Anda di halaman 1dari 23

LaporanKasus

Mei 2019

RDS + BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) + HIPOTERMI

Oleh :
dr. Sitti Wahidatun Asryani. A

Pembimbing :
dr. Dianti Maya Sari, Sp.A
DIBAWAKAN DALAM RANGKA INTERSHIP
BLUD RS KONAWE SELATAN
2019

2
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny. S
TanggalLahir : 26 februari 2019
Umur : 0 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
BBL : 1900 gr
PBL : 43 cm
Alamat : Atari Indah
Agama : Islam
Suku : Tolaki
Ruangan : NICU
No. RM : 054262
TanggalMasuk : 26 Februari 2019

B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan Ibu pasien
Keluhan Utama : Berat badan lahir rendah
Anamnesis Terpimpin :
Pasien masuk dengan keluhan berat badan lahir rendah di sertai dengan
sesak dan bibir kebiruan.
Riwayat kelahiran pasien lahir di OK IBS BLUD RS Konawe Selatan,
dilahirkan secara SC (Sectio Caesaria) dengan indikasi PEB dan gemeli pada
pukul 18.18 WITA.
Riwayat Kehamilan ibu : Ibu Os mengaku ini kehamilan yang
kedua. Ibu os tidak ingat kapan HPHTnya, ibu os biasa ANC di posyandu
diperiksa oleh bidan, selama hamil ibu os tidak pernah mengalami sakit berat
atau dirawat di PKM atau RS, ibu os mengaku selama hamil bidan
mengatakan tekanan darahnya tinggi dan kehamilannya kembar. Ibu os
menyangkal menderita panas, batuk, pilek saat kehamilannya. Riwayan
minum – minum obat dan jamu – jamuan di sangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK
KeadaanUmum : Sakit Berat, sadar
Antropometri :
BB : 1900 g
PB : 43 cm

3
Nilai maturasi= maturitas neuromuskular + maturitas fisik
= 16 + 12
= 28 ( skor 28, 34-36 minggu)

4
Ket:
BMK : Besar Masa Kehamilan KB : Kurang Bulan
SMK : Sesuai Masa kehamilan KB : Kurang Bulan
KMK : Kecil Masa Kehamilan KB : Kurang Bulan

Gambar 3. Klasifikasi pertumbuhan bayi menurut Lubchenko


Skor Downes sebagai berikut :
Kriteria 0 1 2
Pernapasan <60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis menetap
sianosis dengan pemberian walaupun
oksigen diberikan oksigen
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak udara
bilateral baik udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Total Skor :
<3 = Gawat napas ringan
4-5 = Gawat napas sedang
>6 = Gawatnapasberat

Keadaan Spesifik:

5
Tanda Vital
TekananDarah : - Pernapasan : 64 x/menit
Nadi : 140x/menit Suhu : 35,6 oC
Pucat : (-)
Ikterus : (-)
Sianosis : (+)
Turgor : Baik
Tonus : Kurang
Kepala : Normocephal, caput succsadenum (-), cephalhematom (-)
Muka : Simetris kanan dan kiri
Rambut : lurus, berwarnahitam, tidak mudah tercabut
Ubun-Ubun besar : Terbuka (+), cekung (-), membonjol (-)
Telinga : Otorrhea (-), perdarahan (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
Hidung : Rinorrhea (-), pernapasancuping hidung (+)
Bibir : Kering (-), pucat (-), sianosis (+)
Lidah : Kotor (-), tremor (-)
Kulit : Sianosis (+), petekie (-), ikterus (-)
Gigi : Belum ada
Tenggorokan : Sulit dinilai
Tonsil : Sulit dinilai
Paru : skor dwone 4-5 = gawat napas sedang
PP : Simetris kiri dan kanan, retraksi subcostal (+), retraksi
suprasternal (-)
PR : Massa tumor (-), krepitasi (-)
PK : Sonor kedua lapangan paru
PD : Bronkovesikular, rhonki +/+ basah kasar, wheezing -/-
Jantung
PP : Iktus kordis tidak tampak
PR : Iktus kordis teraba
PK : Batas jantungkiri ICS IV linea midclavicula sinistra
Batas jantungkananICS IV linea parasternal dextra
PD : BunyiJantung I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen
PP : Datar, ikut gerak napas
PD : Peristaltik (+), kesan normal
PK : Timpani (+)
PR : Massa tumor (-), distensi (-)
Limpa : Tidak teraba
Hati : Tidak teraba

6
Kelenjar Limfe : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Alat kelamin : Tidak ada kelainan
Anggota Gerak : Akraldingin
Tasbeh : Tidakada
Col. Vertebralis : Skoliosis (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah Rutin (26/02/2019)
Hasil NilaiRujukan
WBC 21,0 x 103/ul 10,00 – 26,00
RBC 4,6 x 106/ul 4,00 – 6,00
HGB 17,4 g/dl 13,5 – 19,5
HCT 49,8 % 44,0 – 64,0
MCV 107fl 100,0 – 112,0
MCH 37,5pg 30,0 – 38,0
MCHC 35,0 g/dl 32,0 – 36,0
PLT 176 x 103/ µL 200 – 400

- Kimia Darah (26/2/2019)


Kimia Darah Hasil NilaiRujukan
GDS 71 mg/dl 73 – 106 mg/dl

E. RESUME
Pasien masuk dengan keluhan berat badan lahir rendah di sertai
dengan sesak dan bibir kebiruan.
Riwayat kelahiran pasien lahir di OK IBS BLUD RS Konawe Selatan,
dilahirkan secara SC (Sectio Caesaria) dengan indikasi PEB dan gemeli pada
pukul 18.18 WITA
Riwayat Kehamilan ibu : Ibu Os mengaku ini kehamilan yang kedua. Ibu os
tidak ingat kapan HPHTnya, ibu os biasa ANC di posyandu diperiksa oleh
bidan, selama hamil ibu os tidak pernah mengalami sakit berat atau dirawat di
PKM atau RS, ibu os mengaku selama hamil bidan mengatakan tekanan
darahnya tinggi dan kehamilannya kembar. Ibu os menyangkal menderita
panas, batuk, pilek saat kehamilannya. Riwayan minum – minum obat dan
jamu – jamuan di sangkal.
Tanda Vital
TekananDarah : - Pernapasan : 64 x/menit
Nadi : 140x/menit Suhu : 35,6 oC
Antropometri : BB : 1900; PB : 43 cm

7
Pemeriksaan fisik :Pernapasan 80x/menit, tonus kurang, merintih,sianosis
(pada bibir, tangan dan kaki), pernapasan cuping hidung, retraksi (subcostal)
dan rhonki (+/+) basah kasar.Skor downes : Skor 5 (sesak napassedang
Nilai maturasi = 28 ( skor 28, 34-36 minggu). Pertumbuhan sesuai masa
kurang bulan.
F. DIAGNOSIS KERJA
RDS + Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) + Hipotermi

G. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
- Rawat NICU
- Rawat inkubator
- Pemasangan Oxymeter
- 02 nasal 1-2 lpm
- Pasang OGT Dekompresi
- Rawat tali pusat
- Stop intake oral
- Inj. Vit. K 1mg/IM
- Tetes mata pada mata kiri dan kanan, masing-masing 2 tetes.

Medikamentosa:
- IVFD Dextrose 10% 6 tpm
- Viccilin 95 mg/12 jam/IV
- Gentamisin 9 mg/24 jam/IV

H. FOLLOW UP
Tanggal Keluhan IntruksiDokter
27/2/2019 S : Perawatan hari ke 2  IVFD Dextrose
O : KU: Pasif 10% 6 tpm
BB : 1900 gr mikro
N: 150x/menit  02 nasal 1-2 lpm
P: 64 x/menit  Viccilin 95
SPO2 : 98 % mg/12jam/iv
S: 36,6o C  Gentamisin 9
Retraksi subcostal (+) Rh +/+, wh -/- mg/24 jam/iv
BAB : 1 kali kuning  Rawat
BAK : Kesan cukup talipusat/6 jam
Residu : -  Priming ASI/SF
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah 6x1cc/ OGT
(BBLR) + Hipotermi
 Follow up ttv/

8
12 jam
4/03/2019 S : Perawatan hari ke 7  IVFD Dextrose
O : KU: Pasif 10% 6 tpm
BB : 1700 gr mikro
N: 130x/menit  Viccilin 95
P: 58 x/menit mg/12 jam/iv
S: 36,7o C  Gentamisin 9
SPO2 : 96 % mg/24 jam/iv
Retraksi subcostal (-) Rh -/-, wh -/-  Rawat
BAB :3 kali kuning talipusat/6 jam
BAK : Kesan cukup  Priming ASI/SF
Residu : - 12 x 11 cc/
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah OGT
(BBLR) + Hipotermi  Timbang BB/
hari
5/03/2019 S : Perawatan hari ke 8  IVFD Dextrose
O : KU: Pasif 10% 6 tpm
BB : 1700 gr mikro
N: 130x/menit  Viccilin 95
P: 50 x/menit mg/12jam/iv
S: 36,7o C  Gentamisin 9
Sianosis : (-) mg/24 jam/iv
Retraksi subcostal (-) Rh -/-, wh -/-  Rawat
BAB :1 kali kuning talipusat/6 jam
BAK : Kesan cukup  Priming ASI/SF
Residu : - 12 x 15 cc/
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah sendok-sendok
(BBLR) + Hipotermi sisanya OGT
 Timbang BB/
hari
 Menete extra
 PMK intermiten
8/03/2019 S : Perawatan hari ke 11  IVFD Dextrose
O : KU: Pasif 10% 6 tpm
BB : 1750 gr mikro
N: 140x/menit  Viccilin 95
P: 40 x/menit mg/12jam/iv
S: 36,7o C  Apyalis drops
SPO2 : 98% 1x0,3 ml
Sianosis : -

9
BAB :1 kali kuning  Priming ASI/SF
BAK : Kesan cukup 12 x 25 cc/
Residu : - sendok– sendok
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah sisanya OGT
(BBLR) + Hipotermi  Timbang BB/
hari
 Menete extra
 PMK intermiten
11/03/2019 S : Perawatan hari ke 14  IVFD Dextrose
O : KU: Pasif 10% 6 tpm
BB : 1750 gr mikro
N: 130x/menit  Apialys drop
P: 50 x/menit 1x0,3 ml
S: 36,7o C  Priming ASI/SF
BAB :1 kali kuning 12 x 28 cc/
BAK : Kesan cukup sendok– sendok
Residu : - sisanya OGT
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah  Timbang BB/
(BBLR) + Hipotermi hari
 Menete extra
 PMK intermiten
13/03/2019 S : Perawatan hari ke 16  IVFD Dextrose
O : KU: aktif 10% 6 tpm
BB : 1800 gr mikro
N: 130x/menit  Apialys drop
P: 48 x/menit 1x0,3 ml
S: 36,7o C  Priming ASI/SF
Sianosis : (-) 12 x 30 cc/
BAB : 1 kali kuning sendok– sendok
BAK : Kesan cukup sisanya OGT
Residu :-  Timbang BB/
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah hari
(BBLR) + Hipotermi  Menete extra
 PMK intermiten
15/03/2019 S : Perawatan hari ke 18  IVFD Dextrose
O : KU: Pasif 10% 6 tpm
BB : 1850 gr mikro
N: 130x/menit  Apialys drop
P: 48 x/menit 1x0,3 ml
S: 36,7o C

10
BAB :-  Priming ASI/SF
BAK : Kesan cukup 12 x 30 cc/
Residu : - sendok –
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah sendok sisanya
(BBLR) + Hipotermi OGT
 Timbang BB/
hari
 Menete extra
 PMK intermiten
16/03/2019 S : Perawatan hari ke 19  IVFD Dextrose
O : KU: Pasif 10% 6 tpm
BB : 1900 gr mikro
N: 130x/menit  Apialys drop
P: 48 x/menit 1x0,3 ml
o
S: 36,7 C  Priming ASI/SF
BAB :2 kali kuning 12 x 38 cc/
BAK : Kesan cukup sendok –
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah sendok sisanya
(BBLR) + Hipotermi OGT
Residu : -  Timbang BB/
hari
 Menete extra
 PMK
18/03/2019 S : Perawatan hari ke 21  IVFD Dextrose
O : KU: Pasif 10% 6 tpm
BB : 1950 gr mikro
N: 130x/menit  Apialys drop
P: 50 x/menit 1x0,3 ml
S: 36,7o C  Priming ASI/SF
BAB :2 kali kuning 12 x 40 cc/
BAK : Kesan cukup sendok –
Residu : - sendok sisanya
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah OGT
(BBLR) + Hipotermi  Timbang BB/
hari
 Menete extra
 PMK
21/03/2019 S : Perawatan hari ke 23  AFF infuse
O : KU: Pasif  AFF NGT
BB : 1950 gr

11
N: 140x/menit  Apialys drop
P: 50 x/menit 1x0,3 ml
S: 36,7o C  Timbang BB/
BAB :2 kali kuning hari
BAK : Kesan cukup  PMK
A : RDS + Bayi Berat Lahir Rendah  Boleh pulang
(BBLR) + Hipotermi

I. ANALISIS KASUS
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir atau paling lambat bayi
berusia satu hari. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu)
atau pada bayi cukup bulan. Masa atau usia kehamilan sering disebut dengan
masa gestasi dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu masa preterm,
masa aterm, dan masa posterm.5

Masa kehamilan preterm adalah suatu masa yang menunjukan usia


kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir pada masa preterm disebut
dengan bayi prematur. Masa kehamilan aterm adalah masa kehamilan antara
37 sampai 42 minggu. Bayi dilahirkan pada masa aterm disebut dengan bayi
lahir cukup bulan dan bayi ini dapat mengalami BBLR dan dapat juga lahir
normal. Bila pada masa aterm bayi dilahirkan kurang dari 2500 gram disebut
dengan bayi kecil masa kehamilan (KMK). Masa kehamilan Posterm atau
sering disebut dengan masa kehamilan lebih bulan atau lebih dari 42 minggu.
Bayi yang dilahirkan pada masa posterm lebih matur dibandingkan dengan
bayi yang dilahirkan pada masa aterm. 5

Bayi dengan berat lahir rendah dapat diklasifikasikan berdasarkan:2

1. Berat badan lahir


a. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram
c. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram
2. Usia kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum
mencapai 37 minggu
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-42
minggu

12
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih
dari 42 minggu
3. Usia kehamilan dan berat badan lahir
a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai
dengan berat badan untuk usia kehamilan (sesuai masa
kehamilan/SMK)
b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya (kecil masa kehamilan/KMK).

Berdasarkan klasifikasi diatas, bayi berat lahir rendah dapat dibagi


menjadi 2 golongan yaitu:10

1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan pada usia gestasi atau biasa disebut dengan Neonatus Kurang
Bulan Sesuai dengan Masa Kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada
masa gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).

Pada kasus diatas riwayat kelahiran pasien lahir dilahirkan secara SC


(Sectio Caesaria) dengan indikasi PEB dan gemeli. Berdasarkan teori Etiologi dari
bayi berat lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor anatra lain:

1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih
dan kelainan bentuk uterus
2) Menderita penyakit seperti malaria,tifus abdominalis, infeksi
menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH,TBC,
glomerulonefritis kronik dan penyakit jantung.
3) Trauma pada masa kehamila, fisik (jatuh/terbentur), psikologis
(stres)
4) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun
5) Penyalahgunaan obat, merokok dan konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Usia Ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek kurang dari 1 tahun
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

13
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik, gawat
janin, kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

Pada kasus diatas pasien lahir dengan berat badan 1900 kg. Pasien di
lahirkan secara SC dengan indikasi PEB dan gemeli. Berdasarkan diagnosis
BBLR dapat ditegakkan dengan melakukan penimbangan segera setelah badannya
dikeringkan dari air ketuban atau paling lambat satu hari setelah lahir.

1. Anamnesis1,9
Riwayat yang perlu ditanyakan pada Ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan diagnosis antara lain:
a. Umur ibu
b. Hari pertama haid terakhir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Paritas dan jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas dan penyakit yang diderita
g. Obat-obatan yang diminum selama hamil
2. Pemeriksaan fisik1,9
Bagian yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain :
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
b. Tanda prematuritas
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
Bayi dapat didiagnosis BBLR jika beratnya kurang dari 2500
gram.Jika penimbangan tidak memungkinkan dapat dilakukan pengukuran
Lingkar Lengan Atas (LLA) atau lingkar dada.Pengukuran LLA dilakukan
pada pertengahan lengan atas menggunakan pita ukur. Jika LLA kurang

