Oleh:
Pembimbing:
dr. Mohammad Taufik H Sp. A
dr. Pendamping :
i
2
BAB I
STATUS PENDERITA
I. Identitas Pasien:
Nama : An. R
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : hindu
Alamat :
No. RM :129262
Tanggal MRS : 06 September 2021
Tanggal Pemeriksaan : 06 September 2021
Riwayat Pengobatan
Sebelum dibawa ke rumah sakit pasien belum dapat diberikan obat
apapun. Hanya diberikan susu formula dan ASI jika anak mau.
Riwayat Pribadi/Sosial/Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama. Dalam lingkungan rumah tidak ada yang
mengalami keluhan seperti pasien. Pasien biasanya bermain dengan ibu, nenek
dan kakeknya.
Riwayat Persalinan
Selama kehamilan dikatakan ibu pasien tidak pernah menderita penyakit
maupun menggunakan obat-obatan. Pasien lahir melalui persalinan spontan,
segera menangis, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 51 cm, lingkar
kepala dikatakan lupa oleh ibu pasien dan tanpa kelainan bawaan.
Riwayat Imunisasi
Pasien sudah dilakukan pemberian imunisasi dasar di puskesmas, yaitu
imunisasi :
BCG : 1 kali
Polio : 4 kali
Hepatitis B : 4 kali
Hib : 3 kali
DPT : 4 kali
MMR : 1 kali
Kesan imunisasi pada pasien lengkap berdasarkan usia pasien sesuai
dengan ketentuan imunisasi dasar yang berlaku berdasarkan KEMENKES Tahun
2017.
Riwayat Nutrisi
- ASI : Sejak lahir – 6 bulan on demand
- Susu formula : Sejak 6 bulan
- Bubur saring : Sejak usia 6 bulan, frekuensi 2-3 kali/hari
- Nasi tim : Sejak usia 9 bulan, frekuensi 2-3 kali/hari
- Makanan dewasa : Sejak usia 12 bulan, frekuensi 2-3 kali/hari
4
Riwayat Alergi
Pasien dikatakan selama ini tidak memiliki riwayat alergi makanan
maupun obat-obatan. Pada keluarga pasien, baik ayah dan ibu pasien juga
dikatakan tidak ada yang memiliki alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
5
Paru :
Inspeksi : bentuk normal, simetris
Palpasi : gerakan dada simetris
Auskultasi : vesikuler +/+, rales -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-), meteorismus (-), nyeri tekan (-), ascites
(-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, massa (-)
Ekstremitas : akral hangat + + , edema - -
+ + - -
CRT < 2 detik
Kulit : Petekie (-), Purpura (-), sianosis (-), ikterus (-),
turgor kembali dengan cepat.
Genitalia : laki-laki, fimosis (+), parafimosis (-)
Pemeriksaan Khusus
a. Status Neurologis :
Kaku kuduk : Negatif
Kernig sign : Negatif
Brudzinzki I : Negatif
Brudzinski II : Negatif
Tonus :N N
N N
Reflek Patologis : - -
- -
b. Status antropometri
Berat badan : 9 kg
Panjang badan : 70 cm
7
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Lengkap
HCT 36 % 36,00-49,00
MCH 24 Pg 25,00-35,00
MCHC 34 g/dl 31 – 36
Elektrolit
Diagnosis
Kejang Demam Simples (KDS)
Phimosis
Penatalaksanaan
MRS Ruang Perawatan Utama Multazam 1
IVFD DS ½ NS 900 cc/ 24 jam mikro
Stesolid sup 5 mg bila kejang
Paracetamol drip 10-20mg/kgBB 100 mg diulang tiap 4 jam
Injeksi ceftriaxon 2 x 350 mg
KIE
PROGRESS NOTE
Tanggal Hasil Pemeriksaan
06-9-2021 S:Kejang(-), demam (+), pilek (+), batuk (-) berdahak, darah (-), mual (-)
muntah (+) 2 kali, BAB dan BAK normal
9
23.00
07-9-2021 S:Kejang (-), demam mulai menurun, pilek (-), batuk (-) berdahak, mual (-)
muntah (-), BAK dan BAB normal
O:Kesadaran: Compos mentis
KU : baik, aktif (+)
Tanda vital :
BB : 9 kg
HR: 128 x/menit
RR: 28 x/menit
Suhu: 36,3oC
Kepala:Mesosefal
Mata:Conjungtiva anemis (-/-), sklera Ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung:Sekret (-), darah (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-) lidah typhoid (-) bibir sianosis (-)
Thorax:Cor : BJ I>II reguler,
Pulmo: SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: Supel, BU (+) normal, turgor kulit normal
1
0
08-4-2021 S:Kejang (-), demam naik turun, BAB (-) pilek (-), batuk (-)berdahak, mual (-)
muntah (-), BAK dan BAB normal,
