TUJUAN PENGGUNAAN OBAT RASI
ONAL
Untuk menjamin pasien mendapatkan pengobatan yang sesuaidengan
kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat denganharga yang
terjangkau
Menurut Kementrian RI, 2011 penggunaan obat dikatakan rasional jika
memenuhi kriteria :
• Tepat diagnosis
• Tepat indikasi • Tepat penilaian
penyakit kondisi pasien
• Tepat pemilihan obat • Tepat informasi
• Tepat dosis • Tepat tindak lanjut
• Waspada terhadap • Tepat penyerahan
efek samping obat
Obat esensial :
Obat terpilih yang paling dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan.
Dan
seterusnya
OBAT YANG BOLEH
DIPERJUALBELIKA
SECARA ONLINE BESERTA
• Pasal 1
1. Peredaran Obat dan Makanan secara Daring adalah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan penyaluran dan/atau penyerahan
Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetika, dan Pangan Olahan
dengan menggunakan media transaksi elektronik dalam rangka perdagangan.
2. Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan atau
paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 8 TAHUN 2020 TENTANG PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN YANG DIEDARKAN
SECARA DARING
OBAT WAJIB APOTEK
• Diserahkan oleh apoteker pengelola apotek tanpa resep dokter.
• Obat wajib apotek dibuat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menolong dirinya sehingga tercipta budaya pengobatan sendiri
yang tepat, aman, dan rasional. (Keputusan Menkes nomor :
347/MenKes/SK/VII/1990).
Murtini Gloria. Farmasetika Dasar : Penggolongan Obat. Kemenkes RI. 2016 . 11-15
Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologi: .Penggolongan Jenis Obat. Kemenkes RI. 2017.16-18.
PENGGOLONGAN
NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA
• Psikotropika adalah zat atau obat alami/sintetis bukan narkotik berkhasiat
psikoaktif dapat menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku serta
menimbulkan dependensi secara fisik dan psikis bila tanpa pengawasan.
Psikotropika dikenal dengan nama obat keras tertentu (OKT) karena termasuk
golongan obat keras, tetapi bedanya dapat mempengaruhi aktifitas psikis baik
mental maupun perilaku dan mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat).
Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
Obat psikotropika digolongkan ke 4
golongan sebagai berikut :
1. Psikotropika Golongan I
• Diproduksi untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan saja dan tidak boleh
dipergunakan dalampengobatan atau terapi.
• Memiliki potensi sangat kuat untuk menyebabkan adiksi atau ketergantungan.
• Contoh: Brolamfetamine (DOB) Contoh: Ekstasi MDA
(Methylendioxyamphetamine), Ekstasi MDMA (methylen dioxy
methamphetamini) dan Ekstasi MDEA (Methylen dioxy ethylamphetamine),
meskalin, LSD , psilosibin
Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
2. Psikotropika Golongan II
• Bertujuan untuk pengobatan dan terapi serta dapat digunakan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan juga.
• Memiliki potensi kuat menyebabkan ketergantungan.
• Contoh: Amfetamina, Sekokarbital, methamfetamin yang dikenal dengan nama
Sabu-Sabu, deksamfetamin, Fenetilin.
Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
3. Psikotropika golongan III
• Digunakan untuk tujuan terapi dan pengobatan serta dapat juga digunakan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
• Obat ini memiliki potensi sedang dalam menyebabkan ketergantungan.
• Contoh: Amobarbital, Pentobarbita, Flunitrazepam, siklobarbital
Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
4. Psikotropika Golongan IV
• Obat psikotropika pada golongan ini sangat marak digunakan untuk tujuan terapi
dan pengobatan serta dapat juga digunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
• Obat ini memiliki potensi ringan dalam menyebabkan ketergantungan.
• Contoh: Bromazepam, diazepam, klordiasepoksida, mephrobomat, nitrazepam,
klokzazolon, alpazolam, barbital, diazepam, khlordizepokside, lorazepam,
nitrazepam (pil BK), meprobamat.
Nuryati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Farmakologoi : Penggolongan Obat Psikotropika. Kemenkes RI. 2017. 171-172.
Golongan Narkotika
• Pengaturan Pasal 6 ayat (1) UU Narkotika, narkotika digolongkan ke dalam:
• Narkotika golongan I, adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Opium, Alfa-metilfentanil
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
• Narkotika golongan II, adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan . Contoh : Alfametadol , Fentanil , Metadona.
• Narkotika golongan III, adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Kodeina, Etilmorfina , Nikokodina .
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
BOBOT PULVIS
• Pulveres (serbuk bagi) Keseragaman bobot : Timbang isi dari 20 bungkus satu-
persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi
rata-rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi
rata-rata tidak lebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% tiap 18
bungkus.
BENTUK SEDIAAN
OBAT (BSO);
SETENGAH PADAT
Definisi
Adalah sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan & digunakan sebagai obat luar.
Syarat Salep
1. Tidak berbau tengik
2. Kadar bahan obat adalah 10%, kecuali salep yang
mengandung obat keras atau narkotik
3. Harus menunjukan susunan homogen
4. Kualitas dasar salep harus baik
5. Penandaan: Pada etiket harus tertera “Obat Luar”
Berdasarkan
Konsistensi
Menurut
Dasar Salep
Menurut
Menurut Menurut
Dasar
Konsistensi Efek Terapi
Salep
Salep Hidrokarbo
Unguenta
Epidermik n
Salep Endo
Krim Serap
dermik
Dapat
Salep
Pasta dicuci
Diadermik
dengan air
Dapat Larut
Cerata
Air
Jelly
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope
Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014
Menurut Konsistensi -
Unguenta
Unguenta merupakan salep yang memiliki
konsistensi seperti mentega
Kelebihan:
• Tidak mencair pada suhu biasa
• Mudah dioleskan
Kekurangan:
• Memberikan rasa berminyak
Menurut Konsistensi - Krim
Kelebihan:
• Mudah diserap kulit
Terdapat 2 tipe krim:
• Mudah menyebar rata
• Mudah dibersihkan
• Minyak dalam air
Kekurangan:
• Air dalam minyak
• Sulit dibuat
• Mudah kering & mudah rusak
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2014
Menurut Konsistensi - Pasta
Merupakan salep yang
mengandung >50% zat
padat
Kelebihan:
• Tidak berminyak seperti unguenta
• Daya absorbsi lebih baik dari unguenta
Kekurangan:
• Tidak cocok untuk bagian tubuh yang berambut
Kelebihan:
• Mudah diratakan
• Tidak lengket dikulit
• Terdapat efek dingin
• Mudah dicuci
Kekurangan:
• Mudah hilang jika keringat
Menurut Efek Terapi
Salep Epidermik Salep Endodermik
Tidak bisa diabsorbsi Terabsorbsi sebagian
Berguna untuk:
Bahan obatnya menembus ke dalam kulit
tapi tidak melalui kulit
• Melindungi kuli Berguna untuk:
• Menghasilkan efek lokal • Melunakan kulit/mukosa
Salep Diadermik
Bahan obatnya menembus ke dalam tubuh
melalui kulit umtuk mencapai efek yang
dinginkan
Menurut Dasar Salep
Dasar Salep Hidrokarbon Dasar Salep Serap Dasar Salep Dicuci dengan Air Dasar Salep Larut Dalam Air
• Dasar Salep berlemak • Kelompok I, dasar salep yang dapat • Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, • Dasar salep tak berlemak dan terdiri
• Memperpanjang kontak dgn kulit bercampur dengan air. Membentuk antara lain salep hidrofilik (krim). dari konstituen larut air.
• Sulit dicuci, tidak mengering emulsi air dalam minyak. Cth: • Keuntungan dari dasar salep ini adalah dapat • Mudah dicuci
• Cth:Vaselin puth Parafin hidrofilik diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan
• Kelompok II, dasar salep telah yang terjadi pada kelainan dermatologik.
mengandung air. Membentuk • Cth: Vanishing cream
emulsi air dalam minyak. Cth:
Lanolin
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2014
BENTUK SEDIAAN
OBAT (BSO); CAIR
Larutan/Solusi
o
Suspensi
Obat Cair
Emulsi
Guttae
Larutan
Kelebihan Kekurangan
1. Cocok untuk anak-anak 1. Bahan obat ada yang tidak larut
dalam larutan
2. Cocok untuk penderita yang sulit
menelan 2. Kurang praktis dibandingkan
dengan obat padat (Tablet, kapsul)
3. Kerja awal obat lebih cepat
3. Obat yang rasanya pahit atau
4. Takaran dapat disesuaikan baunya tidak enak sulit ditutupi
Larutan/Solusion
Larutan oral
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven-air.
Sirup Eliksir
Larutan oral yang mengandung sukrosa Larutan oral yang mengandung etanol
atau gula lain yang tinggi sebagai pelarut
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope Indonesia Edisi V.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014
Larutan Topikal
Mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain, seperti etanol
dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit, atau dalam hal Larutan
Lidokain Oral Topikal, untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
Istilah Lotio digunakan untuk larutan atau suspensi yang digunakan secara
topikal.
Larutan Otik
Mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk
penggunaan dalam telinga luar misalnya Larutan Otik Benzokain dan Antipirin,
Larutan Otik Neomisin dan Polimiksin B Sulfat dan Larutan Otik Hidrokortison.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Farmakope Indonesia Edisi V.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2014
Suspensi
Suspensi
Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Biasanya pada petunjuk penggunaan obat
terdapat keterangan: “dikocok dahulu”
Kriteria Suspensi
• Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang serba sama dapat
dipertahankan dengan pengocokan sediaan.
• Seandainya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat segera
terdispersi kembali apabila suspensi dikocok.
• Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah.
• Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan mudah
dapat dituang dari wadahnya.
• Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik.
Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016
Suspensi Berdasarkan Cara Pemberian
Suspensi Oral
Suspensi Topikal
Suspensi
berdasarkan
cara pemberian
Suspensi
Optalmik
Suspensi Tetes
Telinga
Suspensi oral
Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai,dan ditujukan
untuk penggunaan oral.
Suspensi topikal
Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa
suspensi yang diberi etiket sebagai “Lotio” termasuk dalam kategori ini.
Contoh lotio kelamin
Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016
Emulsi
• Cara penggunaan perlu di kocok dulu
• Contoh:
- Scott’s emulsion
Nuyati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta;2017.
Emulsi
Kelebihan Kekurangan
1. Rasa dan bau dari minyak dapat 1. Kesulitan dalam masalah formulasi
ditutupi untuk menutupi rasa zat aktif yang
pahit dan tidak menyenangkan.
2. Absorbsi dan penetrasi lebih mudah di
control 2. Stabilitas bentuk larutannya kurang
baik
3. Aksi dapat diperpanjang dan efek
emollient lebih besar 3. Diperlukan ketepatan dosis yang
presisi
Nuyati. Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta;2017.
Guttae
Merupakan sediaan cairan berupa
larutan, emulsi, atau suspensi, Guttae Oral
dimaksudkan untuk obat dalam atau
obat luar, digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes
yang menghasilkan tetesan setara Guttae Nasal
dengan tetesan yang dihasilkan Guttae
penetes.
Guttae
Auricularis
Guttae
Ophtalmicae
Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016
Guttae
Kelebihan Kekurangan
1. Sangat baik digunakan untuk 1. Stabilitas bentuk larutannya kurang
pemberian dosis kecil baik
2. Memberi kemudahan dalam 2. Diperlukan ketepatan dosis yang
pemberian, khususnya bagi usia bayi presisi
dan balita yang belum dapat menelan
obat dengan baik 3. Kesulitan dalam masalah formulasi
untuk menutupi rasa zat aktif yang
3. Dapat digunakan untuk obat luar pahit dan tidak menyenangkan
maupun obat dalam.
Guttae
Guttae Nasales
Larutan untuk digunakan pada hidung disebut
juga spray atau collunaria atau tetes hidung
didefinisikan sebagai larutan berair atau
berminyak yang dimaksudkan untuk penggunaan
topikal atau daerah nasofaring.
Cairan pembawa umumnya digunakan air.
Guttae Oral
Tetes mulut adalah obat tetes yang
digunakan untuk mulut.
Mempunyai cairan pembawa air
Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016
Guttae
Guttae Auricurales
Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan
untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke
dalam telinga.
Cairan pembawa: Gliserin dan propilenglikol.
Guttae Ophtalmicae
Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk
telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam
telinga.
Cairan pembawa gliserin dan propilenglikol.
Murtini Gloria. Farmestika Dasar. 1st ed. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016