Oleh :
Aulia Rahmadani, S.Ked
K1B1 21 025
Pembimbing :
dr. Jumhari Baco, M.Sc., Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN
A. Identitas Pasien
Nama : An. Muammar Rizki Athala
Nomor RM : 25 42 XX
Tanggal Lahir : 20 Februari 2021
Umur : 7 Bulan 16 Hari
Alamat : Jl. Laute 1, Mandonga
Agama : Islam
Suku : Makassar
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Tanggal masuk RS : 27 September 2021
DPJP : dr. Yeni Haryani, M.Kes., Sp.A
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Bintik merah di seluruh tubuh
2. Anamnesis terpimpin
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien bayi laki-laki usia 7 bulan 16 hari rujukan dari dr.
Hj.Musyawarah, Sp.A masuk ke RS dengan keluhan bintik merah di
seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk RS. Awalnya bintik
merah muncul di kedua kaki. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien juga
mengalami mimisan 1 hari yang lalu. Keluhan lain mual dan muntah 1x
saat di IGD. Pasien tidak demam. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengalami batuk pilek selama 3 hari pada saat 2 minggu
yang lalu. Tidak ada riwayat keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dan keluhan
yang sama. Ibu menderita hipotensi dan ayah memiliki alergi suhu dingin
dan telur.
Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak mengonsumsi obat sebelumnya.
Riwayat Alergi :
Pasien memiliki riwayat alergi susu sapi.
Riwayat Prenatal :
Tidak ada riwayat penyakit ibu selama kehamilan. Riwayat ANC
tiap bulan.
Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir spontan, cukup bulan (37 minggu) dan langsung
menangis. BBL : 2.900 gram. PBL : 37 cm.
Riwayat Nutrisi :
Pasien tidak pernah mengonsumsi ASI. Pasien mengonsumsi susu
zoya dan makanan pendamping ASI.
Riwayat Imunisasi :
Pasien telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai usia.
Riwayat Tumbuh Kembang :
Sesuai usia.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda vital :
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 97x/menit
Suhu : 36,5°C
Pernapasan : 52x/menit
SpO2 : 98%
d. Status Gizi
BB : 8,8 kg
PB : 67 cm
Status Gizi :
BB/PB : 2 SD ˂ Z ˂ 3 SD (Gizi lebih/Overweight)
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Kepala : Normochepal, rambut kepala hitam dan tidak
mudah rontok, ubun-ubun datar
Wajah : Simetris, Edema (-), petekie (+)
Telinga : Serumen (-/-), otorhea (-/-)
Mata : Cekung (-), Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-), pupil isokor, Perdarahan subkonjungtiva (-),
Edema palpebral (-)
Hidung : Rinore (-), Epistaksis (+), napas cuping hidung (-)
Bibir : Pucat (-), sianosis (-), kering (-)
Mulut : Stomatitis (-), perdarahan gusi (-)
Lidah : Atrofi papil lidah (-), Tremor (-), Kotor (-)
Tonsil : T1/T1, Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Paru-Paru :
PP : Normochest, pengembangan dada simetris, retraksi dada (-),
petekie di dada dan di punggung
PR : Krepitasi (-), nyeri tekan (-), massa (-), pelebaran sela iga (-)
PK : Sonor pada kedua lapang paru
PD : Bronkovesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung :
PP : Ictus Cordis tidak nampak
PR : Ictus Cordis tidak teraba
PK :
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra
PD : Bunyi jantung I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen :
PP : Datar, ikut gerak nafas. Tampak petekie hampir diseluruh
lapangan
abdomen.
PD : peristaltik (+) kesan normal
PK : Timpani, Shifting dullness (-)
PR : nyeri tekan (-), distensi (-), Massa (-)
Limpa : Tidak ada pembesaran
Hepar : Tidak ada pembesaran
Alat kelamin : Tidak ada kelainan
Kelenjar limfe : tidak teraba pembesaran
Kulit : sianosis (-), ikterus (-), peteki (+), turgor baik,
pucat (-)
Anggota gerak : peteki (+), akral hangat (+), sianosis (-), CRT < 2
detik, Edema (-), Sianosis (-)
Col. Vertebralis : Spondilitis (-), skoliosis (-), gibbus (-)
Refleks Patologis : tidak ada.
D. Kebutuhan Cairan
BB = 8,8 kg
Kebutuhan cairan perhari = 8,8 x 100 ml = 880 ml.
Intake cairan :
Oral : Susu Zoya 10 ml/2 jam = 120 ml
IV : D5 ½ NS 12 tpm = 864 ml
E. Ringkasan Riwayat Penyakit
Pasien bayi laki-laki usia 7 bulan 16 hari masuk ke RS dengan keluhan
bintik merah di seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk RS.
Awalnya bintik merah muncul di kedua kaki. Ibu pasien mengatakan bahwa
pasien juga mengalami mimisan 1 hari yang lalu. Keluhan lain mual dan
muntah 1x saat di IGD. Pasien tidak demam. BAB dan BAK dalam batas
normal.
Pasien mengalami batuk pilek selama 3 hari pada saat 2 minggu yang lalu.
Tidak ada riwayat keluhan yang sama sebelumnya. Tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit dan keluhan yang sama. Ibu menderita
hipotensi dan ayah memiliki alergi suhu dingin dan telur. Tidak ada riwayat
pengobatan. Pasien memiliki riwayat alergi susu sapi. Tidak ada riwayat
penyakit ibu selama kehamilan. Riwayat ANC tiap bulan. Riwayat Kelahiran :
lahir spontan, cukup bulan dan langsung menangis. Pasien tidak pernah
mengonsumsi ASI. Pasien mengonsumsi susu zoya dan makanan pendamping
ASI. Pasien telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai usia. Riwayat
Tumbuh Kembang sesuai usia.
Keadaan umum Sakit sedang, Kesadaran : Compos Mentis, Tekanan darah
: 100/60 mmHg, Nadi : 97x/menit, Suhu : 36,5°C, Pernapasan : 52x/menit,
SpO2 : 98%, BB : 9,5 kg, PB : 67 cm, Status Gizi : Gizi lebih/Overweight.
Tampak petekie di wajah, dada, abdomen, punggung, dan kedua ekstremitas
atas dan bawah. Tidak ada pembesaran limpa.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin (27/9/2021) WBC 7.5 x
103/µL, RBC 4.66 x 106/µL, HGB 11.6 g/dL, HCT 36.8 %, MCV 79.0 fl,
MCH 21.9 pg, MCHC 31.5 g/dL, PLT 20 x 103/µL. Pemeriksaan kimia
darah (27/9/2021) Glukosa Sewaktu 78 mg/dl. Pemeriksaan Apusan Darah
Tepi (27/9/2021) Eritrosit MH, anisop, anulosit (+), ovalosit (+), bi (-), nb (-).
Leukosit Jumlah normal, L˃PMN, GT(+), tidak ditemukan sel-sel pleomorfik.
Trombosit Jumlah menurun, morf normal. Kesan Trombositopenia suspek
kausa ITP.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Darah Rutin (27 September 2021)
Jenis Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 7.5 4.0 -10.0 103/uL
RBC 4.66 4.50 -5.50 106/uL
HGB 11.6 11.0 – 17.9 g/dL
HCT 36.8 37.0 – 48.0 %
MCV 79.0 80.0 – 98.0 fL
MCH 21.9 28.0 – 33.0 pg
MCHC 31.5 31.9 – 37.0 g/dL
RDW-CV 13.6 11.5 – 14.5 %
RDW-SD 43.0 35 – 56 fL
PLT 20 150 – 450 103/uL
PCT 0.01 0.10 – 0.40 %
MPV 9.0 4.0 – 15.2 fL
PDW 19.6 15.0 – 18.0 %
2. Rapid Tes Antigen SARS CoV-2 (27 September 2021) RSUD Kota
Kendari
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Rapid Tes Antigen SARS CoV-2 Negatif Negatif
G. Anjuran Pemeriksaan
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan Apusan Darah Tepi
H. Diagnosis Kerja
Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP)
I. Terapi
IVFD D5 ½ NS 12 tpm
Apyalis drops 1 x 0.3 ml
J. Perkembangan Pasien
Tanggal Perjalanan Penyakit Rencana Terapi
28-9-2021 S : Petekie (+) di wajah, badan dan IVFD D5 ½ NS 12
ekstremitas, epistaksis (+) 1x, mual tpm
(+), muntah (+), demam (-), BAB (+) Apialys drops
dan BAK (+) dalam batas normal 1x0.3 ml
O: Inj. Metil
KU : Lemah, Sakit sedang prednisolon 62,5
N : 88x/menit mg/12 jam/iv
S : 36,2°C
P : 47 x/menit
SpO2 : 98%
Wajah : petekie (+)
Thoraks : pengembangan dada
simetris, petekie (+), sonor (+),
bunyi napas
vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-).
