I. IDENTITAS
Nama : Tn. SM
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Abdullah dg. sirua
2) Identitas
Nama : Nn. N
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
1
Pekerjaan : PNS
Hubungan keluarga : Anak perempuan
3) Identitas
Nama : Tn. IS
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Hubungan keluarga : Anak laki-laki
4) Identitas
Nama : An. TS
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Bangsa/suku : Bugis
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Hubungan keluarga : Anak laki-laki
2
IV. STATUS SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Tn.SM adalah seorang wiraswasta, sedangkan istrinya merupakan
seorang PNS.
Kondisi rumah yang ditempati oleh Tn.SM terbilang cukup baik, dengan
kondisi rumah batu berlantai keramik, 1 lantai, dengan 5 kamar tidur, sekitar
rumah yaitu bagian samping kanan dan kirinya berbatasan dengan rumah batu
dan bagian depan dengan jalan. Meskipun berada di lingkungan perumahan
yang cukup padat, tetapi rumah Tn.SM cukup memiliki pekarangan yang luas
dan ditanami pohon dan beberapa tanaman-tanaman hias. Tn.SM menempati
sebuah kamar dengan luas sekitar 2,5 x 2 m2. Perabot tertata rapi dan
kebersihan kamar cukup memuaskan. Rumah itu memiliki 4 kamar mandi yang
terletak di dekat dapur, dekat ruang tamu, dan di dalam kamar anak
perempuannya, dan di dalam kamar Tn.SM. Kondisi kamar mandi dan dapur
cukup bersih. Ventilasi dan pencahayaan cukup memadai serta memenuhi
syarat. Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencuci dan memasak diperoleh
dari air PDAM, dan air galon untuk minum. Septic tank terletak di belakang
rumah dan tertutup dengan baik. Rumah Tn. SM juga dilengkapi saluran
pembuangan air di depan rumah dan cukup bersih, air tidak tergenang.
3
VI. POLA KONSUMSI MAKANAN KELUARGA
Menu makanan keluarga sehari-hari bervariasi dengan menu makanan
sederhana seperti nasi, tempe, tahu, ikan, telur, sayur, dan sebagainya yang
diolahnya sendiri.
VIII. LINGKUNGAN
Lingkungan tempat tinggal terbilang cukup padat. Kebersihan lingkungan
rumah terjaga, lingkungan rumah tetangga sekitar rumah Tn.SM juga cukup
terjaga, meskipun masih ada beberapa rumah yang tidak terlalu memperhatikan
kebersihan lingkungan rumahnya. Jalanan di depan rumah dalam keadaan baik.
4
Gambar 1: Tampak Depan Gambar 2: Ruang tamu
6
BAB II
SYARAT RUMAH SEHAT
8
4. Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit
a. Adanya sumber air yang sehat, cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
b. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik.
c. Harus dapat mencegah perkembangbiakan vector penyakit, seperti: nyamuk,
lalat, tikus, dan sebagainya.
d. Harus cukup luas. Kuas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas lantai.
9
sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu
untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan.
Atap seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal
juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.2,3
d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.
Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tetapi perlu diperhatikan
bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini maka cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu
tersebut, apabila tidak pada ruasnya, maka lubang pada ujung-ujung bambu
yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.2
III. VENTILASI
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara dalam rumahtersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang berarti kadar CO2
yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu, tidak
cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen
(bakteri-bakteri penyebab penyakit).2,3
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran
udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.
Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam
kelambaban (humudity) yang optimum.2,3
Ada dua macam ventilasi, yakni2,3:
10
a. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara
alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding,
dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan,
karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangan lainnya ke
dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari
gigitan nyamuk tersebut.
b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mangalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara.
Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan di sini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar
udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya dalam
ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
11
IV. CAHAYA
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama
cahaya matahari, disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau
tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya
terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya
dapat merusak mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni2,3:
a. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat
membunuh bakteri-bakteri patogen dalam rumah, misalnya basil TBC.
Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya
yang cukup. Seyogianya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-
kurangnya 15% sampai 20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan
rumah. Perlu diperhatikan dalam membuat jendela diusahakan agar sinar
matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh
bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga
sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar
sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka
sebaiknya jendela itu harus di tengah-tengah tinggi dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
Genteng kaca pun dapat dibuat secara sederhana, yakni dengan melubangi
genteng biasa pada waktu pembuatannya, kemudian menutupnya dengan
pecahan kaca.
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,
seperti lampu minyak tanah, listrik, dan sebagainya.
12
V. LUAS BANGUNAN RUMAH
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia
di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan,
kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya.
Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sehat perlu memperhatikan beberapa
ketentuan sebagai berikut: 2
a. kebutuhan luas per jiwa
b. kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)
c. kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)
d. kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan
yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang
optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk setiap orang.2,3
Hubungan rumah yang terlalu sempit dan kejadian penyakit1:
1. Kebersihan udara
Karena rumah terlalu sempit (terlalu banyak penghuninya), maka ruangan-
ruangan akan kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya penyakit. Penularan
penyakit-penyakit saluran pernapasan, misalnya TBC akan mudah terjadi di
antara penghuni rumah. Dari penelitian berjudul Hubungan Antara
Karakteristik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) pada
Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, yang dilakukan oleh
Nurhidayah, dkk (2007) menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara
luas ventilasi rumah, kelembaban rumah, pencahayaan rumah, dan kepadatan
13
penghuni rumah dengan kejadian tuberculosis pada anak, sedangkan variable
suhu tidak memiliki hubungan yang bermakna dnegan kejadian tuberculosis
pada anak.1,4
2. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang
Fasilitas dalam rumah untui tiap orang akan berkurang karena harus dibagi
dalam jumlah yang banyak. Misalnya air. Walaupun kwalitasnya baik, tapi
karena pemakainya banyak maka kwantitasnya menjadi kurang, sehingga
penghuni rumah tidak tiap hari mandi atau tiap hari tidak mandi. Hal ini
akan memudahkan terjadinya penyakit kulit.
3. Memudahkan terjadinya penularan penyakit
Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit penykait
dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya akan lebih mudah terjadi,
misalnya: TBC, penyakit-penyakit kulit, dan penyakit-penyakit saluran
pernapasan.
4. Privacy dari tiap anggota keluarga terganggu
Karena rumah terlalu sempit, maka tiak semua anggota keluarga mempunyai
kamar sendiri-sendiri, sehingga privacy-nya akan terganggu. Hal ini akan
menyebabkan tiap anggota keluarga, teruama anak-anak muda tida suka
tinggal di rumah, yang akan memudahkan timbulnya kejahatan dan
kenakalan anak/remaja, serta kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis.
Kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis ini di samping menyebabkan
perkembangan jiwa dari anak-anak yang tidak baik juga menimbulkna
masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
14
VI. FASILITAS-FASILITAS DALAM RUMAH SEHAT
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilita-fasilitas sebagai berikut2,3:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekas)
d. Pembuangn sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga
Di bawah ini adalah contoh variable dan nilai skor vatiabel rumah sehat yang
digunakan oleh Supraptini dalam penelitiannya yang berjudul Gambaran Rumah
Sehat di Indonesia, Berdasarkan Analisis Data SUSENAS 2001 dan 2004.5
15
VII. 10 PATOKAN UNTUK RUMAH EKOLOGIS SEBAGAI RUMAH
SEHAT
10 patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam perencanaan
rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan berkelanjutan di daerah
tropis. Patokan tersebut didasarkan pada dua seminar dan lokakarya internasional
tentang arsitektur ekologis dan lingkungan di daerah tropis pada tahun 2000 dan
16
2005, serta 25 asas tentang Baubiologie (lihat: Schneider, Anton. Gesnder Wohnen
durchbiologisches Bauen. Neubeuren 1982).6
Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam lestari, maka
planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan rumah yang dibangun
seharusnya ekologis. Kebutuhan atas perkembangan berkelanjutan belum pernah
sepenting seperti sekarang. Pengaruh perabadan manusia cenderung merusak
lingkungan sebagai dasar kehidupannya.6
17
2. Memilih tapak bangunan yang bebas gangguan geo-biologis
Pengembangan dalam ilmu pengetahuan alam dan ilmu nuklir
menghasilkan pengertian baru, bahwa, selain yang bersifat nyata, ada juga yang
bersifat mental (imaterial). Planck, Heisenberg, Lovelock, dan peneliti yang lain
membuktikan bahwa setiap materi juga mengandung semacam kesadaran.
Manusia merupakan penengah di antara akal dan materi, karena ia menjadi satu-
satunya makhluk yang memiliki badan material dan kerohanian. Dengan
demikian manusia juga selalu mampu berkomunikasi dengan benda-benda yang
tidak dapat ditangkap dengan pancainderanya.
18
3. Menggunakan bahan bangunan alamiah
Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan
macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru. Keadaan
tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan bangunan
guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru
juga ditandai dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan fisika
bangunan.Membangun berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan sumber
daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para ahli supaya mereka
terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak jarang teknologi baru
menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian ilmu bahan bangunan
yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya perlu diubah sesuai dengan
pandangan pembangunan yang menyeluruh. rantai bahan bangunan.6
19
pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan ukuran pori tersebut). Selanjutnya
harus dibedakan antara bahan bangunan yang mengisap air (higroskopis) dan
yang menolak air. Bahan bangunan yang berpori dapat mengisap air dengan
berbagai cara. Makin kecil pori-pori bahan bangunan makin besar daya mengisap
air, dan makin besar pori-pori makin mudah dapat diisi dengan air. Hal ini berarti
bahwa air bisa masuk ke dalam bahan bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh
atap yang bocor), oleh tekanan angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang
terekena angin kencang), oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau
kelembapan tanah yang melalui trasraam yang tidak kedap air). Kelebihan
kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan menumbuhkan cendawan
kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi kesehatan penghuni karena
mengakibatkan alergi bronkitis dan asma.6
21
BAB III
PEMBAHASAN
disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul
dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai tempat
berlindung dan menyimpan barang berharga. Rumah yang sehat merupakan rumah
yang dapat digunakan sebagai tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana
pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan
Adapun tabel hasil observasi penilaian terhadap rumah yang dimiliki oleh Tn.
didapatkan bahwa rumah yang dimiliki oleh Tn. SM memenuhi syarat kesehatan baik
yakni : ventilasi, pencahayaan alami, lokasi, kepadatan hunian, lantai, dan polusi
udara.
Adapun status kesehatan yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga dalam
kondisi sehat dan didukung oleh lingkungan yang sehat pula. Hal ini menunjukkan
24
DAFTAR PUSTAKA
25