Oleh :
Aulia Rahmadani, S.Ked
K1B1 21 025
Pembimbing
dr. Shinta N. Barnas, M.Kes., Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
Fixed Drug Eruption (FDE) adalah reaksi obat yang membahayakan kulit yang
ditandai dengan timbulnya ruam di lokasi yang sama pada tubuh setelah pajanan
obat penyebab. Apabila terjadi kekambuhan, bulla dapat menyebar ke bagian yang
lainnya. Pada lesi dapat disertai vesikel dan/atau bulla di bagian atasnya, dan bila
menutupi sebagian besar luas permukaan tubuh, erupsi disebut sebagai Generalized
Bullous fixed Drug Eruption (GBFDE). Karena adanya lesi kulit yang meluas yang
dapat dilihat pada kondisi ini, GBFDE mungkin disalahartikan secara klinis dengan
Stevens-Johnson Syndrome /Toxic Epidermal Necrolysis (SJS/TEN). Terapi yang
dapat diberikan untuk GBFDE termasuk terapi suportif, steroid topikal dan/atau
sistemik, dan terapi terbaru yaitu siklosporin, yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi dan menghentikan penggunaan obat penyebab.
Kata Kunci : Fixed Drug Eruption; Generalized Bullous fixed Drug Eruption;
Stevens-Johnson Syndrome; Toxic Epidermal Necrolysis; Drug Rash; FDE;
GBFDE; SJS/TEN
1. Pengantar
Fixed Drug Eruption (FDE) pertama kali dijelaskan pada tahun 1889 oleh
Bourns, dan istilah Fixed Drug Eruption, atau "éruption érythémato-pigmentée
fixe” diciptakan oleh Brocq pada tahun 1894.1,2 Brocq menggambarkan “plak-plak
edematous berbentuk bulat atau oval, dengan ukuran yang bervariasi dari ukuran
koin hingga telapak tangan, dan berulang di berbagai bagian tubuh. Meskipun lesi
telah memudar, tetapi lesi akan tetap menimbulkan bekas di daerah yang terkena,
dengan pigmentasi warna dan durasi yang bervariasi”.1
2. Definisi
Fixed Drug Eruption (FDE) merupakan lesi berulang di tempat yang sama
setelah paparan obat penyebab. Dimana setiap tambahan paparan, lesi akan semakin
membesar dan jumlahnya akan semakin bertambah.3 Morfologi khas FDE adalah
soliter, plak eritematasa hingga keunguan berbatas tegas, berbentuk bulat hingga
oval dengan bagian tengah lesi berwarna kehitaman (Gambar 1a–c).4 Setelah
inflamasi akut, terjadi hiperpigmentasi pasca-inflamasi yang berlangsung
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Lesi dapat muncul sebagai blister,
vesikel, dan/atau bulla, yang mudah pecah, menimbulkan erosi atau ulkus yang
dangkal (Gambar 1. d dan e).2 Dalam sebuah studi retrospektif dari 57 pasien
dengan FDE di India Selatan, sepertiga ditemukan memiliki lesi bulosa dan erosif.5
Dalam beberapa kasus, terdapat erupsi bulla yang ekstensif selain bercak khas FDE,
suatu kondisi yang disebut sebagai Generalized Bullous fixed Drug Eruption
(GBFDE).2 Satu studi FDE bullosa yang datang ke Departemen Dermatologi di
Tunisia selama periode 18 tahun menemukan bahwa 44,4% kasus terlokalisir dan
55,6% kasus bersifat generalisata.6
Varian lain dari FDE adalah subtipe nonpigmentasi, yang sembuh tanpa
perubahan pigmentasi residual setelah dua hingga tiga minggu.7 Varian ini secara
historis dianggap langka dan secara klasik dikaitkan dengan pseudoefedrin.7
Namun, sebuah studi 2010 dari 59 kasus FDE ditemukan 20% dari subtipe
nonpigmentasi, dan menemukan tidak adanya hubungan antara subtipe klinis dan
obat yang terlibat.8 Ini menunjukkan bahwa varian nonpigmentasi lebih umum dan
terkait dengan jumlah obat yang lebih banyak daripada yang diperkirakan
sebelumnya.
Gambar 1. Contoh Fixed Drug Eruption (FDE). (A-C) FDE Non-bullosa
dengan morfologi yang klasik yaitu plak eritematosa hingga keunguan, bercak
bulat hingga oval dengan bagian tengah berwarna kehitaman. (D,E) contoh
FDE bullosa/erosi.
Lokasi timbulnya lesi FDE yang paling sering dilaporkan juga bervariasi
tergantung pada penelitian. Ekstremitas atas dilaporkan sebagai lokasi yang paling
umum dalam sebuah penelitian9, sementara yang lainnya juga bisa timbul di bagian
bibir.3,5 Disamping itu, penelitian lain melaporkan distribusi lesi tergantung pada
jenis kelamin, dengan 89% wanita datang dengan keterlibatan anggota badan
(terutama pada tangan dan kaki), sedangkan 90% pria memiliki lesi pada alat
kelamin.8 Selaput lendir sering terkena. Sebuah penelitian menemukan bahwa
24,2% kasus FDE memiliki keterlibatan genital.10 Sementara penelitian lain
menemukan bahwa mukosa mulut terpengaruh pada 34,7% kasus FDE yang sudah
ada.11 Dalam satu penelitian retrospektif, lesi mukosa mulut ditemukan menyertai
lesi genital pada 68,8% kasus FDE genital.11 Lesi pada mukosa mulut paling sering
bullosa dan erosif; namun, morfologi aftosa atau eritematosa diamati pada sebagian
11
kecil pasien, yang dapat menyebabkan kesalahan diagnosis penyakit Behçet.
Sekitar lima persen pasien dengan FDE memiliki keterlibatan membran mukosa
saja tanpa disertai lesi kulit.8
FDE bisa soliter, tersebar, atau generalisata; kebanyakan pasien memiliki lima
atau lebih sedikit lesi.3,9 Interval antara paparan obat dan timbulnya FDE bisa
selama dua minggu, tetapi kebanyakan pasien, terutama mereka yang telah terpapar
obat, riwayat pengobatan sebelumnya, perkembangan erupsi dalam waktu 48
jam.5,6,7,10 Pada saat paparan, kebanyakan pasien mengingat riwayat lesi yang
serupa sebelumnya.9,10 Dengan setiap kekambuhan, lesi secara khas muncul di
tempat yang sama dengan erupsi sebelumnya, dan dengan paparan berulang
terhadap obat penyebab, keterlibatan dapat menyebar ke tempat lain yang
sebelumnya tidak terlibat.10,11 Sekitar seperempat pasien mengalami gejala lokal
seperti gatal dan/atau terbakar yang berhubungan dengan erupsi.3
3. Epidemiologi
FDE dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-anak dan orang tua, tetapi
paling sering terjadi pada orang dewasa muda hingga lanjut usia, dengan usia rata-
rata yang dilaporkan berkisar antara 35-60 tahun.5,6,8,9,10,12 Usia rata-rata pasien
dengan FDE bullosa non-generalized ditemukan secara signifikan lebih muda
daripada pasien GBFDE (47,2 : 69,1), dan usia rata-rata juga berbeda (46:74).12
FDE terjadi pada dasarnya sama pada pria dan wanita.6,10,12
4. Patogenesis
FDE di mediasi oleh sel T memori CD8+ yang berada di lapisan basal epidermis
dari lesi FDE yang sedang dorman.13 Dalam 24 jam setelah mengonsumsi obat
tersebut, sel T CD8+ ini bermigrasi keatas di epidermis13 menghasilkan sitokin
14,15
seperti interferon gamma dan TNF-alpha , dan mengambil fenotipe Natural
Killer cells, mengekspresikan molekul permukaan sel CD56 serta molekul
sitotoksik granzim B dan perforin.13 Aktivitas ini menyebabkan nekrosis epidermal
yang diamati pada FDE.15 Pada saat yang sama, sel T regulator CD4+ Foxp3+
bermigrasi ke epidermis, membatasi kerusakan yang ditimbulkan oleh sel T
CD8+.13 Tindakan sel T regulator CD4+, yang meliputi produksi sitokin anti-
inflamasi IL-10, menjelaskan sifat FDE yang self-limited.15 Setelah fase akut FDE
telah teratasi, sel CD8+ kehilangan fenotipe pembunuh alami yang mereka peroleh
selama serangan akut FDE, dan mereka tetap diam di lapisan basal epidermis di
lokasi erupsi sebelumnya selama bertahun-tahun.13
FDE untuk obat yang sama telah dilaporkan oleh anggota keluarga,
menunjukkan bahwa mungkin ada komponen genetik pada patogenesis
FDE.16,17,18,29,20,21,22 Obat-obatan yang terlibat dalam kasus keluarga FDE termasuk
tetrasiklin/demeclocycline16, feprazon17,18, trimetoprim/sulfametoksazol19,20,
difenhidramin dan aspirin21 dan ibuprofen.22 Hubungan yang spesifik telah
ditemukan antara gen Human Leukocyte Antigen (HLA) dan FDE dari obat-obatan
tertentu. Misalnya, haplotipe HLA-A30 B13 Cw6 ditemukan secara signifikan
lebih sering pada pasien dengan FDE sekunder untuk trimetoprim/sulfametoksazol
daripada pasien kontrol yang sehat,20 sedangkan alel HLA-B22 dikaitkan dengan
FDE yang diinduksi feprazon.17,23
5. Etiologi
Banyak zat telah terlibat dalam FDE. Obat penyebab yang paling umum
berbeda tergantung pada wilayah geografis. Dalam satu analisis retrospektif FDE
dalam periode tiga tahun di Prancis, agen penyebab yang paling umum adalah
asetaminofen, diikuti oleh NSAID seperti piroksikam, naproxen, dan ibuprofen.8
Sebuah penelitian selama 14 tahun di Tunisia menunjukkan NSAID sebagai
kategori obat yang paling sering dikaitkan dengan FDE, diikuti oleh antibiotik,
terutama amoksisilin, levofloxacin, dan doksisiklin.9 Analisis terhadap 450 kasus di
Pakistan mengungkapkan trimetoprim/sulfametoksazol sebagai agen penyebab
pada 73% kasus.3 Antiepilepsi seperti fenitoin, karbamazepin, dan fenobarbital
sering terlibat.5,9 Agen selain obat, seperti kontras intravena dan vaksin influenza,
juga telah dilaporkan menyebabkan FDE.24,25
Makanan juga telah terlibat dalam Fixed Eruption yang hampir mirip dengan
FDE, dan kondisi ini disebut "Fixed Food Eruption" (FFE). FFE telah dilaporkan
dari berbagai makanan, termasuk kacang pohon seperti kacang mete, almond, dan
kenari; makanan laut seperti kerang dan kepiting; buah-buahan termasuk stroberi
dan kiwi; dan lentil.26,27 Kina dalam air tonik telah dikaitkan dengan FFE.28 Zat
aditif pewarna makanan kuning seperti: tartrazine dan Quinoline Yellow yang biasa
ditemukan dalam makanan dan obat-obatan telah terlibat dalam apa yang disebut
“Fixed Food and Drug Eruption.26,29 Contoh lain dari Fixed Food and Drug
Eruption dilaporkan dengan laktosa sebagai agen penyebab.30 Pasien datang
dengan lesi berulang pada kelopak mata bilateral setelah terpapar produk susu dan
empat obat yang tidak terkait yang masing-masing mengandung laktosa sebagai
bahan tidak aktif. 30 Laktosa dikonfirmasi sebagai zat yang terlibat dengan uji
tantangan oral.30 Pasien tanpa riwayat pengobatan sugestif yang datang dengan lesi
yang menyerupai FDE harus ditanya tentang hubungan antara erupsi kulit dan jenis
makanan yang dikonsumsi.
6. Diagnosa
Diagnosis FDE sering dapat dibuat atas dasar klinis berdasarkan tampilan yang
khas dan riwayat erupsi serupa dengan paparan obat. Namun, bila presentasinya
ambigu, terutama pada varian FDE seperti GBFDE atau subtipe nonpigmentasi,
biopsi dapat dilakukan. Secara histopatologi, FDE ditandai dengan dermatitis
interface vakuolar dengan infiltrasi eosinofil dan limfosit perivaskular baik
superfisial maupun profunda.31,32 Nekrotik keratinosit dapat terlihat tersebar di
seluruh epidermis, dan inkontinensia pigmen yang khas.32 Dalam kasus FDE yang
berulang di tempat yang sama, fibrosis papiler dermis kadang-kadang terlihat di
samping banyak melanofag.31 Secara klinis dan histologis, diagnosis banding untuk
FDE dapat mencakup erupsi kulit lainnya yang ditandai Vacuolar Dermatitis
Interface seperti eritema multiforme, bulla pada Graft-versus-host disease, dan
Stevens-Johnson Syndrome; Toxic Epidermal Necrolysis (SJS/TEN), dan temuan
histologis harus berhubungan dengan gambaran klinis.31 Gambar 2 menunjukkan
histologi karakteristik FDE.
7.2. Prognosis
GBFDE umumnya dianggap terkait dengan prognosis yang jauh lebih baik daripada
SJS/TEN. Sebuah penelitian retrospektif yang diterbitkan pada tahun 2012
memberikan keraguan ketika penelitan tidak menemukan perbedaan yang
signifikan dalam tingkat mortalitas untuk pasien dengan GBFDE dibandingkan
dengan pasien dengan SJS/TEN ketika dihubungkan dengan usia dan derajat lesi
pada kulit.43 Angka mortalitas keseluruhan untuk GBFDE adalah 22%.43 Namun,
pasien dengan GBFDE yang dimasukkan dalam penelitian ini awalnya dilaporkan
ke database sebagai kasus potensial SJS/TEN sebelum diagnosis ini dihilangkan,
dan hampir sepertiga pasien GBFDE memiliki keterlibatan membran mukosa
setidaknya dalam dua kasus.43 Pasien dalam penelitian ini mungkin telah mewakili
sampel kasus GBFDE yang lebih parah, dan mengingat hasil yang menguntungkan
sering dilaporkan pada penelitian ini, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan nuntuk
menyelidiki angka kematian GBFDE. Sampai saat ini, belum ada penelitian lain
yang menguatkan hasil ini.
7.3. Terapi
Secara umum, pengobatan untuk FDE adalah identifikasi dan menghentikan
penggunaan obat penyebab.50 Hal ini juga merupakan terapi untuk GBFDE.44 Ada
banyak laporan pasien dengan GBFDE yang lesi kulitnya membaik dengan
penghentian obat penyebab dan perawatan suportif saja.1,40,44,51,52 Namun, steroid
53,54
topikal serta pemberian steroid sistemik jangka pendek1,55-62 paling sering
prednison oral atau prednisolon, sering digunakan untuk mengobati GBFDE.
GBFDE sangat jarang membutuhkan pemindahan ke unit perawatan intensif untuk
luka bakar atau unit perawatan luka yang parahf.24
Karena meningkatnya laporan kasus GBFDE yang parah, termasuk penelitian
yang telah disebutkan di atas menggambarkan tingkat kematian yang tinggi dalam
kondisi ini43, terdapat terapi baru dalam penggunaan siklosporin dalam suatu
perawatan. Sejauh ini, ada enam kasus GBFDE yang diobati dengan siklosporin
yang dijelaskan dalam literature.63-67 Lima dari kasus terjadi pada orang dewasa,
dan pasien ini diobati dengan siklosporin lima sampai 14 hari, biasanya dengan
dosis harian 3 atau 5 mg/kg dengan resolusi eritema dan penghentian bulla lebih
lanjut.63,64,65,66 Satu kasus pediatrik GBFDE diobati dengan siklosporin 5 mg/kg
dibagi menjadi dua dosis harian selama satu minggu diikuti lagi dengan 2,5
mg/kg/hari selama dua minggu.67 Pada pasien ini, perbaikan eritema dan
penghentian luka bulla lebih lanjut tercatat dalam 24 jam terapi siklosporin.67 Tidak
ada uji klinis yang membandingkan manfaat dari perawatan suportif saja
dibandingkan dengan perawatan seperti steroid topikal, steroid sistemik, atau
siklosporin untuk GBFDE. Belum jelas apakah intervensi ini mempercepat resolusi
erupsi atau menurunkan mortalitas dibandingkan dengan penghentian obat etiologi
saja.
DAFTAR PUSTAKA