Abdomen : datar, petekie (+),
peristaltik usus (+) dalam batas
normal, Splenomegali (-)
Ekstremitas : peteki (+), akral hangat
dan CRT ˂ 2 detik.
A : Susp. ITP
29-9-2021 S : Petekie (+) di wajah, badan dan IVFD D5 ½ NS 12
ekstremitas, bintik perdarahan di tpm
mata kiri (+), epistaksis (-), mual (-), Apialys drops
muntah (-), demam (-), BAB (+) dan 1x0.3 ml
BAK (+) dalam batas normal Inj. Metil
O: prednisolon 62,5
KU : Lemah, Sakit sedang mg/12 jam/iv
N : 93x/menit
S : 36,5°C
P : 34x/menit
SpO2 : 99%
Mata : bintik perdarahan (-/+)
Wajah : petekie (+)
Thoraks : pengembangan dada
simetris, petekie (+), sonor (+),
bunyi napas
vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-).
Abdomen : datar, petekie (+),
peristaltik usus (+) dalam batas
normal, Splenomegali (-)
Ekstremitas : peteki (+), akral hangat
dan CRT ˂ 2 detik.
A : ITP
30-9-202 S : Petekie (+) di wajah, badan dan IVFD D5 ½ NS 6
ekstremitas mulai berkurang, bintik tpm
perdarahan di mata kiri (+), Apialys drops
epistaksis (-), mual (-), muntah (-), 1x0.3 ml
demam (-), BAB (+) dan BAK (+) Inj. Metil
dalam batas normal prednisolon 62,5
O: mg/12 jam/iv
KU : Lemah, Sakit sedang
N : 135x/menit
S : 36,7°C
P : 30x/menit
SpO2 : 99%
Mata : bintik perdarahan (-/+)
Wajah : petekie (+)
Thoraks : pengembangan dada
simetris, petekie (+), sonor (+),
bunyi napas
vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-).
Abdomen : datar, petekie (+),
peristaltik usus (+) dalam batas
normal, Splenomegali (-)
Ekstremitas : peteki (+), akral hangat
dan CRT ˂ 2 detik.
A : ITP
1-10-2021 S : Petekie (+) di wajah, badan dan IVFD D5 ½ NS 6
ekstremitas berkurang, bintik tpm
perdarahan di mata kiri (+), Apialys drops
epistaksis (-), mual (-), muntah (-), 1x0.3 ml
demam (-), BAB (+) dan BAK (+) Inj. Metil
dalam batas normal prednisolon 62,5
O: mg/12 jam/iv
KU : Baik, sakit ringan
N : 113x/menit
S : 35,9°C
P : 32x/menit
SpO2 : 99%
Mata : bintik perdarahan (-/+)
Wajah : petekie (+)
Thoraks : pengembangan dada
simetris, petekie (+), sonor (+),
bunyi napas
vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-).
Abdomen : datar, petekie (+),
peristaltik usus (+) dalam batas
normal, Splenomegali (-)
Ekstremitas : peteki (+), akral hangat
dan CRT ˂ 2 detik.
A : ITP
2-10-2021 S : Petekie di wajah (-), badan (-) Aff infus
dan ekstremitas (+) berkurang, bintik Apialys drops
perdarahan di mata kiri (+), 1x0.3 ml
epistaksis (-), mual (-), muntah (-), Inj. Metil
demam (-), BAB (+) dan BAK (+) prednisolon 62,5
dalam batas normal mg/12 jam/iv
O:
KU : Baik, sakit ringan
N : 125x/menit
S : 36,3°C
P : 34x/menit
SpO2 : 99%
Mata : bintik perdarahan (-/+)
Wajah : petekie (-)
Thoraks : pengembangan dada
simetris, petekie (-), sonor (+), bunyi
napas
vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-).
Abdomen : datar, petekie (-),
peristaltik usus (+) dalam batas
normal, Splenomegali (-)
Ekstremitas : peteki (+), akral hangat
dan CRT ˂ 2 detik.
A : ITP
BAB II
KAJIAN TEORI
B. Epidemiologi
Menurut Childhood ITP Study Group International (ICIS), usia kejadian
ITP sebesar 70% anak-anak berusia 1-10 tahun, 10% adalah bayi (lebih dari 3
bulan dan kurang dari 12 bulan), dan sisanya 20% lebih tua (usia 10-16
tahun). Insiden pada anak laki-laki dan perempuan sama. Namun pada bayi,
laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 1,7 : 1.1
Delapa puluh hinggan 90% anak dengan ITP menderita episode
perdarahan akut yang akan pulih dalam beberapa hari atau minggu sesuai
dengan namanya (akut)akan sembuh dalam 6 bulan. Pada ITP akut tidak ada
perbedaan insidens laki-laki maupun perempuan dan akan mencapai puncak
pada usia 2-5 tahun. Hampir selalu ada riwayat infeksi bakteri, virus, ataupun
imunisasi 1-4 minggu sebelum terjadi penyakit ini. Perdarahan sering terjadi
saat trombosit dibawah 20.000/mm3. ITP kronis terjadi pada usia ˃7 tahun,
sering terjadi pada anak perempuan. 1
C. Patofisiologi
Trobositopenia pada ITP terjadi akibat destruksi trombosit yang berlebihan
dimediasi oleh reaksi autoimun melalui ikatan autoantibodi spesifik trombosit
dengan trombosit autolog yang membentuk kompleks. Kompleks ini dengan
cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh sistem fagosit mononuclear melalui
reseptor fcγ yang diekspresikan oleh makrofag dalam sistem retikuloendotelial
terutama lien dan hati. Pada sebagian besar pasien, terjadi mekanisme
kompensasi dengan peningkatan produksi trombosit. Pada sebagian kecil,
produksi trombosit tetap terganggu, akibat destruksi trombosit oleh makrofag
didalam sumsum tulang (intramedullary) atau melalui hambatan
megakariositopoiesis. Pada ITP, lien merupakan tempat utama sintesis
antobodi anti-trombosit dan destruksi trombosit.1
D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab, ITP dibagi menjadi 2 yaitu:2
1. ITP primer, yaitu keadaan trombositopenia tanpa penyebab atau penyakit
yang mendasarinya.
2. ITP sekunder, yaitu keadaan trombositopenia yang disebabkan oleh
penyakit primer. Penyakit primer sering berhubungan dengan ITP antara
lain penyakit autoimun (terutama sindrom antibody antifosfolipid), infeksi
virus (termasuk hepatitis C dan HIV) dan obat-obat tertentu.
Tabel 8. Penyebab ITP sekunder
Sindrom antifosfolipid
Trombositopenia autoimun (contoh Sindrom Evans)
Efek samping pemberian obat
Infeksi Cytomegalovirus, Helicobacter pylori, Hepatitis C, Human
Immunodeficiensy virus, varicella zoster
Kelainan limfoproliferatif
Efek samping transplantasi sumsum tulang
Efek samping vaksinasi
Systemic lupus erythematosus
E. Diagnosis
Pada umumnya pasien ITP tampak sehat, namun tiba-tiba mengalami
perdarahan pada kulit (petekie atau purpura) atau pada mukosa hidung
(epistaksis). Perlu juga dicari riwayat tentang penggunaan obat atau bahan lain
yang dapat menyebabkan trombositopenia. Riwayat keluarga umumnya tidak
didapatkan. Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya didapatkan bukti adanya
perdarahan tipe trombosit (platelet-type bleeding), yaitu petekie, purpura,
perdarahan konjungtiva, atau perdarahan mukokutaneus lainnya. Perlu
dipikirkan kemungkinan suatu penyakit lain, jika ditemukan adanya
pembesaran hati dan atau limpa, meskipun ujung limpa sedikit teraba pada
lebih kurang 10% anak dengan ITP.3
Gambar 2. Gejala Klinis ITP4
Selain trombositopenia, pemeriksaan darah tepi lainnya pada anak dengan
ITP umumnya normal sesuai umurnya. Pada lebih kurang 15% penderita
didapatkan anemia ringan karena perdarahan yang dialaminya. Pemeriksaan
apusan darah tepi diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
pseudotrombositopenia, sindrom trombosit raksasa yang diturunkan (inherited
giant platelet syndrome), dan kelainan hematologi lainnya. Trombosit yang
imatur (megatrombosit) ditemukan pada sebagian besar penderita. Pada
pemeriksaan dengan flow cytometry terlihat trombosit pada ITP lebih aktif
secara metabolik, yang menjelaskan mengapa dengan jumlah trombosit yang
sama, perdarahan lebih jarang didapatkan pada ITP dibanding pada kegagalan
sumsum tulang.3
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang pada anak dengan dugaan ITP, masih
menimbulkan perbedaan pendapat di antara para ahli. Umumnya pemeriksaan
ini dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan namun tidak pada kasus-
kasus dengan manifestasi klinis yang khas. Pemeriksaan sumsum tulang
dianjurkan pada kasus-kasus yang tidak khas misalnya pada:3
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang tidak umum, misalnya
demam, penurunan berat badan, kelemahan, nyeri tulang, pembesaran hati
dan atau limpa.
2. Kelainan eritrosit dan leukosit pada pemeriksaan darah tepi
3. Kasus yang akan diobati dengan steroid, baik sebagai pengobatan awal
atau yang gagal diterapi dengan imunoglobulin intravena.
Diagnosis ITP ditegakkan dengan menyingkirkan kemungkinan penyebab
trombositopenia yang lain. Bentuk sekunder kelainan ini didapatkan
bersamaan dengan systemic lupuserythematosus (SLE), sindroma
antifosfolipid, leukemia atau limfoma, defisiensi IgA, hipogamaglobulinemia,
infeksi HIV atau hepatitis C, dan pengobatan dengan heparin atau quinidine.3
F. Tata Laksana
1. Terapi Suportif
Tindakan suportif merupakan hal yang penting dalam penatalaksaan ITP
pada anak diantaranya membatasi aktivitas fisik, mencegah perdarahan
akibat trauma, menghindari obat yang dapat menekan produksi trombosit
atau merubah fungsinya, dan yang penting juga adalah memberi
pengertian pada pasien dan atau orang tua tentang penyakitnya.1
2. Terapi Farmakologis
Berikut ini adalah sejumlah rekomendasi yang terdapat dalam pedoman
ASH 2019:8
Untuk pasien anak dengan newly diagnosed ITP:
Disertai perdarahan minor atau tanpa perdarahan:
Pedoman ASH merekomendasikan observasi ketimbang pemberian
IVIG atau imunoglobulin anti-D, juga menyarankan observasi
ketimbang pemberian kortikosteroid
Disertai penurunan kualitas hidup dan/atau perdarahan mukosa yang tidak
mengancam jiwa:
Pedoman ASH merekomendasikan pemberian kortikosteroid
jangka pendek (tidak lebih dari 7 hari)
Untuk pasien anak dengan ITP yang disertai penurunan kualitas hidup
dan/atau perdarahan mukosa yang tidak mengancam jiwa serta tidak
responsif terhadap pengobatan lini pertama:
Pedoman ASH menyarankan pengobatan lini kedua dengan agonis
reseptor trombopoietin (TPO-RA) ketimbang rituximab atau splenektomi,
juga menyarankan rituximab ketimbang splenektomi
G. Diagnosis Banding1
1. Anemia aplastic
2. Leukemia akut
3. Sindrom Bernard-Soulier
4. Sindrom Wiskott-Aldrich
5. Sindrom Grey platelet
6. Demam Berdarah Dengue
H. Prognosis1,7
Secara umum, prognosis ITP pada anak tergolong baik. Pada 70-80% anak
dengan ITP akut, resolusi spontan terjadi dalam beberapa bulan. 87% yang
mengalami remisi setelah 6 bulan dari munculnya gejala awal. Faktor
predictor terjadinya ITP kronik pada anak-anak yaitu usia yang lebih tua,
onset tiba-tiba tanpa didahului adanya infeksi atau vaksinasi sebelumnya,
perdarahan ringan, dan jumlah trombosit tinggi ˃20.000/mm3.
I. Komplikasi
Perdarahan yang serius jarang didapatkan pada ITP, berbeda dengan
trombositopenia pada sindrom kegagalan sumsum tulang yang lebih
sering menimbulkan perdarahan serius yang dapat mengancam jiwa.
Perdarahan otak yang merupakan komplikasi yang paling ditakutkan dan
mendorong para dokter untuk melakukan pengobatan pada ITP ternyata sangat
jarang didapatkan. Insidens perdarahan otak pada ITP dalam minggu pertama
hanya berkisar 0,1-0,2%, namun meningkat menjadi 1% pada mereka
dengan jumlah trombosit kurang dari 0.000/mm 3 setelah 6-12 bulan.
Meskipun insiden perdarahan intrakranial sangat rendah, namun angka
kematian yang diakibatkannya mencapai 50%.
J. Edukasi
1. Diet tinggi kalori tinggi protein
2. Limitasi aktivitas, istirahat cukup
3. Kontrol dan minum obat rutin
4. Hindari obat NSAID
BAB III
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA