ABDOMEN”
Sebanyak 75% kasus trauma tumpul abdomen adalah sebagai akibat dari
kecelakaan lalu lintas, baik itu kendaraan dengan kendaraan maupun
kendaraan dengan pejalan kaki
●Laporan Kasus
Identitas Pasien
• Nama : Tn. E
• Umur : 52 Tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Supir travel
• Alamat :RT 38 kelurahan bagan pete,
simpang rimbo.
• Agama : Islam
• Bangsa : Indonesia
• Masuk RS : 29 Desember 2020
Keluhan Utama :
nyeri di seluruh bagian perut.
Riwayat Penyakit Sekarang
DBN Abdomen :
I: Cembung, distensi abdomen (+),
sikatrik (-), massa (-), bekas operasi (-)
A: Bising usus (+) menurun
• Superior : Akral hangat, edema Pal: Nyeri tekan seluruh lapangan
(-), CRT <2 detik abdomen (+), nyeri lepas (+), defans
muscular (+)
• Inferior : Akral hangat, edema Per:Hipertimpani (+), nyeri ketuk (+) di
(-), CRT < 2detik seluruh lapangan abdomen
Status Lokalis
DBN Abdomen :
I: Cembung, distensi abdomen (-),
sikatrik (-), massa (-), bekas operasi (+)
A: Bising usus (+)
• Superior : Akral hangat, edema Pal: Nyeri tekan abdomen (+)
(-), CRT <2 detik Per: nyeri ketuk (-)
• Ruptur limpa
• Trauma duodenum
• Trauma pankreas
• Perforasi colon
Tatalaksana
Pre op (IGD)
Kateter
NGT
Oksigen
IVFD RL 30 tpm
Inj keterolac 3x1 amp
Inj ondansetron 2x1 amp
Inj omeprazole 1x1 vial
Inj ceftriaxone 1x2 gr
Tatalaksana
Post op (dibangsal)
Peritonitis sekunder
Peritonitis primer akibat hilangnya
peradangan pada integritas dari peritonitis
peritoneum yang traktus persisten rekuren
penyebabnya gastrointestinal setelah
yang umumnya
berasal dari disebabkan penanganan yang
ekstraperitoneal perforasi traktus adekuat terhadap
dan umumnya dari gastrointestinal peritonitis primer
hematogenous karena organ intra- atau sekunder
dissemination abdomen yang
terinfeksi.
Etiologi
Peritonitis primer
peritonitis tidak
Peritonitis sekunder
berasal dari traktus
gastrointestinal ditemukan adanya
(infeksi yang nantinya kerusakan integritas
terjadi tidak traktus (perforasi)
berhubungan langsung tersebut baik akibat
dengan gangguan strangulasi maupun
organ akibat infeksi.
gastrointestinal),
Manifestasi klinis
● Pada manifestasi lokal ditemukan adanya nyeri perut hebat, nyeri tekan
seluruh lapang abdomen (pada peritonitis umum), nyeri tersebut konstan
dan intens, dan diperburuk dengan gerakan.
● Anoreksia, mual, dan muntah adalah gejala yang sering. Namun demikian,
tergantung pada etiologi peritonitis dan waktu evolusi mereka, gejalanya
dapat bervariasi.
Patofisiologi
Penegakan Diagnosis
◦ Anamnesis
◦ Pemeriksaan Fisik
◦ Pemeriksaan
Penunjang
Anamnesis
◦ riwayat penyakit sekarang (riwayat dyspepsia kronis mengarahkan ke
perforasi ulkus peptikum, riwayat inflammatory bowel disease atau
divertikulum mengarahkan perforasi kolon karena divertikulitis
◦ riwayat demam lebih dari 1 minggu disertai pola demam dan tanda-
tanda klinis khas untuk tifoid mengarahkan ke perforasi tifoid
◦ riwayat hernia daerah inguinal (inguinalis atau femoralis) harus
disuspek kemungkinan adanya strangulasi,
◦ nyeri mendadak tanpa disertai adanya riwayat penyakit apapun
mengarahkan ke appendisitis perforasi), riwayat operasi abdomen
sebelumnya
Pemeriksaan fisik
Laboratorium
◦Darah lengkap :leukositosis
>11.000sel/ml, leukopenia
◦Kimia darah mungkin normal, tetapi pada
kasus yang serius dapat menunjukkan
dehidrasi parah
◦Urinalisis
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
◦pemeriksaan radiologis seperti x-ray
dapat berguna (free air under diaphragm
yang terlihat pada posisi upright pada
perforasi ulkus peptikum.
◦Pemeriksaan CT-scan umumnya tidak
diperlukan
◦Diagnostic peritoneal lavage (DPL)
resiko rendah yaitu jika jumlah skor BATSS kurang dari 8, resiko
sedang jumlah skor BATSS 8-12, resiko tinggi jumlah skor BATSS
lebih dari 12.
Sistem skoring yang ada saat ini yaitu Clinical Abdominal Scoring System
(CASS) sangat membantu dalam mendiagnosis dan menentukan perlunya
tindakan laparotomi segera, dan juga meminimalisir penggunaan
pemeriksaan lanjutan pada pasien trauma tumpul abdomen.
Algoritma Prosedur Pemeriksaan pada Trauma Tumpul Abdomen
Penatalaksanaan
Pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil
◦ Pemeriksaan difokuskan pada USG abdomen atau DPL untuk membuat
keputusan.
◦ FAST dilakukan secepatnya setelah primary survey, atau ketika kliknisi
bekerja secara paralel, biasanya dilakukana bersamaan dengan primary
survey, sebagai bagian dari C (Circulation) pada ABC.
◦ X-ray dada harus dilakukan sebagai bagian dari initial evalutiaon karena
dapat menunjukkan adanya perdarah pada cavum thorax.
◦ Radiography antero-posterior pelvis bisa menunjukkan adanya fraktur pelvis
yang membutuhkan stabilisasi segera dan kemungkinan dilakukan
angiography untuk mengkontrol perdarahan.
◦ Pasien dengan hemodinamik yang stabil
◦ USG dan CT sering digunakan untuk mengevaluasi pasien trauma tumpul abdomen yang
stabil.
◦ Jika pada USG awal tidak terdetekdi adanya perdarahan intraperitoneal, maka perlu
dilakukan pemeriksaan fisik, USG, dan CT secara serial.
◦ Jika USG awal mendeteksi adanya darah di intraperitoneal, maka kemudian dilakukan
CT scan untuk memperoleh gambaran cedera intraabdominal dan menaksir jumlah
hemoperitoneum.
◦ Keputusan apakah diperlukan laparotomy segera atau hanya terapi non operatif
tergantung pada cedera yang terdetaksi dan status klinis pasien.
Komplikasi
● Komplikasi segera yang dapat terjadi pada pasien dengan trauma abdomen
adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan komplikasi jangka
panjangnya adalah infeksi.
● Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen
karena adanya rupture pada organ.
Prognosis
● Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data
statistic yang menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit, dan
jumlah pasien total dengan trauma abdomen, gambaran spesifik prognosis
untuk pasien trauma intra abdomen sulit.
● Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar antara 5-10%
ANALISIS KASUS IGD
Pada anamnesis, saat pasien datangn ke IGD pasien mengatakan nyeri perut,
beberapa saat setelah terjadinya kecelaakaan yang menyebabkan perut
pasien terhimpit kemudi mobil. nyeri dirasakan di seluruh perut. Nyeri
dirasakan semakin berat dan terus-menerus nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk, perut terlihat kembung dan keras. Nyeri bertambah sakit saat
bergerak dan menghilang saat diberi obat di IGD. Demam (-), Mual (+),
muntah (+), lemas (+), BAB tidak ada, flatus tidak ada, kejang (-).
Pasien dengan peritonitis umumnya mengeluh nyeri abdomen yang difus. Nyeri
pada peritonitis bersifat konstan dan akan bertambah berat saat menarik
nafas dalam, batuk, maupun bergerak, sehingga pasien memilih posisi
berbaring. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah
ANALISIS KASUS IGD
Perut membuncit dengan gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan
oleh gangguan pasase. Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang
membuncit dan tegang atau distended
◦ Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul adalah
cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera iatrogenik, intra
abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture spleenyang
muncul kemudian. Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul
abdomen karena adanya rupture pada organ.
Thanks
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik.