Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia mempunyai sifat dasar yaitu rasa ingin tahu, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Manusia juga mempunyai rasa
ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Rasa keinginan manusia tersebut
memaksa manusia untuk berkomunikasi dan dikatakan sebagai makhluk sosial
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat
menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan
sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu Tindakan.
Komunikasi yang efektif dapat terjadi jika komunikator tahu khalayak mana
yang dijadikan sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Komunikator
mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak
sasaran. Komunikasi yang efektif juga sebagai dasar dalam hal pengendalian
manajemen.
Pengertian observasi dapat di rumuskan sebagai berikut: “Observasi ialah
metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara
sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu
atau kelompok secara langsung”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari makalah ini adalah apakah tantangan komunikasi
dalam memecahkan isu dan berita dan konseling dalam asuhan kebidanan dan
keterampilan observasi.

C. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan supaya kita dapat memahami apakah tantangan
komunikasi dalam memecahkan isu dan berita dan konseling dalam asuhan
kebidanan dan keterampilan observasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Teori
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan
bentuk dari apa saja, misalnya interaksi, senyuman, anggukan kepala yang
membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang
sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam
komunikasi.
Shannon & Weaver, bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia
yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan
tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, seni dan teknologi.Dalam melakukan komunikasi, menurut
Aristoteles, ada beberapa unsur yang harus dipenuhi yaitu siapa yang
berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan.
1. Komunikator
Komunikator dalah seseorang atau kelompok yang menyampaikan
pesan kepada orang lain (komunikan). Komunikator disebut juga sebagai
pembawa berita, pengirim berita, atau sumber berita dalam hal ini bisa
bidan, klien, atau yang lainnya. Penyampaian pesan dapat berupa lambang,
kata, gerak tubuh, dll.
2. Pesan (Message)
Pesan atau amanat adalah sesuatu yang disampaikan komunikator
melalui lambang, gerakan, atau gagasan kepada orang lain (komunikan).
Agar dapat diterima dengan baik, pesan hendaknya dirumuskan dalam
bentuk yang tepat, disesuaikan, dan dipertimbangkan berdasarkan keadaan
penerima, hubungan pengirim dan penerima, serta waktu komunikasi
dilakukan. Pesan yang disampaikan kepada klien dapat berupa nasehat,
dukungan, petunjuk dan yang lainnya. Faktor-faktor yang membuat suatu
pesan menjadi akurat antara lain:
a. Penyampaian pesan, yang bisa disampaikan secara lisan, tatap muka,
langsung, atau tidak langsung.
b. Bentuk pesan, yang dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Informatif, yaitu pemberian sejumlah keterangan dari komunikator
kepada komunikan, kemudian komunikan mengambil kesimpulan
dan keputusan sendiri;
2) Persuasif, adalah bentuk pesan yang berupa bujukan untuk
membangkitkan atau memotivasi semangat individu, perubahan
perilaku yang diharapkan atas kesadaran sendiri tanpa paksaan
3) Koersif, yaitu bentuk pesan yang bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi yang bisa berbentuk instruksi, perintah,
dan lain-lain.
3. Komunikan
Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi yang
merupakan sasaran dalam komunikasi, atau orang yang menerima pesan,
berita, atau lambang. Komunikan bisa perorangan, kelompok, atau
organisasi.
4. Media (Channel)
Media atau channel adalah sarana atau alat dalam penyampaian pesan.
Media dapat berupa buku, brosur, pamflet, radio, televisi, OHP, laptop,
lembar catatan klien, rekam medik dan lain-lain.
5. Umpan Balik (Feed Back)
Umpan balik adalah respon yang diberikan oleh komunikan terhadap
pesan yang diterima. Ketika Anda mempelajari feed back (umpan balik),
maka Anda akan mengenal empat bentuk umpan balik dalam komunikasi,
yaitu:
a. Zero umpan balik, yaitu tidak ada kejelasan umpan balik dari
komunikan karena pesan kurang jelas sehingga komunikasi tidak
bermakna. Jadi komunikan tidak memberikan feed back yang bisa
ditafsirkan atau diartikan oleh komunikator.
b. Umpan balik positif yaitu umpan balik dari komunikan dapat
diterima/dimengerti oleh komunikator sehingga komunikasi menjadi
bermakna.
c. Umpan balik netral yaitu tanggapan yang diberikan oleh komunikan
tidak mempunyai relevansi dengan pesan yang disampaikan.
d. Umpan balik negative yaitu respon kemunikan tidak mendukung
komunikator, tidak setuju, atau mengkritik.

B. Permasalahan
Pada prinsipnya manusia tidak bisa hidup sendiri. Mereka selalu berusaha
untuk menjalin hubungan dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Karena itu, komunikasi menjadi jembatan dalam menghubungkan
antara kepentingan diri manusia sebagai individu dengan masyarakat di
sekelilingnya, namun terkadang dibalik semua itu pasti komunikasi akan
menghadapi tantang atau hambatan yang dilalui saat muncul sebuah isu atau
berita, dengan begitu kita juga perlu sebuah solusi untuk menghadapi
tantangan tersebut.

C. Hambatan Komunikasi dalam Memecahkan Isu/ Berita


Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting.
Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua
berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi
dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang kompleks, dan
teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan
bentuk dari apa saja, misalnya interaksi, senyuman, anggukan kepala yang
membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang
sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam
komunikasi (Rismayanti, 2018).
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan
menghadapai berbagai hambatan dan tantangan. Hambatan dalam kegiatan
komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses
komunikasi tersebut. Karena pada komunikasi massa jenis hambatannya relatif
lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa.
Dan perlu diketahui juga, bahwa komunikasi harus bersifat heterogen. Oleh
karena itu, komunikator perlu memahami setiap hambatan komunikasi, agar ia
dapat mengantisipasi hambatan tersebut. Adapun hambatan-hambatan
komunikasi antara lain :
1. Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dalam bukunya,
1976, Cruden dan Sherman Personel management menyebutkan jenis
hambatan teknis dari komunikasi yaitu tidak adanya rencana atau prosedur
kerja yang jelas, kurangnya informasi atau penjelasan, kurangnya
ketrampilan membaca dan pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian
pengertian atau secara efektif. Definisi semantik sebagai studi ide atas
pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses
pertukaran timbal balik arti dan pengertian (komunikator dan komunikan),
tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adanya hubungan
antara Simbol (kata) dan apa yang disimbolkan (arti atau penafsiran),
dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa
yang dimaksudkan sebenarnya.
Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang
komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan
karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran
terhadap kata-kata yang dipakainya.
3. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-
alat pancaindera seseorang, dll. Menurut Cruden dan Sherman:
a. Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia. Perbedaan
persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi, ketrampilan
mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan
informasi.
b. Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi.
Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan
efektifitas komunikasi organisasi.

D. Solusi Mengatasi Tantangan Komunikasi


Menurut Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita (Narpati, 2017) untuk
mengatasi hambatan–hambatan dalam komunikasi dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Meningkatkan umpan balik, untuk mengetahui apakah pesan atau
informasi telah diterima, dipahami, dan dilaksanakan atau tidak.
2. Empati, penyampaian pesan disesuaikan dengan keadaan penerima.
3. Pengulangan, untuk menjamin bahwa pesan dapat diterima.
4. Menggunakan bahasa yang sederhana agar setiap orang dapat memahami
isi pesan yang disampaikan.
5. Penentuan waktu yang efektif, pesan disampaikan pada saat penerima siap
menerima pesan.
6. Mendengarkan secara efektif sehingga komunikasi antar atasan dengan
bawahan dapat berlangsung dengan baik.
7. Mengatur arus informasi. Komunikasi harus diatur mutunya, jumlah dan
cara penyampaiannya
E. Keterampilan Observasi
Diantaranya hal yang perlu kita observasi adalah:
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata
baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa verbal merupakan sarana untuk
menyampaikan perasaan, pikiran dan maksud tujuan. Menurut Larry.
Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi yaitu penamaan,interaksi dan
transmisi informasi(Mulyana,2007).
Aspek dalam komunikasi verbal yaitu perbendaharaan kata-
kata(vocabulary), kecepatan(racing), intonasi suara, humor, waktu yang
tepat dan singkat.
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah pesan yang di sampaikan dalam
komunikasi di kemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata.
a. Bentuk komunikasi non verbal
1) Bahasa tubuh: meliputi lambaian tangan, ekspresi wajah, kontak
mata, sentuhan, gerakan kepala, sikap atau postur tubuh, dan lain-
lain.
2) Tanda: dalam komunikasi non verbal menggantikan kata-kata,
misal: bendara putih mengartikan ada lelayu
3) Tindakan atau perbuatan: tindakan tidak menggantikan kata-kata
tetapi mengandung makna, misal: menggebrak meja berarti marah.
4) Objek: objek tidak menggantikan kata-kata tetapi juga mengandung
makna, misal: pakaian mencerminkan gaya hidup seseorang
5) Warna: menunjukan warna emosional, cita rasa, keyakinan agama,
politik, dan lain-lain, misal: warna merah muda adalah warna
feminim.
b. Fungsi komunikasi non verbal
1) Melengkapi komunikasi verbal
2) Menekankan komunikasi verbal
3) Membesar-besarkan komunikasi non verbal
4) Melawan komunikasi verbal
5) Meniadakan komunikasi non verbal
3. Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal
Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal dapat di lihat dari:
a. Kesesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal.
b. Kesesuaian antara dua buah pertanyaan.
c. Kesesuaian antara apa yang di ucapkan dan apa yang di kerjakan.
4. Pengamatan dan penafsiran
Pengamatan objektif adalah berbagai tingkah laku yang biasa di lihat
dan di dengar. Sedangkan penafsiran atau interprestasi adalah kesan yang
di berikan pada apa yang kita lihat dan dengar.
Tahap-tahap interprestasi meliputi:
a. Refleksi perasaan: konselor tidak jauh dari apa yang di katakan klien
b. Klarifikasi: menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien
c. Refleksi: penilaian konselor terhadap apa yang di ungkapkan klien
d. Konfrontasi: konselor membawa kepada perhatian dan perasaan klien
tanpa disadari
e. Interprestasi: konselor memperkenalkan konsep-konsep hubungan
yang berakar

F. Keterampilan Membina Hubungan Baik


Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar dari proses
komunikasi interpersonal bidan dan klien.
Ada tiga cara membantu klien merasa aman setelah membuka informasi
pribadinya, yakni:
1. Mengakhiri pembicaraan secara halus
Konselor perlu mengetahui proses mengakhiri pembicaraan yang
biasanya berlangsung. Ketika mendekati akhir sebuah pembicaraan
konseling,sebaiknya konselor:
a. Memberi tanda bahwa pembicaraan akan berakhir
b. Membuat rangkuman
c. Mengatakan bahwa hasil pembicaraan tidak harus dipraktikan
d. Memberi penegasan
e. Mengajak untuk melanjutkanpembicaraan di waktu lain
f. Memberikan pernyataan tertutup
g. Mengubah topik pembicaraan
2. Memperhatikan kelangsungan hubungan di masa mendatang
Ketika mengetahui bahwa anda adalah seseorang pendengar yang baik,
klien mungkin akan bebicara lagi dengan anda di waktu lain. Pada
umumnya keinginan itu tidak akan menimbulkan masalah bagi anda jika
klien tidak sering melakukannya.
3. Menunjuk konselor yang lebih kompeten
Ketika klien datang kepada konselor berulangkali dan menceritakan
hal yang sama, maka konselor harus menyadari bahwa klien membutuhkan
bantuan khusus dari konselor yang lebih kompeten.

