NAMA : TIARA
NIM : 20201440120087
MK : YANKESDAS
DOSEN: Any Zahrotul W,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala
puji bagi Allah, tuhan semesta alam, kemudian shalawat beriring salam
disampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, serta keluaga dan
sahabat-sahabatnya, yang telah membawa agama Islam sebagai petunjuk bagi
umat manusia dalam menjalankan kehidupan didunia dan diakhirat.
Makalah ini berjudul “Keluarga Berencana (KB)”. Penulisan Makalah ini
kiranya tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak,
baik moril maupun material. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak terhingga dan setinggi-tingginya
kepada para panitia pelaksana pelatihan yang sudah membatu dan memberikan
petunjuk kepada penulis dalam menyusun Makalah ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Makalahini masih banyak
terdapat kejanggalan dan kekurangan baik susunan kata maupun penulisannya hal
ini dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis.
Mudah-mudahan kerya tulis ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis
sendiri dan pembaca pada umumnya.
TI ARA
i
DAFTAR I SI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan ....................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Program KB ..................................................................... 3
2.2 Tujuan Program KB ........................................................................... 3
2.3 Sasaran Program KB ......................................................................... 4
2.4 Ruang Lingkup Program KB ............................................................. 4
2.5 Strategi Pendekatan Program KB ...................................................... 5
2.6 Dampak Program KB ........................................................................ 6
2.7 Pengaruh Program KB ....................................................................... 6
2.8 Manfaat Program KB ......................................................................... 8
2.9 Cara Operasional Program KB .......................................................... 9
2.10 Partisipasi Masyarakat ...................................................................... 10
2.11 Peran Program KB ........................................................................... 12
Bab III Penutup .............................................................................................. 14
Daftar Pustaka .................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
(produksi hewani) yang dipasang pada alat vital laki-laki saat berhubungan
seksual. Manfaatnya kondom sangat efektif bila digunakan dengan benar
dan murah atau dapat dibeli secara umum.
6. Tubektomi adalah prosedur bedah mini untuk memotong, mengikat atau
memasang cincin pada saluran tuba fallopi untuk menghentikan fertilisasi
(kesuburan) seorang perempuan. Manfaatnya sangat efektif, baik bagi
klien apabila kehamilan akan terjadi resiko kesehatan yang serius dan
tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Sasaran Program Keluarga Berencana (KB)
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14
persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai
alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan
efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1
yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional.
4
2.5 Strategi Pendekatan Program Keluarga Berencana (KB)
Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain :
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat
(kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach).
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan
keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai
kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan menerapkan
kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan
menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga dapat
menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach).
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider)
dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan masyarakat
yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab
dalam pelaksanaan program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach).
Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan program kb nasional.
Strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap kecenderungan respon
pasangan usia subur (PUS) di Indonesia terhadap ajakan (KIE) untuk berkb.
Berdasarkan hasil survei tersebut respon pus terhadap KIE kb terbagi dalam
3 kelompok
a) 15% pus langsung merespon ya untuk berkb.
b) 15% - 55% pus merespon raguragu untuk berkb.
c) 30% pus merespon tidak untuk berkb.
5
Strategi 3 dimensi ini juga diterapkan untuk merespon kemendesakkannya
untuk scepatnya menurunkaj TFR dan membudayakan NKKBS sebagai
normaprogram KBN .
Selain itu, Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
- Strategi dasar
- Strategi operasional
Strategi Dasar
- Meneguhkan kembali program di daerah
- Menjamin kesinambungan program
Strategi operasional
- Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
- Peningkatan kualitas dan prioritas program
- Penggalangan dan pemantapan komitmen
- Dukungan regulasi dan kebijakan
- Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
6
berhasil atau tidaknya usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Pertambahan penduduk yang cepat, tidak seimbang dengan peningkatan produksi
akan mengakibatkan ketegangan – ketegangan sosial dengan segala akibat yang
luas.
1. Pengaruh positif Program KB
Dengan adanya program KB maka laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan
untuk menghindari terjadinya peledakan penduduk yang luar biasa, karena
diperkirakan jika angka persentase kesetaraan jumlah penduduk yang ber-KB
dapat dinaikkan 1 % per tahun, maka diprediksikan jmlah penduduk
Indonesia pada tahun 2015 sekitar 237,8 juta jiwa, ini masih di bawah dari
angka proyeksi penduduk tahun 2015 yang diperkirakan sekitar 248 juta jiwa.
Dengan adanya kebijakan pemerintah unutk pengaturan laju pertumbuhan
penduduk dan pengaturan jumlah kelahiran di Indonesia merupakan bagian
dari kebijakan kependudukan nasional, yang dalam hal ini pelaksanaan
program KB di daerah pada era otonomi perlu ditentukan sasaran kinerja
program untuk mewujudkan keserasian kependudukan di berbagai bidang
pembangunan. Dengan terkendalinya jumlah penduduk, maka akan tercipta
generasi yang berkualitas, sehingga dapat meneruskan pembangunan
Indonesia yang berkualiatas.
2. Pengaruh negatif Program KB
Selain mendatangkan pengaruh yang positif, program KB juga memiliki
pengruh yang kurang menguntungkan, ini dilihat dari semakin meningkatnya
partisipasi masyarakat dalam ber-KB, maka penggunaan metode KB berupa
penggunaan AKDR, implant, suntik KB, pil KB juga semakin meningkat,
maka biaya yang harus di keluarkan pemerintah untuk pengadaan alat – alat
dan obat untuk kontrasepsi di Indonesia dapat dikatakan cukup tinggi.
Menurut penelitian, dengan peggunaan metode untuk ber-KB maka dapat
mempercepat penuaan pada akseptornya, sehingga dapat dikatakan jumlah
usia lanjut akan semakin bertambah setiap tahunnya, sehingga biaya yang
juga harus dikeluarkan pemerintah untuk kesejahteraan para Usila juga
meningkat.
7
2.8 Manfaat Program Keluarga Berencana (KB).
Berikut ini merupakan manfaat dari adanya program Keluarga Berencana
(KB), yaitu:
1. Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan
kehamilan yang aman,sehat dan diinginkan.
2. Mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi
pil kontrasepsi.
3. Memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan kependudukan.Proggram keluarga berencana nasional adalah
program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga
untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat
mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuk keluarga berkualitas
maka generasi mendatang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas
akan dapat melanjutkan pembangunan.
Program keluarga berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang
berwawasankependudukan dapat memberikan kontribusi dalam empat hal, yaitu :
a. Mengendalikan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk juga dengan
peningkatan kualitas penduduk.
b. Peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya yang handal
dilakukan dengan mengarahkan pembangunan pada penurunan kematian
ibu dan bayi dengan menurunkan kelahiran atau kehamilan melalui
penggunaan kontrasepsi.
c. Berusaha dan menjunjung tinggi perwujudan hak – hak asasi manusia
dalam hal kesehatan reproduksi pasangan usia subur untuk merencanakan
kehidupan berkeluarga.
d. Mendukung upaya pemberdayaan perempuan dengan menyadari
sepenuhnya akan hak dan kewajiban perempuan serta sebagai sumber daya
manusia yang tangguh.
8
Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor
akan mendapatkan tiga manfaat utama optimal baik untuk ibu, anak dan keluarga,
antara lain:
1. Manfaat Untuk Ibu:
- Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
- Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
- Menjaga kesehatan ibu
- Merencanakan kehamilan lebih terprogram
- Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang
kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
- Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati
waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya.
2. Manfaat Untuk Anak:
- Mengurangi risiko kematian bayi
- Meningkatkan kesehatan bayi
- Mencegah bayi kekurangan gizi
- Tumbuh kembang bayi lebih terjamin
- Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi
- Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal
3. Manfaat Untuk Keluarga:
- Meningkatkan kesejahteraan keluarga
- Harmonisasi keluarga lebih terjaga
9
usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB.
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik
sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan
mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB
yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi. Reproduksi
sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME,
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara
keluarga dengan lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan yaitu:
pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat
sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui
program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia), tujuan agar
merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah.
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi
pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB.
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan,
dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan.
10
disebabkan minimnya akses laki-laki terhadap perolehan informasi, pelayanan KB,
dan kesehatan reproduksi.
Menurut Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM
Issac Tri Oktaviatie, S.Ant, MSc, kurangnya promosi atau sosialiasi tentang KB
pria dikarenakan kebijakan KB di Indonesia yang masih berfokus pada
pencapaian target peserta KB perempuan. Perempuan masih tetap menjadi sasaran
utama sosialisasi program KB dengan harapan istri yang akan
mengkomunikasikan dan menegosiasikan pemakaian alat kontrasepsi (alkon)
kepada suaminya.
Aspek sosial budaya masyarakat Indonesia, lanjutnya, juga menjadi faktor
penyebab rendahnya kesadaran pria untuk berperan menyukseskan program KB.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di kabupaten Gunung Kidul, diketahui bahwa
masyarakat masih mempersepsikan KB merupakan tanggung jawab perempuan.
Selain itu, pemakaian alat kontrasepsi kondom mengurangi kenyamanan saat
melakukan hubungan seksual dengan pasangan dibanding jenis-jenis alat
kontrasepsi perempuan yang ada. Sementara metode vasektomi masih
dipersepsikan sebagai bentuk pengkebirian dan akan mengurangi kekuatan pria.
Pandangan yang keliru tentang vasektomi ini telah melahirkan stigma terhadap
akseptor yang dianggap oleh masyarakat sekitar sebagai pria takut isteri.
Kekhawatiran juga muncul dari perempuan yang beranggapan dengan vasektomi
justuru akan meningkatkan peluang suami untuk tidak setia pada pasangan karena
tidak meninggalkan jejak.
Keterlibatan pria didefinisikan sebagai partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan KB, pengetahuan pria tentang KB dan penggunaan
kontrasepsi pria. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi pria
tidak hanya dalam hal pemakaian alat kontrasepsi saja, tapi juga dalam hal
pengambilan keputusan berKB oleh istri ataupun dengan pengetahuan yang
dimiliki oleh pria tentang KB digunakan untuk membantu mensosialisasikan
program-program KB. Keterlibatan pria dalam KB diwujudkan melalui perannya
berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat kontrasepsi serta
merencanakan jumlah anak dalam keluarga. Untuk merealisasikan tujuan
11
terciptanya Keluarga Berkualitas 2015, Partisipasi pria dalam Keluarga Berencana
adalah tanggung jawab pria dalam kesertaan ber-KB, serta berperilaku seksual
yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan atau keluarganya. Dalam hal ini
dinyatakan bahwa keterlibatan pria dalam program KB dapat terjadi secara
langsung atau tidak langsung. Penggunaan metode kontrasepsi pria merupakan
satu bentuk partisipasi pria secara langsung, sedangkan keterlibatan pria secara
tidak langsung misalnya pria memiliki sikap yang lebih positif dan membuat
keputusan yag lebih baik berdasarkan sikap dan persepsi, serta pengetahuan yang
dimilikinya.
12
Dengan beberapa cara tersebut ancaman ledakan jumlah penduduk bisa
diminimalisir sehingga angka kemiskinan dan pengangguran dapat ditekan
seminimal mungkin. Jika angka kemiskinan dan pengangguran berkurang
otomatis kesempatan dan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pendidikan
benar-benar dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia dan pada gilirannya
kesejahteraan yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini akan terwujud.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/
http://tppkkkec-tirto.blogspot.com/2011/11/3-manfaat-utama-program-
keluarga.html
http://dwiyulianiadnan27.blogspot.com/2013/11/program-kb-di-indonesia.html
http://minirukmini.blogspot.com/2013/05/persepsi-dan-partisipasi-masyarakat.html
http://sofiatussholeha.blogspot.com/2013/06/program-kb-di-indonesia.html
15