Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Kista dermoid, yang disebut juga Mature Cystic Teratoma (MCT) atau

kista teratoma benigna ovarium, merupakan tumor sel germ paling sering yang

ada di ovarium pada wanita usia reproduktif.1

Kista dermoid mencakup 10-25% dari semua neoplasma ovarium dan 60%

dari semua tumor jinak ovarium. Transformasi menjadi keganasan terjadi pada 1-

3% kasus, khususnya pada wanita postmenopause. 15% kasus terjadi torsi, tetapi

kasus ruptur sangat jaring, karena dinding kista sangat tebal. Ini sangat sering

terjadi pada umur 20-40 tahun.1

Sebagian besar kista dermoid asimtomatik, dan sering ditemukan secara

tidak sengaja saat pemeriksaan pelvis. Komplikasi yang paling mungkin terjadi

adalah torsi, ruptur spontan, resiko peritonitis kimiawi, dan biasanya keganasan

membuat pembedahan perlu dilakukan untuk mendiagnosis.2

Pada dasarnya, USG semakin sering digunakan untuk pasien yang

mengeluhkan kasus ginekologis. Pemeriksaan USG termasuk di dalamnya uterus

dan ovarium., sehingga terkadang pasien yang datang untuk memeriksakan

uterusnya, keluar dengan diagnosis kelainan pada ovarium, meski pasiennya tidak

mengeluhkan masalah ginekologi.3

Terapi tradisional untu kistadermoid adalah kistektomi atau oophorektomi

melalui laparotomi. Laparoskopi juga mulai sering digunakan sejak 1989 karena

kenaynaykan pasien dengan kista teratoma berusia produktif. Laparoskopi kurang

infasif, sehingga pembentukan perlengketan sangat minimal dan mengurangi

kemungkinan infertilitas.2

1
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 01/12/2014 Ruangan: IGD Kebidanan

Jam : 21.15 WITA RSUD Undata

IDENTITAS

Nama : Ny. E Nama Suami : Tn. S

Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun

Alamat : Jl. Tinggede Selatan Alamat : Tinggede

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

ANAMNESIS

P0 A0 Perkawinan : Pertama (4 bulan)

Menarche : 13 tahun Coitarche : 23 tahun

HPHT : Lupa

Keluhan Utama :

Sakit perut

Rw. Penyakit Sekarang :

Pasien masuk dengan keluhan sakit perut yang dirasakan sejak 3 hari yang

lalu, muncul secara tiba-tiba, nyeri seperti tertekan, nyeri tidak berkurang dengan

istirahat. Keluhan disertai dengan perut membesar yang dirasakan sejak 3 bulan

2
lalu. Penurunan nafsu makan (-), penurunan berat badan (-), pendarahan melalui

kelamin (-), mual (-) muntah (-), BAB lancar, BAK lancar.

Rw. Obstetri :

Suami Pertama : P0A0

Riwayat. penggunaan kontrasepsi : -

Riwayat. Penyakit Dahulu :

 Rw. keputihan sejak 1 tahun yang lalu, agak banyak, tidak berbau. Warna

putih kekuningan.

Riwayat Kebiasaan : Merokok (-)

PEMERIKSAAN FISIK

KU : sedang Tekanan Darah :110/70mmHg

Kesadaran : Kompos mentis Nadi : 88x/menit

BB : 58 Kg Respirasi : 20x/menit

TB : 157 cm Suhu : 36,7ºC

 Kepala – Leher :

Konjungtiva anemis -/-, sklera Ikterik -/-, pupil isokor D = 3 mm

Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

 Thoraks :

I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)

P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)

3
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas

paru-hepar SIC VII LMD, batas jantung DBN

A : Pernapasan vesikular +/+, Rh -/-, Wh-/-, BJ I/II murni regular

 Abdomen :

I : Tampak cembung, seirama gerak nafas, sikatrik (-)

A : Peristaltik (+), kesan normal

P : Timpani, pekak regio suprapubik

P : Nyeri tekan (+) suprailiaka sinistra, teraba massa (+) mobile,

konsistensi kenyal

 Genitalia :

 Palpasi adnexa:

Teraba massa di adneksa kiri, konsistensi kenyal, mobile. Nyeri tekan (+)

 VT :

o Vulva : tidak ada kelainan

o Vagina : tidak ada kelainan

o Porsio : tidak ada kelainan

 Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Darah Rutin :

Wbc : 9.70 x 109/l BT : 5’

Hgb : 11,7 gr/dl CT : 9’30”

Hct : 34.9 %

4
Plt : 380 x 109/l

Rbc : 4.59 x 1012/l

 Immunoserologi :

HbsAg : Nonreaktif

Hcg test : Negatif

 Plano Test : Negatif

RESUME

Pasien perempuan usia 23 tahun datang dengan nyeri perut sejak 3 hari yang

lalu, muncul secara tiba-tiba. Keluhan disertai dengan perut membesar sejak 3

bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan pemeriksaan fisik di

abdomen terdapat massa mobile konsistensi kenyal di suprailiaka sinistra.

Pemeriksaan palpasi adnexa terapa massa mobile konsistensi kenyal di adnexa

sinistra, nyeri tekan (+).

DIAGNOSIS

Suspek Kista Ovarium

PENATALAKSANAAN

IVFD RL 20 tpm

 Inj. Ketorolac 1 gr/8jam/iv

ANJURAN

 USG abdomen

 CA-125

5
Follow Up

2-12-2014

S : Nyeri perut berkurang

O : KU : Sedang, Composmentis

TD : 100/60 mmHg N : 82 x/m

R : 16 x/m S : 36,7

Hasil CA-125 : 9,6 U/mL

Hasil USG :

A : Kista ovarium kiri


P : IVFD RL 20tpm

Inj. Ketorolac 1 gr/8jam/iv

6
3-12-2014

S : nyeri perut berkurang

O : Ku : sedang

TD: 110/70 mmHg N: 88 kali/menit

R: 16 kali/menit T: 36.9 ºC

A : kista ovarium kiri

P : laparotomi

Dorong OK

Diagnosis Preop : kista ovarium sinistra

Tindakan : Laparotomi + Kistektomi

Laporan operasi:

- Posisikan pasien terlentang dalam pengaruh anestesi


- Desinfeksi area operasi dan sekitarnya
- Pasang duk steril
- Insisi dinding abdomen secara midline tembus lapis demi lapis secara
tajam dan tumpul
- Eksplorasi dinding abdomen, tampak kista di ovarium sinistra, terlihat
jaringan rambut, teraba tulang dan gigi pada kista dengan ukuran
11x10cm
- Klem tangkai kista, putar 360o,lakukan kistektomi, jahit, kontrol
pendarahan
- Eksplorasi rongga abdomen, eksplorasi adneksa kontralateral. Kista (-)
- Jahit dinding abdomen lapis demi lapis, dari peritoneal, M.rektus
abdominis, Fascia Rektus abdominis, subkutis, kutis.
- Tutup luka dengan kasa steril

7
- Eksisi kista, tampak folikel rambut, gigi, tulang, dan cairan sebum.
- Operasi selesai

Diagosis Post Op:

- Kista Dermoid

Instruksi Post Op:

- IVFD RL 28 tts/mnt

- TransfusiWB 1 kantong post op

- Inj. Ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam

- Inj. Transamin 1 amp/iv/8 jam

- Drips metronidazole 0,5 g/12 jam

- Inj. Ketorolac 1 Amp/IV/8 jam

- Inj. Ondancentron 1 amp/iv/8 jam

- Inj. Ranitidin 1 amp/iv/8 jam

- Inj. Gentamicin 1 amp/11v/12 jam

Obsevasi TTV, cek hb 2 jam post op

4-12-2014
S : nyeri perut bekas operasi (+), BAB (-), BAK (+), Flatus (+)

O : Ku : sedang

TD: 120/80 mmHg N: 92 kali/menit

R: 20 kali/menit T: 37 ºC

Abdomen : Nyeritekan (+),

8
A : post laparotomi H1 a/i kista dermoid

P : IVFD RL 28 tts/mnt

Inj. Ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam

Drips metronidazole 0,5 g/12 jam

Inj. Ketorolac 1 Amp/IV/8 jam

Dulcolax Supp 2 tab

5-12-2014
S : nyeri perut bekas operasi (+), BAB (-), BAK (+), Flatus (+)

O : Ku : sedang

TD: 110/70 mmHg N: 88 kali/menit

R: 20 kali/menit T: 37,2 ºC

Abdomen : Nyeri tekan (+),

A : post laparotomi H1I a/i kista dermoid

P : IVFD RL 28 tts/mnt

Inj. Ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam

Drips metronidazole 0,5 g/12 jam

Inj. Ketorolac 1 Amp/IV/8 jam

9
6-12-2014
S : nyeri perut bekas operasi (+), BAB (+), BAK (+), Flatus (+)

O : Ku : sedang

TD: 120/80 mmHg N: 80 kali/menit

R: 20 kali/menit T: 36,9 ºC

Abdomen : Nyeritekan (+),

A : post laparotomi H1II a/i kista dermoid

P : Cefadroxil 3x1tab

metronidazole 3x1 tab

Ketorolac 3x1 tab

7-12-2014
S : nyeri perut bekas operasi berkurang, BAB (+), BAK (+), Flatus (+)

O : Ku : sedang

TD: 120/80 mmHg N: 92 kali/menit

R: 20 kali/menit T: 37 ºC

A : post laparotomi H1V a/i kista dermoid

P : Cefadroxil 3x1tab

metronidazole 3x1 tab

Ketorolac 3x1 tab

Rawat jalan

10
PEMBAHASAN

Kista dermoid yang disebut juga Mature Cystic Teratoma (MCT) adalah

kista jinak di mana struktur-struktur ekdotermal dengan diferensiasi sempurna,

seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk galndula sebasea berwarna putih

kuning menyerupai lemak tampak lebih menonjol daripada elemen-elemen

endoderm dan mesoderm.

Kebanyakan kista dermoid didiagnosis pada wanita usia reproduktif dan

sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan pelvis. Pada studi kasus

1000 kejadian kista dermoid, ditemukan 91 kasus pada wanita berumur 15-50

tahun dengan insidensi tertinggi pada usia 20-40 tahun. Mayoritas pasien dengan

kista dermoid umumnya asimtomatik, dan sering ditemukan secara insidental saat

pemeriksaan pelvis ataupun kehamilan. Akan tetapi, pada pasien dengan kista,

dapat ditemukan adanya nyeri abdomen akut jika terjadi torsio pada kista ataupun

ruptur spontan dari kista tersebut sehingga terjadi peritonitis.

Pada pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaan abdomen dan

pemeriksaan pelvis termasuk pemeriksaan bimanual didalamnya. Pada

pemeriksaan didapatkan massa solid, ireguler, terfiksasi, noduler, unilateral atau

bilateral. Adanya ascites dapat menandakan kemungkinan keganasan.

Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan CA-125 untuk

menentukan adanya kista pada ovarium. kasus massa ovarium jinak di usia

reproduktif, CA-125 jarang dilakukan. CA-125 pada usia produktif akan

meningkat pada endometriosis, adenomiosis, dan infeksi panggul ataupun pada

siklus menstruasi normal. Sehingga CA-125 bukan merupakan marker yang

11
terpercaya pada usia reproduktif. Pemeriksaan USG merupakan alat diagnosis

utama untuk mengidentifikasinya. Seperti yang di jelaskan sebelumnya,

konsistensi tumor ini beragam, mulai dari kista total, sampai ke solid. 6

Pada USG, kita dapat melihat adanya fat-fluid level, intracystic floating

balls, bayangan echogenik, Tip of the Iceberg (lemak, rambut dan jaringan kulit

yang terlihat seperti bayangan, dan terkadang dibelakangnya terlihat struktur lain).

Ketika 2 atau lebih karakteristik diatas ditemukan, maka diagnosis kista dermoid

dapat ditegakkan

Dari anamnesis pada kasus tersebut pasien perempuan usia 23 tahun datang

dengan nyeri perut sejak 3 hari yang lalu, muncul secara tiba-tiba. Keluhan

disertai dengan perut membesar sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk rumah

sakit. Riwayat leucorrhea (+), penggunaan kontrasepsi (-).

Berdasarkan pemeriksaan fisik di abdomen terdapat massa mobile

konsistensi kenyal di suprailiaka sinistra. Pemeriksaan palpasi adnexa terapa

massa mobile konsistensi kenyal di adnexa sinistra, nyeri tekan (+). CA-125 9,6

U/mL, Hasil USG kista ovarium berukuran 109mm x 95mm.

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, didapatkan faktor resiko yaitu

umur pasien adalah usia produktif (23tahun), dan didapatkan nyeri abdomen

secara tiba-tiba, yang menandakan adanya torsio dari kista. Dari pemeriksaan

fisik, didapatkan adanya massa abdomen di regio suprailiaka sinistra, konsistensi

kenyal, mobile, nyeri tekan (+).

12
Dari pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan CA-125 yang mana

meskipun pasien pada usia produktif, tetapi dengan pertimbangan pembesaran

perut secara mendadak dalam 3 bulan terakhir dapat dicurigai adanya suatu proses

keganasan. Maka dari itu, pada pasien ini, diperiksakan kadar CA-125. Sedangkan

untuk mendiagnosis pasien ini, dilakukan USG sebagai alat diagnosis utama, hal

ini sudah sesuai dengan teori.

Pada kebanyakan wanita dengan kista dermoid, pembedahan merupakan

terapi utama, menghilangkan gejala, dan mencegah torsi, ruptur dan keganasan.

Sama seperti kista ovarium lainnya, kista dapat dieksisi dengan tindakan

laparoskopi ataupun laparotomi, dan jika memang diindikasikan, dapat dilakukan

oophorektomi selama tindakan berlangsung jika ovarium tidak dapat diselamatkan

lagi.7

Akan tetapi, kistektomi terkadang lebih sering dilakuan daripada

oophorektomi jika pasien masih ingin punya keturunan. Menurut studi, tidak ada

rekurensi kista dermoid pada wanita yang sudah menjalani kistektomi.

Untuk penanganan pada kasus ini, dilakukan kistektomi tanpa melakukan

oophorektomi, sehingga jaringan ovarium sinistra yang sehat masih dapat

diselamatkan, dengan mempertimbangkan bahwa pasien baru menikah dan belum

mempunyai anak.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ulkumen, B.U. Asli G. Halil G.P. Sercin O. Abnormal Elevated CA 19-9

in the Dermoid Cyst: A Sign of the Ovarian Torsion?. Turkey: Celal Bayar

University; 2013.

2. Nezhat C.R. Senol K. Ceana H.N. Ehrin J. Laparoscopic Management of

Ovarian Dermoid Cysts: Ten Years' Experience. New York: JSLS; 1999.

3. Hoo, W.L. J. Yazbek. T. Holland. D. Mavrelos. Expectant Management of

Ultrasonically Diagnosed Ovarian Dermoid Cyst: is it possible to predict

outcome?. London: Ultrasound Obstet Gynecol; 2010.

4. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007: 103-131, 421-446

5. Williams, K. M. Charles J.B. Michael D.K. Laparoscopic resection of a

torted ovarian dermoid cyst. World Journal of Emergency Surgery. 2(12);

2007

6. Schorge, J.O. Joseph I.S. Lisa M.H. Barbara L.H. Karen D. B. Gary C.

Williams Gynecology. New York: McGraw-Hill Companies; 2010.

7. Rofe G. Ron A. Martha D. Benign ovarian cysts in reproductive-age

women undergoing assisted reproductive technology treatment. Haifa:

Carmel Medical Center; 2013.

8. Katz, V.L. Gretchen M.L. Rogerio A. L. David M. G. Comprehensive

Gynecology 5th Edition. Philadelphia: Mosby; 2007.

14
15

Anda mungkin juga menyukai