KELUARGA BERENCANA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Keluarga
Berencana (KB)”.
Selama penulisan dan penyusunan makalah ini, saya banyak menemukan hambatan dan
kesulitan, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Makalah ini juga diperbuat sebagai syarat penyesuaian ijazah.
Maka pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada Allah SWT dan teman-teman yang memberi banyak dorongan dan bantuan.
Saya menyadari keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
dan tenaga kebidanan pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana
olehpemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan
menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi
padapertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah
berumur sangat lama yaitu pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil
menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
1
6. Tubektomi adalah prosedur bedah mini untuk memotong, mengikat atau memasang
cincin pada saluran tuba fallopi untuk menghentikan fertilisasi (kesuburan) seorang
perempuan. Manfaatnya sangat efektif, baik bagi klien apabila kehamilan akan terjadi
resiko kesehatan yang serius dan tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet
need) menjadi 6%.
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional.
4
3. Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan
menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach).
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan
penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat yang
telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach).
Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan program kb nasional.
Strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap kecenderungan respon pasangan
usia subur (PUS) di Indonesia terhadap ajakan (KIE) untuk berkb.
Berdasarkan hasil survei tersebut respon pus terhadap KIE kb terbagi dalam 3 kelompok
1. 15% pus langsung merespon ya untuk berkb.
2. 15% - 55% pus merespon raguragu untuk berkb.
3. 30% pus merespon tidak untuk berkb.
Strategi 3 dimensi ini juga diterapkan untuk merespon kemendesakkannya untuk
scepatnya menurunkaj TFR dan membudayakan NKKBS sebagai normaprogram KBN .
Selain itu, Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
1. Strategi dasar
2. Strategi operasional
Strategi Dasar
1. Meneguhkan kembali program di daerah
2. Menjamin kesinambungan program
Strategi operasional
1. Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
2. Peningkatan kualitas dan prioritas program
3. Penggalangan dan pemantapan komitmen
4. Dukungan regulasi dan kebijakan
5. Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
5
F. Dampak Program Keluarga Berencana (KB)
Program keluarga berencana memberikan dampak yaitu:
1. Penurunan angka kematian ibu dan anak
2. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
3. Peningkatan kesejahteraan keluarga
4. Peningkatan derajat kesehatan
5. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR
6. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM
7. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
6
2. Pengaruh negatif Program KB
Selain mendatangkan pengaruh yang positif, program KB juga memiliki pengruh
yang kurang menguntungkan, ini dilihat dari semakin meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam ber-KB, maka penggunaan metode KB berupa penggunaan
AKDR, implant, suntik KB, pil KB juga semakin meningkat, maka biaya yang harus
di keluarkan pemerintah untuk pengadaan alat – alat dan obat untuk kontrasepsi di
Indonesia dapat dikatakan cukup tinggi.
Menurut penelitian, dengan peggunaan metode untuk ber-KB maka dapat
mempercepat penuaan pada akseptornya, sehingga dapat dikatakan jumlah usia
lanjut akan semakin bertambah setiap tahunnya, sehingga biaya yang juga harus
dikeluarkan pemerintah untuk kesejahteraan para Usila juga meningkat.
7
d. Mendukung upaya pemberdayaan perempuan dengan menyadari sepenuhnya akan hak
dan kewajiban perempuan serta sebagai sumber daya manusia yang tangguh.
8
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB.
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik
sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan
mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang
tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi sehat
sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta
dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu:
pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat
sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program
ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar merasa aman dan
terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah.
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah
(Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB.
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan,
dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan.
9
program KB dengan harapan istri yang akan mengkomunikasikan dan menegosiasikan
pemakaian alat kontrasepsi (alkon) kepada suaminya.
Aspek sosial budaya masyarakat Indonesia, lanjutnya, juga menjadi faktor
penyebab rendahnya kesadaran pria untuk berperan menyukseskan program KB. Dari
hasil penelitian yang dilakukan di kabupaten Gunung Kidul, diketahui bahwa masyarakat
masih mempersepsikan KB merupakan tanggung jawab perempuan. Selain itu,
pemakaian alat kontrasepsi kondom mengurangi kenyamanan saat melakukan hubungan
seksual dengan pasangan dibanding jenis-jenis alat kontrasepsi perempuan yang ada.
Sementara metode vasektomi masih dipersepsikan sebagai bentuk pengkebirian dan akan
mengurangi kekuatan pria. Pandangan yang keliru tentang vasektomi ini telah
melahirkan stigma terhadap akseptor yang dianggap oleh masyarakat sekitar sebagai pria
takut isteri. Kekhawatiran juga muncul dari perempuan yang beranggapan dengan
vasektomi justuru akan meningkatkan peluang suami untuk tidak setia pada pasangan
karena tidak meninggalkan jejak.
Keterlibatan pria didefinisikan sebagai partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan KB, pengetahuan pria tentang KB dan penggunaan kontrasepsi pria. Dari
defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi pria tidak hanya dalam hal
pemakaian alat kontrasepsi saja, tapi juga dalam hal pengambilan keputusan berKB oleh
istri ataupun dengan pengetahuan yang dimiliki oleh pria tentang KB digunakan untuk
membantu mensosialisasikan program-program KB. Keterlibatan pria dalam KB
diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat
kontrasepsi serta merencanakan jumlah anak dalam keluarga. Untuk merealisasikan
tujuan terciptanya Keluarga Berkualitas 2015, Partisipasi pria dalam Keluarga
Berencana adalah tanggung jawab pria dalam kesertaan ber-KB, serta berperilaku
seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan atau keluarganya. Dalam hal ini
dinyatakan bahwa keterlibatan pria dalam program KB dapat terjadi secara langsung atau
tidak langsung. Penggunaan metode kontrasepsi pria merupakan satu bentuk partisipasi
pria secara langsung, sedangkan keterlibatan pria secara tidak langsung misalnya pria
memiliki sikap yang lebih positif dan membuat keputusan yag lebih baik berdasarkan
sikap dan persepsi, serta pengetahuan yang dimilikinya.
10
lembaga-lembaga terkait lainnya secara bersama-sama menanggulangi ledakan penduduk
sekaligus memberikan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya perencanaan
keluarga agar kualitas hidupnya lebih baik. Di sinilah kehadiran KB menjadi kebutuhan
yang sangat mendesak ketika ancaman ledakan penduduk menimpa bangsa ini.
Soerjono Soekanto dalam bukunya, Sosiologi Sebuah Pengantar (2010) mengatakan,
bahwa masalah angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan program
keluarga berencana yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu-ibu
dan anak-anak maupun meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi
angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi.
Dengan demikian, program KB menjadi pilihan yang sangat tepat guna membatasi
jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan menunda masa perkawinan dini agar
dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi. Selain itu, cara lain yang dapat
dilakukan untuk mengimbangi ledakan jumlah penduduk adalah penambahan dan
penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan,
mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi, dan meningkatkan
produksi.
Dengan beberapa cara tersebut ancaman ledakan jumlah penduduk bisa
diminimalisir sehingga angka kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan seminimal
mungkin. Jika angka kemiskinan dan pengangguran berkurang otomatis kesempatan dan
akses masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan benar-benar dinikmati oleh seluruh
rakyat Indonesia dan pada gilirannya kesejahteraan yang dicita-citakan para pendiri
bangsa ini akan terwujud.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program gerakan KB di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa di mana pada saat ini pemerintah sedang melakukan pembangunan
di segala bidang, termasuk untuk mengatasi berbagai masalah kependudukan seperti
pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata dan
kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah.
Adapun strategi pendekatan yang dilakukan dalam program pelayanan kb meliputi:
Pendekatan Kemasyarakatan (community approach), Pendekatan koordinasi aktif (active
coordinative approach), Pendekatan integrative (integrative approach), Pendekatan
kualitas (quality approach), Pendekatan kemandirian (self rellant approach), Pendekatan
tiga dimensi ( three dimension approach).
Dalam pelayanan KB juga ada cara operasinal programnya yang meliputi: Pelayanan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman
peserta KB, Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah dan Pendidikan KB.
Dari program KB juga memiliki dampak terhadap pencegahan kelahiran, semisalkan
dampak pada ibu, dampak pada anak, maupun dampak pada suami. Secara umum
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian ibu
dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan
keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR;
Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan
fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa dalam praktek.
2. Semoga makalah ini dapat jadi literatur dalam pembelajaran.
3. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang dapat menambah ilmu
pengetahuan.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/
http://tppkkkec-tirto.blogspot.com/2011/11/3-manfaat-utama-program-keluarga.html
http://dwiyulianiadnan27.blogspot.com/2013/11/program-kb-di-indonesia.html
http://minirukmini.blogspot.com/2013/05/persepsi-dan-partisipasi-masyarakat.html
http://sofiatussholeha.blogspot.com/2013/06/program-kb-di-indonesia.html
13