STATUS PASIEN
A. Identitas
Nama : Ny. Isjanuwati
Tanggal lahir : 37 Tahun
Alamat : Kelurahan Wamelai, Kab. Muna
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah
Suku : Muna
Tanggal Masuk : 22 Oktober 2019
No. Rekam Medik : 10 11 19
B. Anamnesis
Anamnesis Terpimpin:
dirasakan sejak 5 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan
Keluhan lain berupa keluar darah dari jalan lahir (-), nyeri kepala (-),
pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB dan BAK dalam
batas normal. Pasien memiliki haid yang teratur dengan siklus haid 28-30
hari dan lama haid 7 hari disertai dengan nyeri perut hebat. Perdarahan
banyak tiap kali menstruasi (ganti pembalut 4-5 kali sehari). Riwayat
penyakit lain : Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), alergi obat (-), alergi
makanan (+) udang dan telur. riwayat haid : Pasien pertama kali haid
7
8
C. Status Generalis
1. Keadaan Umum
2. Tanda Vital
Suhu : 36,7°C
3. Status Generalisata
batas normal.
4. Pemeriksaan Obstetrik/Ginekologi
a. Genitalia Externa :
Vulva/vagina : dbn
Porsio : kenyal
OUE/I : tertutup
Uterus : antefleksi
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Indikator Nilai Rujukan
WBC 5,98 x 103 4 – 10 x 103
HGB 9,0 12 – 16
Kimia Darah
GDS 93 < 140
Imunoserologi
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
E. Resume
masuk dengan keluhan nyeri perut bawah yang dirasakan sejak 5 bulan
yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 5 menit dan
diperberat saat pasien duduk kemudian berdiri. Keluhan lain berupa keluar
darah dari jalan lahir (-), nyeri kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-),
nyeri ulu hati (-), BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien memiliki
haid yang teratur dengan siklus haid 28-30 hari dan lama haid 7 hari
disertai dengan nyeri perut hebat. Perdarahan banyak tiap kali menstruasi
(ganti pembalut 3-4 kali sehari). Riwayat penyakit lain : Hipertensi (-),
DM (-), Asma (-), alergi obat (-), alergi makanan (+) udang dan telur.
riwayat haid : Pasien pertama kali haid (menarche) usia 12 tahun. Lama
OUE/OUI : tertutup.
Diagnosa Kerja
F. Rencana Terapi
Informed Consent
IVFD RL 28 tpm
Cek lab
Puasa 8 jam
H. Diagnosis
Diagnosis Pre-Operasi
Diagnosis Post-Operasi
Tindakan
Miomektomi
Waktu operasi
I. Follow Up
Tanggal Keadaan Klinis Penatalaksanaan
13
300 mg/8jam/iv
• Ketorolac 30
mg/8jam
• Transfusi PRC
500cc
26/10/2019 S: -
O: KU ibu baik , compos mentis • Aff infus dan kateter
TD : 110/70 mmHg • Th/oral cefadroxil
N : 78 x/ menit 2x500 mg
P : 20 x / menit • asam mefenamat
S : 36,7ºC/Axila 3x500 mg
Konjungtiva Anemis -/- • SF 1x1
15
verban : kering
BAB/BAK : dbn • Pasien Boleh pulang
A: PH4+ POH3 +P0A0+post
Miomektomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Masalah kesehatan reproduksi pada wanita dapat dikatakan salah satu
masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian dari seluruh elemen
masyarakat. Sehingga Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kualitas sumber daya manusia,
pemantauan jangkauan pelayanan kesehatan serta kualitas kehidupan. Di
Indonesia sebagai Negara berkembang ada sekitar 25-50% kematian wanita
usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan serta penyakit sistem reproduksi seperti mioma uteri (Anwar dkk,
2011).
Mioma Uteri dikenal juga dengan sebutan fibrimioma, fibroid ataupun
leiomyoma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot Rahim dan
jaringan ikat di Rahim. Tumor ini pertama kali ditemukan oleh Vinchow pada
tahun 1854. Mioma uteri merupakan masalah yang sering dihadapi oleh
spesialis kandungan/ ginekologi. Fibroid dapat menonjol dari dalam atau di
luar rahim. Fibroid tidak bersifat kanker dan tidak dianggap dapat menjadi
kanker. Namun, terkadang sulit untuk menentukan apakah suatu massa di
uterus adalah fibroid atau tumor kanker yang langka (Anwar dkk, 2011).
fibroid seperti perdarahan menstruasi yang berat, rasa sakit atau tekanan di
panggul, atau masalah dengan kehamilan atau infertilitas dapat dirawat di RS.
B. Definisi
Mioma uteri, kadang-kadang disebut juga fibroid atau leiomioma
adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor itu
mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin trediri dari
sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi. Mioma biasanya
multiple. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah
otot polos rahim dan jaringan ikat yang menyokongnya (Hadibroto, 2005).
C. Epidemiologi
Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensnya 3-9 kali lebih
banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Selama
5 dekade terakhir, ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit
berwarna.Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun
dan belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak
ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun. Setelah menopause hanya kira-
kira 10% mioma masih tumbuh. Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada
wanita berkulithitam, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak
hormon estrogen dibanding wanitakulit putih (Hadibroto, 2005).
D. Etiologi
Mioma uteri berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu
inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma
uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian menggunakan
glukosa-6-phosopatase dihidrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari
jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium normal
menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium dan interaksi
kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. (Hadibroto,
2005).
17
Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang
sekali ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon
reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya
mioma terjadi di beberapa tempat. Pertumbuhan mikroskopik menjadi
masalah utama dalam penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan
tampak secara makroskopik yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara
enukleasi. Ukuran rerata tumor ini adalah 15 cm, tetapi cukup banyak yang
melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg (Anwar dkk,
2011).
Tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi
penyebab mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor
pertumbuhan miomatosa. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma
memang lebih tinggi dibandingkan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih
rendah dibandingkan dengan di endometrium. Mioma tumbuh cepat saat
18
penderita hamil atau terpapar estrogen dan mengecil atau menghilang setelah
menopause. Walaupun progesteron dianggap sebagai penyeimbang estrogen
tetapi efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten
(Apriyani, 2013)
E. Klasifikasi
Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat
berdasarkan lokasinya, yaitu:
1. Mioma submukosa
Mioma submukosa menempati lapisan dibawah endometrium dan
menonjol kedalam (kavum uteri). Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas
permukaan endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler.
Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui
ostium serviks. Yang harus diperhatikan dalam menangani mioma
bertangkai adalah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga
risiko infeksi sangatlah tinggi.
2. Mioma intramural
Mioma intramural atau interstisiel adalah mioma yang berkembang
diantara miometrium.
3. Mioma subserosa
Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh dibawah lapisan serosa
uterus dan dapat bertumbuh kearah luar dan juga bertangkai. Mioma
subserosa juga dapat menjadi parasit omentum atau usus untuk
vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya (Kurniasari, 2010)
19
F. Patologi
Mioma uetri umumnya bersifat multiple, berlobus yang tidak teratur
maupun berbentuk sferis. Mioma uteri biasanya berbatas jelas dengan
miometrium sekitarnya, sehingga pada tindakan enuklasi mioma dapat
dilepaskan dengan mudah dari jaringan miometrium disekitarnya. Pada
pemeriksaan makroskopis dari potongan transversal berwarna lebih pucat
dibanding miometrium disekelilingnya, halus, berbentuk lingkaran dan
biasanya lebih kerasi dibanding jaringan sekitar (Hadibroto, 2005). Apabila
mioma dibelah maka tampak bahwa mioma teridiri dari berkas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti konde/ pusaran air (whorl like pattern),
dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan iakt longgar yang terdesak
karena pertumbuhan sarag mioma ini (Syahlani dkk, 2014).
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik makapatogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu
inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma
masih belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-
phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan
uniseluler.Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma
melibatkan mutasi somatik darimiometrium normal dan interaksi kompleks
dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini
merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor (Kostania, 2009).
Telah ditemukan banyak sekali mediator mioma uteri, seperti estrogen
growth factor,insulin growth factor-1 (IGF-1). Awal mulanya pembentukan
tumor adalah terjadinya mutasisomatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini
20
H. Diagnosis
1. Anamnesis: Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis
mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen.
Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang
keras, bentuk yang tidak teratur,gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi.
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah darah lengkap
(DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain
disesuaikan dengan keluhan pasien.
2. Imaging
a) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
b) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
c) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal. Diagnosis banding
yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau
panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri;
23
I. Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri harus disesuaikan dengan ukuran dan lokasi
tumor, usia, gejala, keinginan untuk mempertahankan kesuburan, dan akses
ke pengobatan serta pengalaman dokter. Perawatan ideal memenuhi empat
tujuan:
1. Menghilangkan tanda dan gejala,
2. Pengurangan berkelanjutan ukuran fibroid,
3. Pemeliharaan kesuburan (jika diinginkan), dan
4. Menghindari bahaya.
Penanganan Mioma Uteri diantaranya:
a. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma
lebih besar dari kehamilan 10-12 munggu, tumor yang berkembang cepat,
terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi (Hadibroto,
2005).
b. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan
mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti
sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan untuk terapi
medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon
Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, anti
prostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine
(Kurniasari, 2010).
24
c. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi
arteri uterus. Umumnya mioma tidak di lakukan tindakan khusus jika
ukuran mioma masih kecil dan tidak menyebabkan perdarahan yang
banyak (Cunningham, 2014). Terapi pembedahan pada mioma uteri
dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala. Menurut American
College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dan American Society
for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada mioma
uteri adalah: Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi
konservatif,
Sangkaan adanya keganasan, pertumbuhan mioma pada masa menopause,
infertilitas karena gangguan pada kavum uteri maupun oklusi tuba
1. Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu.
2. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
3. Anemia akibat perdarahan.
Terapi pembedahan diantaranya:
1. Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada
mioma mioma submukosa pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi
lewat vagina. Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan
histerektomi. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan
pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap
perdarahan yang mungkin timbul pada pemebdaha miomektomi dapat
ditangani dengan segera.
2. Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Dilakukan bila
pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada penderita yang memiliki
mioma uteri yang simptomatik atau yang sudah bergejala.Tindakan
pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3 cara
25
BAB III
PEMBAHASAN
1. Anamnesa
Kasus Teori
Pada kasus ditemukan gejala Kriteria Mioma uteri :
berupa :
1. Usia 37 tahun 1. Usia > 35 tahun
Frekuensi kejadian mioma uteri
paling tinggi antara usia >35 tahun
yaitu mendekati angka 40%, sangat
jarang ditemukan pada usia di
bawah 20 tahun. Pada wanita
monopause mioma uteri di temukan
sebesar 10%.
2. nyeri perut bawah hilang 2. Gejala dan tanda mioma uteri
timbul yang sudah dirasakan adalah :
5 bulan yang lalu. Pasien Perdarahan menjadi manifestasi
mengatakan mengalami nyeri klinik utama pada mioma dan hal ini
perut hebat setiap kali terjadi pada 30% penderita namun
menstruasi dan keluar darah pada kasus tidak didapatkan adanya
banyak bisa lebih dari 4 perdarahan uterus yang abnormal,
pembalut/hari. namun didapatkan adanya jumlah
perdarahan yang abnormal.
Menorrhagia dan atau metrorrhagia
27
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M., Baziad, A., Prabowo, R., P. 2011. Ilmu Kandungan: Edisi Ketiga.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Apriyani, Y., Sumarni, S. 2013. Analisa Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Kejadian Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal
Kebidanan Vol. 2 No. 5
Chudnoff, S., G. 2013. Out patient Procedure for the Treatment and Relief of
Symptomatic Uterine Myomas. Americans Collage of Obstetricians and
Gynecologists Vol. 121 No. 5
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LG, Hauth JC, Wenstrom KD.
2014 Obsetri Williams Volume 1Edisi 24. Jakarta : EGC.
Edward E Wallach. 2004. Uterine Myomas : an Overview development, clinical
features. Departemen gynekology and obestetric. The John Hopkins
Hospital