REFERAT
PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH:
Kristina Puspadewi
1261050059
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena rahmat dan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Ante Natal Care (ANC)
atau Asuhan Ante Natal.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga penulisan referat ini dapat
bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Penulis memohon maaf apabila pada
penulisan masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam perbaikan referat ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
kehamilan ; persalinan, dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat;
proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan ; memantau
kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan; merencanakan penatalaksanaan
yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi ; dan menurunkan morbilitas dan
mortalitas ibu dan janin perinatal.3
Menurut Depkes RI tenaga yang berkompeten memberikan pelayanan
ANC adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, dan bidan. ANC merupakan suatu
upaya menjaga kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan sehingga dapat
mencegah kematian ibu hamil. Tugas pemeriksaan ANC adalah memberikan
konseling dan pendidikan kesehatan dan membantu ibu beserta keluarganya untuk
mempersiapkan kelahiran dan kedaruratan yang mungkin terjadi. Tetapi banyak
ibu yang rutin berkunjung melakukan pemeriksaan ANC namun pengetahuan ibu
tersebut masih kurang tentang persiapan persalinan dan kedaruratan obstetri.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan referat ini adalah untuk mengetahui apa
saja cakupan asuhan antenatal atau antenatal care.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini adalah:
1. Mengetahui pentingnya ANC bagi ibu hamil.
2. Mengetahui pemeriksaan ANC pada ibu hamil.
3. Dapat mengedukasi ibu hamil dan keluarganya mengenai
pentingnya ANC.
5
BAB II
ANTENATAL CARE
2.1 DEFINISI
Antenatal care (ANC) adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil,
bukan saja saat bila ibu sakit dan memerlukan perawatan tetapi juga pengawasan
dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu
dan anak yang sehat. Kegiatan ini merupakan program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) yang berupaya merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah keamanan
persalinan.5
ANC adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk
optimalisasi kesehatan maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin selama kehamilan. ANC juga dapat di definisikan sebagai
pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim.6
masa nifas, sehingga keadaan postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik
akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat,
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula
fisik dan mental.
ANC dilakukan secara rutin minimal empat kali. Bila kehamilan termasuk
risiko tinggi perhatian dan jawal kunjungan harus lebih ketat. Dalam bahasa
program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode huruf K
yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap
adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti minimal dilakukan sekali kunjungan
antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan selama kehamilan
29-36 minggu dan dua kali kunjungan pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Dalam pemeriksaan rutin, dilakukan pula pencatatan data klien dan
keluarganya serta pemeriksaan fisik sebagai berikut :
A. Anamnesis
a. Indentifikasi dan Riwayat Kesehatan
- Nama
- Usia
- Alamat
- Pekerjaan ibu/suami
- Lamanya menikah
- Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan
b. Keluhan saat ini
- Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu
- Lamanya mengalami gangguan tersebut
c. Riwayat haid
- Hari pertama haid terakhir (HPHT)
- Usia kehamilan dan taksiran persalinan
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
8
i. Riwayat Imunisasi
j. Riwayat Menyusui
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Tanda vtal
Pemeriksaan jantung dan paru
Pemeriksaan payudara
Kelainan otot rangka serta neurologik
2. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi
Bentuk dan ukuran abdomen
Parut bekas luka operasi
Kelainan otot dan rangka serta neurologik
Gerakan janin
Varises atau pelebaran vena
Hernia
Edema
- Palpasi
Tinggi fundus uteri
Punggung bayi
Presentasi
Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul
- Auskultasi
10 minggu dengan Doppler
20 minggu dengan fetoskop Pinard
- Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada trimester I/II
C. Laboratorium
- Pemeriksaan
Analisis urin rutin
10
16 minggu simpisis-pusat
Taksiran berat janin Berat badan janin secara sederhana dapat diukur
dengan mempergunakan rumus diantaranya rumus Johnson Toshack. Rumus ini
dihitung berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (TFU) yaitu jarak dari bagian atas
tulang kemaluan (simfisis os pubis) ke puncak rahim (Fundus) dalam sentimeter
(cm) dikurangi 11, 12 atau 13, hasilnya dikali 155 didapatkan berat badan bayi
dalam gram. Rumus Johnson Toshack :
BB = (TFU N) x 155
Keterangan : BB = Berat badan janin dalam gram
TF = Tinggi Fundus Uteri
N = 13 bila kepala belum melewati PAP
N = 12 bila kepala berada di atas spina ischiadika
N = 11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika
d) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan
sekurang-kurangnya 2 kali dalam interval minimal 4 minggu, kecuali bila
sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada
masa calon pengantin, maka cukup diberikan TT ulang. Pada saat kontak pertama,
ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu
hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.Pemberian imunisasi TT
lengkap6,7
a. TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.
b. TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
c. TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
d. TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
e. TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur
hidup
e) Beri tablet tambah darah (tablet besi)
13
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg
dan asam folat 500 mg.
f) Tes terhadap penyakit menular
g) Temu wicara
Temu Wicara dengan dokter sangatlah penting untuk mengklasifikasikan
apakah ibu hamil dalam status kehamilan resiko tinggi, oleh karena itu, setiap ibu
hamil harus memeriksa diri secara teratur dan mendapat pelayanan kebidanan
yang optimal.
- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau
kosong).
Gambar 1.2 Leopold I
Sumber: jurnal.fk.unand.ac.id
LEOPOLD II
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri
dan kanan umbilikus.
- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut
jantung janin nantinya.
- Tentukan bagian-bagian kecil janin.
Gambar 1.3 Leopold II
Sumber: jurnal.fk.unand.ac.id
16
LEOPOLD III
- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan
perasaan tak nyaman bagi pasien.
- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah
sudah mengalami engagement atau belum
LEOPOLD IV
- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
- Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
17
Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan usia lanjut atau di atas 20 minggu pada umumnya
disebabkan oleh plasenta previa. Plasenta mulai terbentuk sempurna pada usia kehamilan
14-15 minggu. Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luas plasenta dan kondisi
segmen bawah rahim yang menjadi implantasi plasenta tersebut. Pada plasenta yang tipis
dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang
dan apabila segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan
bagian terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat
membahayakan keselamatan ibu. Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir
dapat menimbulkan perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau
22
Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai
dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan
preeklampsia. Data informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan
sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis dengan
preeklampsia. Gejala dan tanda lain adalah:6
- Gangguan penglihatan
- Nyeri epigastrik
- Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolik 10-20 mmHg di atas normal
- Edema menyeluruh
Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan
riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada solusio
plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan yang keluar (revealed) maupun
tersembunyi (concealed):6
- Trauma abdomen
- Preeclampsia
BAB III
KESIMPULAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Angka Kematian Ibu, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
Diunduh dari www.litbang.depkes.co.id, diakses pada 23 Mei 2016.
2. Data dan Informasi untuk Pimpinan, diunduh dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Booklet/Data%20&%20Informasi%20untuk
%20Pimpinan.pdf, diakses pada 23 Mei 2016.
3. Faranti R. Penyebab Rendahnya Kelengkapan Kunjungan Antenatal Care Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pengambiran. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas. 2015;10(1):101-107.
4. Agustini N, Suryani N, Murdani P. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu
dan Dukungan Keluarga Dengan Cakupan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja
Puskesmas Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. 2013;1(1):67-79.
5. Jekti R. Hubungan antara Kepatuhan Antenatal Care dengan Pemilihan Penolong
Persalinan. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 2011;1(2):84-91.
6. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2014. Ilmu
Kebidanan. Edisi Keempat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
7. Reeder; Martin; Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas: kesehatan
wanita, bayi, dan keluarga volume 1 edisi 18. Jakarta : EGC
8. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. 2003. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung.
25