Anda di halaman 1dari 29

CASE REPORT

TUMOR RECTI

PEMBIMBING : dr. Ibrahim kasim Sp.B, M.kes

DISUSUN OLEH :
Muhammad Zikra Bachmid(11120151132)
Status Pasien

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Abdul Kahar
Usia : 45 tahun
No. RM : 11.69.64
Alamat : Pare-pare
Pekerjaan : Wiraswasta
Tgl masuk RS : 02 Mei 2017
II. ANAMNESA
Keluhan Utama : Sulit BAB
Anamnesa Khusus
Pasien datang dengan keluhan sulit BAB disertai nyeri
perut sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit,. Pasien harus
mengedan dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mengeluarkan tinja, tetapi tinja yang keluar sedikit. Tinja yang
keluar dirasakan kecil-kecil sperti kotoran kambing. yang
berwarna merah segar. Terkadang darah menetes saat
mengedan sebelum tinja keluar. Lendir yang keluar bersama
tinja lebih banyak daripada saat BAB biasanya.
Selain itu, pasien juga mengaku masih bisa kentut. Berat
badan pasien terus berkurang dalam 2 bulan terakhir, yang
terlihat dari ukuran celananya yang semakin membesar.
Pasien juga mengeluh perut kembung yang makin hari
makin kembung, terasa penuh namun masih dapat flatus dan
perut tidak tegang. Pasien juga mengeluh nafsu makannya
menurun, merasa lemas, berat badan turun drastis dalam 1
bulan terakhir dari 45 kg menjadi 40 kg.
Pasien mengatakan jarang mengkonsumsi sayur-sayuran.
Pasien tidak mengeluhkan adanya benjolan pada dubur. Pasien
mengatakan tidak pernah demam selama ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti ini
sebelumnya. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit darah
tinggi dan kencing manis.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarganya yang pernah mengalami
penyakit yang sama seperti yang ia alami atau penyakit kanker
lainnya.
Riwayat Pengobatan
Pasien memeriksakan dirinya ke Puskesmas dan pihak
Puskesmas merujuk pasien untuk berobat ke poliklinik bedah di
RSUD Andi Makkasau. Di poliklinik bedah pasien disarankan
untuk dirawat dan dilakukan operasi.
Riwayat Operasi
Pasien mempunyai riwayat operasi sebelumnya yaitu
operasi pengangkatan testis sekitar 2 bulan yang lalu.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang,
Kesadaran : CM
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 88x/ mnt
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : 36,5 oC

Mata : ca (-/-), si (-/-)


Hidung : Epistaksis (-/-), Deviasi Septum (-)
Mulut : Tidak ada kelainan.
Leher : Trakea ditengah, Perbesaran KGB -
THORAKS
Inspeksi : Bentuk dan gerak Hemitoraks ka/ki simetris
Palpasi : Fremitus vokal dan taktil ka/ki simetris
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : - Pulmo : VBS ka=ki, rh -/-, wh -/-
- Cor : bj I-II murni regular

ABDOMEN
Inspeksi : Perut Datar
Auskultasi : Bu (+) normal
Perkusi : Tympani dikeempat kuadran
Palpasi : NT (-), Hepar, Lien, Ginjal tidak teraba
EKSTREMITAS :
Ekstremitas superior dan inferior : Akral hangat,
Turgor kulit : dbn

COLOK DUBUR (RT)


Tonus sfingter ani : Normotoni
Mukosa rectum : Licin, teraba massa ukuran
3,2x2,5cm arah jam 9 pada posisi
LLD, konsistensi keras, permukaan
berbenjol, tidak dapat digerakkan,
nyeri tekan (-)
Prostat : Tidak Teraba prostat
Sarung tangan : Feses (+), lendir (+), darah (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM : tanggal 02 mei 2017
1 Hematologi
Darah Rutin
Haemoglobin : 10,6 gr/dl
Hematokrit : 31,6 %
Leukosit : 10.200/mm3
Trombosit : 253.000/mm3
2. USG Abdomen
Hepar : bentuk/ukuran/echo normal. Tidak tampak dilatasi
vascular/bileduct. SOL -, kalsifikasi 0,6x0,6 cm, dan 0,8 cm pada
daerah hilus.
Lien/Pankreas: bentuk/ukuran dan echo normal. SOL-.
GB : tidak tampak
Ren Dextra/sinistra: bentuk/ukuran/echo cortex baik. Tidak tampak
batu/bendungan
Buli-Buli : dinding baik. Tidak tampak batu/massa.
Tampak penebalan dan hyperechoic dengan acoustic shadow 3,2x2,5
cm pada daerah rectum
KESAN:
Kalsifikasi parenkim hepar
Kalsifikasi dan penebalan dinding rectum
V. DIAGNOSA BANDING
Polip Recti
Hemoroid

VI. DIAGNOSA KERJA

Susp. Tumor Recti


VIII. PENATALAKSANAAN
Umum :
IUFD Nacl 0,9% 20 tetes/menit
Khusus :
Ketorolac 30 mg/8jm/iv
Ranitidin 50 Mg/8jm/iv
Tindakan :
Pro operasi Colostomy elektif
X. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia
Quo ad fungsionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
Follow Up
Tanggal Perjalanan Penyakit Tindakan
03/05/2017 S: Sulit BAB -Pro operasi

O: KU : Sakit Sedang/ IVFD RL 20 tetes/menit


Composmentis
- Ranitidin 50 mg/ 12jam/ iv
TD: 110/70 mmHg
- ketorolac 30mg/8jam/iv
N : 60 x/i

SO2 :95%

S: 36,50 C

Kepala: Anemis -/- Ikt -/-

Thorax : Rh -/- wh-/-

Abdomen : Peristaltik (+)


kesan menurun

Ekstremitas: Edema -/-

A: - tumor recti
04/05/2017 S: Sulit BAB -Pro Operasi

O: KU : Sakit Sedang/ -IVFD RL 20 tetes/menit


Composmentis
- Ranitidin 50 mg/ 12jam/ iv
TD: 110/70 mmHg
- ketorolac 30mg/8jam/iv
N : 80 x/i

P : 20 x/i

S: 36,20 C

Kepala: Anemis -/- Ikt -/-

Thorax : Rh -/- wh-/-

Abdomen : Peristaltik (+)


kesan menurun

Ekstremitas: Edema -/-

A: - tumor recti
05/05/2017 S: Sulit BAB IVFD RL 20 tetes/menit

O: KU : Sakit Sedang/ - Ranitidin 50 mg/ 12jam/ iv


Composmentis
- Ketorolac 30mg/8jam/iv
TD: 110/80 mmHg
- pasien menolak operasi
N : 80 x/i
- pasien pulang paksa
P : 22 x/i

S: 36,50 C

Kepala: Anemis -/- Ikt -/-

Thorax : Rh -/- wh-/-

Abdomen : Peristaltik (+)


kesan menurun

Ekstremitas: Edema -/-

A: - Tumor Recti
CA RECTI

I. DEFINISI DAN ANATOMI

Ca Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.


Rektum terletak di anterior sakrum and coccyx
panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction
terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian
sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh
peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum
keseluruhannya adalah ektraperitoneral.
ETIOLOGI

Diet tinggi lemak, rendah serat


Usia lebih dari 50 tahun
Riwayat pribadi mengidap adenoma atau adenokarsinoma
kolorektal mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker
kolorektal mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot
syndrome, pada semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi
dapat berkembang menjadi kanker rektal
Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis
syndrome, Peutz-Jeghers syndrome, dan Muir syndrome.
Terjadi pada 50 % pasien Kanker kolorektal Herediter
nonpolyposis
Inflammatory bowel disease
Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun)
Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat.
PATOFISIOLOGI
Brunner dan Suddart (2002), menjelaskan patofisiologi terjadinya karsinoma
rektum sebagai berikut :

Polip jinak pada kolon atau rektum


|
menjadi ganas
|
menyusup serta merusak jaringan normal kolon
|
meluas ke dalam struktur sekitarnya
|
bermetastatis dan dapat terlepas dari tumor primer

Penyebaran ke bagian tubuh yang lain dengan cara :


1. Limfogen ke kelenjar parailiaka, mesenterium dan paraaorta
2. Hematogen terutama ke hati
3. Perkontinuitatum (menembus ke jaringan sekitar atau organ sekitarnya)
misalnya : ureter, buli-buli, uterus, vagina, atau prostat dan dapat mengakibatkan
peritonitis karsinomatosa.
GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain
ialah :
Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik
itu darah segar maupun yang berwarna hitam.
Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar
kosong saat BAB
Feses yang lebih kecil dari biasanya
Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa
penuh pada perut atau nyeri
Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
Mual dan muntah,
Rasa letih dan lesu
Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan
nyeri pada daerah gluteus.
DIAGNOSIS DAN STAGING
1. Diagnosis
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon
untuk mendeteksi kanker rektal, diantaranya ialah :
Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA
(Carcinoma Embrionik Antigen) dan Uji faecal occult
blood test (FOBT)
Digital rectal examination (DRE)
Dapat pula dengan Barium Enema,. yaitu Cairan yang mengandung
barium dimasukkan melalui rektum kemudian dilakukan seri foto x-
rays
Sigmoidoscopy, yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam
rektum dan sigmoid apakah terdapat polip kakner atau kelainan
lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui rektum sampai
kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk
biopsi.
Colonoscopy yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam
rektum dan sigmoid apakah terdapat polip kanker atau kelainan
lainnya. Alat colonoscope dimasukkan melalui rektum sampai kolon
sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
Biopsi
2. Staging
2. Staging
Tabel 1. CT Staging System for Rectal Cancer*

Stadium Deskripsi

T1 Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding rectum

T2 Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal

T3a Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang berdekatan.

T3b Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding abdominal

T4 Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrenal


Penatalaksana
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum antara lain
1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat
abdomen, kolon kiri atau sigmoid dibuat anastomosis
dengan rectum
Bila letaknya 12 cm diatas anus dilakukan reseksi anterior
Bila letaknya krang dari 12 cm dari anus, T1, diferensiasi
baik, dilakkan eksisi local
Bila 6-12 cm diatas anus:
Stage II : reseksi anterior rendah
Stage II/III : terapi kombinasi multiple + reseksi anterior rendah
Bila < dari 6 cm dari anus
Stage I diferensiasi baik : reseksi abdomino perineal
Stage II/III : terapi kombinasi + RAP
2. Prosedur paliatif, dibuat stoma saja
3. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles
Procedure). Bagian Distal sigmoid, rektosigmoid, dan rektum
direseksi, kemudian dibuat end kolostomi
4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat
menyebabkan komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus
dan unresektabel.
Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering
dalam bentuk pendukung/terapi ajuvan yang mencakup
kemoterapi, radiasi dan atau imunoterapi
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu obstruksi usus parsial
atau lengkap, perforasi, perdarahan, dan penyebaran keorgan
lain.
PROGNOSIS
Lima puluh persen dari seluruh pasien mengalami
kekambuhan yang dapat berupa kekambuhan lokal, jauh
maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering terjadi pada.
Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun
pertama setelah operasi. Faktor faktor yang mempengaruhi
terbentuknya rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah,
stadium tumor, lokasi, dan kemapuan untuk memperoleh batas -
batas negatif tumor.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai