Anda di halaman 1dari 51

REFERAT

PERSALINAN PRETERM
&
KEHAMILAN POSTTERM

Pembimbing : dr. Erdiyan Astato, Sp.OG

Disusun oleh : Prameisty Nikita Surya


Darma ( 1865050060)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR MINGGU
PERIODE 16 DES 2019 – 22 FEB 2020
Place Your Picture Here and send to back

PENDAHULUAN
• Persalinan preterm : penyebab utama mortalitas dan
morbiditas perinatal di seluruh dunia. 70% kematian
prenatal/neonatal, dengan morbiditas jangka panjang. Angka
kejadian persalinan preterm pada umumnya bervariasi antara
6% sampai 15% dari seluruh persalinan

• Kehamilan lewat waktu/postterm merupakan kehamilan yang


berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) sejak hari
pertama siklus haid terakhir (HPHT). Insidensi 4-19%
(bervariasi tergantung cara penegakkan diagnosis)
DEFINISI-PERSALINAN PRETERM
• Persalinan yang berlangsung pada usia
kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir (ACOG)
• Pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu mengalami kontraksi yang teratur,
setidaknya sekali setiap 10 menit, yang dapat
berhubungan dengan dilatasi dan/atau penipisan
dari serviks
Place Your Picture Here and send to back

EPIDEMIOLOGI PERSALINAN PRETERM

• 30-35% persalinan preterm Berdasarkan usia kehamilan


berdasarkan indikasi, • 5% persalinan preterm terjadi pada
• 40-45% persalinan preterm usia kehamilan < 28 minggu (extreme
terjadi secara spontan prematurity)
dengan selaput amnion utuh • 15% terjadi pada usia kehamilan 28-31
• 25-30% persalinan preterm minggu (severe prematurity), sekitar
didahului ketuban pecah dini • 20% pada usia kehamilan 32-33
minggu (moderate prematurity), dan
• 60-70% pada usia kehamilan 34-36
minggu (near term).
ETIOLOGI PERSALINAN PRETERM
• Perdarahan desidua
• Distensi berlebih uterus
• Inkompetensi serviks
• Distorsi uterus
• Radang leher rahim
• Demam/inflamasi maternal
• Perubahan hormonal
• Insufisiensi uteroplasenta
Faktor Resiko Persalinan Preterm
Mayor Minor
• Kehamilan multipel
• Polihidramnion
• Perdarahan pervaginam setelah
• Anomali uterus kehamilan 12 minggu
• Dilatasi serviks > 2 cm pada kehamilan 32 • Riwayat pielonefritis
minggu
• Riwayat abortus 2 kali atau lebih pada trimester • Merokok lebih dari 10 batang
kedua perhari
• Riwayat persalinan preterm sebelumnya
• Riwayat abortus satu kali pada
• Riwayat menjalani prosedur operasi pada serviks
(cone biopsy, loop electrosurgical excision trimester kedua
procedure) • Riwayat abortus > 2 kali pada
• Penggunaan cocaine atau amphetamine
trimester pertama.
• Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm
pada kehamilan 32 minggu
• Operasi besar pada abdomen setelah trimester
pertama.
PATOGENESIS PERSALINAN PRETERM

• Aktivasi aksis hypothalamic–pituitary–adrenal


(HPA) janin atau ibu: stres
• Infeksi dan inflamasi
• Perdarahan desidua (Decidual
hemorrhage/thrombosis)
• Distensi uterus yang berlebihan (uterine
overdistension)
• Insufisiensi serviks
Place Your Picture Here and send to back

Diagnosis Persalinan Preterm


Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan
preterm, yaitu:
• Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
• Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya
setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
• Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi,
rasa tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
• Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
• Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%,
atau telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
• Selaput amnion seringkali telah pecah,
• Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika. 1,2,17
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan
The American Collage of Obstetricians and Gynecologists untuk
mendiagnosis persalinan preterm ialah sebagai berikut:
• Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit
atau delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada
serviks,
• Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
• Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.

Diagnosis Persalinan Preterm


Penatalaksaaan Persalinan Preterm
Manajemen persalinan preterm tergantung pada beberapa faktor,
diantaranya:
1. Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak akan
dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.
2. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila
pembukaan mencapai 4 cm.
3. Umur kehamilan. Makin muda umur kehamilan, upaya
mencegah persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat
dipertimbangkan berlangsung bila TBJ > 2000 gram, atau
kehamilan > 34 minggu.
4. Penyebab/komplikasi persalinan preterm.
5. Kemampuan neonatal intensive care facilities.
Penatalaksaan persalinan
Preterm
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada
persalinan preterm, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
• Menghambat proses persalian preterm dengan
pemberian tokolisis,
• Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan
kortikosteroid,
• Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi
dengan menggunakan antibiotik.
TOKOLISIS
Alasan pemberian tokolisis pada • Kalsium antagonis : nifedipine
persalianan preterm ialah: • Obat ß-mimetik: seperti
• Mencegah mortalitas dan terbutalin, ritrodin, isoksuprin,
morbiditas pada bayi prematur dan salbutamol
• Memberi kesempatan bagi • Sulfas magnesikus
terapi kortikosteroid untuk
menstimulir surfaktan paru janin • Penghambat produksi
prostaglandin: indometasin,
• Memberi kesempatan transfer sulindac, nimesulide
intrauterine pada fasilitas yang
lebih lengkap
• Optimalisasi personil.
AKSELERASI
PEMATANGAN PARU

• Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.


• Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
ANTIBIOTIKA

• Menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum


• Eritromisin 4x500mg (3 hari), atau ampisilin 3x500 mg (3 hari)
a. Janin sungsang

CARA PERSALINAN b. Taksiran berat badan janin kurang


dari 1500 gram (masih kontroversial)
c. Gawat janin
d. Infeksi intrapartum dengan takikardi
janin, gerakan janin melemah,
• Bila janin presentasi kepala maka oligohidramnion, dan cairan amnion
diperbolehkan partus pervaginam berbau.
dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi e. Bila syarat pervaginam tidak
< 35 minggu terpenuhi
• Seksio sesarea hanya dilakukan atas f. Kontraindikasi partus pervaginam
indikasi obstetrik :
lain (letak lintang, plasenta previa)
KOMPLIKASI PERSALINAN PRETERM
Jangka Pendek Jangka Panjang
• Infeksi endometrium  sepsis • Retardasi mental
• Respiratory distress syndrome • Gangguan perkembangan
(RDS) • Serebral palsi,
• Perdarahan intra/periventrikular • Seizure disorder
• Necrotising enterocolitis (NEC) • Kebutaan,
• Displasia bronko-pulmoner • Hilangnya pendengaran
• Paten duktus arteriosus
DEFINISI-KEHAMILAN POSTTERM
• Kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu
lengkap (294 hari) atau lebih, terhitung mulai dari
hari pertama haid terakhir – American College of
Obstetricians and Gynecologists, WHO
• Istilah “LENGKAP” berarti 42 minggu 7 hari (bukan 41
minggu 6 hari / 42 minggu 1 hari)
• Istilah lain : Kehamilan Lewat Waktu, Serotinus,
Prolonged Pregnancy.
Taksiran Usia Kehamilan dengan HPHT
• Adanya kemungkinan kesalahan perkiraan usia kehamilan
disebabkan oleh kesalahan penghitungan, ibu lupa tanggal pasti
HPHT
• Karena sulitnya memastikan 42 minggu lengkap pada kehamilan
lewat waktu, semua kehamilan >42 minggu ditatalaksana sebagai
kehamilan memanjang yang patologis.
• Penggunaan HPHT untuk menetapkan kehamilan postterm akan
memberikan hasil positif palsu (false positif) yang lebih tinggi,
dibuktikan dengan USG dari 44.623 wanita  6,4% postterm
(HPHT) & hanya 1,9% pada USG minggu ke-16 hingga 18.
• Disimpulkan HPHT  tidak akurat menegakkan kehamilan
postterm
Place Your Picture Here and send to back

EPIDEMIOLOGI KEHAMILAN POSTTERM

• Angka kejadian bervariasi antara 4%-14%


(rata-rata 10%) bergantung dari kriteria
diagnosis yang digunakan.
• Amerika Serikat  8%, Pulau Hawai  14%
• Menurut Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi (POGI) : insidensi 4-14% (42
minggu lengkap), 2-7% (43 minggu lengkap)

Kehamilan Postterm dgn pengukuran CRL di


trimester I ( crown-rump length)  6%
BPD (Biparietal Diameter) pada kehamilan 17
minggu  3,9%
ETIOLOGI KEHAMILAN LEWAT WAKTU
Belum diketahui secara pasti etiologi kehamilan postterm.
Teori-teori yang mencoba menerangkan kehamilan postterm
:
1. Teori Progesteron  pengaruh progesteron yang lama
2. Teori Oksitosin  rendahnya pelepasan oksitosin
3. Teori kortisol/ACTH janin  rendahnya kortisol 
progesteron ↑  ↓ prostaglandin
4. Teori saraf uterus  tidak ada tekanan pada ganglion
servikalis dari pleksus Frankenhauser  uterus tidak
kontraksi
5. Teori herediter. Riwayat kehamilan postterm
sebelumnya akan meningkatkan kejadian postterm di
kehamilan berikutnya
Place Your Picture Here

ETIOLOGI KEHAMILAN LEWAT WAKTU


Analisis data dari Norwegian Birth Registry  wanita
dengan kehamilan postterm pada kehamilan pertama,
beresiko mengalami kehamilan postterm kembali
pada kehamilan ke :
2 sebesar 2,2x lipat
3 sebesar 3,2x lipat
Swedish Medical Birth Registry Data  anak
perempuan yang lahir dari ibu dengan kehamilan
postterm beresiko mengalami kejadian serupa saat
anak tersebut hamil.

Teori lainnya  Kadar fibronektin yang rendah &


variasi dari corticotrophin releasing hormon (CRH)
PATOFISIOLOGI KEHAMILAN
POSTTERM
Sindrom Postmaturitas
• Kulit keriput, Stadium 1
terkelupas terutama
Kulit kehilangan verniks
pada telapak tangan &
kaki
kaseosa & maserasi, kulit
kering, rapuh, dan mudah
• Tubuh panjang dan mengelupas
kurus (wasting)
Stadium 2
• Tampak tua & khawatir
+ Pewarnaan mekonium
• Kuku panjang
pada kulit
Ditemukan sebanyak
Stadium 3
10% pada kehamilan
41-43 minggu, dan 33% Kuning pada kuku, kulit,
pada 44 minggu. tali pusat
Gambar 2.2 Bayi pascamatur yang dilahirkan
pada usia kehamilan 43 minggu
Disfungsi Plasenta & Hambatan
Pertumbuhan Janin
• Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu, menurun
setelah 42 minggu. Penurunan fungsi plasenta  ↑ komplikasi gawat janin 2-
4x lipat
• Terjadi kalsifikasi dan degenerasi pada plasenta  edem, timbunan fibrinoid,
fibrosis, trombosis intervili, spasme a. Spiralis, infark vili  metabolisme
transport plasenta ↓  Hambatan transport elektrolit, glukosa, asam amino,
lemak, gama globulin  hambatan pertumbuhan dan ↓ berat janin.

• Penelitian tentang eritropoetin darah tali pusat pada kehamilan 37-43 minggu
 peningkatan signifikan eritropoetin akibat penurunan oksigenasi (hipoksia)
DISTRES JANIN &
OLIGOHIDRAMNION

Distress janin intrapartum akibat


kompresi tali pusat sering
disebabkan oleh kondisi
oligohidroamnion terkait
kehamilan postmatur. Dapat
Gambar 2.3 Deselerasi denyut jantung janin yang memanjang
ditandai dengan deselerasi sebelum SC Cito pada kehamilan postmatur dengan
memanjang, dengan saltatory oligohidraamnion
baseline.
DISTRES JANIN &
OLIGOHIDRAMNION

Gambar 2.4 Deselerasi


variabel berat- Kurang dari 70
dpm selama 60 detik/lebih
pada kehamilan lebih bulan
dengan oligohidramnion
DISTRES JANIN &
OLIGOHIDRAMNION

Gambar 2.5 Denyut jantung janin


saltatory baseline dengan osilasi >
20 denyut per menti terkait dengan
oligohidramnion dan kehamilan
lebih bulan
SINDROM ASPIRASI
MEKONIUM
Pelepasan mekonium pada
distress janin  cairan amnion
menjadi kental dan tebal 
Sindrom Aspirasi Mekonium

Penurunan dari cairan amnion berkaitan


dengan penurunan produksi urin janin.
Pada pemeriksaan Doppler velositometri
menunjukkan adanya peningkatan
hambatan aliran darah (Resistance
Index-RI) ke arteri renalis janin 
produksi berkurang  oligohidroamnion 
kompresi tali pusat  gawat janin.
Place Your Picture Here and send to back

Oligohidramnion

Usia Kehamilan Perkiraan Cairan Amnion


38 Minggu 1000 cc
40 Minggu 800 cc
42 Minggu 480 cc
43 Minggu 250 cc
44 Minggu 160 cc
Oligohidramnion
• Diagnosis oligohidroamnion ditegakkan
bila panjang maksimal dari kantong
cairan amnion terukur pada usia 42
minggu <1 cm.
• Pengukuran dilakukan di 4 kuadran
uterus. Hasil penjumlahan keempat
kuadran tersebut  Amnionic Fluid
Index (AFI).
• Bila AFI ≤ 5 cm diagnosa
oligohidraamnion ditegakkan
Diagnosis Kehamilan Lewat Waktu/Postterm
• Adanya bukti peningkatan morbiditas Pemeriksaan yang dilakukan untuk
dan mortalitas perinatal pada membantu menegakkan kehamilan
kehamilan postterm  harus dicegah postterm adalah :
dengan persalinan yang lebih awal • Anamnesis mengenai Riwayat Haid
melalui penegakkan usia kehamilan
menggunakan USG, pemeriksaan • Pemeriksaan Antenatal
kesejahteraan janin (CTG) pada • Ultrasonografi
kehamilan postterm.
• Laboratorium
• Jika ada perbedaan tafsiran
persalinan antara riwayat HPHT dan • Kardiotokografi
USG, maka usia kehamilan • Velositometri doppler
disesuaikan berdasarkan USG.
Riwayat Haid
Walaupun tidak seakurat USG untuk menentukan usia kehamilan.
Informasi mengenai HPHT tetap harus diketahui. Hal ini
dikarenakan ibu seringkali lupa akan HPHT nya atau HPHT tidak
bisa dipercaya sepenuhnya. Diagnosis kehamilan postterm
dengan HPHT hanya memiliki tingkat keakuratan 30%
HPHT dapat dipercaya BILA :
1. Ibu sangat yakin dengan HPHT nya
2. Siklus 28 hari dan teratur
3. Tidak minum pil KB setidaknya 3 bulan terakhir
Riwayat Pemeriksaan
Antenatal
Tes Kehamilan  membantu mendefinisikan batas
kemungkinan umur kehamilan.
Gerak Janin  berkurang pada kehamilan
postterm, subjektif : <7x/20menit, atau objektif (CTG)
: <10x/20menit
Denyut Jantung Janin (DJJ)  Memeriksa adanya
gawat janin/tidak
Tinggu Fundus Uterus (TFU), Leopold I-IV 
memperkirakan secara kasar usia kehamilan,
mengetahui perkiraan kasar volume cairan amnion,
bagian presentasi janin, letak janin, identifikasi
makrosomia.
Place Your Picture Here

 •Semakin awal USG dilakukan, semakin akurat


estimasi usia kehamilan.
Trimester I  4 hari dari TP (berdasarkan crown- Ultrasonografi
rump length (CRL)) (USG)
Trimester II  7 hari dari TP (berdasarkan
Biparietal diameter (BPD)
Trimester III  3,6 minggu dari TP

• Pemeriksaan pada Trimester III berguna untuk


menentukan berat janin, keadaan air ketuban
ataupun plasenta yang berkaitan dengan
kehamilan postterm, tetapi bukan untuk
menentukan TP.
Ultrasonografi (USG)

• Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan untuk


mentukan Amiontic Fluid Index (AFI) yang dihitung
dengan menghitung maximum pool depth di 4
kudran.
• Pengukuran AFI dengan hasil < 5 cm akan
memberikan gambaran terjadi oligohidroamion lebih
banyak dibandingkan pengukurang single pool < 2cm
(1 kuadran) sebanyak 7,9% vs 1,4%.
Pemeriksaan Laboratorium (Jarang diperlukan)
Sitologi cairan amnion
Melihat sel lemak > 50%  kehamilan ≥ 39
minggu
Tromboplastin cairan amnion (ATCA)
ACTA < 45 detik  Postterm
Rasio Lesitin-Spingomielin (L/S)
Perbandingan > 2 : 1, hanya menentukan janin
cukup usia/tidak
Sitologi Vagina
indeks kariopiknotik > 20%
Place Your Picture Here and send to back

KARDIOTOKOGRAFI (CTG)

• Pemeriksaan CTG untuk


menilai kesejahteraan janin
terutama untuk kehamilan
beresiko menengah hingga
tinggi. Angka perinatal loss
rendah ketika kehamilan
dimonitor rutin dengan CTG
terkomputerisasi.
VELOSITOMETRI
DOPPLER
• Pemeriksaan velositometri doppler
masih kontroversial. Belum terbukti
meningkatkan nilai prediksi positif
pada kehamilan postterm dan belum
konsisten untuk menilai adanya
ensefalopati neonatus, perubahan
denyut jantung janin yang abnormal.
• Tetapi rasio middle cerebral artery :
arteri umbilikalis merupakan prediktor
terbaik dari sindrom aspirasi
mekonium, fetal distress, atau
asidosis pada janin.
PENATALAKSANAAN
KEHAMILAN POSTTERM
Place Your Picture Here

Penatalaksanaan Umum Kehamilan Postterm


• Tidak ada kesepakan internasional tentang penatalaksanaan
kehamilan postterm, tetapi beberapa variasi intervensi yang
diberikan berupa induksi rutin pada wanita dengan
kehamilan 41 minggu, atau manajemen ekspektatif
(ekspektan) hingga 42 minggu.

• Dengan induksi persalinan, akan mengurangi kebutuhan


caesar sebanyak 12% (OR 0,88, 95% CI 0,78-0,99)
• Di Indonesia (kemenkes RI) : Rujuk ke rumah sakit.
Tawarkan membrane sweeping antara usia kehamilan 38-41
minggu, pemeriksaan antenatal untuk mengawasi kehamilan
usia 41-42 minggu meliputi non-stress test dan pemeriksaan
volume cairan amnion. Bila sudah 42 minggu  lahirkan bayi
Rekomendasi Penatalaksanaan
The Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada
Berdasarkan publikasi dari Canadian Post-term Pregnancy Trial dan The Cochrane
Review on Post-term Pregnancy management :
1. Setelah usia kehamilan 41 minggu yang diyakinkan dengan USG, ibu hamil
harus ditawarkan untuk persalinan elektif
2. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks
3. Jika management ekspektan dipilih, pemeriksaan kesejahteraan janin harus
dilakukan.
Place Your Picture Here

Royal College of Obstetricians and


Gynaecologists (RCOG) Rekomendasi
• Ultrasonografi untuk memastikan usia Penatalaksanaan
kehamilan harus ditawarkan sebelum usia
kehamilan 20 minggu karena ini mengurangi
kebutuhan induksi pada kehamilan lewat waktu
• Wanita dengan kehamilan tanpa komplikasi
harus ditawarkan induksi persalinan jika
sudah melebihi 41 minggu
• Wanita yang menolak induksi pada kehamilan
42 minggu harus menerima pemantauan
antenatal yang terdiri dari CTG 2x/minggu
dan Ultrasonografi untuk menilai cairan
amnion.
INDUKSI
PERSALINAN

KONTRAINDIKASI
Indikasi umum untuk induksi persalinan :
• Hipertensi dalam kehamilan
• KPD
• Infeksi mitra amnion (chorio amnionitis )
• Intra Uterus Growth Restriction ( IUGR )
• Iso-immunisasi
• Komplikasi medis ibu
• Intra Uterus Fetal Death ( IUFD )
• Kehamilan postterm
• Faktor logistik/induksi elektif
PEMATANGAN SERVIKS
Metode Mekanik Metode Farmakologik
a) Balloon Catheter a) PGE2 (Dinoprostone)
b) Infus saline ekstra amnion 10 mg pervaginam / jelly
c) Laminaria 0,5mg/6jam maksimal 3 dosis
d) Hygroscope cervical dilator b) PGE1 (Misoprostol)
(dilator osmotik) 25-50 μg per vaginam/oral
e) Stripping membrane
INDUKSI PERSALINAN DENGAN
FARMAKOLOGIS
Oksitosin
Paling sering digunakan, memiliki efek
stimulasi pada miometrium dengan
meningkatkan produksi prostaglandin
desidua. Oksitosin menstimulasi
kontraksi mioepitel alveoli kelenjar
mamae untuk refleks ejeksi susu.
Efek samping : Hiperstimulasi
(takisistol), Rupture Uterine.
INDUKSI PERSALINAN
DENGAN Misoprostol
Analog PGE1, awalnya untuk terapi
FARMAKOLOGIS ulkus peptikum. Dapat digunakan
peroral maupun pervaginam.
Pemberian peroral mencapai
konsentrasi plasma puncak lebih tinggi
dan lebih awal. Pemberian pervaginam
meningkatkan bioavailabilitas 3x lipat
Dosis
50-200 μg / 4-6 jam (oral)
25-100 μg / 3-4 jam (pervaginam)
Gunakan dosis awal 25 μg untuk
menghindari efek takisistol
PENATALAKSANAAN INTRAPARTUM
• Pemantauan ketat DJJ
• Kontraksi uterus (CTG terkomputerisasi)
• Prosedur amniotomi masih kontroversi
 meningkatkan kemungkinan kompresi
tali pusat.
• Teknik amniofusi  pendekatan yang
layak dilakukan menurut American
College of Obstetricians and Gynecologist
pada kondisi deselerasi variasi berulang.
• Persiapkan persalinan caesar, apabila
dicurigai terjadi disproporsi sefalopelvik,
disfungsi persalinan.
• Oligohidroamnion
• Makrosomia
• Komplikasi Obstetri/Medis KOMPLIKASI
Distosia bahu, trauma obstetri, brachial plexus
injuries, perdarahan intrakranial, sepsis, SAM, RDS PERSALINAN
• Cerebral Palsy POSTTERM
Cedera neurologis selama proses kelahiran atau
pada masa kehamilan. Bayi dengan ensefalopati
neonatus lebih banyak dilahirkan pada usia
kehamilan ≥ 42 minggu (OR 3,5; 95% CI 1-12,1)
• Malformasi kongenital ~ 25%
Place Your Picture Here and send to back

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Gilstrap, L., & Wenstrom, K. D. (2014).
Pregnancy Hypertension. Dalam F. G. Cunningham, K. J. Leveno, S. L. Bloom, J. C. Hauth, L. Gilstrap, & K. D.
Wenstrom (Penyunt.), Williams Obstetrics (24th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies
2. Wiknjosastro. H., Ilmu Kebidanan, edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Kehamilan Lewat
Waktu, Jakarta, 2002 hal: 317-320.
3. Patricia Crowley. Prolonged pregnancy in Dewhurst’s Textbook of Obstetrics and Gtnaecology 7th Edition.
Blackwell Publishing
4. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
5. Rustam, Mochtar. 1998 Sinopsis Obstetri (Obstetri Fisiologi Obstertri Patologi). Edisi 2. EGC. Jakarta.
6. Pengurus besar POGI, Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi, bagian 1, Balai penerbit FKUI,
2003, hal 70-71.
7. Rosa C. 2001. Postdate Pregnancy in: Obstetrics and Gyecology Principles for Practice, McGraw-Hill. New
York, America: 388-395
8. Hacker NF and Moore George, Essensial of Obstetrics and Gynecology, 2nd edition, W.B. Sauders
company,1992, page 316-318
9. Shaver D.C. et al, Clinical Manual Of Obstetrics, 2 nd Edition, Mc Graw International Editions, 1993 page 313-
321.
Place Your Picture Here and send to back

DAFTAR PUSTAKA
10. Decherney A, Nathan L, Goodwin T,Leufer N, Current Diagnosis and Treatment Obstetrics & Gynacology
10th edition; McGraw-Hill, 2007 page 187-189
11. Barton JR, Prolonged Pregnancy, In: Clinical Manual Obstetrics.2nd Edition. New York: The Mc Graw Hill
Inc.1993.p:313-29
12. Briscoe D, Nguyen H, Mencer M, Gautam N, Kalb D, Management of Pregnancy Beyond 40 Weeks’
Gestation In: American Family Physician, vol 71, United States of Amerika.2005.p:1935-41
13. Walker N, Jia Hwa Gan. Prolonged Pregnancy. Obstetrics, Gynaecology and Reproductive Medicine 27:10.
Elsevier. 2017
14. Ande AB, Michael Ezeanochie, Biodun Olagbuji. Induction of labor in prolonged pregnancy with unfavorable
cervix: comparison of sequential intracervical Foley catheter– intravaginal misoprostol and
intravaginalmisoprostol alone. Arch Gynecol Obstet (2012) 285:967–971
15. Galal M, Symonds I, Murray H, et al. Postterm pregnancy. FVV in ObGyn, 2012, 4 (3): 175-187
16. Rompas J. Pengelolaan Persalinan Prematur. Updated on October 12th 2011. Available
at:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145_11PersalinanPreterm.pdf/145_11PersalinanPreterm.html.
17. Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya Jakarta. Persalinan Preterm In “Bagian Obstetri Ginekologi”. Chapter
25: 311-20.
18. DeCherney AH. Nathan L : Late Pregancy Complication in Current Obstetrics and Gynecologic Diagnosis and
Treatment , McGraw Hill Companies, 2003
19. O’brien WF, Cefalo RC. Clinical applicability of amniotic fluid tests for fetal pulmonic maturity. Am J Obstet
Gynecol 1980; 136; 135-144.
Place Your Picture Here and send to back

Anda mungkin juga menyukai