Anda di halaman 1dari 4

Patogenesis FDE1

Patofisiologi FDE belum diketahui secara pasti. Namun penelitian teakhir


menyebutkan adanya peran sel mediator yang mengawali munculnya lesi yang aktif.
Meliputi suatu antibodi-dependent dan reaksi sel mediator sitotoksik.
Obat-obat yang masuk dianggap sebagai hapten yang berikatan dengan sel
basal keratinosit atau dengan melanosit pada lapisan basal epidermis, yang
menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi. Melalui pelepasan sitokin, seperti TNF-α,
keratinosit mengekspresikan intercellular ashesion molecule-1 (ICAM-1). Pengaturan
ICAM-1 akan mendorong sel T (CD4 dan CD8) berpindah ke lokasi lesi. Datangnya
sel CD8 dan bertahan di lokasi lesi akan menyebabkan kerusakan jaringan yang terus-
menerus akibat produk inflamasi, seperti sitokin interferon gamma dan TNF-α.
Sel CD4 memproduksi IL-10 yang menekan sistem imun yang menyebabkan
lesi yang terus aktif. Jika respon inflamasinya sudah hilang, IL-15 yang diekspresikan
keratinosit akan membantu mempertahankan sel CD8 yang akan memberikan memori
fenotipe. Sehingga ketika paparan obat berulang, respon akan berkembang lebih cepat
pada lokasi yang sama.
Gejala Klinis FDE
Pasien dengan FDE dapat datang dengan keluhan rasa terbakar atau
menyengat, dan beberapa dengan demam, malaise dan gejala abdominal. Lesi akut
biasanya muncul 30 menit sampai 8-16 jam setelah minum obat. Lesi dapat muncul
dimana saja pada tubuh tetapi cenderung muncul pada wajah, bibir, bokong, genital,
tangan, atau tubuh bagian atas. Pajanan ulang atau ingesti ulang terhadap obat yang
sama, menyebabkan lesi kulit muncul pada lokasi yang sama dalam waktu 1 hari dan
lesi baru lainnya dapat muncul. FDE dapat muncul pada semua usia, tetapi sebagian
besar kasus pada usia 20-40 tahun.2,3,4,5
Lesi FDE berupa makula merah terang atau gelap keunguan, berbatas jelas,
berbentuk bulat atau oval yang dapat berkembang menjadi plak edematosa dengan
atau tanpa bula. Pada beberapa pasien 6 lesi atau kurang dapat muncul, seringkali
hanya 1 lesi. FDE sembuh spontan tanpa jaringan parut beberapa minggu setelah
awitan awal, dan biasanya terbentuk lesi residual berupa pigmentasi pasca inflamasi.
Lesi awal muncul pada pasien yang tersensitisasi oleh obat tertentu.2,6
Gambaran morfologi FDE yang biasa ditemukan adalah makula eritematosa
atau makula berpigmen yang dapat berkembang menjadi plak edematosa. Bula atau
vesikel dapat ditemukan. Lesi kulit dapat tunggal atau multipel. Variasi lesi kulit FDE
antara lain FDE dengan lesi pigmentasi, FDE multiple atau generalisata, FDE linear,
dan FDE bulosa. Lesi pada mukosa bibir, genital, perianal dan lidah sering
ditemukan. Lesi mukosa dapat ditemukan bersama lesi kulit atau tanpa disertai lesi
kulit. Lesi mukosa bibir paling sering ditemukan berupa makula hiperpigmentasi di
sekeliling bibir disertai erosi mukosa. Lesi genital sering ditemukan pada pria,
tampak sebagai balanitis pada penis yang belum disirkumsisi. Setelah fase akut
dilewati, lesi akan berubah menjadi makula hiperpigmentasi atau berwarna keabuan,
yang akan menetap selama beberapa waktu. Lesi tersebut merupakan gambaran khas
FDE. 7,8
Hiperpigmentas FDE pada bibir kanan atas Hiperpigmentasi multiple FDE pada
badan

FDE vesikular pada glands penis Hiperpigmentasi FDE pada pinggang


orang dewasa
DAFTAR PUSTAKA
1. Neil H Shear. Cutaneous Reaction to Drug. Fitzpatrick Dermatology in
General Medicine. 8th ed. New York: McGraw-hill,2013: p.449-457
2. Shear NH and Knowles SR. Cutaneous Reactions to Drugs. Dalam:
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,
penyunting. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8.
United States of America: The McGraw-Hill Companies; 2012. h. 454-5
3. Diaz L and Ciurea AM. Cutaneous and systemic adverse reactions to
antibiotics. Dermatologic Therapy. 2012; 25: 1222.
4. James WD, Elston DM, Berger TG. Andrews' Diseases of The Skin Clinical
Dermatology. Edisi ke-11. Philadelphia: Elsevier Inc; 2011. h. 313-4
5. Sehgal VN and Srivastava G. Fixed drug eruption (FDE): changing scenario
of incriminating drugs. International Journal of Dermatology. 2006; 45: 897-
908.
6. Breathnach SM. Drug Reactions. Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox N,
Griffiths C, penyunting. Rook's Textbook of Dermatology. Edisi ke-8. United
Kingdom: Blackwell Publishing; 2010. h. 75.28-9.
7. Sehgal V, Srivastava G. Fixed drug eruption (FDE): changing scenario of
incriminating drugs. Int J Dermatol. 2006; 45: 897-908
8. Ozkaya O. Fixed drug eruption: state of the art. J German Soc Dermatol. 2008;
6: 181-8.

Anda mungkin juga menyukai