Anda di halaman 1dari 24

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas
Nama : Ny. Isjanuwati
Tanggal lahir : 37 Tahun
Alamat : Kelurahan Wamelai, Kab. Muna
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah
Suku : Muna
Tanggal Masuk : 22 Oktober 2019
No. Rekam Medik : 10 11 19
B. Anamnesis

Keluhan Utama: nyeri perut bawah

Anamnesis Terpimpin:

Pasien baru masuk dengan keluhan nyeri perut bawah yang

dirasakan sejak 5 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan

durasi 5 menit dan diperberat saat pasien duduk kemudian berdiri.

Keluhan lain berupa keluar darah dari jalan lahir (-), nyeri kepala (-),

pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB dan BAK dalam

batas normal. Pasien memiliki haid yang teratur dengan siklus haid 28-30

hari dan lama haid 7 hari disertai dengan nyeri perut hebat. Perdarahan

banyak tiap kali menstruasi (ganti pembalut 4-5 kali sehari). Riwayat

penyakit lain : Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), alergi obat (-), alergi

makanan (+) udang dan telur. riwayat haid : Pasien pertama kali haid

7
8

(menarche) usia 12 tahun. Lama haid 4 – 6 hari, siklus haid teratur.

Riwayat pemeriksaan di dr.Sp.OG (+) dan di diagnosa mioma uteri.

Riwayat Obstetri: Pasien sudah menikah

C. Status Generalis

1. Keadaan Umum

Baik, sakit sedang, kesadaran komposmentis

2. Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 72 kali/menit

Frekuensi Nafas : 18x / menit

Suhu : 36,7°C

3. Status Generalisata

Kepala : Normochepal, deformitas (-)

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-), edema (-)

Leher : Pembesaran kelenjar (-), JVP dalam batas normal.

Thorax : 1. Inspeksi : Simetris kiri = kanan, deformitas (-).

2. Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), vocal fremitus dalam

batas normal.

3. Perkusi : Sonor kiri = kanan

4. Bunyi pernapasan vesikuler, wheezing (-/-), Rhonki (-/-)

Jantung : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur (-)

Abdomen : 1. Inpeksi : datar, ikut gerak napas (+)

2. Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal.


9

3. Palpasi: Teraba massa di daerah suprapubik, mobile (+),

permukaan rata, nyeri tekan (+).

4. Perkusi : tymphani (+)

Ekstermitas : Dalam batas normal

4. Pemeriksaan Obstetrik/Ginekologi

a. Genitalia Externa :

Vulva, perineum dalam batas normal

b. Genitalia Interna : (Pemeriksaan dalam vagina)

Vulva/vagina : dbn

Porsio : kenyal

OUE/I : tertutup

Uterus : antefleksi

Adneksa : Dalam Batas Normal

Cav. Duglas : penonjolan (-)

Pelepasan : darah (-), lendir (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (22 Oktober 2019)

Darah Rutin
Indikator Nilai Rujukan
WBC 5,98 x 103 4 – 10 x 103
HGB 9,0 12 – 16
Kimia Darah
GDS 93 < 140
Imunoserologi
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif

USG (14 September 2019 oleh Dokter Sp.OG)


10

Hasil : Uterus membesar dengan massa hipoechoic intra uterine kesan

mioma uteri ukuran 8 cm x 10 cm.

E. Resume

Ny. Isjanuwati, Wanita, usia 37 tahun, Pasien sudah menikah.

masuk dengan keluhan nyeri perut bawah yang dirasakan sejak 5 bulan

yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit dan

diperberat saat pasien duduk kemudian berdiri. Keluhan lain berupa keluar

darah dari jalan lahir (-), nyeri kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-),

nyeri ulu hati (-), BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien memiliki

haid yang teratur dengan siklus haid 28-30 hari dan lama haid 7 hari

disertai dengan nyeri perut hebat. Perdarahan banyak tiap kali menstruasi

(ganti pembalut 3-4 kali sehari). Riwayat penyakit lain : Hipertensi (-),

DM (-), Asma (-), alergi obat (-), alergi makanan (+) udang dan telur.

riwayat haid : Pasien pertama kali haid (menarche) usia 12 tahun. Lama

haid 4 – 6 hari, siklus haid teratur. Riwayat pemeriksaan di dr.Sp.OG (+)

dan di diagnosa mioma uteri.


11

Riwayat Obstetri: Pasien sudah menikah

Keadaan umum pasien sadar, sakit sedang, pemeriksaan fisik TD

110/70 mmHg, nadi 72x/m, pernapasan 18x/m, suhu 36,7°C. Konjungtiva

anemis (+/+). Palpasi abdomen teraba massa di region suprapubik, nyeri

tekan (+). Pemeriksaan ginekologi externa vulva, perineum dbn.

Pemeriksaan ginekologi interna Vulva/vagina : Dalam Batas Normal,

Porsio : Tebal, lunak. Uterus : Anteflexi. Adneksa : Dalam batas normal.

Cavum Douglas : Penonjolan (-). Pelepasan : Darah (-), lendir (-).

OUE/OUI : tertutup.

Pemeriksaan penunjang darah rutin : WBC 5,98 x 103, HB 9,0,

kimia darah : GDS 93, Immunserologi HbsAg (-).Pemeriksaan USG :

Uterus membesar dengan massa hipoechoic intra uterine kesan mioma

uteri ukuran 8 cm x 10 cm.

Diagnosa Kerja

Mioma Uteri + Anemia

F. Rencana Terapi

 Informed Consent

 IVFD RL 28 tpm

 Pasang Cateter urine

 Cek lab

 Rencana operasi miomektomi

 Puasa 8 jam

 Persiapan transfusi darah PRC 500cc


12

G. Foto Operasi (23/10/2019)

Gambar 2. Dokumentasi Operasi Mioma Uteri

H. Diagnosis

Diagnosis Pre-Operasi

Mioma Uteri + anemia

Diagnosis Post-Operasi

Mioma Uteri + anemia

Tindakan

Miomektomi

Waktu operasi

Pukul 08.00 – 09.30 WITA

I. Follow Up
Tanggal Keadaan Klinis Penatalaksanaan
13

22/10/2019 S: Nyeri perut bawah • Observasi KU dan


O: KU : Baik, composmentis TTV
BP : 110/70 mmHg • Pasang infus
• Pasang kateter urin
HR : 72x/menit • IVFD RL 28 tpm
• Persiapan transfusi
RR : 18x/menit
PRC 500cc
T : 36,7o c • Informed consent
• Puasa 8 jam sebelum
Konjungtiva Anemis +/+ operasi
Abdomen : • Rencana enukleasi
• Inspeksi : datar, ikut gerak mioma
napas
• Auskultasi : bising usus
(+) kesan normal
• Palpasi : Massa (+),nyeri
tekan (+)
• Perkusi : Tympani
USG : Mioma Uteri
Lab : Hb 9.0 g/dl
A. PH0+P0A0+Mioma
uteri+anemia

23/10/2019 S: Nyeri perut bawah Persiapan pasien


O: KU : Baik, composmentis • Profilaksis
BP : 100/70 mmHg Cefriakson
2gr/iv/drips
HR : 78x/menit • Operasi tindakan
miomektomi
RR : 20 x/menit
T : 36,5 o c
A : PH1+ P0A0+Mioma uteri +
Anemia
23/10/2019 Post op miomektomi/ Enukleasi
Mioma Instruksi Post OP
• Observasi KU
dan TTV
• IVFD RL : D5
2:1 28 tpm
• Ceftazidime 1
gr/12jam/iv
• Metronidazole
14

300 mg/8jam/iv
• Ketorolac 30
mg/8jam
• Transfusi PRC
500cc

24/10/2019 S: Nyeri luka operasi • Observasi KU dan


O: KU ibu baik , compos mentis TTV
TD : 120/80 mmHg • IVFD RL 28 tpm
N : 80 x/ menit • Ceftadizime
P : 20 x / menit 1gr/12jam/IV
S : 36,7ºC/Axila • Metronidazole 500
Konjungtiva Anemis -/- mg/8 jam
Fluksus: (+) • Ketorolac 30 mg/8jam
verban : Kering • Mobilisasi bertahap
BAB/BAK : -/+ • Diet TKTP
A: PH2 + POH1 + PoAo + post
Miomektomi

25/10/2019 S: Nyeri luka Operasi


O: KU ibu baik , compos mentis • Observasi KU dan
TD : 120/80 mmHg TTV
N : 80 x/ menit • IVFD RL 28 tpm
P : 18 x / menit • Ceftadizime
S : 36,7ºC/Axila 1gr/12jam/IV
Konjungtiva Anemis -/- • Metronidazole 500
Fluksus: (-) mg/8 jam
verban : Kering • Ketorolac 30mg/8
BAB/BAK : -/+ jam/iv
A: PH3 + POH2 + P0A1+post • Dulcolax sup II/rectal
miomektomi • Mobilisasi bertahap
• Diet TKTP

26/10/2019 S: -
O: KU ibu baik , compos mentis • Aff infus dan kateter
TD : 110/70 mmHg • Th/oral cefadroxil
N : 78 x/ menit 2x500 mg
P : 20 x / menit • asam mefenamat
S : 36,7ºC/Axila 3x500 mg
Konjungtiva Anemis -/- • SF 1x1
15

verban : kering
BAB/BAK : dbn • Pasien Boleh pulang
A: PH4+ POH3 +P0A0+post
Miomektomi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Masalah kesehatan reproduksi pada wanita dapat dikatakan salah satu
masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian dari seluruh elemen
masyarakat. Sehingga Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kualitas sumber daya manusia,
pemantauan jangkauan pelayanan kesehatan serta kualitas kehidupan. Di
Indonesia sebagai Negara berkembang ada sekitar 25-50% kematian wanita
usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan serta penyakit sistem reproduksi seperti mioma uteri (Anwar dkk,
2011).
Mioma Uteri dikenal juga dengan sebutan fibrimioma, fibroid ataupun
leiomyoma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot Rahim dan
jaringan ikat di Rahim. Tumor ini pertama kali ditemukan oleh Vinchow pada
tahun 1854. Mioma uteri merupakan masalah yang sering dihadapi oleh
spesialis kandungan/ ginekologi. Fibroid dapat menonjol dari dalam atau di
luar rahim. Fibroid tidak bersifat kanker dan tidak dianggap dapat menjadi
kanker. Namun, terkadang sulit untuk menentukan apakah suatu massa di
uterus adalah fibroid atau tumor kanker yang langka (Anwar dkk, 2011).

Fibroid sangat sering terjadi. Sekitar 80% wanita dapat memiliki


fibroid dalam hidup mereka. Meskipun tidak semua wanita ini memiliki
gejala fibroid yang mengganggu. Wanita yang memiliki masalah terkait
16

fibroid seperti perdarahan menstruasi yang berat, rasa sakit atau tekanan di
panggul, atau masalah dengan kehamilan atau infertilitas dapat dirawat di RS.
B. Definisi
Mioma uteri, kadang-kadang disebut juga fibroid atau leiomioma
adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor itu
mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin trediri dari
sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi. Mioma biasanya
multiple. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah
otot polos rahim dan jaringan ikat yang menyokongnya (Hadibroto, 2005).
C. Epidemiologi
Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensnya 3-9 kali lebih
banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Selama
5 dekade terakhir, ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit
berwarna.Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun
dan belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak
ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun. Setelah menopause hanya kira-
kira 10% mioma masih tumbuh. Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada
wanita berkulithitam, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak
hormon estrogen dibanding wanitakulit putih (Hadibroto, 2005).
D. Etiologi
Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu
inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma
uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan
glukosa-6-phosopatase dihidrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari
jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium normal
menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium dan interaksi
kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. (Hadibroto,
2005).
17

Tidak terdapat bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab


mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan
mioma. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada
wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak
diketahui secara pasti (Hadibroto, 2005).
Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri, yaitu
1. Umur : Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, di
temukan sekitar 10 % pada umur 35 tahun keatas
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative
infertile.
3. Faktor ras dan genetik : wanita dengan ras tertentu, umumnya wanita
berkulit hitam angka kejadian mioma uteri tinggi.
4. Fungsi Ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormnon esterogen
dengan pertumbuhan mioma. Dimana mioma muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang
sekali ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon
reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya
mioma terjadi di beberapa tempat. Pertumbuhan mikroskopik menjadi
masalah utama dalam penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan
tampak secara makroskopik yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara
enukleasi. Ukuran rerata tumor ini adalah 15 cm, tetapi cukup banyak yang
melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg (Anwar dkk,
2011).

Tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi
penyebab mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor
pertumbuhan miomatosa. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma
memang lebih tinggi dibandingkan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih
rendah dibandingkan dengan di endometrium. Mioma tumbuh cepat saat
18

penderita hamil atau terpapar estrogen dan mengecil atau menghilang setelah
menopause. Walaupun progesteron dianggap sebagai penyeimbang estrogen
tetapi efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten
(Apriyani, 2013)

E. Klasifikasi
Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat
berdasarkan lokasinya, yaitu:
1. Mioma submukosa
Mioma submukosa menempati lapisan dibawah endometrium dan
menonjol kedalam (kavum uteri). Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas
permukaan endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler.
Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui
ostium serviks. Yang harus diperhatikan dalam menangani mioma
bertangkai adalah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga
risiko infeksi sangatlah tinggi.
2. Mioma intramural
Mioma intramural atau interstisiel adalah mioma yang berkembang
diantara miometrium.
3. Mioma subserosa
Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh dibawah lapisan serosa
uterus dan dapat bertumbuh kearah luar dan juga bertangkai. Mioma
subserosa juga dapat menjadi parasit omentum atau usus untuk
vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya (Kurniasari, 2010)
19

Gambar 3. Klasifikasi mioma uteri

F. Patologi
Mioma uetri umumnya bersifat multiple, berlobus yang tidak teratur
maupun berbentuk sferis. Mioma uteri biasanya berbatas jelas dengan
miometrium sekitarnya, sehingga pada tindakan enuklasi mioma dapat
dilepaskan dengan mudah dari jaringan miometrium disekitarnya. Pada
pemeriksaan makroskopis dari potongan transversal berwarna lebih pucat
dibanding miometrium disekelilingnya, halus, berbentuk lingkaran dan
biasanya lebih kerasi dibanding jaringan sekitar (Hadibroto, 2005). Apabila
mioma dibelah maka tampak bahwa mioma teridiri dari berkas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti konde/ pusaran air (whorl like pattern),
dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan iakt longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarag mioma ini (Syahlani dkk, 2014).
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik makapatogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu
inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma
masih belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-
phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan
uniseluler.Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma
melibatkan mutasi somatik darimiometrium normal dan interaksi kompleks
dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini
merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor (Kostania, 2009).
Telah ditemukan banyak sekali mediator mioma uteri, seperti estrogen
growth factor,insulin growth factor-1 (IGF-1). Awal mulanya pembentukan
tumor adalah terjadinya mutasisomatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini
20

mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baiksecara parsial maupun


secara keseluruhan (Kostania, 2009).
Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi
dibanding dengan miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah
dibanding endometrium.Hormon progesteron meningkatkan aktivitas mitotik
dari mioma pada wanita muda namunmekanisme dan faktor pertumbuhan
yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan
pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor.
Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi
matriks ekstraseluler (Chudnoff, 2013).
Walaupun mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi
jaringannya dengansangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya
sehingga mudah dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif
bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagiandalamnya akan
menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya
adalahkapsul (Cahyasari, 2014).
G. Gejala Klinis
Kebanyakan kasus mioma uteri tidak menunjukkan gejala.Tanda dan
gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 – 50% pasien. Biasanya nyeri
yang dirasakan disebabkan oleh ukuran tumor yag besar (Cunningham, 2014).
Gejala yang disebabkan oleh mioma uteri tergantung pada lokasi, ukuran dan
jumlah mioma. Ada dua faktor yang paling penting dalam menentukan
morbiditas dalam kehamilan yaitu ukuran dan lokasi mioma (Cunningham,
2014). Gejala dan tanda yang paling sering adalah:
1. Perdarahan uterus yang abnormal.
Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling
sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien
dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan
mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur.
Menorrhagia dan atau metrorrhagia sering terjadi pada penderita mioma
uteri. Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
21

Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri


dengan atau tanpa perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita
dengan perdarahan abnormal secara bermakna menderita mioma
intramural (58% banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding
1%) dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang asimptomatik.
Patofisiologi perdarahan uterus yang abnormal yang berhubungan dengan
mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa adanya disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan
dan reseptor-reseptor yang mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler
dan angiogenesis. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainan
vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler didalam uterus.
2. Nyeri panggul
Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang disebabkan oleh
karena degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang
bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma
subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan
bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf sehingga menyebabkan
rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas posterior.
3. Penekanan
Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap
organ sekitar. Penekanan mioma uteri dapat menyebabkan gangguan
berkemih, defekasi maupun dispareunia. Tumor yang besar juga dapat
menekan pembuluh darah vena pada pelvik sehingga menyebabkan
kongesti dan menimbulkan edema pada ekstremitas posterior.
4. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih
belum jelas. Dilaporkan sebesar 27 – 40% wanita dengan mioma uteri
mengalami infertilitas. Mioma yang terletak didaerah kornu dapat
menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan embrio
akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri dapat menyebabkan
gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya diperlukan untuk
22

motilitas sperma didalam uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena


adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan
implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan
histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor
(Hadibroto, 2005).

H. Diagnosis
1. Anamnesis: Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis
mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen.
Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang
keras, bentuk yang tidak teratur,gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi.
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah darah lengkap
(DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain
disesuaikan dengan keluhan pasien.
2. Imaging
a) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
b) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
c) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal. Diagnosis banding
yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau
panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri;
23

mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,


khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri.
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan
dugaan klinis (Hadibroto, 2005).

I. Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri harus disesuaikan dengan ukuran dan lokasi
tumor, usia, gejala, keinginan untuk mempertahankan kesuburan, dan akses
ke pengobatan serta pengalaman dokter. Perawatan ideal memenuhi empat
tujuan:
1. Menghilangkan tanda dan gejala,
2. Pengurangan berkelanjutan ukuran fibroid,
3. Pemeliharaan kesuburan (jika diinginkan), dan
4. Menghindari bahaya.
Penanganan Mioma Uteri diantaranya:
a. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma
lebih besar dari kehamilan 10-12 munggu, tumor yang berkembang cepat,
terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi (Hadibroto,
2005).
b. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti
sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan untuk terapi
medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon
Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, anti
prostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine
(Kurniasari, 2010).
24

c. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi
arteri uterus. Umumnya mioma tidak di lakukan tindakan khusus jika
ukuran mioma masih kecil dan tidak menyebabkan perdarahan yang
banyak (Cunningham, 2014). Terapi pembedahan pada mioma uteri
dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala. Menurut American
College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dan American Society
for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada mioma
uteri adalah: Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi
konservatif,
Sangkaan adanya keganasan, pertumbuhan mioma pada masa menopause,
infertilitas karena gangguan pada kavum uteri maupun oklusi tuba
1. Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu.
2. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
3. Anemia akibat perdarahan.
Terapi pembedahan diantaranya:
1. Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada
mioma mioma submukosa pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi
lewat vagina. Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan
histerektomi. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan
pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap
perdarahan yang mungkin timbul pada pemebdaha miomektomi dapat
ditangani dengan segera.
2. Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Dilakukan bila
pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada penderita yang memiliki
mioma uteri yang simptomatik atau yang sudah bergejala.Tindakan
pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3 cara
25

yaitu pendekatan (laparatomi), vaginal dan laparaskopi. Histerektomi


perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total dan subtotal.
3. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah
injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter
yang nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan
menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada
setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta
waktu penyembuhannya yang cepat (Hadibroto, 2005).
J. Komplikasi & Prognosis
Komplikasi yang dapat timbul adalah sarcoma, torsio dan trauma akibat
pembedahan. Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif.
Miomektomi yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau
menembus endometrium, maka diharuskan SC pada persalinan berikutnya.
Mioma yang kambuh kembali setelah miomektomi terjadi pada 15-40% pasien
dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut (Syahlani dkk, 2016).
26

BAB III
PEMBAHASAN
1. Anamnesa

Kasus Teori
Pada kasus ditemukan gejala Kriteria Mioma uteri :
berupa :
1. Usia 37 tahun 1. Usia > 35 tahun
Frekuensi kejadian mioma uteri
paling tinggi antara usia >35 tahun
yaitu mendekati angka 40%, sangat
jarang ditemukan pada usia di
bawah 20 tahun. Pada wanita
monopause mioma uteri di temukan
sebesar 10%.
2. nyeri perut bawah hilang 2. Gejala dan tanda mioma uteri
timbul yang sudah dirasakan adalah :
 5 bulan yang lalu. Pasien Perdarahan menjadi manifestasi
mengatakan mengalami nyeri klinik utama pada mioma dan hal ini
perut hebat setiap kali terjadi pada 30% penderita namun
menstruasi dan keluar darah pada kasus tidak didapatkan adanya
banyak bisa lebih dari 4 perdarahan uterus yang abnormal,
pembalut/hari. namun didapatkan adanya jumlah
perdarahan yang abnormal.
Menorrhagia dan atau metrorrhagia
27

sering terjadi pada penderita mioma


uteri. Perdarahan abnormal ini dapat
menyebabkan anemia defisiensi besi
yang dapat bermanifestasi berupa
pusing.
Dismenore dapat disebabkan
oleh efek tekanan, kompresi,
termasuk hipoksi lokal miometrium.
Nyeri dalam pada uterus kecuali
apabila kemudian terjadi gangguan
vaskuler.
Nyeri lebih banyak terkait
dengan proses degenerasi akibat
oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi
tangkai mioma atau kontraksi uterus
sebagai upaya untuk mengeluarkan
mioma subserosa dari kavum uteri.
Gejala abdomen akut dapat terjadi
bila torsi berlanjut dengan terjadinya
infrak atau degenerasi merah yang
mengiritasi selaput peritoeum
(seperti peritonitis).
3. Teraba massa di daerah
3. Mioma uteri mudah ditemukan
suprapubik, mobile (+),
melalui pemeriksaan bimanual rutin
permukaan rata, nyeri tekan (+).
uterus. Pada pemeriksaan didapatkan
Pemeriksaan dalam vagina :
untuk mioma subserosum dapat
vulva/vagina dalam batas
mempunyai tangkai yang berhubungan
normal, porsio tebal, lunak,
dengan uterus. Mioma intramural akan
uterus anteflexi, adneksa dalam
menyebabkan kavum uteri menjadi
batas normal, cavum douglas
luas, yang ditegakkan dengan
penonjolan (-), pelepasan darah
28

(-), lendir(-), OUE/OUI tertutup. pemeriksaan uterus menggunakan


USG abdomen : Tampak sonde. Sedangkan untuk mioma
gambaran pada Uterus dengan submukosa kadang kadangbteraba
massa intrauterine uk 10x8 cm dengan jari yang masuk ke dalam
kesan mioma uteri. kanalis servikalis dan terasa benjolan
Pemeriksaan penunjang darah pada kavum uteri.
rutin : Wbc = 5,98 [10^3/uL], Hb Temuan Laboratorium didapatkan hasil
9,0 g/dl, GDS 93 g/dl normal. Mioma uterus secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi
yang mendemonstrasikan irregularitas
kontur maupun pembesaran uterus.
5. Tindakan operatif
Miomektomi 5. Miomektomi, adalah pengambilan
sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan
misalnya pada mioma mioma
submukosa pada mioma geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina.
Miomektomi sering dilakukan pada
wanita yang ingin mempertahankan
fungsi reproduksinya dan tidak ingin
dilakukan histerektomi. Keunggulan
melakukan miomektomi adalah
lapangan pandang operasi yang lebih
luas sehingga penanganan terhadap
perdarahan yang mungkin timbul pada
pembedahan miomektomi dapat
ditangani dengan segera.
29

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M., Baziad, A., Prabowo, R., P. 2011. Ilmu Kandungan: Edisi Ketiga.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Apriyani, Y., Sumarni, S. 2013. Analisa Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Kejadian Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal
Kebidanan Vol. 2 No. 5

Cahyasari, A., M., Sakti, H. 2014.Optimisme Kesembuhan padaPenderita Mioma


Uteri. Jurnal Psikologi Undip Vol. 13 No. 1 April 2014, 21-33

Chudnoff, S., G. 2013. Out patient Procedure for the Treatment and Relief of
Symptomatic Uterine Myomas. Americans Collage of Obstetricians and
Gynecologists Vol. 121 No. 5
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LG, Hauth JC, Wenstrom KD.
2014 Obsetri Williams Volume 1Edisi 24. Jakarta : EGC.
Edward E Wallach. 2004. Uterine Myomas : an Overview development, clinical
features. Departemen gynekology and obestetric. The John Hopkins
Hospital

Hadibroto. 2005. Mioma Uteri. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


Majalah kedokteran Nusantara Volume 38(3)

Kurniasari, Tri. 2010. Karakteristik Mioma Uteri di RSUD dr. Moewardi


Surakarta Periode Januari 2009–Januari 2010. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kostania, G. 2009. Hubungan Umur Penderita dengan Mioma Uteri di RSUD dr.
Moewardi Surakarta PeriodeJanuari – Juni 2008. Karya Tulis Ilmiah.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
30

Syahlani, A., Kabuhung, E.,I., Wulandari, F.2016. Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian mioma uteri di ruang poli kandungan
RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2014. Dinamika kesehatan vol 7(1)

William H. Parker. 2007. Etyologi, symptomatology and diagnosis of uterine


miomas. Department of Obsetric and Gynecology Los angeles, California.
Vol. 87 (4)

Anda mungkin juga menyukai