O:Kesadaran: Compos mentis
KU : baik, aktif (+)
Tanda vital :
BB : 9 kg
HR: 102 x/menit
RR: 24 x/menit
Suhu: 37,1 oC
Kepala:Mesosefal
Mata:Conjungtiva anemis (-/-), sklera Ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung:Sekret (-), darah (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-) lidah typhoid (-) bibir sianosis (-)
Thorax:Cor : BJ I>II reguler,
Pulmo: SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen: Supel, BU (+) normal, turgor kulit normal
Ekstremitas: Akral hangat,CRT <2 detik
A: KDS, Bronkopneumonia
P : BLPL
PO Paracetamol syr 4 x 1 cth
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang Demam
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun disertai peningkatan suhu tubuh mencapai 38°C atau lebih
tanpa disebabkan oleh proses intrakranial maupun ketidakseimbangan metabolik,
serta terjadi tanpa adanya riwayat kejang tanpa demam. 1,2 Kejang yang terjadi
disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan elektrolit atau
metabolik lainnya. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya, maka tidak
disebut dengan kejang demam.1
Kejang demam dibagi menjadi dua kelompok yaitu kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang dapat diklasifikasikan sebagai
kejang demam sederhana jika memenuhi semua kriteria klinis, sedangkan
dikatakan kejang demam kompleks jika memenuhi salah satu dari ketiga kriteria
pada Tabel 2.1.3
Tabel 2.1. Klasifikasi Kejang Demam3
Kejang Demam Kejang Demam
Klinis Sederhana (memenuhi Kompleks (memenuhi
semua kriteria klinis) salah satu kriteria klinis)
Durasi ≤ 15 menit > 15 menit
Tipe Kejang Umum Fokal/Parsial
Frekuensi dalam 24 jam 1 kali > 1 kali
Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. 3,4
Puncak insiden kejang demam pada anak terjadi pada usia 12-18 bulan pertama
kehidupan.4,5 Mayoritas merupakan kejang demam sederhana, hanya sekitar 20-
30% kasus bermanifestasi sebagai kejang demam kompleks.3
Penelitian menunjukkan berbagai variasi insiden kejang demam dengan
faktor risiko yang bervariasi pula. Jika dilihat berdasarkan perbedaan gender,
penelitian melaporkan kejang demam lebih dominan terjadi pada laki-laki. Rasio
insiden anak laki-laki dan perempuan kira-kira yaitu 1,6 banding 1 (1,6:1).5
8
9
Terdapat variasi musiman dan diurnal dalam terjadinya kejang demam yang
diamati oleh para peneliti di Amerika Serikat, Finlandia, & Jepang. Penelitian
tersebut memukan pada dasarnya sebagian besar kejang demam terjadi pada
bulan-bulan musim dingin dan saat sore hari.5 Lebih lanjut lagi penelitian di
Jepang melaporkan dua puncak insiden kejang demam yaitu November-Januari,
dan Juni-Agustus, yang berkaitan dengan puncak infeksi saluran napas atas dan
infeksi gastrointestinal.4 Meskipun kejang demam terlihat pada semua kelompok
etnis, kejang demam lebih sering terlihat pada populasi Asia dengan insiden
sekitar 5-10% pada anak-anak India dan 6-9% anak-anak Jepang.5 Penelitian lain
di Amerika juga melaporkan pengaruh perbedaan ras pada insiden kejang demam
yaitu 3,5% pada kulit putih dan 4,2% pada kulit hitam.4 Insiden kejang demam
lebih sering terjadi pada anak-anak dengan status sosial ekonomi yang lebih
rendah, salah satu faktornya mungkin karena akses yang tidak memadai ke
perawatan medis.5
Risiko rekurensi kejang demam secara keseluruhan adalah 34,3%. Ikatan
dokter Anak Indonesia menyebutkan beberapa faktor risiko yang menyebabkan
kejang demam berulang yaitu usia dini (≤1 tahun) saat onset, riwayat keluarga
memiliki kejang demam atau epilepsi, suhu tubuh <39ºC saat kejang, interval
waktu singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang dan apabila kejang
demam pertama merupakan kejang demam kompleks. Jika seluruh faktor risiko
tersebut ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan
jika tidak terdapat faktor risiko tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam
hanya 10-15%. Kemuningkinan ulangan kejang demam paling besar terjadi pada
tahun pertama.1 Anak dengan kejang demam sederhana tidak menunjukkan
adanya risiko mortalitas, hemiplegia, atau retardasi mental. Pemantauan jangka
panjang pada kasus kejang demam sederhana memiliki risiko terjadinya epilepsi
sedikit lebih tinggi daripada populasi umum.1
Etiologi
Penyebab kejang demam bersifat multifaktorial. 3,5 Secara umum diyakini
bahwa kejang demam disebabkan oleh fulnerabilitas sistem saraf pusat (SSP)
yang sedang berkembang terhadap efek demam, yang berkombinasi dengan faktor
10
neuron ataupun sel tetangganya sehingga dapat timbul kejang fokal ataupun
umum.1,5
Asetilkolin menghambat pelepasan TNF-α, IL-1β dan IL-18 dari makrofag yang
distimulasi oleh LPS, sehingga dapat menekan produksi kadar sitokin
proinflamasi lokal & sistemik. Namun, ketika terjadi infeksi (berat) terjadi
disregulasi dari jalur umpan balik negatif tersebut. Disregulasi terjadi karena
produksi berlebihan dari LPS dan mediator pro-inflamasi yang menyebabkan
ketidakseimbangan sitokin, menyebabkan perubahan signifikan BBB dan
akhirnya menghasilkan kondisi “kebocoran” BBB.
o Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kembali waspada dan konsentrasi
penuh
c. Kejang mioklonik
o Kedutan-kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak
o Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher lengan atas dan kaki
o Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
o Kehilangan kesadaran hanya sesaat
o Kejang tonik klonik
o Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
o Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
o Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah
o Latergi, konvulsi, dan tidur dalam fase postiktal
o Kejang atonik
o Hilangnya tonus secara mendadak sehinga dapat menyebabkan kelopak
mata turun, kepala menunduk atau jatuh ke tanah
o Singkat dan terjadi tanpa peringatan
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang baik dapat membantu menegakkan diagnosis kejang
demam. Perlu ditanyakan kepada orangtua atau pengasuh yang menyaksikan
anaknya semasa kejang yang berupa:1
1. Jenis kejang, lama kejang, kesadaran (kondisi sebelum, diantara, dan setelah
kejang)
2. Suhu sebelum atau saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan
anak selepas kejadian kejang
3. Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), infeksi saluran kemih (ISK), otitis media akut
(OMA), dan lain-lain)
18
anak berusia <12 bulan dengan keadaan umum baik. Indikasi lumbal pungsi
antara lain: adanya tanda rangsang meningeal, curiga infeksi SSP berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis, dipertimbangkan pada anak dengan kejang
disertai demam yang sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian
antibiotik dapat mengaburkan tanda dan gejala klinis.1
c. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG tidak dilakukan untuk kejang demam kecuali bangkitannya
bersifat fokal untuk menentukan fokus kejang di otak yang membutuhkan
evaluasi lebih lanjut.1
d. Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala)
Pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) tidak rutin dikerjakan pada anak dengan kejang
demam sederhana. Pemeriksaan dilakukan jika terdapat indikasi, seperti
kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis
nervus kranialis.1
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding untuk kejang demam antara lain:
a. Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput otak (meningen) yang disebabkan
oleh bakteri. Gejala didahului oleh infeksi saluran napas atau saluran cerna
dengan peningkatn suhu batuk, pilek, diare dan muntah-muntah yang disertai
kaku kuduk dengan atau tanpa penurunan kesadaran.
b. Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbai macam mikro-organisme,
khususnya virus. Gejala berupa demam, sakit kepala, mual, muntah dan flu.
Suhu meningkat secara mendadak dan kejang berlangsung berjam-jam disertai
dengan penurunan kesadaran.
c. Abses otak
Pengumpulan cairan abnormal di dalam jaringan otak baik intraseluler maupun
ekstraseluler oleh bakteri. Gejala berupa mual dan muntah, mengantuk, kejang,
demam, mengalami gangguan fungsi otak lain, hemiparesis. Pada dasarnya
gejala yang diperngaruhi oleh lokasi dan ukuran abses pada otak.
20
Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan
cairan serebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang
diikuti hemiparesis sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses
intrakranial. Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam dan sukar dibedakan
dengan kejang demam. Anak dengan kejang demam tinggi dapat mengalami
delirium, menggigil, pucat dan sianosis sehingga menyerupai kejang demam.1
Tatalaksana
Prinsip penanganan kejang demam terdiri dari 3 hal:
a. Mengatasi fase demam akut
Obat praktis yang dapat diberikan orang tua di rumah (prehospital) adalah
diazepam rektal dengan dosis 0,5 -0,75 mg/kg atau 5 mg untuk anak dengan
berat badan < 12 kg dan 10 mg untuk anak dengan berat badan > 12 kg. Jika
kejang belum berhenti dapat diulangi dengan dosis yang sama dengan interval
5 menit. Jika kejang belum berhenti segera ke rumah sakit.1
b. Mengatasi demam, mencari, dan mengobati penyebab demam.
Demam harus ditangani untuk membuat anak nyaman. Memberi paracetamol
sangat efektif dibandingkan cara manual seperti mengompres dan lebih dapat
diterima oleh orang tua pasien.4 Penggunaan aspirin pada anak-anak dengan
penyakit akibat virus diketahui berhubungan dengan perkembanga Reye
Syndrome.7
c. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.
Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam. Pengobatan
profilaksis kejang demam dapat dibagi dalam profilaksis intermiten dan
profilaksis terus-menerus. Indikasi dan obat yang diberikan dijelaskan pada
Tabel 2.2.1,15
Tidak ada bukti bahwa penatalaksanaan kejang demam sederhana bisa
mencegah menjadi berkembangnya epilepsi. Kebanyakan anak tidak
memerlukan terapi apapun setelah kejang demam sederhana pertama terjadi.
Pada anak dengan risiko kejang demam berulang, antikonvulsan harus diberikan
unutk managemen pendek akut.5
21
Prognosis
Prognosis kejang demam cenderung baik, tidak mengganggu kognitif,
sebagian besar tidak berkembang menjadi epilepsi. Risiko gangguan kognitif
apabila terdapat kelainan neurologi atau perkembangan dan kejang tanpa demam
setelah episode kejang demam. Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang
demam juga tidak dilaporkan, perkembangan mental dan neurologis umumnya
tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Kejang demam akan berulang
kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah
riwayat kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 12 tahun, temperature
yang rendah saat kejang dan cepatnya kejang setelah demam. Bila seluruh faktor
di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila
tidak terdapat factor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10%-15%.1
DAFTAR PUSTAKA
35