Pembimbing:
dr. Jenius L.Tobing, Sp.OG
Mentor:
dr. Dyah Nurvita P.Sari
Disusun oleh:
Mukhsin Daulay
110100146
Shaanta Rubini
110100407
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas karunia dan rahmat
Nya sehingga penulisan laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini membahas tentang abortus insipiens mulai dari tinjauan pustaka
hingga laporan kasus pasien yang ditemui penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jenius L.Tobing, sp. OG selaku
pembimbing penulis dan dr. Dyah Nurvita P.Sari selaku mentor penulis untuk waktu
dan bimbingannya sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi . ii
Bab I Pendahuluan....4
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi ...... 5
2.2. Epidemiologi . 5
2.3. Etiologi .. 6
2.4. Gejala Klinis .. 11
2.5. Patogenesis 12
2.6. Klasifikasi... 13
2.7. Diagnosis ... 14
2.8. Diagnosis Banding . 15
2.9. Penatalaksanaan..... 16
2.10. Komplikasi ... 17
2.10. Prognosis ..... 18
2.11. Pencegahan... 18
Bab III Laporan Kasus .. 13
Bab IV Pembahasan .. 18
Permasalahan .... 19
Daftar Pustaka ... 20
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus
merupakan
masalah
dunia
yang
mempengaruhi
kesehatan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan(akibat faktor tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli
tentang abortus:
EASTMAN : abortus adalah keadaan terputus suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggu hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu
beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
JEFFCOAT : abortus adalah pengeluaran dari hasil konseepsi sebelum usia
kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law.
HOLMER : abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16,
dimana proses plasentasi belum selesai.
Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada
abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila plasenta
seluruhnya, atau sebagian tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet4.
2.2. Epidemiologi
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi
luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut, di mana terminologi umum untuk
masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.Dalam sebuah penelitian di RSUP
Adam Malik Medan dari tahun 2005-2010, didapatkan kesimpulan bahwa dari total
53 wanita yang mengalami abortus spontan, sebanyak 28 wanita (52,8%) berusia 2134 tahun, 21 wanita (39,6%) berusia 35 tahun ke atas, dan 4 wanita (7,6%) berusia di
bawah 20 tahun.
2.3. Etiologi
2.3.1 Perkembangan Zigot Abnormal4.
Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dim adalah kelainan
perkembangan zigot, mudigah, janin bentuk awal, atau kadang-kadang plasenta.
Dalam suatu analisis terhadap 1000 abortus spontan, Hertig dan Sheldon (1943)
menjumpai ovum pa-tologis ("blighted") yang pada separuhnya mudigah mengalami
degenerasi atau tidak ada sama sekali.
Trisomi autosom merupakan kelainan kromo-som yang tersering dijumpai
pada abortus trimester pertama (Tabel 33-1). Seperti dibahas di Bab 36, trisomi dapat
disebabkan oleh nondisjunction ter-sendiri, translokasi seimbang maternal atau
paternal, atau inversi kromosom seimbang Penataan ulang struktur kromosom secara
seimbang dijumpai pada 2 sampai 3 persen pasangan dengan riwayat abortus rekuren
(American College of Obstetricians and Gynecologists, 1995). Translokasi dapat
ditemukan pada kedua orang tua. Inversi kromosom seimbang juga dapat dijumpai
pada pasangan dengan abortus rekuren. Trisomi untuk semua autosom kecuali
kromosom nomor 1 pernah dijumpai pada abortus, tetap yang tersering adalah
autosom 13, 16, 18, 21 dan 22.
2.3.2Infeksi.
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetus merupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama
dikenal, tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada. Bukti bahwa Toxoplasma
gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan. Tidak terdapat bukti
bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan abortus
pada manusia. Namun, herpes simpleks di-laporkan berkaitan dengan peningkatan
insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Temmerman
dkk. (1992) melaporkan bahwa abortus spontan secara independen berkaitan dengan
antibodi virus imunodefisiensi manusia 1 (H1V-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas
sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina ibu oleh streptokokus grup B. Bukti serologis
yang mendukung peran Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dalam
abortus diajukan oleh Quinn dkk. (1983). Seba-liknya, Temmerman dkk. (1992) tidak
mendapatkan keterkaitan antara mikoplasma genital dan abortus spontan. Yang
menarik, Berg dkk. (1999) melaporkan bahwa terapi eritromisin pada wanita dengan
6
persen positif. Abortus spontan terjadi pada 25 persen dari kelompok antibodi positif
dibandingkan dengan 10 persen pada kelompok negatif. Namun, pada studi lain yang
baru, Simpson dkk. (1998) tidak menemukan keterkaitan antara kematian janin awal
dan adanya antibodi anlikardiolipin atau antikoagulan lupus. Walaupun terdapat
kontroversi mengenai abortus dini, tercapai konsensus mengenai mening-katnya
kematian janin midtrimester dan sindrom antibodi antifosfolipid.
2.3.6 Cacat Uterus
CACAT UTERUS DIDAPAT. Leiomyoma uterus bahkan yang besar dan
multiple, biasanya tidak menyebabkan abortus. Apabila menyebabkan abortus, lokasi
leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya. Sinekie uterus (sindrom
Ashcrman) disebabkan oleh destruksi endometrium luasakibat kuretase. Hal ini
akhirnya menyebabkan amenore dan abortus rekuren yang dipercaya disebabkan oleh
kurang memadainya endometrium untuk menunjang implantasi. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan histerosalpingogram vang memperlihatkan defek pengisian
multipel khas, tetapi diagnosis paling akurat dan langsung adalah dengan histeroskopi.
Romer(1994) melaporkanbahwa insidensi perlekatan intrauterus yang didiagnosis
dengan histeroskopi hampir setara setelah abortus inkompletus atau missed abortion
pertama (20 persen), tetapi secara bermakna lebih tinggi pada wani-ta dengan abortus
berulang (sekitar 50 persen). Terapi yang dianjurkan adalah lisis perlekatan melalui
histeroskopi dan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim untuk mencegah
kekambuhan. Terapi estrogen dosis tinggi terus menerus hingga 60 sampai 90 hari
juga dianjurkan oleh sebagian dokter. March dan Israel (1981) melaporkan bahwa
abortus berkurang dari 80 menjadi 15 persen dengan terapi ini.
DEFEK PERKEMBANGAN UTERUS. Cacat ini terjadi akibat kelainan
pembentukan atau fusi duktus Mullen; atau terjadi secara spontan atau diinduksi oleh
pa-janan dietilstilbestrol in utero (Bab 35). Beberapa tipe, misalnya uterus bilokularis,
mungkin menye-babkan abortus. Porcu dkk. (2000) melaporkan hasil kehamilan pada
63 wanita dengan uterus bilokularis. Mereka semua menjalani reseksi histeroskopik
septum karena kematian janin atau kelainan pre-sentasi janin bemlang. Setelah
tindakan ini, terjadi 26 kelahiran hidup aterm. Dalam suatu ulasan baru-baru ini,
Homer dkk. (2000) melaporkan bahwa septoplasti histeroskopik memperbaiki hasil
kehamilan pada wanita dengan kematian janin berulang.
10
dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan
berusaha
mengeluarkannya dengan
ibu
merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi lahir
dengan lengkap, maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak
perlu dilakukan. Pada abortus kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi
rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama
sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah
selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus
masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca abortus
harus dipikirkan5.
2.5. Patogenesis
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang
kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahanperubahan nekrotikpada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan
akhirnya perdarahan per vaginam.Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian
yangdiinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan
kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asingitu
keluar
rongga
rahim
(ekspulsi).
Perlu
ditekankan
bahwa
pada
abortus
12
II.
Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan
III.
desidua.
Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendoronganjanin ke
luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janinyang
IV.
dikeluarkan).
Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.Kuretasi
diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahanatau infeksi
lebih lanjut.
2.6 KLASIFIKASI
Abortus iminens1
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi seperri ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.
Abortus insipiens
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dengan hasil konsepsi yang
masih berada pada kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang
berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplet atau komplet.
Abortus inkomplet
Perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai keluarnya
sebagian hasil konsepsi (sebagian tertinggal di dalam uterus) dan dapat menimbuikan
perdarahan yang kadang-kadang menyebabkan syok.
Abortus komplet
Suatu keadaan keluarnya hasil konsepsi secara keseluruhan pada kehamilan kurang
dari 20 minggu dan biasanya ostium uteri internum sudah menutup serta uterus jauh
mengecil. Untuk memastikan hal ini, kita dapat melihat hasil konsepsi yang sudah
keluar untuk menilai lengkap atau tidaknya.
Abortus habitualis
Keadaan keguguran yang dialami wanita berturut-turut 3 kali atau lebih.
13
Missed abortion
Keadaan janin yang sudah mati, namun tetap berada dalam rahim dan tidak
dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang mcninggal ini dapat mengalami
hal-hal berikut.
1. Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan setelah fetus mati.
2. Diresorpsi kembali sehingga hilang.
3. Mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceiis.
4. Jadi mola karnosa, karena janin sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi
dan air ketubannya diresorpsi.
2.7. Diagnosis
Menurut WHO (1994), setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua
daripada tiga gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
abortus5:
i. Perdarahan pada vagina.
ii. Nyeri pada abdomen bawah.
iii. Riwayat amenorea.
Ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan memastikan
bahwa suatu kehamilan adalah intrauterin. Apabila ultrasonografi transvaginal
menunjukkan sebuah rahim kosong dan tingkat serum hCGkuantitatif lebih besar dari
1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), kehamilan ektopik harus dipikirkan. Ketika
ultrasonografi transabdominal dilakukan, sebuah Rahim kosong harus menimbulkan
kecurigaan kehamilan ektopik jika kadar hCG kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU
per mL (3.500 IU per L). Rahim yang ditemukan kosong pada pemeriksaan USG
dapat mengindikasikan suatu abortus kompletus, tetapi diagnosis tidak definitif
sehingga kehamilan ektopik disingkirkan5.
Diagnosis abortus inkompletus ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
a. Adanya amenore pada masa reproduksi
b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi
c. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis
d. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
2. Pemeriksaan Fisik
14
ABORTUS IMINENS
ABORTUS INSIPIENT
ABORTUS KOMPLET
KET
-serviks terbuka
-uterus lunak dan lebih besar dari usia
kehamilan
-disertai mual muntah berlebihan
-kram atau nyeri perut bagian bawah
-keluar jaringan seperti buah angggur
2.9Penatalaksanaan
Seorang wanita yang didiagnosis mengalami abortus yang tidak terhindarkan
atau tidak komplit dan tidak dirawat di rumah sakit, harus segera kirim ke salah satu
rumah saki: tanpa ditunda. Sebelum kirim, dokter yang memeriksa buieh memberikan
analgesik kepada pasien (jika diperlukan) dar. bolen melakukan pemeriksaan vagina.
Setiap hasil konseps yang . didapati menonjol keluar dari serviks haru> dikeluarkan
dengan jari tangan atau sponge forceps, karen? jika ditinggalkan dapat mengakibatkan
syok. Jika ibu meng alami perdarahan yang hebat, harus diberikan suntikar ergotamin
0,5 mg intramuskular6.
Di rumah sakit, diperlukan intervensi kecuali abortus nya berlangsung dengan
cepat dan perdarahannya mini mal. Sewaktu sampai di rumah sakit, harus dilakuk
pemeriksaan vagina dan setiap hasil konsepsi yang adt serviks harus dikeluarkan
dengan jari tangan atau $pon$ forceps.
Apabila ada keraguan mengenai lengkap tidaknya abor tus, pasien harus
dibawa ke kamar operasi dan uteru dikosongkan dengan menggunakan sponge
forceps (Gamhi 13.2), diikuti dengan kuret secara cermat. Pada akhir kuretase,
diberikan suntikan ergotamin 0,25 mg intra vcn dan intramuskular6.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam
500ml cairan IV (NaCl atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
16
ekspulsi hasil konsepsi. Evakuasikan sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam
uterus.Nilai kadar hemoglobin untuk menilai adanya anemia. Pantau kondisi ibu
setelah penanaganan1.
Follow-up
Setelah abortus komplit, atau setelah diselesaikan denga pembedahan,
perdarahan biasanya akan berhenti dalar waktu 10 hari. Jika sisa plasenta tertinggal di
dalam uteru: perdarahan mungkin berlangsung terus melewati wakt tersebut, dengan
tingkat keparahan yang berbeda, da mungkin disertai kram uterus. Pemeriksaan akan
menur jukkan uterus yang besar sekali dengan distensi ostmn Pengobatan lebih lanjut
adalah memberikan suntikan ergi tamin atau tablet ergotamin atau melakukan kuretaf
kembali secara cermat. Jaringan yang dikeluarkan hari dikirim untuk pemeriksaan
histologik, karena mungkin J dapati koriokarsinoma yang sangat jarang terjadi.
Wanita yang mempunyai Rhesus negatif harus dibe suntikan anti-D
gamaglobulin profilaksis dan harus dilakukan tes kliehauer untuk menentukan jumlah
sel darah di dalam sirkulasi6.
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan abortus inkompletus adalah sebagai berikut7:
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus
dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
17
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan
flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci,
Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum),
Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,
streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides
sp, Listeria dan jamur.
2.11 Prognosis
Prognosis
keberhasilan
kehamilan
tergantung
dari
etiologi
aborsi
spontan
sebelumnya8:
1.Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.
2.Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %.
3.Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin
pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan
yang tidak jelas.
2.12Pencegahan
Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan awal kehamilan.Perlindungan terhadap
paparan zat-zat kimia/lingkungan yang berbahaya bagi kehamilan.Edukasi untuk
mencegah terjadinya infeksi yang dapat membahayakan kehamilan.Kontrol kondisi
seperti hipertensi dan diabetes mellitus juga dierlukan9.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesa Pribadi:
Nama
: Dwi Shinta
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 25 tahun
Suku Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Alamat
Pekerjaan
MR
: 99.80.13
Tanggal Masuk
: 17 Mei 2016
Tanggal Keluar
: 20 Mei 2016
Anamnesa:
Ny.D, 25 tahun, G1P0A0, Jawa, Islam, SMA, IRT, istri dari Tn. M, 27 tahun, Jawa,
Islam, SMP, Wiraswasta datang ke IGD dengan
Keluhan Utama
Telaah
Hal ini dialami pasien sejak 1 hari yang lalu. Darah yang keluar berwarna merah
kehitaman disertai gumpalan darah, frekuensi 2 kali ganti pembalut per hari. Pasien
melihat keluar gumpalan darah seperti jaringan. Keluhan ini disertai dengan nyeri
perut seperti mulas-mulas. Hal ini yang membawa pasien datang ke IGD RSU
Pirngadi Medan
19
Riwayat bekerja berat (+) dalam beberapa hari ini, riwayat keluar air dari kemaluan
disangkal, riwayat trauma (-), riwayat kusuk (-), riwayat campur (-), riwayat
TTP
: 17/12/2016
ANC
: bidan 3x
Menarche
Siklus
Lama Haid
: 15 tahun
: 28 hari
: 5-7 hari, teratur
Riwayat Persalinan
: 1. Hamil ini
: Tidak dijumpai
: CM
anemis
: (-)
TD
130/70 mmHg
ikterik
: (-)
HR
: 80x/i
sianosis
: (-)
RR
: 20 x/i
dyspnea
: (-)
T0
: 36,20C
oedem
: (-)
Status Generalisata:
Kepala
T/H/T
Thorax :
TFU
: Tidak teraba
P/V
: (+)
BAK
: (+)
BAB
: (+)
Status Ginekologis
Inspeksi
: Massa (-), P/V (+)
Inspekulo
VT
: cervix terbuka
USG TAS:
-
: 10,50/ 31,20/7.360/277.000
KGD ad
: 107 mg/dl
21
PT/INR/APTT
Plano test
: (+)
Diagnosa
: Abortus inkomplete
Tatalaksana
: - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 2 g (profilaksis)
Rencanca
: kuretase emergensi
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Follow Up Pasien
Tanggal
S:
18 Mei 2016
Keluar darah dari kemaluan
19 Mei 2016
Keluar darah dari kemaluan (-)
22
O:
Status Presens
Sens : compos mentis
TD : 110/60 mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,5c
Status Obstetrikus
Abdomen: Soepel, peristaltik
Status Praesens
Sens : compos mentis
TD : 110/60 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,3c
Status Obstetrikus
Abdomen: Soepel, peristaltik (+),
Laboratorium
USG TAS
Hb 11,2 g/dL; Ht 32,3%; WBC Tidak
tampak
8.800/mm3; PLT 234.000/mm3
A:
P:
Rencana:
Post
kuretase
a/i
gambaran
abortus Post
kuretase
a/i
abortus
inkomplit
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
inkomplit
- Tab cefadroxil 500 mg 2 x 1
- Tab metronidazole 2 x 1
- Vitamin B kompleks 3 x 1
BAB IV
PEMBAHASAN
ANALISA KASUS
TEORI
KASUS
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu
Berdasarkan HPHT (10/3/2016) didapatkan
kehamilan, di mana janin belum mampu hidup
Inspeksi
Inspekulo
tertinggal
: cervix terbuka
24
DAFTAR PUSTAKA
. Repositori
USU. 2012.
[Available
From :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31675/4/Chapter%20II.pdf ]
6. Derek L, Jones. Dasar-dasar Obstetri Dan Ginekologi, Ed6. Jakarta:
Hipokrates, 2002.h.96-103
7. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan, Ed4. Jakarta: 2007.h.302-312
8. DK Girsang. Abortus. Repositori USU. 2011 [Available
From
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23479/4/Chapter%20II.pdf ]
9. Tanto C, Liwang F, Hanifati S. Kapita Selekta Kedokteran, Ed4. Jalarta:
Media Aesculapius, 2014.h.422-425
25