Anda di halaman 1dari 45

TINJAUAN OBAT DAN TINJAUAN KASUS

DERMATITIS KONTAK ALERGI


Disusun oleh :

Meylania L Lodarmase - 1665050112


Mega Dwi Putri A.T - 1865050058
Prameisty Nikita Surya - 1865050060
Pembimbing :
dr.Tjio le Wei, Sp.FK

KEPANITERAAN KLINIK FARMAKOLOGI DAN FARMASI TERAPAN


PERIODE 1 FEBRUARI -13 FEBRUARI 2021
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
ANTIHISTAMIN
ANTIHISTAMIN

Obat yang memiliki efek


melawan efek histamin

Antagonis Reseptor Antagonis Reseptor H-2


H1 (AH1) (AH2)
ANTIHISTAMIN 1 (AH1)
H1 ANTIHISTAMIN – MEKANISME KERJA
FARMAKODINAMIK
[MEKANISME KERJA] 5. Efek sentral (SSP)
 perangsangan : insomnia, gelisah,
Efek antihistamin eksitasi;
1. Otot polos usus dan bronkus :  penghambatan : ngantuk, kurang
bronkodilatasi waspada, reaksi lambat (sedatif)
2. Kapiler : menurunkan permeabilitas 
6. Efek anestesi lokal
mengurangi edema
3. Mengurangi reaksi anafilaktik dan 7. Efek antikolinergik : mulut kering,
alergi sukar miksi, impotensi
4. Kelenjar eksokrin : menghambat 8. Efek antiemetik
sekresi saliva dan kelenjar eksokrin
Antagonis H1 diabsorpsi secara baik setelah pemberian oral
dan parenteral

Efek timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal

FARM 1-2 jam

AKOK Lama kerja AH1 generasi 1 setelah pemberian dosis tunggal


umumnya 4-6 jam kecuali beberapa derivat piperizin memiliki
INETI masa kerja yang lebih panjang.

K Tempat utama biotransformasi : Hati

AH1 disekresi melalui urin setelah 24 jam.


 simptomatik penyakit alergi,  antimuntah post operasi, hamil, pasca
mencegah/mengobati mabuk perjalanan radiasi
Penyakit alergi = hambat efek histamin  penyakit Maniere
terhadap reaksi alergi dan antibodi dengan  Gangguan vestibular
keluhan gatal, urtikaria, profilaksis bagi
penderita asma bronkial ringan  Penyakit Parkinson : menurunkan rigiditas
dan tremor
Mabuk perjalanan = efek antikolinergik.
Obat : prometazin, difenhidramin, siklizin,  Vertigo
meklizin (sehari sekali, 30 menit sebelum  Anestetik lokal : menghilangkan gatal
perjalanan)

INDIKASI
INTERAKSI OBAT DAN
KONTRAINDIKASI
Interaksi Obat Kontraindikasi
• Terfenadin atau Astemizol dengan • Pasien dengan pengobatan
Ketokonazol atau Itrakonazol atau ketokonazol, itrakonazol, antibiotik
antibiotik gol.makrolid  gol.makrolid
perpanjangan interval QT (aritmia • Pasien dengan gangguan hati
ventrikel)
• Jus grapefruit menghambat CYP3A4
 meningkatkan kadar terfenadin
plasma secara bermakna
• Pemberian bersama dengan alkohol
 efek adiktif
 Indikasi: 
rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, konjungtivitis, pruritus, urtikaria idiopati kronis.
 Kontraindikasi: 
hipersensitif terhadap obat dan komponennya, kehamilan, menyusui.
 Efek Samping: 
sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering, rasa tidak nyaman di perut, reaksi hipersensitif
seperti reaksi kulit dan angioudem
CETIRIZINE
 Dosis: 
Dewasa dan anak diatas 6 tahun: 5 -10mg/hari
Pasien dengan insufisiensi ginjal, dosis 1/2 kali dosis rekomendasi.
 Interaksi obat :
Interaksi obat cetirizine dengan obat golongan antidepresan, seperti trazodone, mirtazapine,
venlafaxine, dapat meningkatkan efek sedasi obat golongan antidepresan tersebut. Sedangkan interaksi
cetirizine dengan alkohol, obat penenang seperti diazepam, fenobarbital, lorazepam, atau obat sedasi
lainnya dapat meningkatkan efek depresi sistem saraf pusat
LORATADINE

I : Simptomatis rhinitis alergi, urtikaria kronik,


alergi kulit lain
KI : Hipersensitif
Sediaan : 10mg, 5mg/5ml (60ml)
BSO : tablet, sirup, kaplet
Dosis :
Dewasa dan anak> 12 tahun (BB > 30 kg) = 1
tab/hari atau 2 C
6-12 tahun (BB > 30 kg) = sehari 2 C; BB < 30
kg = sehari 1 C
Efek samping :
lesu, nyeri kepala; sedasi dan mulut kering
FEXOFENADINE

 Indikasi: 
gejala alergi yang berkaitan dengan rinitis alergi
 Interaksi: 
eritromisin, ketokonazol (menurunkan kadar fexofenadine didalam darah)
antasid yang mengandung aluminium hidroksida dan magnesium
hidroksida(menurunkan penyerapan fexofenadine)
 Efek Samping: 
sakit kepala, mengantuk, kelelahan, mual, pusing
 Dosis
anak 6-11 tahun dosis rekomendasi: 30 mg 2 kali sehari. Tidak untuk anak di
bawah 6 tahun
 Indikasi: 
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria, rinitis alergi, gigitan
serangga.
 Interaksi: 
alkohol, depresan SSP, penghambat MAO
 Efek Samping: 
sedasi, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik,
hipotensi, kelemahan otot, tinnitus, euforia, nyeri kepala,
stimulasi SSP, reaksi alergi, kelainan darah, parestesi, pusing
 Dosis: 
 DEWASA: dosis tunggal 50-100 mg.

MEBHIDROLIN NAPADISILAT
ANTIHISTAMIN (AH2)
ANTAGONIS RESEPTOR H-2

Bekerja Menghambat Asam


Lambung

Simetidin Famotidin Nizatidin Ranitidin


H2 ANTIHISTAMIN - MEKANISME KERJA

 Berikatan dengan reseptor H2 di seluruh tubuh, termasuk sel epithelial


dan endothelial.
 Dapat menyebabkan perubahan pada permeabilitas vaskular di kulit,
pelepasan mediator inflamasi lokal, dan presentasi antigen.
H2 ANTIHISTAMIN - DOSIS
 Efek pada CNS, termasuk kebingungan, pusing, dan sakit kepala. Efek
samping lain yaitu mengantuk, malaise, nyeri otot, diare dan konstipasi.
 Bisa terjadi granulocytopenia, tetapi jarang.
 Meningkatkan kemungkinan terjadi pneumonia pada individu yang
immunocompromised.
 Simetidin Juga bisa menyebabkan terjadi gynecomastia, penurunan libido dan
juga impotensi.

H2 ANTIHISTAMIN - EFEK SAMPING


 Cimetidine meningkatkan level serum warfarin dan dapat
meningkatkan resiko pendarahan.
 Juga berinteraksi dengan obat2an jantung, seperti B blocker,
ca channel blocker, amiodarone dan antiarrhytmic agents.
 Kontraindikasi pada pasien dengan dofetilide.
 Obat lain yang berinteraksi dengan cimetidine adalah
phenytoine, beberapa benzodiazepine, metformin,
sulfonylurea dan SSRI.

H2 ANTIHISTAMIN - INTERAKSI OBAT


SIMETIDIN DAN RANITIDIN

- Menghambat reseptor H2 secara selektif dan


reversibel
- Menghambat sekresi asam lambung akibat
perangsangan obat muskarinik, stimulasi vagus, atau
gastrin
- Mengganggu volume dan kadar pepsin cairan
lambung
FARMAKOKINETIK DAN INDIKASI
FARMAKOKINETIK INDIKASI

• Absorpsi simetidin diperlambat • Mengatasi gejala akut tukak


oleh makanan doudenum, lambung, GERD
• 50-80 % dosis IV dan 40% dan mempercepat
dosis oral dieskresikan dalam penyembuhan nya.
bentuk asal dalam urin • Dosis kecil : mencegah
• Waktu paruh eliminasi sekitar 2 kambuh tukak duodenum
jam Mempercepat penyembuhan :
Simetidin 800mg, famotidin
40mg, nizatidin 300 mg 1x
sehari selama 8 minggu
EFEK SAMPING OBAT DAN INTERAKSI OBAT

ESO INTERAKSI OBAT Lain - Lain


• Nyeri kepala, • Antasid dan metoklopramid = • A. menghambat alkohol
• pusing, mengurangi bioavaibilitas oral dehidrogense pada mukosa
• malaise, simetidin sebanyak 20-30% lambung dan meningkatkan
• mialgia, • Simetidin dan ketokonazol = kadar alkohol serum
• mual, absorpsi ketokonazole berkurang • B. mengganggu disposisi dan
50% meningkatkan kadar lidokain
• diare, • Simetidin dan substrat enzim serta antagonis kalsium dalam
• konstipasi, P450 = menghambat sitokrom serum
• ruam kulit, P450, menurunkan aktivitas • C. Menyebabkan gangguan SSP
• pruritus, enzim mikrosom hati pada pasien lansia
• kehilangan libido • Simetidin dan Psikotropik : • D. Menyebabkan gangguan
• impoten Gejala demensia penyakit hati atau ginjal
FAMOTIDIN
Penghambat sekresi asam lambung pada keadaan
basal, malam dan akibat distimulasi oleh
pentagastrin
Famotidin mencapai kadar puncak plasma dalam 2
jam (oral), masa paruh dan eliminasi 3-8 jam,
bioavabilitas 40-50%
Indikasi :
- Tukak duodenum dan lambung
- Bermakna dalam mengurangi kekambuhan tukak
duodenum
EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT
ESO INTERAKSI OBAT DOSIS
• sakit kepala, • Famotidin tidak • Oral : 40 mg 1x sehari
• pusing mengganggu oksidasi sebelum tidur (tukak
• Konstipasi, diazepam, teofilin, duodenum aktif)
• diare. warfarin atau fenitoin • 2. Oral : 20mg sebelum
di hati tidur (tukak peptik
• Tidak menimbulkan
efek anti androgenik tanpa komplikasi dan
• Kurang efektif klirens kreatinin <
diberikan bersama 10ml/menit, dosis
ketokonazole pemeliharaan tukak
duodenum)
• 3 IV : 20mg/12 jam,
titrasi berdasarkan
asam lambung yang di
ekskresi
NIZATIDIN
Bioavaibilitasi nizatidin > 90%, tidak
dipengaruhi makanan dan antikolinergik
Klirens menurun pada pasien uremik dan
lansia
Kadar puncak dalam serum setelah pemberian
oral dicapai dalam 1 jam
Masa paruh plasma 1,5 jam, lama kerja 10
jam
sekresi terutama melalui ginjal
EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT
INDIKASI ESO DOSIS
• gangguan asam lambung • Peningkatan kadar asam • tukak lambung aktif :
• Oral 1-2x sehari = urat, transminase serum, 300mg 1x/hari sebelum
Menyembuhkan tukak hepatotoksisitas rendah, tidur atau 150mg 2x/hari
duodenum dalam 8 tidak memiliki efek • Tukak peptik tanpa
minggu androgenik, komplikasi dan klirens
• Oral 1x/hari = cegah menghambat alkohol <10ml : dosis awal
kekambuhan dehidrogenase pada dikurangi 50 %
mukosa lambung, tidak • Pemeliharaan tukak
menghambat P450, duodenum : 150mg
penggunaan bersama sebelum tidur
antasid tidak mengurangi
efek nizatidin
CASE REPORT :
DERMATITIS KONTAK
ALERGI
Nama : Nn. X
Umur : 20 tahun
JK : Perempuan

IDENTITAS PASIEN
 Keluhan Utama
keluhan bercak kemerahan yang gatal, disertai rasa terbakar, dan lepuhan berisi nanah pada lengan kiri
setelah menggunakan tato hena 3 hari sebelumnya
 Kronologis
Sehari setelah penggunaan tato hena, timbul rasa gatal dan bercak merah pada tempat tato. Bercak
merah yang timbul kemudian berkembang menjadi lepuhan berisi cairan jernih.
Pasien juga mengeluh adanya nyeri dan rasa terbakar pada lesi kulitnya. Keesokan harinya, cairan
lepuhan menjadi keruh karena berisi nanah. Kejadian ini adalah yang kedua kalinya pasien
mengaplikasikan hena. Penggunaan hena pertama kali setahun yang lalu dan tidak ada keluhan.

ANAMNESIS
 RPD : Pasien mempunyai riwayat alergi terhadap cat kuku
 RPK : Riwayat atopi pada pasien maupun keluarganya disangkal.
 Pemeriksaan Fisik : Keadaan Umum dan TTV dalam batas normal
Pada lengan bawah kiri didapatkan vesikel multipel dan bula di atas makula
eritematosa, dengan pola mengikuti pola gambar tato hena. Beberapa vesikel/bula
berisi pus, beberapa sudah pecah dan mengeluarkan cairan eksudasi dan
meninggalkan area erosi. Kulit normal di sekitar lesi teraba hangat pada perabaan

STATUS DERMATOLOGIS
 Tidak ditemukan leukositosis pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap.
Pewarnaan Gram dari cairan vesikel berisi pus menunjukkan bakteri kokus
Gram positif. Hal ini menunjukkan adanya infeksi sekunder pada lesi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pasien mendapat terapi amoksisilin 3 x 500 mg, mebhidrolin napadisilat 3 x 50 mg
selama 5 hari, kompres dengan NaCl 0,9% selama 3 hari. Tiga hari setelah
kompres dengan NaCl 0,9%, diberikan hidrokortison topikal 2,5%. Lesi membaik
dan meninggalkan makula hiperpigmentasi
 Patch test yang dilakukan 10 bulan kemudian setelah lesi sembuh, dan
menunjukkan reaksi positif terhadap PPD dan TSFR Pasien mempunyai riwayat
alergi terhadap cat kuku, TSFR adalah bahan kontak potensial penyebab alergi
dalam cat kuku. PPD adalah komponen allergen yang terdapat pada cat rambut

TERAPI PADA PASIEN


DERMATITIS KONTAK ALERGI
 Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menyebabkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
 Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis
 Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh substansi yang
menempel pada kulit (dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi)
 Dermatitis kontak alergi terjadi pada seseorang yang telah mengalami
sensitisasi terhadap suatu bahan penyebab/allergen

DEFINISI DERMATITIS KONTAK


ALERGI
 Bahan kimia sederhana dengan berat molekul rendah disebut sebagai hapten,
lipofilik, sangat reaktif , dan dapat menembus stratum korneum sehingga
mencapai sel epidermis terdalam.
 Faktor – faktor yang berperan dalam DKA :
1. Potensi sensitisasi alergen
2. Luas daerah yang terkena
3. Lama pajanan
4. Suhu dan kelembapan lingkungan
5. Status imun

ETIOLOGI DERMATITIS KONTAK


ALERGI
PATOGENESIS DERMATITIS KONTAK
ALERGI
TATALAKSANA DERMATITIS KONTAK ALERGI

 Identifikasi dan penghindaran bahan iritan maupun alergen yang dicurigai


merupakan tahapan utama dalam terapi dermatitis kontak
Topikal (2 kali sehari) Oral sistemik
 Pelembap krim hidrofilik urea 10%  Antihistamin hidroksisin 2 x 25mg/hari
selama 2 minggu (maksimal)
 Kortikosteroid: desonid krim 0,05% atau
fluosinolon asetonid krim 0.025%  Loratadin 1 x 10mg/ hari selama 2 minggu
(maksimal
 Betametason valerat krim 011% atau
mometason furoat krim 0,1% pada kasus
likenifikasi dan hiperpigmentasi
 Antibiotik topical dipertimbangkan pada
kasus infeksi sekunder

PRINSIP TERAPI DKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER

Anda mungkin juga menyukai