14
dari 9,5 cm maka bayi dapat didiagnosis BBLR. Pengukuran lingkar dada
dapat dilakukan dengan menggunkan pita pengukur lingkar dada yang
ditandai dengan angka dalam satuan sentimeter dengan ketelitian 0,1 cm
dan warna merah, kuning dan hijau. Disepanjang pita ditengahnya terdapat
garis mendatar disertai ukuran dikiri dan kananya. Batas ambang pita
untuk warna merah kurang dari 27 cm, untuk warna kuning 27-29 cm dan
untuk warna hijau > 29,5 cm.Arti warna pada pita adalah untuk warna
merah artinya bayi setara dengan kurang dari 2000 gram, warna kuning
artinya setara dengan 2000-2499 gram dan warna hijau artinya berat bayi
setara dengan 2500 gram. Hasil pengukuran lingkar dada dengan warna
merah dan kuning mengindikasikan bahwa bayi menderita BBLR.1
Pada pemeriksaan fisik bayi tampak lebih kecil dari bayi yang lahir
normal, pergerakan kurang dan masih lemah, kepala lebih besar dari pada
badan. Pada kulit dan kelamin dijumpai kulit tipis dan transparan sehingga
pembuluh darah mudah dilihat, lanugo banyak, rambut halus dan tipis
genitalia belum sempurna. Pada sistem saraf dijumpai refleksmoro, refleks
menghisap, menelan dan batuk belum sempurna. Pada sistem
muskuloskeletal, axifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar,
tulang rawan elastis kurang, otot-otot hipotonik, tungkai adduksi, sendi
lutut dan kaki fleksi, kepala menghadap ke satu sisi.Pernapasan pada
BBLR frekuensinya bervariasi karena belum teratur dan sering apnea.1
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:9
a. Pemeriksaan skor ballard
Skor Ballard merupakan suatu versi sitem Dubowitz. Penilaian
menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian
maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan
maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria
pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan maturitas
neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan kemudian dengan
menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.1

15
Gambar 1. Maturitas Neuromuskular (Skor Ballard)1

Gambar 2. Maturitas Fisik (Skor Ballard)1

16
Setelah didapatkan jumlah skor dari pemeriksaan neuromukular dan
maturitas fisik, maka kedua skor itu dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut
dicocokkan dengan tabel nilai kematangan sehingga didapatkan usia
kehamilan dalam minggu. Kemudian dengan menggunkana grafik dari
Battaglia dan Lubchenco dicari titik perpotongan antara umur kehamilan yang
kita dapatkan dengan berat badan lahir bayi sehingga didapat interpretasi
apakah bayi tersebut Besar Masa Kehamilan (BMK), Sesuai Masa Kehamilan
(SMK), atau Kecil Masa Kehamilan (KMK).1

Gambar 3. Grafik Battaglia dan Lubchenco1

1. Posture: dinilai bila bayi dalam posisi terlentang dan tenang.


2. Square window: tangan fleksi pada pergelangan, beri cukup tekanan
untuk mendapatkan posisi seflesi mungkin. Sudut antara eminensia
hipothenar dan bagian anterior lengan bawah diukur dan dinilai
menurt tabel. Jangan memutar pergelangan tangan.
3. Arm recoil:posisi bayi terlentang, fleksikan lengan bawah secara
penuh selama 5 detik. Kemudian ekstensikan secara penuh dengan
cara menarik tangan dan melepaskannya. Nilai reaksinya sesuai
dengan tabel.
4. Popliteal angle: posisi bayi terlentang dan pelvis terletak mendatar
pada permukaan tempat pemeriksaan.Kaki fleksi pada paha dan

17
paha difleksikan penuh menggunkan tangan (paha menyentuh
perut). Dengan tangan yang lain, kaki diekstensikan. Ukur sudut
yang terbentuk antara paha dan betis daerah poplitea.
5. Scarf sign: posisi bayi terlentang, pegang tangan bayi dan tarik
melintasi leher sejauh mungkin melewati bahu yang berlawanan.
Diperbolehkan menahan bahu dengan jalan mengangkatnya
melintasi tubuh. Nilai sesuai dengan lokasi siku pada tabel.
6. Heel to hear: posisi bayi terlentang, pegang kaki bayi dengan satu
tangan dan gerakkan kearah kepala sedekat mungkin tanpa
melakukan paksaan. Pertahankan pelvis mendatar pada permukaan
tempat pemeriksaan. Nilai seperti pada tabel.
b. Tes kocok (shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah
d. Bila perlu (tergantung klinis) dan fasilitas tersedia, diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah
e. Foto rontgen dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dan mengalami sindrom gangguan napas
f. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan < 35 minggu,
dimulai pada umur 3 hari dan dianjurkan sesuai hasil yang didapat.

Pasien mendapat penatalaksaan rawat NICU, rawat inkubator, pemasangan


Oxymeter, 02 nasal 1-2 lpm, pasang OGT Dekompresi, Rawat tali pusat, Stop
intake oral, Inj. Vit. K 1mg/IM, tetes mata pada mata kiri dan kanan, masing-
masing 2 tetes dan Medikamentosa yaitu IVFD Dextrose 10% 6 tpm, Viccilin 95
mg/12 jam/IV, Gentamisin 9 mg/24 jam/IV. Berdasarkan teori bayi dengan
BBLR memiliki imunitas yang belum sempurna sehingga sangat mudah terserang
penyakit.Karena sifatnya yang sangat rentan maka penatalaksaanan BBLR harus
dilakukan dengan hati-hati. 9
1. Suportif
a. Jaga dan pantau kehangatan
b. Jaga dan pantau potensi jalan napas
c. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
d. Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul
(misalnya hipotermi, kejang, gangguan napas, hiperbilirubunemia dan
lain-lain)
e. Berikan dukungan emosional pada Ibu dan anggota keluarga lainnya
f. Anjurkan Ibu untuk tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan,
biarkan ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
g. Izinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat
apabila dimungkinkan. 9

18
2. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Peroral 2 mg sekali pemberian atau 1mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari dan umur 4-6 minggu). 9
3. Mempertahankan suhu tubuh normal
a. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi seperti kontak kulit ke kulit, perawatan metode kanguru,
pemancar panas, inkubator, atau ruangan hangat yang tersedia di
fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.9
b. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
c. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal
4. Dietetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusu karena refleks
mengisapnya masih lemah.Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan
pipa lambung atau pipet.1,9.
5. Tumbuh Kembang
a. Pantau berat bayi secara periodik
b. Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk bayi berat
lahir <1500 gram). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari
kecuali apabila terjadi komplikasi.
c. Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
1) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 ml/kg/ hari
2) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi
agar jumlah pemberian ASI tetap180 ml/kg/hari
3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI sampai200 ml/kg/hari
4) Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang badan dan lingkar
kepala setiap minggu. 9
Pada kasus pasien mengalami hipotermi, sesak dan sianosis berdasarkan
teori beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR antara lain: 9

1. Hipotermi
2. Hipoglikemi
3. Hiperbilirubinemia
4. Respiratory distress syndrome (RDS)
5. Intracerebral and intraventriculer haemorrhage (IVH)

19
6. Periventricular leucomalasia (PVL)
7. Infeksi bakteri
8. Kesulitan minum
9. Penyakit paru kronis
10. Necrotizing enterocolitis (NEC)
11. Apnea of prematurity terutama terjadi pada bayi < 1000 gram
12. Patent ductus arteriosus (PDA) pada bayi dengan berat < 1000 gram
13. Disabilitas mental dan fisik seperti keterlambatan perkembangan, cerebral
palsy, gangguan pendengaran dan gangguan penglihatan seperti retinopaty
of prematurity (ROP).

Masalah yang sering timbul pada BBLR yaitu: 9

1. Masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur.


2. Masalah pada jantung
3. Perdarahan otak
4. Fungsi hati yang belum sempurna
5. Anemia atau polisitemia
6. Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu tubuh
normal
7. Masalah pencernaan/toleransi minum
8. Risiko infeksi.
Pada kasus prognosisnya baik pasien dapat pulang dengan keadaan umum
baik, berdasarkan teori prognosis BBLR tergantung dari berat ringannya masa
perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat
badan, makin tinggi angka kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma
gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler,infeksi, gangguan metabolik.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua
dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu
lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi, mengatasi gangguan
pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain-lain).12

Insidens RDS meningkat dengan usia gestasi yang semakin muda.


Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi
yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi
antara 32-36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi cukup bulan (matur).
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4
faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria. Pada kasus mendukung teori yaitu

20
bayi lahir dengan usia gestasi kurang bulan (36 minggu) dan lahir melalui sectio
secaria.
Distress respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang
seringdijumpai pada hari pertama kehidupan bayi baru lahir, ditandai dengan
takipnea (lajunapas>60 kali/menit), napas cuping hidung, retraksi interkostal,
sianosis dan apnue, dan terdapat grunting. Gawat napas terjadi 7% dari seluruh
bayi, dengan penyebab yang berbeda-beda. Kasus gawat napas terbanyak antara
lain Transient Tachypnea of the Newborn, Respiratory Distress Syndrome, dan
Meconium Aspiration Syndrome.
Pasiendidiagnosis Respiratory Distress Syndrome. Pada teori untuk
menilai gangguan napas dapat dinilai dengan memakai skor Downe. Pada pasien
didapatkan Skor Downe 5
Table :Downe Score
Kriteria 0 1 2
Pernapasan <60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Retraksi Tidakadaretraksi Retraksiringan Retraksiberat
Sianosis Tidakadasianosis Sianosishilangden Sianosismenetapwalau
ganpemberianoksi pundiberikanoksigen
gen
Air Entry Udaramasuk Penurunanringan Tidakudaramasuk
bilateral baik udaramasuk
Merintih Tidakmerintih Dapat didengar Dapatdidengartanpaal
dengan stetoskop at bantu
Total Skor :
<3 = Gawatnapasringan
4-5 = Gawatnapassedang
6 >= Gawatnapasberat
Tatalaksana dari Respiratory Distress Syndrome terbagi menjadi dua :
1. Manajemen Umum
- Jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka
- Diterapi oksigen sesuai dengan kondisi
- Pemberian antibiotik, dimana diberikan antibitiok spektrum luas, biasanya
dimulai dengan ampiciliin 50mg/kgBB/IV tiap 12 jam dan gentamicin.
- Untuk berat lahir < 2 kg dosis 3 mg/kgBB/Hari jika tidak terbukti ada infeksi
pemberian antibiotik dihentikan.
2. Manajemen Khusus
- Pemberian surfaktan dilakukan bila memenuhi persyaratan obat tersedia
dan jika ada fasilitas nicu.
- Pada kasus ini tatalaksana diberikan adalah pemasangan OGT karena bayi
belum intake secara oral dan didapatkan ada tanda-tanda distress
pernapasan

21
- Kemudian diberikan cairan intra vena berupa IVFD D10% 8 tpm.

DAFTAR PUSTAKA

22
1. Sunaryanto, Andik. 2009. Bayi Berat Lahir Rendah. Fakultas Kedokteran
Udayana. Bali.
2. Kosim M.S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G.I., Usman, A. Buku Ajar
Neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2014
3. Mahayana, S.A.S., Chundrayetti, E., Yulistini. 2015. Faktor Risiko yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal
Kesehatan Andalas4(3): 664-673
4. Ayu, A., Rahmanoe, M. 2014. Terapi Medikamentosa Bayi Dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Medula Universitas Lampung 2(3):1-7
5. Cynthia, P.H., Fatimah, P., Rahfiludin, M. Z. 2017. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jurnal Kesehatan Masyarakat 5(1): 322-331
6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017. Profil Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Kendari.
7. Amalina Tri Susilani, A.T., 2015.Hubungan Ukuran Lingkar Lengan Atas
Ibu Dengan Berat Badan Lahir Di Rumah Bersalin Widuri. Jurnal
Permata Indonesia 6(1): 1-8
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riskesdas Indonesia
Tahun 2013. Lembaga Penerbitan Balitbangkes. Jakarta.
9. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Pelayana Medis.Jilid 1.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
10. Ningsih, Nursasmita.2016.Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Ketuban
Pecah Dini Dan Persalinan Prematur Dengan Kejadian Sepsis Neonatus.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kendari.
11. Ikatan Dokter Anak Indonesia.Konsensus Asuhan Nutrisi Pada Bayi
Prematur. 2016. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
12. Merzalia, Nita. 2012. Determinan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai