Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu cara individu untuk melakukan interaksi
dengan individu yang lain. Tanpa komunikasi, individu akan sulit
mengungkapkan keinginan, pendapat dan menjalankan hubungan silaturahmi
dengan individu lain. Komunikasi sangat erat hubungannya dengan kehidupan
sosial individu. Bayangkan, apa yang terjadi jika antara satu individu dengan
individu yang lain tidak mengetahui bagaimana cara berkomunikasi,
kehidupan sosial tidak akan terjadi, informasi tidak didapatkan dan
masyarakat akan menjalani kehidupan yang membosankan karena tidak dapat
mencurahkan ide, pendapat dan perasaan mereka. Komunikasi erat kaitanya
dengan sistem indera, misalnya pendengaran. Untuk dapat memahami apa
yang dikatakan secara verbal, kita harus mendengarkan. Jika pendengaran
terganggu maka akan sulit untuk memahami informasi yang disampaikan
secara lisan. Masih banyak lagi contoh hubungan komunikasi dengan sistem
indera. Perkembangan teknologi memungkinkan masyarakat untuk
menyampaikan informasi dalam jarak jauh. Komunikasi dapat dilakukan
dengan menggunakan media massa ataupun elektronik, hanya saja tidak
selamanya komunikasi yang dilakukan ini efektif. Hal ini tergantung pada
situasi dan kondisi yang sedang kita alami.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu komunikasi?

2. Penjelasan perkembangan setelah berkomunikasi

3. Apa itu Makna Komunikasi?

4. Sebutkan pengertian komunikasi Verbal yang Efektif?

5. Berikan beberapa contoh Konmunika

C. Tujuan Masalah

Memahami arti dari komunikasi Menjelaskan perkembangan setelah


berkomunikasi Memahami makna dari berkomunikasi Memahami komunikasi verbal
yang efektif Memberikan contoh berkomunikasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
merupakan terjemahan kata communication yang berarti
perhubungan atau perkabaran. Communicate berarti memberitahukan
atau berhubungan. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa
latin communicatio dengan kata dasar communis yang berarti sama.
Secara terminologis, komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan
sesuatu (pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan
suatu media.
Sebagai makhluk sosial, manusia sering berkomunikasi satu sama
lain. Namun, komunikasi bukan hanya dilakukan oleh manusia saja,
tetapi juga dilakukan oleh makhluk-makhluk yang lainnya. Semut dan
lebah dikenal mampu berkomunikasi dengan baik. Bahkan tumbuh-
tumbuhanpun sepertinya mampu berkomunikasi. Komunikasi dilakukan
oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak
penerima (komunikan).
Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang
diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh
komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.
B. Unsur Unsur Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami
unsur-unsur komunikasi, antara lain:
1. Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan
dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat
berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal
(sumber) terjadinya suatu komunikasi
2. Komunikan.
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator,
kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi
respon.
3. Media.
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan
sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun
non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa
tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4. Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh
Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan
penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap
kesinambungan komunikasi.
5. Tanggapan.

2
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas
penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik
(feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.

C. Fungsi Dan Manfaat Komunikasi


Dengan berkomunikasi, insya Allah, kita dapat menjalin saling
pengertian dengan orang lain karena komunikasi memiliki beberapa
fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:
1. Fungsi informasi.
Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu,
dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.
2. Fungsi ekspresi.
Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa
yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
3. Fungsi kontrol.
Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan
memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain
sebagainya.
4. Fungsi sosial.
Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara
komunikator dan komunikan.
5. Fungsi ekonomi.
Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan
finansial, barang dan jasa.
6. Fungsi dawah.
Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan
bersama. Banyak manfaat yang dapat peroleh dengan
berkomunikasi secara baik dan efektif, di antaranya adalah:
1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain
dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan.
2. Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan
dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah
persepsi.
3. Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu
persahabatan, komunitas atau jamaah.
4. Aktivitas amar maruf nahi munkar di antara sesama umat
manusia dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh
kedamaian.
D. Pedoman Dalam Berkomunikasi
Komunikasi yang baik adalah komunikasi dimana pesan-pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik tanpa menimbulkan perasaan
negatif. Ada beberapa pedoman untuk menjalin komunikasi yang baik,
yaitu antara lain:
1. Berkomunikasi dengan berpedoman pada nilai-nilai Islam.
2. Setiap situasi komunikasi mempunyai keunikan.
3. Kunci sukses komunikasi adalah umpan balik.

3
4. Komunikasi bersemuka adalah bentuk komunikasi yang paling
efektif.
5. Setiap pesan komunikasi mengandung unsur informasi sekaligus
emosi.
6. Kata adalah lambang untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan
yang terbuka untuk ditafsirkan.
7. Semakin banyak orang yang terlibat, komunikasi semakin
kompleks.
8. Dapat terjadi gangguan dalam penyampaian pesan komunikasi.
9. Perbedaan persepsi mengganggu keefektifan sampainya pesan.
10. Orang berkomunikasi sesuai dengan situasi komunikasi yang
diharapkannya.
E. Sikap Dalam Berkomunikasi
Ada beberapa sikap yang perlu dicermati oleh seseorang dalam
berkomunikasi, khususnya komunikasi verbal, yaitu antara lain:
1. Berorientasi pada kebenaran (truth).
2. Tulus (sincerity).
3. Ramah (friendship).
4. Kesungguhan (Seriousness).
5. Ketenangan (poise).
6. Percaya diri (self convidence).
7. Mau mendengarkan dengan baik (good listener)
F. Teknik Berkomunikasi
Secara Efektif Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa komunikasi
efektif tejadi apabila suatu pesan yang diberitahukan komunikator
dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak
terjadi salah persepsi. Karena itu, dalam berkomunikasi, khususnya
komunikasi verbal dalam forum formal, diperlukan langkah-langkah
yang tepat. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi.
2. Mengenali komunikan (audience).
3. Berorientasi pada tema komunikasi.
4. Menyampaikan pesan dengan jelas.
5. Menggunakan alat bantu yang sesuai.
6. Menjadi pendengar yang baik.
7. Memusatkan perhatian.
8. Menghindari terjadinya gangguan.
9. Membuat suasana menyenangkan.
10. Memanfaatkan bahasa tubuh dengan benar.
G. Berkomunikasi Dalam Forum
Pelatihan Dalam pelatihan, seorang komunikator sebagai Pembicara
perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi forum tersebut, baik
jenis pelatihan, suasana ruangan, audience (peserta), fasilitas
pendukung dan lain sebagainya. Agar dapat berkomunikasi secara
efektif dan optimal, komunikator perlu mempersiapkan diri, baik dari
segi penampilan fisik, mentalitas maupun penguasaan materi yang
akan disampaikan.
Persiapan yang baik sangat mendukung sekali penampilannya dalam
berkomunikasi dengan komunikan. Pesan yang akan disampaikan

4
dikemas dalam bentuk naskah tertulis materi pelatihan sesuai
temanya. Materi disampaikan dengan metode ceramah yang diikuti
dengan tanya jawab atau diskusi.
Kamunikator dituntut untuk mampu menerangkan pesan materi
secara jelas, dengan memanfaatkan kemampuan logika, intonasi
pembicaraan, pengucapan kata, dan pemilihan kalimat yang tepat;
didukung oleh bahasa tubuh yang menarik maupun peralatan bantu
yang sesuai kebutuhan. Untuk memberi kesan yang lebih mendalam
dan pemahaman yang lebih jelas, materi dapat disampaikan dalam
bentuk presentasi dengan menggunakan alat bantu komputer dan
asesorinya, yang meliputi: Notebook, LCD Projector dan Screen.
Presentasi diberikan dalam bentuk penampilan komunikasi verbal
Pembicara dan slide presentation, biasanya dalam program power
point, secara simultan.

BAB III
KOMUNIKASI VERBAL YANG EFEKTIF

A. Komunikasi Verbal Simbol atau pesan


verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai
sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005).
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat
simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-
simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa
secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa
diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk

5
mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama,
karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan
di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk
menggunakannya.
Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua
kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut
peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya
memberi arti.
Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi Di
mana saya dapat menukar uang? akan disusun dengan
tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
1. Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa
uang? (Where can I change some money?).
2. Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu
uang? (Ou puis-je change de largent?).
3. Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang
menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?)
4. Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde
puedo cambiar dinero?).

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan


semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi
dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara
pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang
arti kata atau gabungan kata-kata.

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005),


bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling),
interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan
merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau
orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan
emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau
kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat
disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi
dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi
yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini,
dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi
kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication:


Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita
berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

6
1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita
mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai
dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu
sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan
kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita,
dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan
kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan
lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling
memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan
kita, dan tujuan-tujuan kita. Keterbatasan Bahasa:
1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk
mewakili objek.
2. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk
pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat,
perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia
untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya
mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri.
Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat
parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
3. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat
dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-
bodoh, dsb.
4. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
5. Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata
merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-
orang yang berbeda, yang menganut latar belakang
sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang
mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam*.
Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat;
ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang
berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
6. Kata-kata mengandung bias budaya.
7. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia
ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan
budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak
mengherankan bila terdapat kata-kata yang
(kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai
secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun
dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang
yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi
mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka
menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak

7
untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan
dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia)
berarti kamu.
8. Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin
communis yang artinya sama. Komunikasi hanya
terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada
gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila
kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan
makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau
kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme.
Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan
berasal dari budaya yang sama, status sosial yang
sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama;
pendeknya mempunyai sejumlah maksimal
pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak
ada isomorfisme total.
9. Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan
penilaian.Dalam berbahasa kita sering
mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran
(dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan
dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa
yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang
pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja
pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan
menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi,
jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama,
apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan
tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila yang
dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap
untuk mencari nafkah, maka orang itu memang
sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap
orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya
adalah membaca, berbicara, menulis, maka
membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai
baginya, sebagai selingan di antara jam-jam
kerjanya.

B. Contoh Komunikasi
Verbal Komunikasi efektif dokter gigi dengan pasien
Seorang teman pernah mengeluh bahwa beliau tidak puas
dengan hasil kerja dokter gigi yang menumpat giginya.
Ketika ditanya mengapa saat perawatan tidak menanyakan
secara detail tentang perawatan yang dilakukan oleh dokter
gigi agar tidak ada kekecewaan. Setelah diperiksa, ternyata
tumpatan resin komposit pada giginya mengalami perubahan

8
warna. Teman tersebut juga akhirnya mengaku bahwa
dirinya merupakan coffee addict dan mengkonsumsi alkohol
secara rutin.
Kejadian di atas sangat sering terjadi pada dunia
kedokteran gigi, ketidak puasan pasien dan penyesalan
pasien akibat persetujuan perawatan yang telah
diterimanya. Meski pada kenyataannya tidak semua
ketidakpuasan itu merupakan kesalahan perawatan dari
dokter gigi, namun dalam proporsi tertentu pasti akan
berpengaruh pada kepercayaan pasien tersebut pada dokter
giginya. Keadaan yang paling ekstrim adalah pasien yang
bersangkutan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya agar
tidak berkunjung ke dokter giginya.
Lagi-lagi tentang komunikasi dokter pasien yang
kurang berhasil sehingga pasien mengembangakan opininya
sendiri atas perawatan yang di terima. Apabila opini
tersebut sangat positif, tentunya akan menguntungkan
dokter gigi sebagai operator. Namun, apabila opini tersebut
menjadi sangat negatif, tak ayal lagi dokter gigi yang
bersangkutan jelas akan kehilangan pasien dan calon
pasiennya. Ironis bukan? Komunikasi dokter pasien
diharapkan dapat mendukung upaya pemberian informasi,
edukasi dan motivasi pasien dalam rangka menuntaskan
masalah kesehatannya.
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun
2006, komunikasi dokter pasien adalah hubungan yang
berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya
selama proses pemeriksaan/pengobatan.perawatan yang
terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumahsakit,
dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan
masalah kesehatan pasien. Sebagai profesional,
keterampilan komunikasi dokter pasien merupakan salah
satu kompetensi yang harus di kuasai dokter gigi karena akan
menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian
masalah kesehatan pasien.
Contoh hasil komunikasi efektif :
a. Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai
tujuannya berobat. Berdasarkan pengetahuannya
tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti
anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum
atau menggunakan obat secara teratur, melakukan
pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan
memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan
kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan
sebagainya.

9
b. Pasiem memahami dampak yang menjadi konsekuensi
dari penyakit yang dideritanya (membatasi diri, biaya
pengobatan), sesuai penjelasan dokter.
c. Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan
mau memahami keterbatasan kemampuannya lalu
mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya, dengan
segala konsekuensinya
d. Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam
menjalankan semua upaya pengobatan/perawatan
kesehatannya.
Contoh hasil komunikasi tidak efektif :
a. Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena
dokter tidak menjelaskan, hanya mengambil
anamnesis atau sesekali bertanya singkat dan
mencatat seperlunya, melakukan pemeriksaan,
menulis resep, memesankan untuk kembali,
atau memeriksakan ke laboratorium/foto
rontgen dan sebagainya.
b. Pasien merasa dokter tidak memberinya
kesempatan untuk bicara, padahal ia yang
merasakan adanya perubahan di dalam
tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya
ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia
karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu
apa-apa, hanya mendapat resep saja.
c. Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan
sebagai objek, bukan sebagai subjek yang
memiliki tubuh yang sedang sakit.
d. Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran
dokter atau tidak.
e. Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain.
f. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan
alternatif atau komplementer atau
menyembuhkan diri sendiri (self therapy).
Apabila dokter gigi memiliki kemampuan
sedemikian rupa sehingga informasi yang ada
dapat disampaikan dengan tepat dan efektif,
kejadian seperti pada ilustrasi di atas akan
terjadi dalam jumlah yang sangat minimal.
Sehingga tujuan perawatan yaitu kepuasan
pasien dapat tercapai tanpa penolakan apapun.

10
BAB IV

PENUTUP

Komunikasi efektif dipengaruhi oleh saluran komunikasi formal, struktur organisasi,


spesialisasi jabatan, pemilikan informasi, jaringan komunikasi dalam organisasi.
Artinya faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dengan bijaksana oleh pihak
manajemen perusahaan agar perilaku karyawan terbentuk dalam sebuah pola
perilaku etis. Komunikasi efektif juga bisa dicapai dengan memahami model
komunikasi verbal (bahasa tubuh) seperti kontak mata, ekspresi wajah, nada suara,
gerak ubuh, sosok dan postur tubuh. Dengan pemahaman dan apa yang harus
dilakukan pada sebuah komunikasi verbal maka diharapkan individu dalam
organisasi dapat berkomunikasi dengan efektif dan pola perilaku etis dapat
terbentuk.

11
a. Kesimpulan Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses
transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik
kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud
pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan
tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling
bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam
pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses
pembelajaran yang efektif.
b. Saran Dalam berkomunikasi sebaiknya dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan menggunakan bahasa yang baik,sopan dan apabila menggunakan
bahasa tubuh,gunakan bahasa tubuh yang sopan dan tidak membuat teman
yang berkomunikasi kita tersinggung dengan perkataan dan gerak tubuh
kita.

12

Anda mungkin juga menyukai