Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE DI KOMUNITAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan

Komunitas Pelayanan Kebidanan

Dosen Pengampu : Henik Istiqomah, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :

1.
2.
3. Wika Cipriana Purba NIM. P27224014 155

DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG REGULER


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta
HidayahNya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Konsep
Dasar Kebidanan Komunitas. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Rosulullah SAW, sebagai suri tauladan yang baik. Penulisan ini disusun
untuk melengkapi tugas mahasiswa pada semester 2 tahun ajaran 2019 / 2020.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menerima masukan dan dukungan
dari semua pihak yaitu:

1. Kh. Endah Widhi A, M.Mid selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes


Kemenkes Surakarta.
2. Henik Istiqomah, S.ST., M.Keb sebagai dosen pembimbing mata kuliah
Asuhan Kebidanan Komunitas Pelayanan Kebidanan yang banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing kami.
3. Orang tua penulis, yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas ini.
4. Semua teman-teman yang telah mendukung terselesainya tugas ini.
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Akhirnya atas dukungan dari semua pihak, penulis ucapkan terima kasih.
Kekurangan merupakan keadaan lahiriah manusia sebagai makhluk Allah, dan
penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan ini.

Klaten, Februari 2020

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC),
petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan
intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin,dkk., 2002).
Berdasarkan data dan penelitian tentang kualitas penduduk indonesia 2011
tercatat angka kematian ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000
kelahiran hidup. Kementrian Kesehatan menargetkan, sampai tahun 2014 ini akan
menurunkan jumlah menjadi 118/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2015 akan
diupayakan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan angka
kematian ibu pada tahun 2010 sekitar 226 orang, dan pada tahun 2015 menjadi
102 orang pertahun. Untuk mewujudkan hal ini, salah satu upaya terobosan dan
terbukti mampu meningkatkan keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu
75% atau 125/100.000 kelahiran hidup (Eko Sutriyanto, 2012). Tujuan
pelayanan Antenatal Care adalah:
1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran
bayi.
2. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun
obstetri selama kehamilan.
3. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi
komplikasi.
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan
puerperium normal, dan merawat anak secara fisik, psikologi dan social
(Kusmiyati, et al., 2008).

3
Berdasarkan salah satu tujuan di atas maka pelaksanaan ANC puskesmas
dan BPM diharapkan mampu melakukan deteksi dini komplikasi sehingga bisa
mengurangi terjadinya kegawatan pada ibu yang berujung pada kematian.
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia kemungkinan terjadi pada ibu
hamil yang berisiko tidak terdeteksi secara dini. Untuk itu bidan harus mampu dan
terampil memberikan pelayanan sesuai dengan standart yang ditetapkan
khususnya bidan desa sebagai ujung tombak, dengan peran serta yang proaktif
dari petugas supervise sebagai penyelia untuk bidan di desa diharapkan
percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia serta
meningkatkan cakupan : kunjungan pertama ibu hamil (K1), kunjungan ke empat
ibu hamil (K4), dan semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kerja terlatih,
semua komplikasi obstetric mendapat pelayanan rujukan yang adekuat, semua
perempuan dalam usia reproduksi mendapat akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman
(Linda, 2007).
Pelayanan antenatal berkualitas mempunyai kedudukan penting dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, karena melalui pelayanan
antenatal yang profesional dan berkualitas, ibu hamil memperoleh pendidikan
tentang cara menjaga diri agar tetap sehat, mempersiapkan kelahiran bayi yang
sehat, serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kemungkinan
adanya risiko atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan, sehingga dapat dicapai
kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan dan nifasnya (Wijayanti
YT, 2001).
2. Tujuan

a. Untuk mengetahui asuhan antenatal di komunitas


b. Untuk mengetahui manajemen antenatal
c. Untuk mengetahui standar asuhan kebidanan antenatal
d. Untuk mengetahui standar minimal antenatal
e. Untuk mengetahui standar alat antenatal

BAB II
PEMBAHASAN

4
A. Gambaran pelaksanaan ANC di Indonesia pada komunitas
Salah satu bentuk pelayanan yang adekuat selama proses kehamilan adalah
pelayanan antenatal care (ANC) dalam rangka menurunkan dan pemeliharaan
kesehatan terhadap ibu hamil. Kehamilan merupakan satu ujian berat bagi ibu
hamil, dan menimbulkan ketakutan-ketakutan tertentu. Ketakutan itu antara lain
berupa kerisauan yang disebabkan oleh kelelahan dan kesakitan jasmaniah, jadi
bingung, kecemasan karena tidak mendapatkan dukungan emosional,
mengembangkan reaksi-reaksi kecemasan terhadap cerita dan takhayul yang
mengerikan, atau takut akan keadaan janinnya. Sehingga ibu hamil takut untuk
melakukan aktivitas yang dianggap membahayakan kehamilannya, seperti
pemeriksaan kehamilan (ANC). (Sloane, 1997).
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Adapun cakupan K1 tahun 2015
95,75% dan cakupan K4 tahun 2015 87,48%. Setiap tahunnya cakupan K1 dan K4
mengalami kenaikan, adapun target cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4
pada tahun 2015 menurut Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan
sebesar 72%. Maka dapat kita simpulkan dengan data ini bahwa akses pelayanan
yang diberikan oleh pelayanan kesehatan kepada masyarakat semakin membaik.
(Depkes RI, 2016).
B. Standar Asuhan Kebidanan Antenatal
Standar pelayanan asuhan antenatal di komunitas merupakan bagian dari
ruang lingkup pelayanan kebidanan yaitu standar 3 – standar 8. Standar tersebut
meliputi :
1. Standar 3 : identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan memotivasi ibu, suami
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya secara dini dan secara teratur. Hasil yang diharapkan adalah
:
1. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan.

5
2. Ibu, suami, anggota masyarakat meyadari manfaat pemeriksaan
kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat
pemeriksaan hamil.
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu.
2. Standar 4 : pemeriksaan dan pematauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan
seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan
juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang
gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi,
nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh puskesmas. Mereka harus dapat mencatat data yang tepat
pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya. Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4x selama
kehamilan.
2. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.
3. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan.
4. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda
bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
5. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi
kedaruratan.
3. Standar 5 : palpasi abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan


melakukan palpasi untuk meperkirakan usia kehamilan. Bila umur
kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, msuknya
kepala ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu. Hasil yang diharapkan adalah :

1. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik.

6
2. Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan
kebutuhan.
3. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta
merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
4. Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan,
dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk.
2. Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia.
3. Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR
5. Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilandan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya,
serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. Hasil yang
diharapkan adalah :
1. Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang
memadai dan tepat waktu.
2. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat preeklamsia.

6. Standar 8 : persiapan persalinan


Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
suami/keluarganya pada trimester III memastikan bahwa persiapan
persalinan bersih dan aman dan suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan
biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.
Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah
ibu hamil untuk hal ini. Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan
persalinan yang bersih dan aman.
2. Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai
dengan pertolongan bidan terampil.

7
3. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin
jika perlu.
4. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan.
C. Standar Minimal Antenatal
Menurut midwifery update dalam melakukan pemeriksaan antenatal,
tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar
(10T) terdiri dari :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal di
lakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan
atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya
gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan
untuk menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu
hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya CPD
(Cephal Pelvic Disproportion).

2. Ukur Tekanan darah


Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeclampsia (hipertensi disertai edema wajah
dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria).
3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas / LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh
tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko Kurang
Energi Kronis (KEK). KEK disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (bebrapa bulan/tahun) dimana
LILA kurang dari 23,5cm. ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR).
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri

8
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan
umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah 24 minggu.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala belum masuk ke panggul berarti ada kelainan
letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada
akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ
lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
6. Skrining Status Imunisasi Tetanus Dan Berikan Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining
status T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan
status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hanil minimal memiliki status
imunisasi T2 agar mendapat perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu
hamil dengan status imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan
imunisasi TT lagi.
Table 2.2
Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi Interval % Masa perlindungan
perlindungan
TT 1 Pada kunjungan 0 Tidak ada
ANC 1
TT 2 4 minggu setelah 80 3 tahun
TT 1
TT 3 6 bulan setelah 95 5 tahun

9
TT 2
TT 4 1 tahun setelah 99 10 tahun
TT 3
TT 5 1 tahun setelah 99 25 tahun / seumur
TT 4 hidup
Sumber : Rukiah, 2013

7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet
selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8. Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium
rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap
ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, protein urine, dam
pemeriksaan spesifik daerah endemis/epidemic (malaria, IMS, HIV, dll).
Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan
labratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang
melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada
saat antenatal tersebut meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut
menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi
anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam

10
kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil pada
trimester kedua dilakukan atas indikasi.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadi pre-eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes mellitus harus dilakukan
pemeriksaaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga.
e. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di
daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria
apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan resiko tinggi dan
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Di daerah epidemic HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
fasilitasi pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada
semua ibu hamil secara ibklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin
lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Di
daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau
menjelang persalinan.Teknik penawaran ini disebut Provider Initiated
Testing and Councelling (PITC) atau tes HIV atas inisiatif Pemberi
Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).
h. Pemeriksaan BTA

11
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaan
tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
Mengingat kasus perdarahan dan preeklamsi/eklamsi merupakan
penyebab utama kematian ibu, maka diperlukan pemeriksaan dengan
menggunakan alat deteksi resiko ibu hamil oleh bidan termasuk bidan
desa meliputi alat pemeriksaan laboratorium rutin (golongan darah,
Hb), alat pemeriksaan laboratorium khusus (gluko-protein urin), dan tes
hamil.
9. Tatalaksana / penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standard an kewenangan bidan. Kasus-kasus
yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan system rujukan.
10. Temu wicara (Konseling)
Temu wicara (Konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
yang meliputi :
a) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya
secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar
beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam perhari)
dan tidak bekerja berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan
selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2
kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah
sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olahraga ringan.
c) Peran suami / keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga
terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau
masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi,

12
transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila
terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa
ke fasilitas kesehatan.

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, dan nifas serta kesiapan


menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya
baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan
pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan
lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu
hamil segera mencari pertolongan ke tenaga-tenaga kesehatan.
e) Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan
makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini
penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan
ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara
rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit
menular dan tidak menular karena dapat mempengaruhi pada
kesehatanibu da janinnya.
g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling didaerah
Epidemik meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan
TB didaerah epidemic rendah
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera
diberikan informasi mengenai resiko penularan HIV dari ibu ke
janinnya. Apabila ibu hamil tersebut positif HIV maka dilakukan
konseling Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi
ibu negative diberikan penjelasan untuk menjaga tetap HIV negative
selama hamil, menyusui dan seterusnya.
h) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

13
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayinya segera setelah lahir karena ASI mengandung zat kekebalan
tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan
sampai bayi berusia 6 bulan.
i) KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB
setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya
waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga.
j) Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang
masih memberikan perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi
mengalami tetanus neonatorum.
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan
dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori
dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara
bersamaan pada periode kehamilan.
Hendrawan harimat,dkk 2018 tentang kualitas pelayanan antenatal oleh
bidan di Puskesmas menyatakan, Pengumpulan data dilakukan di 212 puskesmas
dengan jumlah sampel 224 orang bidan. Bidan diamati pada saat melakukan pelayanan
ANC. Komponen ANC yang diamati adalah 5T, 7T, dan 9T. Selain itu diamati juga
ketersediaan sarana, prasarana, dan obat-obatan terkait dengan ANC di puskesmas. Bidan
yang melakukan ANC dengan benar dan baik untuk komponen 9T, 7T, dan 5T secara
berturut – turut adalah 18,8%, 23,2%, dan 31,7%. Hanya 20,4% puskesmas telah
memiliki seluruh peralatan, obat, dan media penunjang pelayanan ANC 9T.Hanya
seperlima bidan melakukan pelayanan ANC secara lengkap dan benar untuk komponen
pelayanan 9T. Pengetahuan bidan dalam melakukan ANC 9T lebih baik pada
mereka yang menjalani profesinya kurang dari 20 tahun dan berpendidikan minimal D3
kebidanan.
D. Standar Alat Antenatal
Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi perlatan steril dan
tidak steril, bahan-bahan habis pakai, formulir yang disediakan dan obat-obatan.
Peralatan Tidak Peralatan Bahan Formulir Obat-

14
Steril Steril Habis yang Obatan
Pakai Disediakan
 Timbangan dewasa  Bak instrument  Kasa  Buku KIA  Golongan
 Pengukur tinggi badan  Spatel lidah bersih  Kartu status roborantia
 Sphygmomanometer  Sarung tangan  Kapas  Formulir (Vitamin B6
(tensimeter) (handscoen)  Alkohol rujukan dan B
 Stetoskop  Spuit (jarum) 70%  Buku kompleks)

 Funduskup  Larutan register  Tablet zat

 Termometer aksila klorin  Alat tulis besi

 Pengukur waktu kantor  Vaksin TT

 Senter  Kartu  Kapsul

 Refleks hammer penapisan Yodium

 Pita pengukur lingkar dini  Obat KB

lengan atas  Kohort

 Pengukur hb ibu/bayi

 Metline
 Bengkok
 Handuk kering
 Tabung urine
 Lampu spiritus
 Reagen untuk
pemeriksaan urine
 Tempat sampah
Sumber : Yulifah,Rita 2014

E. Manajemen Asuhan Antenatal di Komunitas


Manajemen asuhan antenatal di komunitas merupakan langkah-langkah
alamiah sistematis yang dilakukan bidan, dengan tujun untuk mempersiapkan
kehamilan dan persalinan yang sehat berdasarkan standar yang berlaku. Dalam
manajemen asuahan antenatal di komunitas, bidan harus melakukan kerja sama
dengan ibu, keluarga, dan masyarakat megenai persiapan recana kelahiran,

15
penolong persalinan, tempat bersalinan, tabung untuk bersalinan, dan
mempersiapkan recana apabila terjadi komplikasi.
Tidak menutup kemungkinan di dalam masyarakat, bidan akan menemui
ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan selama kehamilan atau antenatal
care (ANC) diantaranya adalah ibu sakit, tidak ada transportasi, tidak ada yang
menjaga anak yang lain, kurangnya motivasi, dan takut atau tidak mau ke
pelayanan kesehatan.Upaya yang harus dilakukan bidan untuk mengatasi kendala-
kendala tersebut adalah dengan:
1. Melakukan kunjungan rumah;
2. Berusaha memperoleh informasi mengenai alasan ibu tidak melakukan
pemeriksaan
3. Apabila ada masalah, coba untuk membuat ibu dalam mencari
pemencahannya;
4. Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan.
1. Kunjungan Rumah
a. Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal care :
1. Satu kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke -14
2. Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara trimester ke-14
sampai minggu ke -28
3. Dua kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-28
sampai minggu ke-36 dan setelah minggu ke-36
b. Kunjungan ideal selama kehamilan:
1. Pertama dilakukan sedini mungkin ketika ibu mengatakan
terlambat haid 1 bulan
2. Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan
3. Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan
4. Satu kali setiap minggu samapai usia kehamilan 9 bulan
5. Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan
2. Pelaksanaan Asuhan Antenatal di Rumah
Bidan dapat melakukan beberapa hal berikut dalam memberikan
asuhan antenatal di rumah.
1. Bidan harus mempunyai data ibu hamil diwilayah kerjanya

16
2. Bidan melakukan identifikasi apakah ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilan dengan teratur
3. Bidan harus melakukan ANC di rumah, apabila ibu hamil tidak
merasakan kehamilannya
4. Sebelum melakukan suhan dirumah, lakukan kontrak tentang
waktu, tanggal, hari, dan jam yang disepakati bersama ibu hamil
agar tidak mengganggu aktifitas ibu serta keluarga
5. Pada saat melakukan kunjungan rumah, lakukan pemeriksaan
sesuai dengan standar, kemudian identifikasi lingkungan rumah
apabila ibu mempunyai rencana melahirkan dirumah
Pemilihan tempat persalinan dimasyarakat dipengaruhi oleh riwayat
kesehatan dan kebidanan yang lalu, keadaan kehamilan pada saat ini,
pengalaman melahirkan sebelumnya, serta ketersediaan tempat tidur, kondisi
rumah, sehingga dapat memilih tempat persalinan hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan keputusan untuk menentukan tempat persalinan
dilakukan pada ibu sendiri atas dasar konsultasi dengan bidan atau
dokter
2. Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa aman, nyaman, dan
percaya terhadap orang yang menolong
Tempat persalinan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari
adanya rujukan secara estafet. Bidan harus melakukan skrining antenatal
pada semua ibu hamil atau penapisan dini pada ibu hamil yang berpotensi
mempunyai masalah atau faktor resiko. Skrining antenatal dilakukan dengan
menggunakan prinsip 4T yaitu Temu muka, Temu wicara, Temu faktor
resiko, dan Temu keluarga.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan managemen asuhan antenatal di
komunitas adalah sebagai berikut:
 Ciptakan adanya rasa percaya dengan menyapa ibu dan keluarga
seramah mungkin dan membuatnya merasa nyaman
 Menanyakan riwayat kehamilan ibu dengan cara menerapkan prinsip
mendengarkan efektif

17
 Melakukan anamnesis secara lengkap, terutama riwayat kesehatan ibu
dan kebidanan
 Melakukan peeriksaan seperlunya
 Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (misalnya albumin,
Hb)
 Membantu ibu dan keluarga mempersiapkan kelahiran dan
kemungkinan tindakan darurat
 Memberikan konseling sesuai kebutuhan
 Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman
dirumah.
 Memberikan nasihat kepada ibu untuk mencari pertolongan apabila
ada tanda-tanda seperti perdarahan pervagina, sakit kepala lebih dari
biasanya, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah dan
tangan, nyeri abdomen, janin tidak bergerak seperti biasanya
 Memberikan tablet Fe 90 butir dimulai saat usia kehamilan 20 minggu
 Memberikan imunisasi TT dengan dosis 0,5 cc
 Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
 Mendokumentasikan hasil kunjungan.
F. Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas Pada Ibu Hamil
a. Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan
dengan kehamilan, antara lain:
1. Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan
keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat
kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan dan brokohan.
2. Mengidam, dikotomi panas dingin.
3. Larangan masuk hutan, karena wanita hamil menurut kepercayaan
baunya harum sehingga mahluk-mahluk halus dapat
mengganggunya.
4. Pantangan keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu
mahluk halus atau roh jahat.

18
5. Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali
pusat.
6. Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah
melahirkan.
7. Tidak boleh makan pisang dempet, dikhawatirkan anak yang akan
dilahirkan kembar dempet atau siam.
8. Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah
terbakar, karena anak yang dilahirkan bisa sumbing atau anggota
badannya ada yang buntung.
9. Jangan meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat
melahirkan.
10. Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat jari-jari
tangannya akan berdempet menjadi satu.
11. Jangan membuat kulit ketupat pada masa hamil karena orang tua
percaya bahwa daun kelapa untuk kulit ketupat harus dianyam
tertutup rapat oleh wanita hamil, sehingga dikhawatirkan bayi yang
lahir nanti kesindiran, tertutup jalan lahirnya.
12. Tidak boleh membelah/memotong binatang, agar bayi yang lahir
nanti tidak sumbing atau cacat fisik lainnya.
13. Tidak boleh menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku
perahu, memaku rumah, membelah kayu api yang sudah terbakar
ujungnya, memukul kepala ikan.
14. Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
15. Manggunakan jimat saat bepergian.
b. Peran Bidan Di Komunitas Terhadap Perilaku Selama Hamil, Antara
Lain Yaitu:
1. KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi
makanan bergizi, batasi aktivitas fisik, tidak perlu pantang makan.
2. KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos
yang tidak benar ditinggalkan.
3. Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang
negatif atau berpengaruh buruk terhadap kehamilan.

19
4. Bekerjasama dengan dukun setempat.
5. KIE tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama
dan pasca persalinan.
6. KIE tentang hygiene personal dan hygiene persalinan.
Pengertian pantangan-pantangan ini dimasudkan agar sang bayi kelak
lahir dengan lancar dan dalam keadaan sehat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3 macam faktor; antara lain :
a. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan
dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan ini dapat diketahui
dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan
terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
b. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang
terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan
berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada janin
yang telah lahir nanti. Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi
kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi
pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga
mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal,
maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia
dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
c. Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat
istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat
dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh
terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus
diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti
makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil,
maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu hamil juga harus menjaga
kebersihan dirinya. Ekonomi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin.

20
Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan
kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga
kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik, maka proses
kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik.

SEMUA IBU HAMIL

Faktor Resiko +

Skrining I

Ibu KRR
Ibu KRT
Skrining
KRST
II,III,dan
seterusnya
Komplikasi Persalinan Kelompok FR I,II
Kelompok FR III

PKM RS
PKM ATAU RS RUMAH SAKIT

Rujukan Dini Rujukan Tepat


Berencarna RDB/RDR Waktu RTW

PERSALINAN AMAN DAN RUJUKAN TERENCANA


Gambar Contoh jalur skrining antenatal pada ibu hamil
Keterangan :
A. Kehamilan resiko rendah (KRR)
Kehamilan normal tanpa masalah atau faktor resiko,kemungkinan
besar persalinan normal, akan tetap harus tetap waspada akan adanya
komplikasi persalinan.
B. Kehamilan resiko tinggi(KRT)

21
Kehamilan dengan faktor resiko, baik dari ibu ataupun janin yang
dapat menyebabkan komplikasi persalinan, dampak terhadap kesakitan,
kematian kecacatan baik pada ibu ataupun baru-baru lahir, Diperlukan
rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan penanganan khusus dan
adekuat.
C. Kehamilan resiko sangat tinggi(KRST)
Kehamilan dengan resiko ganda atau lebih dari dua faktor baik dari
ibu ataupun janin yang dapat menyebabkan komplikasi persalinan atau
resiko yang lebih besar yaitu kematian ibu dan bayi, dibutuhkan rujukan
kerumah sakit untuk penanganan khusus dan adekuat.

BAB III

KESIMPULAN

Pelayanan kebidanan komunitas merupakan upaya yang dilakukan oleh


bidan dalam memecahkan masalah kesehatan reproduksi perempuan, bayi, serta
balita secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan menggunakan
pendekatan managemen pelayanan kebidanan di komunitas. Pelayanan kebidanan
kmunitas juga merupakan sub system dari system pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier yang dilakukan secara
mandiri dengan kolaborasi dan / atau merujuk. (Yulifah dan Tri, 2014)

Sasaran Bidan Komunitas yaitu Sasaran umum meliputi Lembaga Swadaya


Masyarakat (LSM), organisasi masyarakat, tokoh masyarakat dan kelompok
masyarakat dan Sasaran Khusus meliputi perempuan selama dalam siklus
kehidupannya, yaitu mulai sejak konsepsi sampai lanjut usia.

22
Tujuan asuhan Kebidanan Komunitas yaitu Tujuan Umumnya Asuhan
kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khususnya kesehatan perempuan (woman well being) di wilayah kerja bidan dan
Tujuan Khususnya Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.

Peran Bidan di komunitas yaitu sebagai berikut Pemberi pelayanan


kesehatan (provier), Pendidik, Pengelola, Konselor, Pembela klien (Advokat),
Kolaborator / Koordinator, Perencana, Peneliti.

Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu puskesmas / puskesmas


pembantu, polindes, posyandu, BPS, rumah pasien, dasa wisma, PKK. Di
puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan. Di polindes, posyandu, BPS, dan
rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/leader. Dalam jaringan kerja bidan
di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Lusiana El Sinta, dkk. 2017. Buku Ajar Kebiidanan Komunitas. Padang:
Erka. Hal
Hamdani, M. 2015. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Trans Info Media. Hal 1-
17
Hanhajani, Sutjiati Dwi. 2011. Kebidanan Komunitas: Konsep & Manajemen
Asuhan. Jakarta: EGC. Hal 1-7
Mujiwati, Sri, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Edisi Revisi.
Jakarta: Trans Info Media. Hal 1-12
Saifudin, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Jakarta: Salemba Medika. Hal 1-4.
Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Hal 1- 13.

24

Anda mungkin juga menyukai