G. Mendengar Aktif
1. Keterampilan Mendengar
Tujuan mendengar dan bertanya adalah:
- Mendorong klien untuk berbicara
- Menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap klien
- Meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan klien
- Untuk memperoleh informasi
- Memberi arahan percakapan terhadap klien
a. Dalam komunikasi interpersonal dan konseling terdapat empat bentuk
mendengarkan yang bisa kita gunakan sesuai sengan situasi yang di
hadapi, yaitu:
1) Mendengar pasif (diam)
Dilakukan antara lain bila klien sedang menceritakan
masalahnya: berbicara tanpa henti, menggebu-gebudengan ekspresi
perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila berhenti sejenak, konselor
dapat mendengar pasif untuk memberikan kesempatan
menenangkan diri.
2) Memberiksn tanda perhatian verbal dan non verbal
Dilakukan antara lain sewaktu klien berbicara panjang tentang
peristiwa yang terjadi pada dirinya. Selain diam, konselor
mendengarkan dengan memberikan ungkapan kata verbal untuk
menyemangati klien berbicara. Seperti: Hmm..., yaa..., oh..begitu,
terus..., atau sekali mengangguk.
3) Menajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi dilakukan
bila konselor ingin mendalami apa yang di ucapkan atau di
ceritakan klien.
2) Mendengar aktif
Yaitu dengan memberikan umpan baklik atau merefleksikan isi
ucapan dan perasaan klien.
b. Manfaat refleksi adalah:
1) Mendorong seseorang menyadari bahwa anda telah dan sedang
mendengarkan dan memahami apa yang di katakannya
2) Memungkinkan seseorang lebih memahami perasaan emosional dan
isi pembicaraanya
3) Mendorong seseorang melanjutkan pembicaraannya
c. Refleksi ada dua macam, yaitu:
1) Refleksi isi atau paraphrasing
Menyatakan kembali ucapan klien dengan kata-kata lain,
memberi masukan kepada klien tentang inti ucapan yang baru di
katakan klien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan
klien.
2) Refleksi perasaan
Mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor
dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien walaupun
dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata verbal klien.
d. Keuntungan dari mendengar aktif adalah:
1) Pasien dan keluarga merasa di dengar dan di pahami
2) Pasien dan keluarga merasa dirinya berharga dan penting
3) Pasien dan keluarga menjadi mudah untuk mendengarkan apa yang
kita sampaikan
4) Pasien dan keluarga merasa nyaman
5) Pasien dan keluarga mampu berkomunikasi
e. Hal-hal yang perlu diperhatikan atau tips dalam mendengar aktif
meliputi:
1) Terima klien apa adanya
2) Dengarkan apa yang dikatakan klien dan bagaimana ia mengatakan
hal itu. Perhatikan intonasi suara,pemilihan kata, ekspresi wajah,
dan gerakan-gerakan tubuh
3) Tempatkan diri pada posisi klien selama mendengarkan
4) Kadang-kadang lakukan mendengar aktif (diem)
5) Dengarkan klien dengan seksama, jangan berpikir apa yang akan
anda katakan selanjutan.
6) Lakukan pengulangan (refleksi) apa yang ada dengar, sehingga anda
klien tahu bahwa anda telah paham
7) Duduk menghadap klien dengan nyaman, hindari gerakan yang
mengganggu, tatap dan perhatikan klien ketika berbicara
8) Tunjukkan tanda perhatikan verbal (hmmm, yaaa, lalu, terus, oh
begitu) dan verbal (sesekali menggangguk).
f. Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah:
1) Pandangan pasien dan keluarga saat sedang bicara
2) Tidak menyilang kaki dan tangan
3) Hindari gerakan yang tidak perlu
4) Anggukkan kepada jika klien membicarakan hal yang penting atau
memerlukankan umpan balik
5) Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2. Jenis Pertanyaan
Semua jenis pertanyaan dapat dikelompokan menjadi pertanyaan
tertutup dan terbuka.
a. Pertanyaan tertutup
1) Menghasilkan jawaban “ya” atau “tidak” yang berguna untuk
mengumpulkan informasi yang faktual (biasanya dilakukan pada
awal-awal percakapan)
2) Bila menginginkan jawaban yang pendek dan khusus
3) Kegunaan untuk menanyakan riwayat kesehatan, data diri.
Kelemahan pertanyaan tertutup:
1) Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi
dan proses pengambilan keputusan
2) Bidan mengontrol jalannya percakapan, klien hanya memberikan
informasi yang bersangkutan dengan pertanyaan saja
3) Tidak mendorong seseorang untuk berbicara bebas
4) Membatasi pilihan-pilihan jawaban seseorang dan mengekangnya
untuk memperluas jawabannya dan berbicara jauh
b. Pertanyaan terbuka
1) Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “bagaimana” atau
“apa”
2) Kegunaan untuk mempelajari perasaan, dan pengetahuan klien
3) Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab
yang memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan
4) Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi
menggunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan
perhatian
5) Mendorong untuk mengembangkan jawaban, melanjutkan
pembicaraan, dan mengarahkan pada maslah terpenting, sehingga
dapat muncul informasi-informasi yang tidak diduga dari jawaban
klien.
Hal yang perlu di perhatikan dalam keterampilan bertanya:
1) Pertanyaan terbuka, yaitu memberikan dorongan pada pasien untuk
memilih topik yang akan di gunakan. Contoh: “ Apa yang sedang
anda pikirkan?”
2) Pengulangan pertanyaan, yaitu mengulang kembali pikiran utama
yang telah diekspresikan oleh pasien dan keluarga. Contoh: “Anda
mengatakan bahwa ibu anda telah meninggalkan anda ketika anda
berusia 5 tahun?”
3) Pertanyaan klarifikasi, berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran
pasien yang tidak jelas atau meminta pasien untuk menjelaskan
artinya. Contoh: “saya tidak jelas apa yang anda maksudkan,
dapatkan anda menjelaskan kembali?”
4) Pertanyakan refleksi, yaitu mengarahkan kembali ide,perasaan,
pertanyaan dan isi pembiracaan kepada pasien. Contoh: “anda
tampak tegang dan cemas, apakah ini berhubungan dengan
pembicaraan ibu anda semalam?”.
5) Pertanyaan berbagai persepsi, yaitu meminta pasien untuk
memastikan pengertian perawat tentang apa yang sedang dipikirkan
dan dirasakan oleh pasien. Contoh: “anda tersenyum tetapi saya
merasa bahwa anda sangat marah kepada saya?”.
3. Bertanya efektif
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bertanya efektif:
a. Gunakan intonasi suara yang menunjukan perhatian, minat dan
keakraban
b. Gunakan kata-kata yang dipahami klien
c. Ajukan pertanyaan satu-persatu. Tunggu jawaban dengan penuh minat,
jangan memot
d. Gunakan kata-kata yang mendorong klien untuk tetap berbicara seperti
: “Dan” , “Bagaimana?” , “Lalu?. “Maksudnya?”
e. Bila menanyakan hal-hal yang sifatnya pribadi,jrlaskan mengapa hal
tersebut ditanyakan
f. Hindari penggunaan kata tanya “Mengapa” . Karena kemungkinan
klien dapat merasa “disalahkan”
g. Ajukan pertanyaan yang sama dengan berbagai cara bila klien belum
paham
h. Hindari pertanyaan yang mengarahkan
i. Gunakan ”pertanyaan terbuka” karena lebih efektif dari pada
“pertanyaan tertutup”
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan/gannguan yang
dialami. Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun
semantik), gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi.
Efektivitas komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa
besar hambatan komunikasi yang terjadi. Komunikasi sendiri merupakan
proses penyampaian pesan, ide, atau lambang kepada orang lain agar dapat
mencapai persepsi yang sama sesuai yang dikehendaki oleh komunikator.
Tujuan berkomunikasi adalah memudahkan dan melancarkan pencapaian
tujuan. Ketika ada sebuah isu/ berita pasti akan terjadi juga sebuah
komunikasi.
Hal yang perlu di perhatikan dalam keterampilan observasi adalah tingkah
laku verbal, non verbal, dan kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal.
Kepekaan dalam observasi merupakan hal yang paling mendasar dalam
membina komunikasi efektif.

B. Saran
Sebagai seorang Bidan, komunikasi adalah hal yang sangat penting dan
merupakan kunci utama keberhasilan seorang bidan. Sebaiknya dalam
berkomunikasi dengan klien, seorang bidan harus menjadi etika dan
penampilan dalam menghadapi kliennya. Apalagi jka klien mulai tpercaya isu-
isu yang belum pasti kebenarannya maka tugas bidan lah untuk menjelaskan
detailnya. Selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan observasi
komunikasi konseling dalam praktik kebidanan.
MAKALAH

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

“Tantangan Komunikasi dalam Memecahkan Isu dan Berita dan Konseling


dalam Asuhan Kebidanan dan Keterampilan Observasi”

DOSEN PENGAMPU: ASTARI SETO, S.SIT., M.Keb

DI SUSUN OLEH :

GIA NAULI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MERANGIN


YAYASAN HAJI SHOEHEILY QORI
PRODI S1 KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah (Komunikasi Efektif dalam Praktik Kebidanan) khususnya
pada pembahasan “Tantangan Komunikasi dalam Memecahkan Isu dan Berita dan
Konseling dalam Asuhan Kebidanan dan Keterampilan Observasi”
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada
kita semua. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang
telah memberikan kami arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan makalah ini.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Bangko, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan Makalah................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar Teori........................................................................................ 2
B. Permasalahan..................................................................................... 4
C. Hambatan Komunikasi Dalam Memecahkan Isu/ Berita.................. 4
D. Solusi Mengatasi Tantangan Komunikasi......................................... 6
E. Keterampilan Observasi.................................................................... 7
F. Keterampilan Membina Hubungan Baik........................................... 8
G. Mendengar Aktif............................................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Penutup.............................................................................................. 15
B. Saran.................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Fitriasari.2009. Konseling (Komunikasi Interpersonal. akbidypsdmi.net. 26 April


2009. 05:08 PM.
Tyastuti, dkk., 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Uripni. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
mustikanurse.blogspot.com/2006/12/komunikasi-dalam-pelayanan-
keperawatan_12.html. Tuesday, December 12, 2006. Komunikasi Dalam
Pelayanan Keperawatan II Oleh : Mustikasar
Wulandari diah.2009.Komunikasi dan konseling dalam praktik
kebidanan.Jogyakarta:Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai