Di era globalisasi saat ini, kemungkinan besar kita menghabiskan sebagian hari kita
dengan menerima banyak pesan. Kebanyakan yang tidak kita harapkan atau kita cari. Kita
mungkin mengabaikan banyak pesan karena tidak punya banyak waktu atau tidak tertarik
dengan isi pesan-pesan itu. Ringkasnya, perhatian kita menjadi sasaran untuk diperebutkan
secara sengit.
Komunikasi PR bersaing di lingkungan pesan yang padat ini. Tugas-tugas berat menanti
PR adalah :
Komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk memberi
informasi, membujuk, atau, memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan
dikondisikan oleh konteks hubungan para komunikator dan konteks sosialnya.
A. Pengirim
Karakteristik dari sumber pesan memengaruhi tingkat penerimaan pesan oleh si
penerima tetapi tidak banyak memengaruhi dampak pesan jangka panjang. Para periset
telah menyimpulkan bahwa, meskipun karakteristik sumber akan memengaruhi proses
komunikasi, dampaknya akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya, dari satu
topic ke topic lainnya, dan dari waktu ke waktu.
B. Pesan
Karakteristik pesan jelas berdampak pada proses komunikasi, tetapi banyak ahli
komunikasi sepakat bahwa “maknanya tergantung pada orang, bukan kata-kata
pesannya.” Observasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang berbeda yang
menerima pesan yang sama mungkin akan menafsirkannya secara berbeda, memberikan
makna yang berbeda, dan bereaksi dengan cara yang berbeda.
D. Penerima
Eksperimen persuasi Yale menunjukkan bahwa penerima tidak semuanya
dipengaruhi oleh pesan dan tidak semuanya berubah sikap secara seragam. Orang yang
selalu agresif terhadap orang lain cenderung akan menolak terhadap pesan persuasive.
Di lain pihak, penerima yang rendah hati dan suka peduli pada orang lain lebih mudah
dipengaruhi oleh pesan persuasive ketimbang orang yang angkuh dan suka tidak peduli
dengan orang lain. Deskripsi yang lebih akurat menyatakan bahwa penerima itu
bertindak aktif dalam memproses pesan yang didesain untuk sedikit orang, bukan untuk
massa.
E. Konteks Hubungan
Rentang hubungan itu mencakup hubungan dekat dan intim, hubungan formal,
hubungan kompetitif, dan hubungan interpersonal konfliktual dalam berbagai setting.
Semua komunikasi relasional merefleksikan empat dimensi dasar :
1) Kemunculan emosi, ketenangan, dan formalitas.
2) Keakraban dan kemiripan.
3) Kedekatan atau kegemaran.
4) Dominasi-ketundukan.
F. Lingkungan Sosial
Komunikasi memperngaruhi dan dipengaruhi oleh setting social. Jadi
kominikasi terjadi sebagai sebuah proses terstruktur didalam system yang terdiri dari
komponen dan aktivitas yang saling behubungan. Komunikasi dalam kelompok akan
tergantung kepada sifat dari kelompok, karakteristik anggota kelompok, ukuran
kelompok, struktur kelompok, kohesivisitas kelompok, dan tujuan kelompok.
Pengirim harus memilih pesan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik penerima.
Pengirim juga harus memperhatikan konteks komunikasi saat menyampaikan pesan.
Saluran yang dipilih untuk menyampaikan pesan dapat mempengaruhi cara penerima
menafsirkan pesan.
Umpan balik dari penerima dapat membantu pengirim untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi.
Sumber:
EFEK KOMUNIKASI
B. Menentukan Agenda
Teori “Penentuan Agenda dari Efek Komunikasi Massa” dibangun berdasarkan
gagasan Lipmann tentang dampak media dengan cara membedakan antara apa yang
kita pikirkan tentang sesuatu dan apa yang kita pikirkan. Perbedaannya adalah, yang
disebut pertama mencakup apa yang kita ketahui tentang sesuatu (kognisi) sedangkan
yang disebut belakangan merujuk kepada opini kita dan perasaan kita (predisposisi).
Ada dua konsep dalam teori dan riset penentuan agenda yang berguna bagi PR:
1) Issues Alliance akan menentukan keutamaan dan penetrasi isu terhadap audien,
atau menentukan seberapa baiklah isu itu beresonansi (resonates) dengan masing-
masing public. Orang akan lebih memerhatikan isu yang berhubungan dengan
kepentingan mereka.
2) Cognitive priming mendeskripsikan pengalaman personal dan hubungan
seseorang dengan isu. Periset berpendapat bahwa seseorang yang tidak banyak atau
tidak punya pengalaman personal terhadap suatu isu harus mengandalkan media
untuk mendapatkan informasi.
Periset McCombs dan Shaw mereformulasi dan memperluas teori penentuan agenda
dengan menyatakan, “Media bukan hanya memberi tahu kita apa yang kita pikirkan
tentang sesuatu, tetapi juga bagaimana kita memikirkan tentangnya, dan,
konsekuensinya, apa yang akan dipikirkan.
Opini publik sebelumnya belum pernah begitu kuat, begitu tersebar, begitu cair, dan
begitu meledak dan manipulative sebagaimana sekarang. Adalah bagian dari misi PR untuk
membantu organisasi mengenali, memahami, dan menghadapi pengaruh kuat ini dalam
lingkungan mereka.
Opini publik adalah sekumpulan pandangan individu terhadap isu yang sama. Opini
public merefleksikan proses dinamis dimana ide-ide “diekspresikan, disesuaikan, dan
dikompromikan dalam rangka menuju determinasi kolektif dari suatu arah tindakan.”
Arah opini mengindikasikan kualitas evaluative dari predisposisi, yang memberi tahu
kita evaluasi “positif-negatif-netral”, evaluasi yang “mendukung-menentang-netral”, atau
evaluasi “pro-kontra-tergantung” yang dilakukan oleh public.
Stabilitas mengacu kepada berapa lama responden menganut arah dan intensitas perasaan yang
sama.
Dukungan informasional mengacu pada seberapa banyak pengetahuan public terhadap objek
opini.
Pengukuran dukungan sosial memberikan bukti tentang sejauh mana orang menganggap opini
mereka juga didukung oleh orang lain dalam lingkungan social mereka.
Publik
Praktisi PR harus membuang gagasan tentang “public umum”. Program yang efektif
harus dimaksudkan untuk menjalin komunikasi dan membangun hubungan dengan “public
sasaran: yang didefinisikan secara spesifik atau “public strategis”.
John Dewey mendefinisikan public sebagai unit social aktif yang terdiri dari semua
pihak yang terlibat yang mengenali problem bersama yang akan mereka cari solusinya secara
bersama-sama.
Grunig membeberkan 3 faktor yang menggerakkan public laten menjadu public aktif yang
melakukan komunikasi :
1. Pengenalan problem merepresentasikan sejauh mana orang menyadari bahwa ada yang
tidak beres dalam suatu situasi, dan karenanya mereka tahu bahwa mereka butuh
informasi.
2. Pengenalan batas-batas merepresentasikan sejauh mana orang memandang diri mereka
dibatasi oleh factor eksternal, dan sejauh mana mereka memandang bahwa mereka dapat
berbuat sesuatu untuk situasi itu.
3. Level keterlibatan merepresentasikan sejauh mana orang memandang dirinya terlibat dan
dipengaruhi oleh situasi.
3 variabel tersebut diukur berdasarkan seberapa aktif atau pasifkah perilaku komunikasi
suatu public. Perilaku komunikasi aktif dinamakan pencarian informasi karena orang dalam
kelompok itu kemungkinan akan mencari informasi tentang isu. Perilaku komunikasi pasif
disebut pemrosesan informasi sebab audien yang pasif mungkin memerhatikan atau tidak
memperhatikan suatu pesan.
Orientasi
Untuk mendeskripsikan dan memahami opini tentang individu tentang beberapa objek,
maka kita harus mengukur tingkat kemenonjolan dan relevansi sekaligus. Perbedaan ini akan
membantu menjelaskan hubungan antara sikap dan opini.
Para sarjana umumnya membedakan antara sikap dan opini dengan dua cara :
1. Opini umumnya dianggap sebagai respons verbal dan jelas terhadap stimulus spesifik
(sebuah isu), sedangkan sikap adalah kecenderungan umum yang lebih mendasar untuk
memberikan respons mendukung atau menolak serangkaian stimulus.
2. Kandungan opini dianggap lebih banyak sisi kognitifnya ketimbang afektifnya. Sikap
adalah orientasi intuitif yang cepat sedangkan opini adalah pilihan yang dipikir masak-
masak untuk melakukan sebuah tindakan dalam matriks social.
Koorientasi
Konsep opini public social atau interpersonal membutuhkan dua atau lebih individu
yang berorientasi dan berkomunikasi mengenai suatu objek yang menjadi perhatian
bersama. Mereka “berkoorientasi” untuk sesuatu yang sama
Konsensus Koorientasi
1. Konsensus monolitik merupakan tingkat kesepakatan actual yang tinggi yang secara
akurat dikenali oleh mereka yang terlibat.
2. Disensus hadir ketika tingkat ketidaksepakatan yang tinggi dikenali secara akurat.
3. Konsensus semu hadir ketika ada ketidaksepakatan actual tetapi mayoritas mereka yang
terlibat didalamnya beranggapan bahwa mereka semua sepakat.
4. Ketidaktahuan pluralistic merepresentasikan keadaan opini public dimana mayoritas
menganggap hanya ada sedikit kesepakatan, tetapi dalam kenyataannya ada kesepakatan
yang luas.
Hubungan Koorientasional
Pendekatan koorientasional membantu untuk mengidentifikasi 3 problem PR
yang membutuhkan strategi komunikasi yang langsung :
1. Sebuah organisasi dan public menganut definisi yang berbeda terhadap isu yang
sama.
2. Persepsi organisasi terhadap pandangan public tentang suatu isu tidak sesuai dengan
pandangan actual dari public.
3. Anggota public memiliki persepsi yang tidak akurat tentang pandangan organisasi
tentang suatu isu yang menjadi perhatian bersama.
Cutlip M Scott ,Center H Allen, Broom M Glen, (2009) Effective Public Relation ,edisi
kesembilan :Kencana Prenada Media Group.
Purwanto, Djoko, Drs., M.B.A. Komunikasi Bisnis. Edisi Ketiga. Ciracas, Jakarta: PenerbitErlangga