Anda di halaman 1dari 25

Abortus Inkomplete

Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan kepaniteraan


Klinik Senior di SMF Obstetrik RSU Dr. Pirngadi Medan

Pembimbing:
dr. Jenius L.Tobing, Sp.OG

Mentor:
dr. Dyah Nurvita P.Sari

Disusun oleh:
Mukhsin Daulay
110100146
Shaanta Rubini
110100407

BAGIAN OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
2016

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas karunia dan rahmat
Nya sehingga penulisan laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini membahas tentang abortus insipiens mulai dari tinjauan pustaka
hingga laporan kasus pasien yang ditemui penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jenius L.Tobing, sp. OG selaku
pembimbing penulis dan dr. Dyah Nurvita P.Sari selaku mentor penulis untuk waktu
dan bimbingannya sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2016

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi . ii
Bab I Pendahuluan....4
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi ...... 5
2.2. Epidemiologi . 5
2.3. Etiologi .. 6
2.4. Gejala Klinis .. 11
2.5. Patogenesis 12
2.6. Klasifikasi... 13
2.7. Diagnosis ... 14
2.8. Diagnosis Banding . 15
2.9. Penatalaksanaan..... 16
2.10. Komplikasi ... 17
2.10. Prognosis ..... 18
2.11. Pencegahan... 18
Bab III Laporan Kasus .. 13
Bab IV Pembahasan .. 18
Permasalahan .... 19
Daftar Pustaka ... 20

BAB I
PENDAHULUAN
Abortus

merupakan

masalah

dunia

yang

mempengaruhi

kesehatan,

kesakitan, dan kematian serta kelangsungan reproduksi wanita. Diperkirakan abortus


yang tidak aman telah membunuh 100.000 wanita setiap tahunnya, 99%
diantaranya terjadi di negara-negara berkembang.Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan
jumlah kasus sekitar 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara 750.000
sampai 1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara
300.000 sampai 900.000 di Thailand.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat akibat tertentu)
pada/sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu / buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan. Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih
terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
Kejadian abortus yang terjadi dapat menimbulkan komplikasi dan dapat
menyebabkan kematian. Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian ibu
antara lain karena pendarahan dan infeksi. Pendarahan yang terjadi selama abortus
dapat mengakibatkan pasien menderita anemia, sehingga dapat meningkatkan risiko
kematian ibu. Salah satu jenis abortus spontan yang menyebabkan terjadi pendarahan
yang banyak adalah abortus inkomplit. Hal ini terjadi karena sebagian hasil konsepsi
masih tertinggal di placental site.Sisa hasilkonsepsi inilah yang harus ditanganiagar
pendarahan yang terjadi berhenti.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan(akibat faktor tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli
tentang abortus:
EASTMAN : abortus adalah keadaan terputus suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggu hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu
beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : abortus adalah pengeluaran dari hasil konseepsi sebelum usia
kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law.
HOLMER : abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16,
dimana proses plasentasi belum selesai.
Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada
abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila plasenta
seluruhnya, atau sebagian tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet4.
2.2. Epidemiologi
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi
luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut, di mana terminologi umum untuk
masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.Dalam sebuah penelitian di RSUP
Adam Malik Medan dari tahun 2005-2010, didapatkan kesimpulan bahwa dari total
53 wanita yang mengalami abortus spontan, sebanyak 28 wanita (52,8%) berusia 2134 tahun, 21 wanita (39,6%) berusia 35 tahun ke atas, dan 4 wanita (7,6%) berusia di
bawah 20 tahun.

2.3. Etiologi
2.3.1 Perkembangan Zigot Abnormal4.
Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dim adalah kelainan
perkembangan zigot, mudigah, janin bentuk awal, atau kadang-kadang plasenta.
Dalam suatu analisis terhadap 1000 abortus spontan, Hertig dan Sheldon (1943)
menjumpai ovum pa-tologis ("blighted") yang pada separuhnya mudigah mengalami
degenerasi atau tidak ada sama sekali.
Trisomi autosom merupakan kelainan kromo-som yang tersering dijumpai
pada abortus trimester pertama (Tabel 33-1). Seperti dibahas di Bab 36, trisomi dapat
disebabkan oleh nondisjunction ter-sendiri, translokasi seimbang maternal atau
paternal, atau inversi kromosom seimbang Penataan ulang struktur kromosom secara
seimbang dijumpai pada 2 sampai 3 persen pasangan dengan riwayat abortus rekuren
(American College of Obstetricians and Gynecologists, 1995). Translokasi dapat
ditemukan pada kedua orang tua. Inversi kromosom seimbang juga dapat dijumpai
pada pasangan dengan abortus rekuren. Trisomi untuk semua autosom kecuali
kromosom nomor 1 pernah dijumpai pada abortus, tetap yang tersering adalah
autosom 13, 16, 18, 21 dan 22.

2.3.2Infeksi.
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama
dikenal, tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada. Bukti bahwa Toxoplasma
gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan. Tidak terdapat bukti
bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan abortus
pada manusia. Namun, herpes simpleks di-laporkan berkaitan dengan peningkatan
insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Temmerman
dkk. (1992) melaporkan bahwa abortus spontan secara independen berkaitan dengan
antibodi virus imunodefisiensi manusia 1 (H1V-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas
sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina ibu oleh streptokokus grup B. Bukti serologis
yang mendukung peran Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dalam
abortus diajukan oleh Quinn dkk. (1983). Seba-liknya, Temmerman dkk. (1992) tidak
mendapatkan keterkaitan antara mikoplasma genital dan abortus spontan. Yang
menarik, Berg dkk. (1999) melaporkan bahwa terapi eritromisin pada wanita dengan
6

biakan cairan amnion positif untuk mikoplasma yang menjalani amniosentesis


genetik, menyebabkan penurunan bermakna kematian janin midtrimester.
2.3.3 Kelainan Endokrin
HIPOTIROMISME. Tampaknya tidak terjadi peningkatan insidensi abortus
yang disebabkan oleh hipotiroidisme klinis. Autoantibodi tiroid dilaporkan
menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak tcrjadi hipotiroidisme
yang nyata. Sebaliknya, peneliti lain tidak mendapatkan peningkatan insidensi
antibodi anti-tiroid pada wanita yang mengalami abortus berulang apabila
dibandingkan dengan kontrol normal.
DIABETES MELITUS. Seperti yang baru-baru ini diulas oleh Greene (1999),
abortus spontan dan maltormasi kongenital mayor meningkat pada vvanita dengan
diabetes dependen-insulin. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada
trimester pertama. Dalam suatu studi prospektif, Mills dkk (1988) melaporkan bahwa
pengendalian glukosa secara dini (dalam 21 hari setelah konsepsi) menghasilkan
angka abortus spontan yang setara dengan angka pada kelompok kontrol nondiabetik.
Namun, kurangnya pengendalian glukosa menyebabkan peningkatan angka abortus
yang mencolok. Dalam sebuah penelitian dari Children's Hospital of Pittsburgh,
Dorman dkk. (1999) melaporkan angka abortus spontan yang secara bermakna lebih
tinggi pada wanita diabetik dibandingkan dengan pasangan nondiabetik dari pria
dengan diabetes tipe 1. Terjadi penurunan sementara angka abortus spontan pada para
wanita diabetik ini dari 26 persen sebelum tahun 1969 menjadi 5,7 persen dari tahun
1980 sampai 1989. Para penulis ini mendalilkan bahwa penurunan ini mungkin
disebabkan oleh perbaikan dalam penanganan medis, misalnya swapemantauan
glukosa.
DEFISIENSI PROGESTERON. Kurangnya sekresi progesteron oleh korpus
luteum atau plasenta dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus. Diperkirakan bahwa kadar abnormal satu atau lebih hormon dapat meramalkan terjadinva
abortus. Sayangnya, penurunan kadar hormon-hormon ini biasanya lebih merupakan
akibat daripada sebab. Terdapat laporan-laporan kasus defek fase luteal, tetapi kasus
ini jarang terjadi.

2.3.4 Pemakaian Obat Dan Faktor Lingkungan


Berbagai dilaporkan berperan, tetapi bclum dipastikan, sebagai penyebab
meningkatnya insidensi abortus.
TEMBAKAU. Merokok dilaporkan menyebabkan pe ningkatan risiko abortus
euploidi (Harlap dar Shiono, 1980). Bagi wanita yang merokok lebih dar. 14 batang
per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan kontrol normal
(Kline dkk., 1980). Armstrong dkk. (1992) menghitung bahwa risiko abortus
meningkat secara linier 1,2 kali untuk setiap 10 batang rokok yang diisap per hari.
ALKOHOL. Abortus spontan dan anomali janin dapat terjadi akibat sering
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan (Floyd dkk., 1999).
Abortus spontan meningkat bahkan apabila alkohol dikonsumsi "dalam jumlah
sedang". Kline dkk. (1980) melaporkan bahwa angka abortus meningkat dua kali lipat
pada vvanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol setiap hari dibandingkan dengan bukan peminum. Armstrong
dkk., (1992) menghitung bahwa risiko abortus meningkat dengan rata-rata 1,3 kali
untuk setiap gelas per hari. Sebaliknya, Cavallo dkk. (1995), dalam suatu studi
prospektif terhadap 546 wanita, melaporkan bahwa konsumsi alkohol dalam kadar
rendah selama kehamilan tidak menyebabkan peningkatan bermakna risiko abortus.
Vang agak mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa dalam satu studi potong-lintang
dari Centers for Disease Control and Prevention, Floyd dkk., (1999) mendapatkan
bahwa separuh dari semua wanita hamil dalam studi meminum alkohol selama 3
bulan sebelum menyadari hamil dan 5 persen minum dalam jumlah sedang sampai
banyak.
KAFEIN. Konsumsi kopi dalam jumlah lebih dari em-pat cangkir per hari
tampaknya sedikit mening-katkan risiko abortus (Armstrong dkk., 1992). Risiko
tampaknya meningkat seiring dengan peningkatanjumlah. Dalarrt suatu studi oleh
Klebanoff dkk.( (1999), kadar paraxantin (suatu metabolit kafein) dalam darah ibu
menyebabkan peningkatan dua kali lipat risiko abortus spontan hanya apabila kadar
tersebut sangat tinggi. Para penulis ini menyim-puikan bahwa konsumsi kafein dalam
jumlah sedang kecil kemungkinannya menyebabkan abortus spontan.

RADIASI. Dalam dosis memadai, radiasi diketahui menyebabkan abortus.


KONTRASEPSI. Tidak terdapat bukti yang mendukung bahwa kontrasepsi
oral atau zat spermisida yang digunakan dalam krirh dan jeli kontrasepsi
menyebabkan peningkatan insidensi abortus. Namun, alat kontrasepsi dalam rahim
berkaitan dengan peningkatan insideasi abortus septik setelah kegagalan kontrasepsi.
TOKSIN LINGKUNGAN. Pada sejumlah studi, angka abortus pada wanita
yang terpajan tidak meningkat (Axelsson dan Rylander, 1982). Rowland dkk. (1995)
melaporkan peningkatan risiko abortus spontan pada para perawat gigi yang terpajan
nitrogen oksida selama 3 jam atau lebih di kamar praktek tanpa alat pembersih, tetapi
tidak pada kamar praktek yang menggunakan alat pembersih. Dalam suatu metaanalisis, Boivin (1997) menyimpulkan bahwa, berdasarkan data dari era sebelum
adanya alat pembersih, terdapat peningkatan risiko abortus spontan pada wanita yang
terpajan gas-gas anestetik di tempat kerja.
2.3.5 Faktor Imunologis
Banyak perhatian ditujukan pada sistem imun sebagai faktor penting dalam
kematian janin berulang.
FAKTOR AUTOIMUN. Dari berbagai studi dipastikan bahwa sekitar 15
persen dari 1000 pasien lebih dengan kematian janin berulang memiliki faktor
autoimunitas (Kutteh dan Pasquarette, 1995,1. Antibodi yang paling signifikan
memiliki spesifisitas terhadap fosfolipid bermuatan ncgatif dan paling sering
terdcteksi dengan pemeriksaan untuk anti-koagulan lupus (lupus anticoagulant, LAC)
dan anti-bodi antikardiolipin (anticanliolipm antibody, ACA). Wanita dengan riwayat
abortus dini dan kadar antibodi yang tinggi memiliki angka kekambuhan keguguran
sebesar 70 persen (Dudley dan Branch, 1991). Dari kumpulan studi yang total
melibatkan 1500 wanita dengan kematian janin berulang, diperoleh insidensi rata-rata
17 persen untuk antibodi antikardiolipin dan 7 persen untuk antikoa-gulan lupus.
Sebaliknya, hanva 1 sampai 3 persen dari pasien obstetri normal yang diketahui
memiliki salah satu dari kedua zat tersebut (Harris dan Spinnato, 1991; Lockwood
dkk., 1989). Dalam suatu studi prospektif terhadap 860 wanita yang ditapis untuk
antibodi antikardiolipin pada trimester pertama, Yasuda dkk. (1995) melaporkan 7
9

persen positif. Abortus spontan terjadi pada 25 persen dari kelompok antibodi positif
dibandingkan dengan 10 persen pada kelompok negatif. Namun, pada studi lain yang
baru, Simpson dkk. (1998) tidak menemukan keterkaitan antara kematian janin awal
dan adanya antibodi anlikardiolipin atau antikoagulan lupus. Walaupun terdapat
kontroversi mengenai abortus dini, tercapai konsensus mengenai mening-katnya
kematian janin midtrimester dan sindrom antibodi antifosfolipid.
2.3.6 Cacat Uterus
CACAT UTERUS DIDAPAT. Leiomyoma uterus bahkan yang besar dan
multiple, biasanya tidak menyebabkan abortus. Apabila menyebabkan abortus, lokasi
leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya. Sinekie uterus (sindrom
Ashcrman) disebabkan oleh destruksi endometrium luasakibat kuretase. Hal ini
akhirnya menyebabkan amenore dan abortus rekuren yang dipercaya disebabkan oleh
kurang memadainya endometrium untuk menunjang implantasi. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan histerosalpingogram vang memperlihatkan defek pengisian
multipel khas, tetapi diagnosis paling akurat dan langsung adalah dengan histeroskopi.
Romer(1994) melaporkanbahwa insidensi perlekatan intrauterus yang didiagnosis
dengan histeroskopi hampir setara setelah abortus inkompletus atau missed abortion
pertama (20 persen), tetapi secara bermakna lebih tinggi pada wani-ta dengan abortus
berulang (sekitar 50 persen). Terapi yang dianjurkan adalah lisis perlekatan melalui
histeroskopi dan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim untuk mencegah
kekambuhan. Terapi estrogen dosis tinggi terus menerus hingga 60 sampai 90 hari
juga dianjurkan oleh sebagian dokter. March dan Israel (1981) melaporkan bahwa
abortus berkurang dari 80 menjadi 15 persen dengan terapi ini.
DEFEK PERKEMBANGAN UTERUS. Cacat ini terjadi akibat kelainan
pembentukan atau fusi duktus Mullen; atau terjadi secara spontan atau diinduksi oleh
pa-janan dietilstilbestrol in utero (Bab 35). Beberapa tipe, misalnya uterus bilokularis,
mungkin menye-babkan abortus. Porcu dkk. (2000) melaporkan hasil kehamilan pada
63 wanita dengan uterus bilokularis. Mereka semua menjalani reseksi histeroskopik
septum karena kematian janin atau kelainan pre-sentasi janin bemlang. Setelah
tindakan ini, terjadi 26 kelahiran hidup aterm. Dalam suatu ulasan baru-baru ini,
Homer dkk. (2000) melaporkan bahwa septoplasti histeroskopik memperbaiki hasil
kehamilan pada wanita dengan kematian janin berulang.
10

SERVIKS INKOMPETEN. Istilah serviks mkompelen diterapkan pada suatu


entitas obstetrik tersendiri. Kelainan ini ditandai oleh pembukaan serviks tanpa nveri
pada trimester kedua, atau mungkin awal trimester ketiga, disertai prolaps dan
menggembung-nva selaput ketuban ke dalam vagina, diikuti oleh pecahnya selaput
ketuban dan ekspulsi janin imatur. Apabila tidak diterapi secara efektif, rangkaian ini
akan berulang pada setiap kehamilan.
Pada wanita tidak hamil dilaporkan beragam metode untuk menegakkan
diagnosis keadaan ini, biasanya dengan dijumpainya osservikalis internum yang lebih
membuka daripada normal. Meto-de-metode tersebut mencakup histerografi, teknik
pull-through menggunakan baton kateter yang di-gembungkan, dan masuknya dilator
serviks ber-ukuran khusus ke os internum tanpa resistensi (Ansari dan Reynolds,
1987). Sewaktu hamil, telah dilakukan upaya-upaya untuk memperkirakan dila-tasi
serviks prematur dengan teknik-teknik ultra-sonografi dengan tingkat keberhasilan
sedang (Michaels dkk., 1989). lams dkk. (1995) melakukan suatu studi potong-lintang
tentang ukuran panjang serviks menggunakan ultrasonogram transvagina pada wanita
dengan riwayat pelahiran preterm, pada mereka yang memiliki serviks inkompeten,
dan kontrol normal yang melahirkan aterm. Usia gestasi pada pelahiran preterm
pertama secara bermakna berkaitan dengan panjang serviks pada kehamilan yang
dievaluasi setiap usia gestasi antara 20 dan 30 minggu.

2.3.7 Faktor Ayah


Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus
spontan. Yang jelas. translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus.
Kulcsar dkk. (1991) mcnemukan adenovirus atau virus herpes simpleks pada hampir
40 persen sampel semen yang di-peroieh dari pria steril. Virus terdeteksi dalam bentuk laten pada 60 persen sei, dan virus yang sama dijumpai pada abortus.
2.4. Gejala Klinis
Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan
plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan
ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang
11

dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan
berusaha

mengeluarkannya dengan

mengadakan kontraksi sehingga

ibu

merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi lahir
dengan lengkap, maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak
perlu dilakukan. Pada abortus kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi
rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama
sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah
selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus
masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca abortus
harus dipikirkan5.
2.5. Patogenesis
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahanperubahan nekrotikpada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan
akhirnya perdarahan per vaginam.Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian
yangdiinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan
kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asingitu
keluar

rongga

rahim

(ekspulsi).

Perlu

ditekankan

bahwa

pada

abortus

spontan,kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum


perdarahan.
Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak
dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat
dihindari.Sebelumminggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan
lengkap.Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan
diri denganerat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya.Antara
minggu ke-10 hingga minggu ke-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubunganvili
korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisakorion
(plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus. Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4
cara5:
I.

Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan


sisa desidua.

12

II.

Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan

III.

desidua.
Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendoronganjanin ke
luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janinyang

IV.

dikeluarkan).
Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.Kuretasi
diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahanatau infeksi
lebih lanjut.

2.6 KLASIFIKASI
Abortus iminens1
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi seperri ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.
Abortus insipiens
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dengan hasil konsepsi yang
masih berada pada kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang
berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplet atau komplet.
Abortus inkomplet
Perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai keluarnya
sebagian hasil konsepsi (sebagian tertinggal di dalam uterus) dan dapat menimbuikan
perdarahan yang kadang-kadang menyebabkan syok.
Abortus komplet
Suatu keadaan keluarnya hasil konsepsi secara keseluruhan pada kehamilan kurang
dari 20 minggu dan biasanya ostium uteri internum sudah menutup serta uterus jauh
mengecil. Untuk memastikan hal ini, kita dapat melihat hasil konsepsi yang sudah
keluar untuk menilai lengkap atau tidaknya.
Abortus habitualis
Keadaan keguguran yang dialami wanita berturut-turut 3 kali atau lebih.

13

Missed abortion
Keadaan janin yang sudah mati, namun tetap berada dalam rahim dan tidak
dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang mcninggal ini dapat mengalami
hal-hal berikut.
1. Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan setelah fetus mati.
2. Diresorpsi kembali sehingga hilang.
3. Mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceiis.
4. Jadi mola karnosa, karena janin sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi
dan air ketubannya diresorpsi.
2.7. Diagnosis
Menurut WHO (1994), setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua
daripada tiga gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
abortus5:
i. Perdarahan pada vagina.
ii. Nyeri pada abdomen bawah.
iii. Riwayat amenorea.
Ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan memastikan
bahwa suatu kehamilan adalah intrauterin. Apabila ultrasonografi transvaginal
menunjukkan sebuah rahim kosong dan tingkat serum hCGkuantitatif lebih besar dari
1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), kehamilan ektopik harus dipikirkan. Ketika
ultrasonografi transabdominal dilakukan, sebuah Rahim kosong harus menimbulkan
kecurigaan kehamilan ektopik jika kadar hCG kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU
per mL (3.500 IU per L). Rahim yang ditemukan kosong pada pemeriksaan USG
dapat mengindikasikan suatu abortus kompletus, tetapi diagnosis tidak definitif
sehingga kehamilan ektopik disingkirkan5.
Diagnosis abortus inkompletus ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
a. Adanya amenore pada masa reproduksi
b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi
c. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis
d. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
2. Pemeriksaan Fisik
14

a. Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan


b. Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus, dapat juga
menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.
c. Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol.
d. Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
e. Dengan pemeriksaan sonde, perdarahan bertambah.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu
bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.
b. Pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi
2.8 Diagnosis Banding1
DIAGNOSIS

TANDA DAN GEJALA


-perdarahan bercak hingga sedang
-serviks tertutup

ABORTUS IMINENS

-uterus sesuai dengan usia gestasi


-kram perut bagian bawah
-uterus lunak
-perdarahan sedang hingga banyak/massif
-serviks terbuka

ABORTUS INSIPIENT

-uterus sesuai dengan usia kehamilan


-kram atau nyeri perut bagian bawah
perut
-belum menjadi ekspulsi hasil konsepsi
-perdarahan bercak hingga sedang
-serviks terbuka atau tertutup

ABORTUS KOMPLET

-uterus lebih kecil dari usia kehamilan


-tanpa/ada sedikit nyeri perut bagian
bawah
-adanya riwayat ekspulsi hasil konsepsi
-perdarahan bercak hingga sedang
-serviks tertutup

KET

-uterus sedikit membesar dari normal


-pingsan
15

-nyeri perut bawah


-nyeri goyang porsio
-terdaapat cairan bebas intra-abdomen
-perdarahan sedang hingga banyak/massif
MOLA HIDATIDOSA

-serviks terbuka
-uterus lunak dan lebih besar dari usia
kehamilan
-disertai mual muntah berlebihan
-kram atau nyeri perut bagian bawah
-keluar jaringan seperti buah angggur

2.9Penatalaksanaan
Seorang wanita yang didiagnosis mengalami abortus yang tidak terhindarkan
atau tidak komplit dan tidak dirawat di rumah sakit, harus segera kirim ke salah satu
rumah saki: tanpa ditunda. Sebelum kirim, dokter yang memeriksa buieh memberikan
analgesik kepada pasien (jika diperlukan) dar. bolen melakukan pemeriksaan vagina.
Setiap hasil konseps yang . didapati menonjol keluar dari serviks haru> dikeluarkan
dengan jari tangan atau sponge forceps, karen? jika ditinggalkan dapat mengakibatkan
syok. Jika ibu meng alami perdarahan yang hebat, harus diberikan suntikar ergotamin
0,5 mg intramuskular6.
Di rumah sakit, diperlukan intervensi kecuali abortus nya berlangsung dengan
cepat dan perdarahannya mini mal. Sewaktu sampai di rumah sakit, harus dilakuk
pemeriksaan vagina dan setiap hasil konsepsi yang adt serviks harus dikeluarkan
dengan jari tangan atau $pon$ forceps.
Apabila ada keraguan mengenai lengkap tidaknya abor tus, pasien harus
dibawa ke kamar operasi dan uteru dikosongkan dengan menggunakan sponge
forceps (Gamhi 13.2), diikuti dengan kuret secara cermat. Pada akhir kuretase,
diberikan suntikan ergotamin 0,25 mg intra vcn dan intramuskular6.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam
500ml cairan IV (NaCl atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
16

ekspulsi hasil konsepsi. Evakuasikan sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam
uterus.Nilai kadar hemoglobin untuk menilai adanya anemia. Pantau kondisi ibu
setelah penanaganan1.

Follow-up
Setelah abortus komplit, atau setelah diselesaikan denga pembedahan,
perdarahan biasanya akan berhenti dalar waktu 10 hari. Jika sisa plasenta tertinggal di
dalam uteru: perdarahan mungkin berlangsung terus melewati wakt tersebut, dengan
tingkat keparahan yang berbeda, da mungkin disertai kram uterus. Pemeriksaan akan
menur jukkan uterus yang besar sekali dengan distensi ostmn Pengobatan lebih lanjut
adalah memberikan suntikan ergi tamin atau tablet ergotamin atau melakukan kuretaf
kembali secara cermat. Jaringan yang dikeluarkan hari dikirim untuk pemeriksaan
histologik, karena mungkin J dapati koriokarsinoma yang sangat jarang terjadi.
Wanita yang mempunyai Rhesus negatif harus dibe suntikan anti-D
gamaglobulin profilaksis dan harus dilakukan tes kliehauer untuk menentukan jumlah
sel darah di dalam sirkulasi6.

2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan abortus inkompletus adalah sebagai berikut7:
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus
dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
17

3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan
flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci,
Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum),
Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,
streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides
sp, Listeria dan jamur.
2.11 Prognosis
Prognosis

keberhasilan

kehamilan

tergantung

dari

etiologi

aborsi

spontan

sebelumnya8:
1.Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.
2.Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.
3.Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin
pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan
yang tidak jelas.
2.12Pencegahan
Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan awal kehamilan.Perlindungan terhadap
paparan zat-zat kimia/lingkungan yang berbahaya bagi kehamilan.Edukasi untuk
mencegah terjadinya infeksi yang dapat membahayakan kehamilan.Kontrol kondisi
seperti hipertensi dan diabetes mellitus juga dierlukan9.

18

BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesa Pribadi:
Nama

: Dwi Shinta

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 25 tahun

Suku Bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Alamat

: Dusun VI JL Mesjid No.1064 Medan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

MR

: 99.80.13

Tanggal Masuk

: 17 Mei 2016

Tanggal Keluar

: 20 Mei 2016

Anamnesa:
Ny.D, 25 tahun, G1P0A0, Jawa, Islam, SMA, IRT, istri dari Tn. M, 27 tahun, Jawa,
Islam, SMP, Wiraswasta datang ke IGD dengan
Keluhan Utama

: Keluar darah dari kemaluan

Telaah

Hal ini dialami pasien sejak 1 hari yang lalu. Darah yang keluar berwarna merah
kehitaman disertai gumpalan darah, frekuensi 2 kali ganti pembalut per hari. Pasien
melihat keluar gumpalan darah seperti jaringan. Keluhan ini disertai dengan nyeri
perut seperti mulas-mulas. Hal ini yang membawa pasien datang ke IGD RSU
Pirngadi Medan

19

Riwayat bekerja berat (+) dalam beberapa hari ini, riwayat keluar air dari kemaluan
disangkal, riwayat trauma (-), riwayat kusuk (-), riwayat campur (-), riwayat

keputihan (-), dan riwayat minum jamu-jamu (-).


BAK (+), BAB (+), kesan normal.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada


Riwayat Penggunaan Obat : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Kakak kandung pasien juga mengalami abortus pada
kehamilan pertamanya.
HPHT

: 10/3/2016 ( usia kehamilan 9 minggu 4 hari)

TTP

: 17/12/2016

ANC

: bidan 3x

Menarche
Siklus
Lama Haid

: 15 tahun
: 28 hari
: 5-7 hari, teratur

Riwayat Persalinan

: 1. Hamil ini

Riwayat Kontrasepsi : Tidak pernah.


Riwayat Operasi

: Tidak dijumpai

Status Present (17 Mei 2016)


Sens

: CM

anemis

: (-)

TD

130/70 mmHg

ikterik

: (-)

HR

: 80x/i

sianosis

: (-)

RR

: 20 x/i

dyspnea

: (-)

T0

: 36,20C

oedem

: (-)

Tes kehamilan : (+)

Status Generalisata:
Kepala

: mata: konjungtiva palpebral inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

T/H/T

: pembesaran KGB (-)


20

Thorax :

SP: pernapasan vesikuler


ST: ronki (-/-)
Cor: dalam batas normal

Ekstremitas : inferior : dalam batas normal


Superior: dalam batas normal
Status Obstetrikus:
Abdomen

: soepel, peristaltic (+)

TFU

: Tidak teraba

P/V

: (+)

BAK

: (+)

BAB

: (+)

Status Ginekologis
Inspeksi
: Massa (-), P/V (+)
Inspekulo

: Tampak darah menggenang di introitus dibersihkan kesan berasal dari


OUE kesan tidak mengalir. Tampak jaringan di vagina.

VT

: cervix terbuka

USG TAS:
-

kandung kemih terisi


UT AF > BB
Massa hipoecoic dengan Uk. 25,1 mm
Adnexa kanan dan kiri normal

Kesan: Sisa konsepsi

Hasil Laboratorium (17 Mei 2016)


Hb/Ht/L/PLT

: 10,50/ 31,20/7.360/277.000

KGD ad

: 107 mg/dl
21

PT/INR/APTT

: 15,8/ 1,25/ 34,6

Plano test

: (+)

Diagnosa

: Abortus inkomplete

Tatalaksana

: - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 2 g (profilaksis)

Rencanca

: kuretase emergensi

Laporan kuret atas indikasi abortus inkomplete:


Ibu dibaringkan dimeja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik.
Dilakukan anestesi GA TIVA dan dilakukan tindakan aseptic antiseptic pada vagina
dan liang vagina. Dilakukan pemasangan sims atas dan sims bawah, dengan
tenakulum portio dijepit diarah jam 11 lalu dilakukan sondase dengan ukuran lebih
kurang 14 cm. Dilakukan evakuasi jaringan lebih kurang 30 gram dengan sendok
kuret dilakukan kuretase searah jarum jam. Evaluasi pendarahan, jumlah perdarahan
kurang lebih 33 cc. Tenakulum dan sim dilepas. Liang vagina dibersihkan. Keadaan
umum ibu post kuretase stabil.
Pengawasan pasca kuretase:
-

Awasi vital sign


periksa darah rutin 2 jam post kuret
USG konfirmasi

Terapi pasca kuretase:


-

IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Follow Up Pasien
Tanggal
S:

18 Mei 2016
Keluar darah dari kemaluan

19 Mei 2016
Keluar darah dari kemaluan (-)

22

O:

Status Presens
Sens : compos mentis
TD : 110/60 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,5c
Status Obstetrikus
Abdomen: Soepel, peristaltik

Status Praesens
Sens : compos mentis
TD : 110/60 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,3c
Status Obstetrikus
Abdomen: Soepel, peristaltik (+),

(+), nyeri tekan (+)


P/V: (+)
BAK: (+) N
BAB: (+) N

nyeri tekan (-)


P/V: (-)
BAK: (+) N
BAB: (+) N

Laboratorium
USG TAS
Hb 11,2 g/dL; Ht 32,3%; WBC Tidak
tampak
8.800/mm3; PLT 234.000/mm3
A:
P:

Rencana:

Post

kuretase

a/i

gambaran

hipoekoik di kavum uteri

abortus Post

kuretase

a/i

abortus

inkomplit
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

inkomplit
- Tab cefadroxil 500 mg 2 x 1
- Tab metronidazole 2 x 1
- Vitamin B kompleks 3 x 1

Besok aff infus dan kateter urin

Pulang berobat jalan

BAB IV
PEMBAHASAN
ANALISA KASUS
TEORI
KASUS
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu
Berdasarkan HPHT (10/3/2016) didapatkan
kehamilan, di mana janin belum mampu hidup

taksiran usia kehamilan adalah 9 minggu 4 hari

di luar rahim, dengan kriteria usia kehamilan

dengan taksiran berat janin kurang dari 500 g.


23

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang


dari 500g.
Abortus inkomplete yaitu peristiwa
perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

-Pada pasien dijumpai Riwayat keluar lendir darah


(+).

Inspeksi

minggu dimana sebagian hasil konsepsi telah


keluar dari kavum uteri dan masih ada yang

Inspekulo

: Massa (-), P/V (+)


: Tampak darah menggenang di
introitus dibersihkan kesan

tertinggal

berasal dari OUE kesan tidak


mengalir. Tampak jaringan di
vagina.
VT

: cervix terbuka

Pada abortus inkomplete terjadi perdarahan

keluar darah dari kemaluan dengan volume dua

yang keluar dari vagina disertai nyeri perut

kali ganti doek/ hari disertai nyeri perut seperti

dan jaringan hasil konsepsis, dan amenore

mules-mules. Pasien melihat keluar gumpalan


darah seperti jaringan. HPHT: 10/3/2016. Hasil
tes kehamilan (+)
USG TAS:

Pemeriksaan USG pada abortus inkomplete


-

ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa


hasil konsepsi

kandung kemih terisi


- UT AF > BB
Massa hipoecoic dengan Uk. 25,1 mm
- Adnexa kanan dan kiri normal

Kesan: Sisa konsepsi


PERMASALAHAN
1. Apakah penanganan pasien ini sudah tepat?
2. Sebagai dokter umum sampai sejauh mana penanganan yang harus dilakukan
sebelum akhirnya pasien dengan kasus ini dirujuk?
3. Bagaimana cara yang tepat untuk meng-informconsent pasien ini?

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Yulaikhah L. Kehamilan:Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: Puspaswara,


2008.h.70-80
2. Mochtar R. Sinopsis Obstetri: Obsteteri Fisiologi, Obstertri Patologi. Jakarta:
EGC, 1998.h.209-213
3. MY Panggabean. Abortus inkomplit. Repositori USU. 2010 [Available From :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20450/4/Chapter%20II.pdf ]
4. Hartanto A, Suyono J, Pendit B. Williams Obstetrics, 21Ed. Jakarta: EGC,
2005.h.950-975
5. SH Wong. Abortus

. Repositori

USU. 2012.

[Available

From :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/Chapter%20II.pdf ]
6. Derek L, Jones. Dasar-dasar Obstetri Dan Ginekologi, Ed6. Jakarta:
Hipokrates, 2002.h.96-103
7. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan, Ed4. Jakarta: 2007.h.302-312
8. DK Girsang. Abortus. Repositori USU. 2011 [Available

From

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23479/4/Chapter%20II.pdf ]
9. Tanto C, Liwang F, Hanifati S. Kapita Selekta Kedokteran, Ed4. Jalarta:
Media Aesculapius, 2014.h.422-425

25

Anda mungkin juga menyukai