Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PROFIL KELUARGA SEHAT

I. IDENTITAS
Nama : Tn. SM
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Abdullah dg. sirua

II. ANGGOTA KELUARGA


1) Identitas
Nama : Ny. TO
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Hubungan keluarga : Istri

2) Identitas
Nama : Nn. N
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam

1
Pekerjaan : PNS
Hubungan keluarga : Anak perempuan

3) Identitas
Nama : Tn. IS
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Hubungan keluarga : Anak laki-laki

4) Identitas
Nama : An. TS
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Hubungan keluarga : Anak laki-laki

III. PROFIL KELUARGA


Tn. SM tinggal di sebuah rumah yang didiaminya bersama istri, anak
perempuan, 2 anak laki-laki. Anak laki-laki yang ke 3 tinggal di luar kota
karena sekolah.

2
IV. STATUS SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Tn.SM adalah seorang wiraswasta, sedangkan istrinya merupakan
seorang PNS.
Kondisi rumah yang ditempati oleh Tn.SM terbilang cukup baik, dengan
kondisi rumah batu berlantai keramik, 1 lantai, dengan 5 kamar tidur, sekitar
rumah yaitu bagian samping kanan dan kirinya berbatasan dengan rumah batu
dan bagian depan dengan jalan. Meskipun berada di lingkungan perumahan
yang cukup padat, tetapi rumah Tn.SM cukup memiliki pekarangan yang luas
dan ditanami pohon dan beberapa tanaman-tanaman hias. Tn.SM menempati
sebuah kamar dengan luas sekitar 2,5 x 2 m2. Perabot tertata rapi dan
kebersihan kamar cukup memuaskan. Rumah itu memiliki 4 kamar mandi yang
terletak di dekat dapur, dekat ruang tamu, dan di dalam kamar anak
perempuannya, dan di dalam kamar Tn.SM. Kondisi kamar mandi dan dapur
cukup bersih. Ventilasi dan pencahayaan cukup memadai serta memenuhi
syarat. Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencuci dan memasak diperoleh
dari air PDAM, dan air galon untuk minum. Septic tank terletak di belakang
rumah dan tertutup dengan baik. Rumah Tn. SM juga dilengkapi saluran
pembuangan air di depan rumah dan cukup bersih, air tidak tergenang.

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Menurut Tn.SM, dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
yang bermakna, hanya dirinya yang sering sakit kepala namun dari hasil
pemeriksaan tidak menunjukkan kondisi yang serius. Dokter hanya
menyarankan Tn.SM untuk banyak istirahat dan tidak boleh terlalu lelah.

3
VI. POLA KONSUMSI MAKANAN KELUARGA
Menu makanan keluarga sehari-hari bervariasi dengan menu makanan
sederhana seperti nasi, tempe, tahu, ikan, telur, sayur, dan sebagainya yang
diolahnya sendiri.

VII. PSIKOLOGI DALAM HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA KELUARGA


Hubungan Tn.SM dengan keluarganya sangat dekat dan komunikasi
berjalan dengan lancar dan selalu melakukan aktivitas bersama misalnya
rekreasi keluarga jika ada hari libur, bergotong royong diluar maupun didalam
rumah.

VIII. LINGKUNGAN
Lingkungan tempat tinggal terbilang cukup padat. Kebersihan lingkungan
rumah terjaga, lingkungan rumah tetangga sekitar rumah Tn.SM juga cukup
terjaga, meskipun masih ada beberapa rumah yang tidak terlalu memperhatikan
kebersihan lingkungan rumahnya. Jalanan di depan rumah dalam keadaan baik.

4
Gambar 1: Tampak Depan Gambar 2: Ruang tamu

Gambar 3: Ventilasi Gambar 4: Tanaman Hias

Gambar 5: Dapur Gambar 6: Kamar Tidur


5
Gambar 7: Kamar Mandi Gambar 8: Saluran Air

6
BAB II
SYARAT RUMAH SEHAT

I. RUMAH SEHAT MENURUT WINSLOW


Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan
hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan
yang tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit
dalam masyarakat.1

Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow1:

1. Harus memenuhi kebutuhan fisiologis


a. Suhu ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Sebaiknya tetap
berkisar antara 18-20oC. suhu ruangan ini tergantung pada:
Suhu udara luar
Pergerakan udara
Kelembaban udara
Suhu benda-benda di sekitarnya
Pada rumah-rumah modern, suhu ruangan ini dapat diatur dengan air-
conditioning.

b. Harus cukup mendapat penerangan

Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam hari.


Yang ideal adalah penerangan listrik.diusahakan agar ruangan-ruangan
mendapatkan sinar matahari terutama pagi hari.

c. Harus cukup mendapatkan pertukaran hawa (ventilasi)

Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar


(cukup mengandung oksigen). Untuk ini rumah-rumah harus cukup
7
mempunyai jendela. Luas jendela keseluruhan + 15% dari luas lantai.
Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas
bila jendela dibuka.

d. Harus cukup mempunyai isolasi suara

Dinding ruangan harus kedap suara, baik terhadap suara-suara yang


berasal dari luar maupun dari dalam. Sebaiknya perumahan jauh dari sumber-
sumber suara yang gaduh, misalnya: pabrik, pasar, sekolah, lapangan terbang,
stasiun bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.
2. Harus memenuhi kebutuhan psikologis
a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa
keindahan (aesthetis) sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan
rumah tangga yang sehat.
b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup, bagi setiap anggota keluarga yang
tinggal di rumah tersebut.
c. Untuk tiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa harus
mempunyai ruangan sendiri-sendiri sehingga privacy-nya tidak terganggu.
d. Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga di mana semua
anggota keluarga dapat berkumpul.
e. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruang untuk
menerima tamu.
3. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak
mudah ambruk.
b. Sarana pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat-
tempat lain, terutama untuk anak-anak.
c. Diusahakan agar tidak mudah terbakar.
d. Adanya alat pemadam kebakaran terytama yang menggunakan gas.

8
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit
a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik.
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit, seperti: nyamuk,
lalat, tikus, dan sebagainya.
d. Harus cukup luas. Kuas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas lantai.

II. BAHAN BANGUNAN


a. Lantai: Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen
atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Ubin atau semen
adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai
kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan
ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk rumah pedesaan cukuplah tanah biasa
yang dipadatkan. Syarat yang penting di sini adalah tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh
lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air
kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan
berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang
penyakit.2,3
b. Dinding: tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya
kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi tidak cukup.
Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan, lebih baik dinding
atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada
dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah
penerangan alamiah.2,3
c. Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan, maupun di
pedesaan. Di samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat
terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya

9
sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu
untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan.
Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal
juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.2,3
d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.
Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tetapi perlu diperhatikan
bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu
tersebut, apabila tidak pada ruasnya, maka lubang pada ujung-ujung bambu
yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.2

III. VENTILASI
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara dalam rumahtersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang berarti kadar CO2
yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu, tidak
cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen
(bakteri-bakteri penyebab penyakit).2,3
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran
udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.
Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam
kelambaban (humudity) yang optimum.2,3
Ada dua macam ventilasi, yakni2,3:

10
a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara
alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding,
dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan,
karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangan lainnya ke
dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari
gigitan nyamuk tersebut.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mangalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara.
Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar
udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya dalam
ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan


alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan
silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut: 2
a. Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan.
b. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir
keluar ruangan.
c. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC,
yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower
atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan
disekitarnya.
b. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan
kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.

11
IV. CAHAYA
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama
cahaya matahari, disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau
tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya
terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya
dapat merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni2,3:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat
membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya basil TBC.
Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya
yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-
kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan
rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat jendela diusahakan agar sinar
matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh
bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga
sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar
sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka
sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi
genteng biasa pada waktu pembuatannya, kemudian menutupnya dengan
pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,
seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.

12
V. LUAS BANGUNAN RUMAH
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia
di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan,
kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya.
Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu memperhatikan beberapa
ketentuan sebagai berikut: 2
a. kebutuhan luas per jiwa
b. kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
c. kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)
d. kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan
yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang
optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk setiap orang.2,3
Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit1:

1. Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka ruangan-
ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya penyakit. Penularan
penyakit-penyakit saluran pernapasan, misalnya TBC akan mudah terjadi di
antara penghuni rumah. Dari penelitian berjudul Hubungan Antara
Karakteristik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) pada
Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, yang dilakukan oleh
Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara
luas ventilasi rumah, kelembaban rumah, pencahayaan rumah, dan kepadatan
13
penghuni rumah dengan kejadian tuberculosis pada anak, sedangkan variable
suhu tidak memiliki hubungan yang bermakna dnegan kejadian tuberculosis
pada anak.1,4
2. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untui tiap orang akan berkurang karena harus dibagi
dalam jumlah yang banyak. Misalnya air. Walaupun kwalitasnya baik, tapi
karena pemakainya banyak maka kwantitasnya menjadi kurang, sehingga
penghuni rumah tidak tiap hari mandi atau tiap hari tidak mandi. Hal ini
akan memudahkan terjadinya penyakit kulit.
3. Memudahkan terjadinya penularan penyakit
Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit penykait
dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih mudah terjadi,
misalnya: TBC, penyakit-penyakit kulit, dan penyakit-penyakit saluran
pernapasan.
4. Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah terlalu sempit, maka tiak semua anggota keluarga mempunyai
kamar sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan terganggu. Hal ini akan
menyebabkan tiap anggota keluarga, teruama anak-anak muda tida suka
tinggal di rumah, yang akan memudahkan timbulnya kejahatan dan
kenakalan anak/remaja, serta kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis.
Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis ini di samping menyebabkan
perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak baik juga menimbulkna
masalah-masalah sosial dalam masyarakat.

14
VI. FASILITAS-FASILITAS DALAM RUMAH SEHAT
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai berikut2,3:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangn sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga

Di bawah ini adalah contoh variable dan nilai skor vatiabel rumah sehat yang
digunakan oleh Supraptini dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran Rumah
Sehat di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data SUSENAS 2001 dan 2004.5

15
VII. 10 PATOKAN UNTUK RUMAH EKOLOGIS SEBAGAI RUMAH
SEHAT
10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam perencanaan
rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan berkelanjutan di daerah
tropis. Patokan tersebut didasarkan pada dua seminar dan lokakarya internasional
tentang arsitektur ekologis dan lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan

16
2005, serta 25 asas tentang Baubiologie (lihat: Schneider, Anton. Gesnder Wohnen
durchbiologisches Bauen. Neubeuren 1982).6

Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam lestari, maka
planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan rumah yang dibangun
seharusnya ekologis. Kebutuhan atas perkembangan berkelanjutan belum pernah
sepenting seperti sekarang. Pengaruh perabadan manusia cenderung merusak
lingkungan sebagai dasar kehidupannya.6

Berdasarkan pertimbangan tersebut, tim dari lembaga pendidikan lingkungan,


manusia, dan bangunan menyusun 10 patokan ini sebagai standar rumah ekologis
yang sehat.6

1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan


sebagai paru-paru hijau
Kualitas taman dan hutan kota yang luasnya minimal 20% dari wilayah
kota, dengan jarak dari perumahan sebaiknya tidak melebihi 300 m, serta utilitas
dan banyaknya taman merupakan tujuan pokok tata kota kontemporer. Alun-alun
sebagai taman/hutan kota merupakan ruang beraneka-ragam yang sangat
mempengaruhi kualitaskehidupan dalam kota. Letak dan pengaturan penghijauan
dalam tata-kota menentukan ciri-khas kota tersebut. Di wilayah kota lama sering
terjadi kekurangan lahan hijau seperti jaringan penghubung (biotop
interconnection) dengan penghijauan berbentuk bahu jalan yang ditanami dengan
pohon peneduh dan semak belukar. Penghijauan di lingkungan kota akan
meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota dengan produksi oksigennya yang
mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara, serta
meningkatkan kualitas iklim mikro. Air hujan yang turun diserap oleh tanah, dan
kemudian menguap kembali, dengan demikian, tanaman ikut mengelola air hujan
dan melindungi lereng gunung terhadap tanah longsor.6

17
2. Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis
Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir
menghasilkan pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada juga yang
bersifat mental (imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock, dan peneliti yang lain
membuktikan bahwa setiap materi juga mengandung semacam kesadaran.
Manusia merupakan penengah di antara akal dan materi, karena ia menjadi satu-
satunya makhluk yang memiliki badan material dan kerohanian. Dengan
demikian manusia juga selalu mampu berkomunikasi dengan benda-benda yang
tidak dapat ditangkap dengan pancainderanya.

Guna menghindari pengaruh negatif oleh radiasi technik tersebut, maka di


dalam rumah sehat sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut:

a. sejauh mungkin menggunakan lampu pijar daripada tabung fluoresensi


b. semua instalasi listrik dilengkapi tiga kawat (pembawa arus, netral,
pembumian)
c. menghindari penggunaan spring bed karena per baja dapat menyalurkan
medan elektromagnetis kepada orang yang tidur di atasnya
d. mencabut steker semua alat listrik pada stopkontak, menghindari keadaan
standby
e. memilih monitor LCD sebagai layar computer/tv
f. menghalangi anak dan remaja menggunakan telefon genggam (hand phone),
juga
g. orang dewasa sebaiknya menggunakannya sesedikit mungkin.
Denah kamar tidur dengan persimpangan aliran air di bawah tanah dan
patahan geologis, dan persimpangan jaringan Hartmann (tanpa perhatian pada
jaringan Curry) yang mempengaruhi kesehatan orang yang sedang tidur.6

18
3. Menggunakan bahan bangunan alamiah
Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan
macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru. Keadaan
tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan bangunan
guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru
juga ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan fisika
bangunan.Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan sumber
daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para ahli supaya mereka
terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang teknologi baru
menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan
yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan
pandangan pembangunan yang menyeluruh. rantai bahan bangunan.6

4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan


Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup di
antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan
ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin. Sebagai kompromi letak
gedung berarah antara timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah
angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang sehingga menguntungkan
bagi penerapan ventilasi silang. Letak gedung terhadap sinar matahari yang Letak
gedung terhadap arah angin yang paling paling menguntungkan bila memilih
arah dari menguntungkan bila memilihi arah tegak lurus timur ke barat terhadap
arah angin itu Ruang di sekitar bangunan sebaiknya dilengkapi pohon peneduh
tanpa mengganggu gerak udara.6

5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu


mengalirkan uap air
Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan menyimpan
kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan ini tergantung terutama

19
pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan ukuran pori tersebut). Selanjutnya
harus dibedakan antara bahan bangunan yang mengisap air (higroskopis) dan
yang menolak air. Bahan bangunan yang berpori dapat mengisap air dengan
berbagai cara. Makin kecil pori-pori bahan bangunan makin besar daya mengisap
air, dan makin besar pori-pori makin mudah dapat diisi dengan air. Hal ini berarti
bahwa air bisa masuk ke dalam bahan bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh
atap yang bocor), oleh tekanan angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang
terekena angin kencang), oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau
kelembapan tanah yang melalui trasraam yang tidak kedap air). Kelebihan
kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan menumbuhkan cendawan
kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi kesehatan penghuni karena
mengakibatkan alergi bronkitis dan asma.6

6. Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan


dan memajukan sistem bangunan kering
Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan merupakan
permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis lembapnya, karena lapisan
yang kedap air tidak ada.6

7. Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa pakai bagian


gedung yang menerima beban dan yang membagi saja
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan akan
mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Bahan
bangunan apapun yang dipilih sebagai bagian struktur (sebaiknya tahan minimal
60 tahun), bagian sekunder, atau bagian perlengkapan/utilitas yang tahan hanya
sekitar 5-20 tahun selalu harus dipertimbangkan masa pakainya (life span).6

8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonis


Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan dalam
perencanaan arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan estetika. Proporsi dan
20
keselarasan (harmoni) bersama-sama dapat menentukan bentuk arsitektur. Oleh
karena itu, semua buku arsitektur kuno mengandung ilmu proporsi. Pengertian
proporsi dapat dianggap dalam bentuk proporsi bidang maupun bentuk proporsi
ruang seperti sudah ditentukan oleh Pythagoras dan penganutnya.6

9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari


lingkungan maupun membutuhkan energi yang berlebihan
Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan sumber
alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan bangunan harus dipilih
dengan saksama dan kebutuhan energi tersebut, kerusakan yang eksploitasinya
berakibat pada alam, pembuangan yang mencemari tanah, serta rantai bahan
secara holistis harus dipertimbangkan. Masalah padatnya penduduk dan
ketidakpedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan kemerosotan dan
kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah. Kebebasan untuk memilih
dan tugas untuk merawat dunia ini dengan penuh rasa tanggungjawab dan secara
berkesinambungan adalah dasar etika lingkungan.6

10. Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan secara


luas sehingga tidak mengakibatkan efek samping yang merugikan
Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada sembilan
patokan rumah ekologis sebagai rumah sehat tersebut di atas. Dengan perhatian
khusus pada etika lingkungan masalah efek samping yang merugikan tetangga
atau manusia yang lain dapat dihindarkan.6

21
BAB III

PEMBAHASAN

Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang

disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul

dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai tempat

berlindung dan menyimpan barang berharga. Rumah yang sehat merupakan rumah

yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana

pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan

sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.

Adapun tabel hasil observasi penilaian terhadap rumah yang dimiliki oleh Tn.

SM untuk dikategorikan sebagai rumah sehat :

No. Variabel yang dinilai Cek Skor


1. Lokasi
a. tidak rawan banjir 3
b. rawan banjir
2. Kepadatan hunian
a. tidak padat (>8m2/orang) 3
b. padat (<8m2/orang)
3. Lantai
a. Semen ubin, keramik, kayu 3
b. Tanah
4. Pencahayaan
a. cukup 3
b. tidak cukup
5. Ventilasi
a. ada ventilasi 3
22
b. tidak ada
6. Air bersih
a. air dalam kemasan
b. ledeng/PAM 3
c. mata air pelindung
d. sumum pompa tangan
e. sumur terlindung
f. sumur tidak terlindung
g. mata air tidak terlindung
h. lain-lain
7. Pembuangan kotoran (kakus)
a. leher angsa 3
b. plengsengan
c. cemplung/cubluk
d. kolam ikan/sungai/kebun
e. tidak ada
8. Septic tank
a. septic tank dengan jarak >10 meter dari sumber 3
air minum
b. lainnya
9. Kepemilikan WC
a. sendiri 3
b. bersama
c. tidak ada
10. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
a. saluran tertutup 3
b. saluran terbuka
c. tanpa saluran
11. Saluran got
a. mengalir lancar
b. mengalir lambat 2
c. tergenang
d. tidak ada got
12. Pengelolaan sampah
a. diangkut petugas 3
b. ditimbun
c. dibuat kompos
23
13. Polusi udara
a. tidak ada gangguan polusi 3
b. ada gangguan
14. Bahan bakar masak
a. listrik, gas 3
b. minyak tanah
c. kayu bakar
d. arang/batu bara
Total 40

Berdasarkan 15 parameter yang dipakai sebagai parameter rumah sehat

didapatkan bahwa rumah yang dimiliki oleh Tn. SM memenuhi syarat kesehatan baik

yakni : ventilasi, pencahayaan alami, lokasi, kepadatan hunian, lantai, dan polusi

udara.

Adapun status kesehatan yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga dalam

kondisi sehat dan didukung oleh lingkungan yang sehat pula. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara kondisi rumah dengan kesehatan seseorang.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Entjang, Indan. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra ADitya


Bakti; 2000. Hal.105-8.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta, 2007. p. 167-172
3. Anonymous. Syarat-Syarat Rumah Sehat. [online]. 2009. Available from :
URL: http://www.smallcrabonline619-syarat-syarat-rumah-sehat.htm
4. Heinz Frick. 10 patokan untuk rumah ekologis sebagai rumah sehat. [online].
2009. Available fromURL:
http://www.panda.org/downloads/general/lpr2004.pdf
5. Supraptini.Gambaran Rumah Sehat Di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data
Susenas 2001 Dan 2004. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan Badan
Litbangkes; 2004.hal 1-12
6. Nurhidayah, I., dkk. Hubungan Antara Karakteristik Lingkunga Rumah
dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) pada Anak di Kecamatan Paseh
Kabupaten Sumedang. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu
Keperawatan; 2007.
7. Anonymous. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat. [online]. 2005.
Available from : URL: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
8. Profil Kesehatan. Rumah Sehat. Dalam: Profil Kesehatan Kalimantan Tengah.
2005. hal 1-5
9. Manda et al. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS ) Pemerintah. Dinas Kesehatan
Subdin Promosi Dan Kesehatan Masyarakat. 2006. hal. 14-21
10. Persit Kartika Chandra Kirana. Tolok Ukur Rumah Tangga Bahagia. [online].
2009. Available fromURL: http://www.redaksi@persit-kckjaya.org

25

Anda mungkin juga menyukai