Anda di halaman 1dari 60

OBAT RASIONAL

TUJUAN PENGGUNAAN OBAT RASI
ONAL
Untuk menjamin pasien mendapatkan pengobatan yang sesuaidengan
kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat denganharga yang
terjangkau
Menurut Kementrian RI, 2011 penggunaan obat dikatakan rasional jika
memenuhi kriteria :

• Tepat diagnosis
• Tepat indikasi • Tepat penilaian
penyakit kondisi pasien
• Tepat pemilihan obat • Tepat informasi
• Tepat dosis • Tepat tindak lanjut
• Waspada terhadap • Tepat penyerahan
efek samping obat

Kementrian Kesehatan RI 2011


PENGGOLONGAN OBAT
ESENSIAL DAN NON
ESSENSIAL
Pengertian DOEN

Obat esensial :
Obat terpilih yang paling dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan.

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) merupakan


daftar yang berisikan obat terpilih yang paling
dibutuhkan dan diupayakan tersedia di unit pelayanan
kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya. DOEN
merupakan standar nasional minimal untuk pelayanan
kesehatan. Daftar Obat Esensial Nasional 2011, Kementerian Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 312/MENKES/SK/IX/2013.
Obat non Esensial (N) adalah obat-obat yang digunakan untuk penyakit minor atau
penyakit tertentu yang efikasinya masih diragukan, termasuk terhitung mempunyai
biaya yang tinggi untuk memperoleh keuntungan terapeutik. Kriteria nilai kritis obat
ini adalah obat penunjang agar tindakan atau pengobatan menjadi lebih baik, untuk
kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan. Kekosongan kelompok obat ini dapat
ditolelir lebih dari 48 jam
Tujuan Penerapan DOEN

• Meningkatkan ketepatan, keamanan,


kerasionalan penggunaan obat

• Memperluas, memeratakan dan


meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

Daftar Obat Esensial Nasional 2011, Kementerian Kesehatan


04/29/2021
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 312/MENKES/SK/IX/2013.
Kriteria Pemilihan Obat Esensial
Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita.
Mutu terjamin.
Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
penderita.
Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-costratio) yang
tertinggi.
Bila terdapat satu pilihan yang memiliki efek terapi serupa
dipilih obat yang sifatnya paling banyak diketahui
berdasarkan data ilmiah.
Untuk obat kombinasi tetap, harus menunjukkan khasiat dan
keamanan yang Daftar
lebihObat
tinggi.
Esensial Nasional 2011, Kementerian Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 312/MENKES/SK/IX/2013.


Penerapan Konsep Obat Esensial

Penerapan Konsep Obat Esensial dilakukan melalui :

Daftar Obat Esensial Nasional, Pedoman Pengobatan,


Formularium Rumah Sakit, Daftar obat terbatas lain dan
Informatorium Obat Nasional Indonesia yang merupakan
komponen saling terkait untuk mencapai peningkatan
ketersediaan dan suplai obat serta kerasionalan penggunaan
obat.
Daftar Obat Esensial Nasional 2011, Kementerian Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 312/MENKES/SK/IX/2013.


Daftar Obat
Esensial Nasional
Tahun 2013
Daftar Obat Esensial
Nasional Puskesmas
Tahun 2013

Dan
seterusnya
OBAT YANG BOLEH
DIPERJUALBELIKA
SECARA ONLINE BESERTA
• Pasal 1
1. Peredaran Obat dan Makanan secara Daring adalah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan penyaluran dan/atau penyerahan
Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetika, dan Pangan Olahan
dengan menggunakan media transaksi elektronik dalam rangka perdagangan.
2. Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan atau
paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 8 TAHUN 2020 TENTANG PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN YANG DIEDARKAN
SECARA DARING
OBAT WAJIB APOTEK
• Diserahkan oleh apoteker pengelola apotek tanpa resep dokter.
• Obat wajib apotek dibuat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menolong dirinya sehingga tercipta budaya pengobatan sendiri
yang tepat, aman, dan rasional. (Keputusan Menkes nomor :
347/MenKes/SK/VII/1990).

Murtini Gloria. Farmasetika Dasar : Penggolongan Obat. Kemenkes RI. 2016 . 11-15
Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologi: .Penggolongan Jenis Obat. Kemenkes RI. 2017.16-18.
PENGGOLONGAN
NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA
• Psikotropika adalah zat atau obat alami/sintetis bukan narkotik berkhasiat
psikoaktif dapat menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku serta
menimbulkan dependensi secara fisik dan psikis bila tanpa pengawasan.
Psikotropika dikenal dengan nama obat keras tertentu (OKT) karena termasuk
golongan obat keras, tetapi bedanya dapat mempengaruhi aktifitas psikis baik
mental maupun perilaku dan mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat).

• Golongan ini digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh


terhadap taraf kualitas hidup pasien. Dasar hukum yang mengatur tentang
psikotropika adalah Undang-Undang No. 5 tahun 1997.

Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
Obat psikotropika digolongkan ke 4
golongan sebagai berikut :
1. Psikotropika Golongan I
• Diproduksi untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan saja dan tidak boleh
dipergunakan dalampengobatan atau terapi.
• Memiliki potensi sangat kuat untuk menyebabkan adiksi atau ketergantungan.
• Contoh: Brolamfetamine (DOB) Contoh: Ekstasi MDA
(Methylendioxyamphetamine), Ekstasi MDMA (methylen dioxy
methamphetamini) dan Ekstasi MDEA (Methylen dioxy ethylamphetamine),
meskalin, LSD , psilosibin

Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
2. Psikotropika Golongan II
• Bertujuan untuk pengobatan dan terapi serta dapat digunakan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan juga.
• Memiliki potensi kuat menyebabkan ketergantungan.
• Contoh: Amfetamina, Sekokarbital, methamfetamin yang dikenal dengan nama
Sabu-Sabu, deksamfetamin, Fenetilin.

Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
3. Psikotropika golongan III
• Digunakan untuk tujuan terapi dan pengobatan serta dapat juga digunakan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
• Obat ini memiliki potensi sedang dalam menyebabkan ketergantungan.
• Contoh: Amobarbital, Pentobarbita, Flunitrazepam, siklobarbital

Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
4. Psikotropika Golongan IV
• Obat psikotropika pada golongan ini sangat marak digunakan untuk tujuan terapi
dan pengobatan serta dapat juga digunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
• Obat ini memiliki potensi ringan dalam menyebabkan ketergantungan.
• Contoh: Bromazepam, diazepam, klordiasepoksida, mephrobomat, nitrazepam,
klokzazolon, alpazolam, barbital, diazepam, khlordizepokside, lorazepam,
nitrazepam (pil BK), meprobamat.

Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
Golongan Narkotika
• Pengaturan Pasal 6 ayat (1) UU Narkotika, narkotika digolongkan ke dalam:
• Narkotika golongan I, adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Opium, Alfa-metilfentanil

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
• Narkotika golongan II, adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan . Contoh : Alfametadol , Fentanil , Metadona.
• Narkotika golongan III, adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Kodeina, Etilmorfina , Nikokodina .

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
BOBOT PULVIS
• Pulveres (serbuk bagi) Keseragaman bobot : Timbang isi dari 20 bungkus satu-
persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi
rata-rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi
rata-rata tidak lebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18
bungkus.
BENTUK SEDIAAN
OBAT (BSO);
SETENGAH PADAT
Definisi
Adalah sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan & digunakan sebagai obat luar.

Syarat Salep
1. Tidak berbau tengik
2. Kadar bahan obat adalah 10%, kecuali salep yang
mengandung obat keras atau narkotik
3. Harus menunjukan susunan homogen
4. Kualitas dasar salep harus baik
5. Penandaan: Pada etiket harus tertera “Obat Luar”
Berdasarkan
Konsistensi

Penggolongan Menurut Efek


Dasar Salep Terapi

Menurut
Dasar Salep
Menurut
Menurut Menurut
Dasar
Konsistensi Efek Terapi
Salep
Salep Hidrokarbo
Unguenta
Epidermik n

Salep Endo
Krim Serap
dermik

Dapat
Salep
Pasta dicuci
Diadermik
dengan air

Dapat Larut
Cerata
Air

Jelly
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope
Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014
Menurut Konsistensi -
Unguenta
Unguenta merupakan salep yang memiliki
konsistensi seperti mentega

Kelebihan:
• Tidak mencair pada suhu biasa
• Mudah dioleskan
Kekurangan:
• Memberikan rasa berminyak
Menurut Konsistensi - Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat


mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai

Krim merupakan salep yang banyak


mengandung air.

Kelebihan:
• Mudah diserap kulit
Terdapat 2 tipe krim:
• Mudah menyebar rata
• Mudah dibersihkan
• Minyak dalam air
Kekurangan:
• Air dalam minyak
• Sulit dibuat
• Mudah kering & mudah rusak

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2014
Menurut Konsistensi - Pasta
Merupakan salep yang
mengandung >50% zat
padat

Merupakan salep tebal

Kelebihan:
• Tidak berminyak seperti unguenta
• Daya absorbsi lebih baik dari unguenta
Kekurangan:
• Tidak cocok untuk bagian tubuh yang berambut

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.


Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2014
Menurut Konsistensi - Cerata

Merupakan salep berlemak yang mengandung lilin dengan


presentasi tinggi
Menurut Konsistensi - Jelly

Salep yang lebih halus, umumnya cair, dan sedikit


mengandung atau tidak mengandung mukosa

Terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel


anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan.

Kelebihan:
• Mudah diratakan
• Tidak lengket dikulit
• Terdapat efek dingin
• Mudah dicuci
Kekurangan:
• Mudah hilang jika keringat
Menurut Efek Terapi
Salep Epidermik Salep Endodermik
Tidak bisa diabsorbsi Terabsorbsi sebagian
Berguna untuk:
Bahan obatnya menembus ke dalam kulit
tapi tidak melalui kulit
• Melindungi kuli Berguna untuk:
• Menghasilkan efek lokal • Melunakan kulit/mukosa

Salep Diadermik
Bahan obatnya menembus ke dalam tubuh
melalui kulit umtuk mencapai efek yang
dinginkan
Menurut Dasar Salep

Dasar Salep Hidrokarbon Dasar Salep Serap Dasar Salep Dicuci dengan Air Dasar Salep Larut Dalam Air
• Dasar Salep berlemak • Kelompok I, dasar salep yang dapat • Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, • Dasar salep tak berlemak dan terdiri
• Memperpanjang kontak dgn kulit bercampur dengan air. Membentuk antara lain salep hidrofilik (krim). dari konstituen larut air.
• Sulit dicuci, tidak mengering emulsi air dalam minyak. Cth: • Keuntungan dari dasar salep ini adalah dapat • Mudah dicuci
• Cth:Vaselin puth Parafin hidrofilik diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan
• Kelompok II, dasar salep telah yang terjadi pada kelainan dermatologik.
mengandung air. Membentuk • Cth: Vanishing cream
emulsi air dalam minyak. Cth:
Lanolin

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2014
BENTUK SEDIAAN
OBAT (BSO); CAIR
Larutan/Solusi
o

Suspensi
Obat Cair
Emulsi

Guttae
Larutan
Kelebihan Kekurangan
1. Cocok untuk anak-anak 1. Bahan obat ada yang tidak larut
dalam larutan
2. Cocok untuk penderita yang sulit
menelan 2. Kurang praktis dibandingkan
dengan obat padat (Tablet, kapsul)
3. Kerja awal obat lebih cepat
3. Obat yang rasanya pahit atau
4. Takaran dapat disesuaikan baunya tidak enak sulit ditutupi
Larutan/Solusion
Larutan oral
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven-air.

Sirup Eliksir
Larutan oral yang mengandung sukrosa Larutan oral yang mengandung etanol
atau gula lain yang tinggi sebagai pelarut

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope Indonesia Edisi V.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014
Larutan Topikal
Mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain, seperti etanol
dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit, atau dalam hal Larutan
Lidokain Oral Topikal, untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
Istilah Lotio digunakan untuk larutan atau suspensi yang digunakan secara
topikal.

Larutan Otik
Mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk
penggunaan dalam telinga luar misalnya Larutan Otik Benzokain dan Antipirin,
Larutan Otik Neomisin dan Polimiksin B Sulfat dan Larutan Otik Hidrokortison.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope Indonesia Edisi V.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014
Suspensi
Suspensi
Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Biasanya pada petunjuk penggunaan obat
terdapat keterangan: “dikocok dahulu”

Kriteria Suspensi

• Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang serba sama dapat
dipertahankan dengan pengocokan sediaan.
• Seandainya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat segera
terdispersi kembali apabila suspensi dikocok.
• Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah.
• Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan mudah
dapat dituang dari wadahnya.
• Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik.

Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016
Suspensi Berdasarkan Cara Pemberian
Suspensi Oral

Suspensi Topikal
Suspensi
berdasarkan
cara pemberian
Suspensi
Optalmik

Suspensi Tetes
Telinga
Suspensi oral
Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai,dan ditujukan
untuk penggunaan oral.

Suspensi topikal
Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa
suspensi yang diberi etiket sebagai “Lotio” termasuk dalam kategori ini.
Contoh lotio kelamin

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope


Indonesia Edisi V. Jakarta:
Suspensi optalmik
Sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel sangat
halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian
pada mata . Seperti tertera pada Ophthalmicae Praeparationes.

Suspensi tetes telinga


Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung
partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada
telinga bagian luar.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope


Indonesia Edisi V. Jakarta:
Emulsi
• Dua bahan cair yang tak dapat bercampur (bahan berminyak dan air), dapat
bercampur (terdispersi) homogen.

• Emulsi dapat di stabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang di sebut


emulgator agar salah satu zat cair dapat terdispersi dalam zat cair yang lain.

• Terdapat dua tipe:


• Air terdispersi dalam minyak ( A/O )
• Minyak terdispersi dalam air ( O/A )

Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016
Emulsi
• Cara penggunaan perlu di kocok dulu

• Contoh:
- Scott’s emulsion

• Tujuan dibuat emulsi : untuk mengurangi rasa


dan bau yang tidak enak, mempunyai aksi /

absorpsi lebih cepat dari minyaknya sendiri.

Nuyati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta;2017.
Emulsi

Kelebihan Kekurangan
1. Rasa dan bau dari minyak dapat 1. Kesulitan dalam masalah formulasi
ditutupi untuk menutupi rasa zat aktif yang
pahit dan tidak menyenangkan.
2. Absorbsi dan penetrasi lebih mudah di
control 2. Stabilitas bentuk larutannya kurang
baik
3. Aksi dapat diperpanjang dan efek
emollient lebih besar 3. Diperlukan ketepatan dosis yang
presisi

Nuyati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta;2017.
Guttae
Merupakan sediaan cairan berupa
larutan, emulsi, atau suspensi, Guttae Oral
dimaksudkan untuk obat dalam atau
obat luar, digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes
yang menghasilkan tetesan setara Guttae Nasal
dengan tetesan yang dihasilkan Guttae
penetes.
Guttae
Auricularis

Guttae
Ophtalmicae

Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016
Guttae

Kelebihan Kekurangan
1. Sangat baik digunakan untuk 1. Stabilitas bentuk larutannya kurang
pemberian dosis kecil baik
2. Memberi kemudahan dalam 2. Diperlukan ketepatan dosis yang
pemberian, khususnya bagi usia bayi presisi
dan balita yang belum dapat menelan
obat dengan baik 3. Kesulitan dalam masalah formulasi
untuk menutupi rasa zat aktif yang
3. Dapat digunakan untuk obat luar pahit dan tidak menyenangkan
maupun obat dalam.
Guttae
Guttae Nasales
Larutan untuk digunakan pada hidung disebut
juga spray atau collunaria atau tetes hidung
didefinisikan sebagai larutan berair atau
berminyak yang dimaksudkan untuk penggunaan
topikal atau daerah nasofaring.
Cairan pembawa umumnya digunakan air.
Guttae Oral
Tetes mulut adalah obat tetes yang
digunakan untuk mulut.
Mempunyai cairan pembawa  air

Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016
Guttae
Guttae Auricurales
Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan
untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke
dalam telinga.
Cairan pembawa: Gliserin dan propilenglikol.

Guttae Ophtalmicae
Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam
telinga.
Cairan pembawa  gliserin dan propilenglikol.

Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016

Anda mungkin juga menyukai