaruhi oleh situasi.

3 variabel tersebut diukur berdasarkan seberapa aktif atau pasifkah perilaku komunikasi
suatu public. Perilaku komunikasi aktif dinamakan pencarian informasi karena orang dalam
kelompok itu kemungkinan akan mencari informasi tentang isu. Perilaku komunikasi pasif
disebut pemrosesan informasi sebab audien yang pasif mungkin memerhatikan atau tidak
memperhatikan suatu pesan.

Grunig mendefinisikan 4 tipe public :

1. All-issue publics bersikap aktif dalam semua isu.


2. Apathetic publics tidak memerhatikan atau tidak aktif terhadap semua isu.
3. Single-issue publics aktif pada satu atau sejumlah isu terbatas.
4. Hot-issue publics baru aktif setelah semua media mengekspos hampir semua orang
dan isu menjadi topic social yang diperbincangkan secara luas.

OPERASI INDIVIDUAL DAN KOORIENTASI

 Orientasi

Individu menetapkan nilai kepada objek di lingkungannya berdasarkan pengalaman


mereka sebelumnya dengan objek itu dan berdasarkan penilaian mereka terhadap objek itu
dalam konteks kekinian. Nilai pertama disebut “kemenonjolan” atau (salience), atau
perasaan tentang suatu objek yang berasal dari pengalaman individu dari situasi sebelumnya.
Nilai kedua adalah relevansi (pertinence), yakni nilai relative dari sebuah objek berdasarkan
perbandingan objek-dengan-objek berdasarkan atribut yang sama.

Untuk mendeskripsikan dan memahami opini tentang individu tentang beberapa objek,
maka kita harus mengukur tingkat kemenonjolan dan relevansi sekaligus. Perbedaan ini akan
membantu menjelaskan hubungan antara sikap dan opini.

Para sarjana umumnya membedakan antara sikap dan opini dengan dua cara :

1. Opini umumnya dianggap sebagai respons verbal dan jelas terhadap stimulus spesifik
(sebuah isu), sedangkan sikap adalah kecenderungan umum yang lebih mendasar untuk
memberikan respons mendukung atau menolak serangkaian stimulus.
2. Kandungan opini dianggap lebih banyak sisi kognitifnya ketimbang afektifnya. Sikap
adalah orientasi intuitif yang cepat sedangkan opini adalah pilihan yang dipikir masak-
masak untuk melakukan sebuah tindakan dalam matriks social.

Figure 4 : Model Orientasi Individual

 Koorientasi

Konsep opini public social atau interpersonal membutuhkan dua atau lebih individu
yang berorientasi dan berkomunikasi mengenai suatu objek yang menjadi perhatian
bersama. Mereka “berkoorientasi” untuk sesuatu yang sama

Model koorientasional dalam Gambar 8.5 mengilustrasikan elemen intrapersonal dan


interpersonal dalam hubungan komunikasi. Pertama, konstruk kongruensi intrapersonal
mendeskripsikan sejauh mana pandangan kita sesuai dengan perkiraan kita tentang
pandangan orang lain mengenai isu yang sama. Kedua, akurasi adalah sejauh mana
perkiraan anda cocok dengan pandangan orang lain yang sesungguhnya. Lalu yang lainnya
adalah kesepekatan (agreement) dan pemahaman (understanding). Kesepakatan adalah
sejauh mana dua orang atau lebih memberikan evaluasi yang sama terhadap sebuah isu yang
menjadi perhatian bersama. Pemahaman akan mengukur kemiripan dalam definisi dua orang
atau lebih.
Figure 5: Model Koorientasi

 Konsensus Koorientasi

Memahami opini public - atau consensus – membuatnya menjadi fenomena social


kompleks yang dapat dideskripsikan dengan menggunakan konsep koorientasional.

1. Konsensus monolitik merupakan tingkat kesepakatan actual yang tinggi yang secara
akurat dikenali oleh mereka yang terlibat.
2. Disensus hadir ketika tingkat ketidaksepakatan yang tinggi dikenali secara akurat.
3. Konsensus semu hadir ketika ada ketidaksepakatan actual tetapi mayoritas mereka yang
terlibat didalamnya beranggapan bahwa mereka semua sepakat.
4. Ketidaktahuan pluralistic merepresentasikan keadaan opini public dimana mayoritas
menganggap hanya ada sedikit kesepakatan, tetapi dalam kenyataannya ada kesepakatan
yang luas.

Figure 6 : Tipe-tipe Konsensus Koorientasi

 Hubungan Koorientasional
Pendekatan koorientasional membantu untuk mengidentifikasi 3 problem PR
yang membutuhkan strategi komunikasi yang langsung :

1. Sebuah organisasi dan public menganut definisi yang berbeda terhadap isu yang
sama.
2. Persepsi organisasi terhadap pandangan public tentang suatu isu tidak sesuai dengan
pandangan actual dari public.
3. Anggota public memiliki persepsi yang tidak akurat tentang pandangan organisasi
tentang suatu isu yang menjadi perhatian bersama.

Pendekatan koorientasional membantu 3 tujuan utama dalam perencanaan PR :

1. Pengukuran koorientasional menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk


mengidentifikasi dan mendeskripsikan problem dalam hubungan organisasi-publik.
2. Pengukuran koorientasional memberikan pedoman yang berguna untuk
merencanakan pesan dan respons yang tepat guna mengoreksi problem hubungan
organisasi-publik.
3. Penggunaan pengukuran koorientasional secara berulang akan menunjukkan
bagaimana hubungan berubah sebagai akibat dari komunikasi dan tindakan korektif
lainnya.

Figure 7 : Model Koorientasional dari Hubungan Organisasi Publik

Kesimpulannya, PR menjalin dan mempertahankan hubungan antara organisasi dan


publiknya dengan memfasilitasi komunikasi dua arah. Akan tetapi, komunikasi tersebut
mungkin tidak begitu berdampak pada sejauh mana pihak akan setuju atau tidak setuju
ketimbang pada akurasi dari persepsi terhadap pandangan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Cutlip M Scott ,Center H Allen, Broom M Glen, (2009) Effective Public Relation ,edisi
kesembilan :Kencana Prenada Media Group.

Purwanto, Djoko, Drs., M.B.A. Komunikasi Bisnis. Edisi Ketiga. Ciracas, Jakarta: PenerbitErlangga

Shahreza, M. (2018). proses dan elemen-elemen komunikasi politik..


https://doi.org/10.31227/osf.io/9zh46

Anda mungkin juga menyukai