Anda di halaman 1dari 17

MAKALH

PANDANGAN AGAMA BUDHA TENTANG KB DAN


KONTRASEPSI DARURAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

Diana Lasma Riani P3.73.24.1.22.151


Andina Nurhaini P3.73.24.1.22.145
Dini Tisna Andriani P3.73.24.1.22.152
Duma Royan Purba P3.73.24.1.22.153
Dwi Andhika Lestary P3.73.24.1.22.154
Dwi Novitasari P3.73.24.1.22.155

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PRODI DIV ALIH JENJANG JURUSAN KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Pandangan Agama Budha tentang KB dan Kontrasepsi darurat” sebagai
pembahasan pada mata kuliah Kesehtan Reproduksi Remaja & Perencanaan
Keluarga Termasuk KB.
Kami berharap makalah ini bisa menjadi salah satu sumber pembelajaran
bagi para pembaca dan dapat bermanfaat bagi sesama penuntut ilmu lainnya.
Kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan, baik yang
berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan.
Harapan penulis ialah dosen pengampu dan pembaca dapat memberi masukan
serta tambahan ilmu demi kebaikan makalah ini. Besar harapan kami
mendapatkan kritik ataupun saran yang membangun guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.

Jakarta, Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan...........................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Keluarga Berencana....................................................................7
B. Tujuan KB.....................................................................................................7
C. Manfaat KB...................................................................................................8
D. Kontrasepsi Darurat......................................................................................8
E. Pandangan KB dalam Agama Budha............................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu
persekutuan (unit) terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat.
Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu bangsa, kemajuan dan
keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-
keluarga yang hidup pada bangsa tersebut. Indonesia merupakan bangsa
yang besar baik segi kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya
manusia, jumlah penduduknya urutan ketiga setelah Cina dan India artinya
maju mundurnya kemajuan bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas
keluarga. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai wahana
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu,
sudah sewajarnya bila pemerintah bersama-sama dengan segenap
komponen masyarakat berkepentingan untuk membangun keluarga-
keluarga di negara kita tercinta ini agar menjadi keluarga yang sejahtera
yang dalam konteks ini kita maknai sebagai keluarga yang sehat, maju dan
mandiri dengan ketahanan keluarga yang tinggi. Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai motor penggerak
Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, sekarang ini sangat
berpihak pada upaya membangun keluarga sejahtera dengan visi dan
misinya yang telah diperbaharui, yakni  penduduk tumbuh seimbang dan
keluarga berkualitas.(Dyah Pratiwi & Sariyati, 2016)
Persoalan utama Indonesia adalah angka kelahiran yang besar tidak
dibarengi dengan ketersediaan berbagai sarana prasarana yang dibutuhkan
oleh setiap penduduk yang lahir untuk tumbuh kembang menjadi manusia
bermutu kelak, yang manfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungan
yang lebih luas, untuk itu maka sudah seharusnyalah, pemerintah bahu
membahu dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat, aktifis Lembaga
Swadaya Masyarakat dan semua elemen pemerintahaan Indonesia untuk
kembali menyerukan arti penting Keluarga Berencana dalam kehidupan

4
bermasyarakat, guna menekan sedemikian rupa angka kelahiran, sehingga
derajat hidup warga negara Indonesia kian meningkat. Upaya itu dibarengi
dengan upaya terus menerus pemerintah dalam meningkatkan daya saing
rakyat Indonesia di era global. (Fapseducilacap.blogspot.com)
Untuk mendukung Program Keluarga Berencana tersebut, maka
para pemuka agama Pusat telah membentuk forum antar umat beragama
peduli keluarga sejahtera dan kependudukan (FAPSEDU) Pusat pada
tanggal 17 Juni 2008. Dari urutan permasalahan dan peran yang akan
dilakukan oleh FAPSEDU meliputi 3 hal yaitu masalah keluarga, masalah
kependudukan, dan masalah keluarga berencana. (BKKBN 2012).
Menurut Sleman Muhammadi Halimi dalam menuturkan, berdasarkan
surah An-Nisa ayat 9, KB menjadi salah satu tindakan yang disarankan.
“Kita dilarang meninggalkan keturunan kita dalam kondisi lemah. Kalau
punya anak banyak malah membuat kita repot, jadi lebih baik ber-KB
dengan catatan kita bisa memenuhi semua kebutuhan anak,”
(Republika.co.id)
Pandangan berbagai Agama tentang Keluarga Berencana yaitu yang
pertama Agama Islam yang mengharamkan Jenis Kontrasepsi Vasektomi
dan Tubektomi karena mempunyai sifat permanen tetapi ada juga agama
islam yang membolehkan menggunakan kontrasepsi. Yang kedua agama
khatolik yang diperbolehkan hanya KB alamiah atau Pantang Berkala saja
sehingga untuk jenis alat kontrasepsi yang lain tidak diperbolehkan. Lalu
yang ketiga agama Kristen dalam PGI DIY sepakat untuk menyisipkan
pendampingan dan edukasi mengenai KB pada pengajaran sekolah
minggu. Dan Menurut pengurus Majelis Agama Konghucu Indonesia
(MAKI) agama konghucu sama sekali tidak pernah melarang para
pengikutnya untuk mengikuti program KB. (Republika.co.id)
Berdasarkan pandangan setiap masing-masing agama yang
berbeda-beda tersebut maka pelaksanaan Program Keluarga Berencana
akan lebih sulit diterima terutama alat kontrasepsi yang ada diprogram

5
Keluarga Berencana karena masing-masing agama mempunyai umat yang
begitu mematuhi perintah agama yang dianutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keluarga berencana?
2. Bagaimana pandangan KB dalam agama budha?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian secara umum tentang keluarga berencana
2. Mengetahui pandangan KB dalam agama budha

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga Berencana atau yang lebih akrab disebut KB adalah program
skala nasional untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan
pertambahan penduduk di suatu negara. Sebagai contoh, Amerika Serikat
punya program KB yang disebut dengan Planned Parenthood.
Program KB juga secara khusus dirancang demi menciptakan kemajuan,
kestabilan, dan kesejahteraan ekonomi, sosial, serta spiritual setiap
penduduknya. Program KB di Indonesia diatur dalam UU N0 10 tahun 1992,
yang dijalankan dan diawasi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN),
Wujud dari program Keluarga Berencana adalah pemakaian alat
kontrasepsi untuk menunda/mencegah kehamilan kehamilan. Berikut alat
kontrasepsi yang paling sering digunakan:
1. Kondom
2. Pil KB
3. IUD
4. Suntik
5. KB implan/susuk
6. vasektomi dan tubektomi (KB permanen).

B. Tujuan KB
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomer 87 tahun
2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pengembangan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga,kebijakan KB
bertujuan untuk :
1) Mengatur kehamilan yang diinginkan,
2) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak,

7
3) Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling,
dan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi,
4) Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek
Keluarga Berencana, dan
5) Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk
menjarangkan jarak kehamilan.

C. Manfaat
1. Mencegah kehamilan tidak diinginkan
2. Mengurangi risiko aborsi
3. Menurunkan angka kematian ibu
4. Mengurangi angka kematian bayi
5. Membantu mencegah HIV/AIDS
6. Menjaga kesehatan mental keluarga

D. Kontrasepsi Darurat
1. Pengertian
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah
kehamilan setelah senggama tanpa pelindung atau tanpa pemakaian
kontrasepsi yang tepat dan konsisten sebelumnya.
2. Indikasi
a. Perkosaan
b. Senggama tanpa menggunakan kontrasepsi
c. Pemakaian kontrasepsi tidak benar atau tidak
d. Senggama terputus gagal dilakukan sehingga ejakulasi terjadi di
vagina atau genitalia eksternal
e. Salah hitung masa subur
f. AKDR ekspulsi (terlepas)
g. Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
h. Terlambat suntik progestin lebih dari 2 minggu atau terlambat suntik
kombinasi lebih dari 7 hari

8
E. Pandangan KB dalam Agama Budha
1. Keluarga Berencana Alat (KB Alat) menurut Agama Buddha
Menurut agama Buddha, semua gerak kehidupan terjadi karena
adanya hukum Sebab dan Akibat atau hukum Karma. Hal ini berarti
bahwa segala sesuatu yang terjadi dan tercipta dalam alam semesta ini,
disebabkan oleh karena adanya proses sebab dan akibat. Sebab adanya
Keluarga Berencana adalah karena adanya keluarga yang tidak sejahtera
yang dikarenakan karena adanya pertambahan jumlah kelahiran yang
tidak terbatas, yang sama sekali tidak seimbang dengan tambahan
makanan dan sarana-sarana sosial dan pendidikan. Karena itu usaha
Keluarga Berencana adalah untuk mengendalikan, membatasi,
menjarangkan kelahiran dengan cara-cara ilmiah yang dihalalkan oleh
agama.
Pandangan Agama Buddha tentang Keluarga Berencana.
Masalah kependudukan dan keluarga berencana belum timbul ketika
budha Gotama maasih hidup. Tetapi kita bisa menelaah ajarannya yang
relevan dengan makna keluarga berencana. Kebahagiaan dalam keluarga
adalah adanya hidup harmonis antara suami istri dan antara orang tua dan
anaknya. Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah berusaha
menimbulkan dan memperkembangkan kesejahteraan untuk anak-
anaknya. Jadi, bila kita perhatikan kewajiban tersebut maka program KB
patut dilaksanakan karena KB menimbulkan kesejahteraan keluarga.
Keluarga berencana dibenarkan dalam agama budha dan umat budha
dibebaskan memilih cara KB yang cocok untuk masing-masing
Adapun pencegahan kehamilan secara ilmiah tersebut adalah:
a. Menggunakan sifat-sifat ilmiah dari badan (sistem berkala).
b. Menggunakan alat medis untuk wanita, yaitu dalam bentuk tablet
dan alat-alat kedokteran seperti IUD (Intra Uterine Device = alat-alat
kandungan) atau spiral.
c. Untuk pria digunakan kondom (sarkom).

9
d. Menggunakan cara operasi yang sifatnya tetap seperti:
1) Untuk Pria: Castrasi (kebiri) kedua buah zakar diambil serta
Vasectomi pengikatan pembuluh sperma.
2) Untuk Wanita: Operasi Kaisar, pemotongan kandungan dan
Cigasi,pengikatan saluran kesuburan.

2. Tujuan KB
a. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan
bangsa.
b. Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat
dan bangsa.
c. Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR
yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi.
Menurut pandangan agama Buddha tujuan KB adalah untuk Mencapai
kesejahteraan keluarga khususnya dan kesejahteraan rakyat pada
umumnya. Bila setiap insan Indonesia yang berkeluarga dapat
melaksanakan KB dengan baik, ini berarti pula ia ikut membantu
Pemerintah dalam pembangunan masyarakat Indonesia yang
sejahtera.Masalah kependudukan dan Keluarga Berencana belum
timbul ketika Buddha Gotama masih hidup. Tetapi kita bisa menelaah
ajaran-Nya yang relevan dengan makna Keluarga Berencana.
Kebahagiaan dalam keluarga adalah adanya hidup harmonis antara
suami dan isteri, dan antara orang tuadengan anaknya. Kewajiban
orang tua terhadap anaknya adalah berusaha menimbulkan dan
memperkembangkan kesejahteraan untuk anak-anaknya.
Menurut Sigalovada Sutta, ada lima kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh orang tua, yaitu:
a. Berusaha untuk menghindarkan anak-anaknya dari kejahatan.
b. Mengajarkan mereka untuk berbuat baik.

10
c. Memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya
d. Menikahkan anak-anaknya dengan pasangan yang sesuai
e. Memberikan warisan kepada anak-anaknya di waktu yang
tepat.Jadi, bila kita perhatikan isi dari Sigalovada Sutta tersebut KB
patut kita laksanakan, karena KB menimbulkan kesejahteraan
keluarga

3. Cara melaksanakan KB
Untuk melaksanakan KB ada 8 (delapan) cara, yaitu:
a. KB dengan jalan menelan pil anti hamil atau injeksi dengan obat
Depo Provera 150, setiap tiga bulan sekali, hal ini bertujuan untuk
mencegah pematangan sel telur di dalam indung telur.
b. KB dengan jalan memakai kondom, hal ini tertujuan untuk
mencegah masuknya sperma kedalam rahim.
c. KB dengan jalan membunuh sperma, hal ini bertujuan untuk
mencegah sperma menemui sel telur.
d. KB dengan jalan melakukan vasektomi atau tubektomi, hal ini
bertujuan untuk mencegah pertemuan Sperma dengna Ovum.
e. KB dengan jalan sistem kalender/ penanggalan, hal ini bertujuan
untuk mencegah matangnya sel telur didalam indung telur.
f. KB dengan jalan melakukan susuk yang berbentuk anak korek api
pada lengan kiri wanita, hal ini bertujuan untuk mencegah
pembuahan pada kandungan wanita. (disebut Susuk KB atau
Norplant)
g. KB dengan jalan melakukan abortus/ pengguguran, hal ini bertujuan
untuk mengeluarkan janin.
h. KB dengan jalan memakai spiral, hal ini mempunyai 2 tujuan, yaitu:
1) Mencegah tumbuhnya janin didalam rahim setelah terjadi
pembuahan.
2) Mencegah sperma menemui sel telur.
Kehamilan akan terjadi bila dipenuhi tiga syarat, yaitu :

11
a. Adanya pertemuan Sperma dengan Ovu
b. Saat yang subur dari calon ibu, dan
c. Patisandhi Vinnana memasuki rahim.
Patisandhi Vinnana masuk dalam rahim pada saat
pertemuan Sperma dan Ovum, dan keduanya dalam
keadaan kuat/ memenuhi syarat.
Pada tahap pertama (Uppadakkhana) Patisandhi
Vinnana timbul dalam rahim,Kamma Jarupa ikut timbul
pula sebanyak tiga kalapa, yaitu Kayadasakakalapa,
Bhavadasakakalapa dan Vatthudasakakalapa. Kemudian
menyusul timbul rupa-rupa yang lain apabila tiba saatnya.
Jadinya, cara KB bentuk (a) s/d (f) yang tersebut diatas
dapat dibenarkan dalam agama Buddha, karena Patisandhi
Vinnana (kesadaran/jiwa/roh yang bertumimbal lahir)
belum masuk dalam rahim, hal ini tidak melanggar sila).
Cara KB bentuk (g) yang tersebut diatas, yaitu
abortus/pengguruan TIDAK DIBENARKAN dalam agama
Buddha, karena Patisandhi Vinnana telah masuk dalam
rahim, hal ini termasuk pembunuhan penuh dan melanggar
sila. Cara KB bentuk (h) yaitu memakai spiral masih
diragukan mengenai keterangannya, karena para dokter ahli
belum mampu memberikan keterangan secara pasti. Bila
memakai spiral tujuannya:
a. Mencegah tumbuhnya janin didalam kandungan setelah
terjadi pembuahan, hal ini TIDAK DIBENARKAN
dalam agama Buddha, karena Patisandhi Vinnana telah
masuk dalam rahim, ini termasuk pembunuhan dan
melanggar sila.
b. Mencegah Sperma menemui sel telur, hal ini TIDAK
DIBENARKAN dalam agama Buddha, karena

12
Patisandhi Vinnana belum masuk dalam rahim dan
tidak melanggar sila.
Sperma dan Ovum dapat bergerak dan berkembang
biak, tetapi keduanya ini tidak dapat disebut makhluk
hidup, sebab menurut agama Buddha Sperma dan
Ovum tidak memiliki nama (jiwa/roh). Dalam Kamma
Bhumi 11 tidak ada yang disebut makhluk itu tanpa
memiliki nama. Sperma dan Ovum merupakan rupa
(materi) yang disebut UTUJARUPAKALAPA (kelompok
materi yang bertemperatur) yang timbul dari
Lobhacittuppada (gabungan Lobha Citta dengan Cetasika)
kepunyaan pria dan wanita. Sperma dan Ovum dapat
bergerak karena kekuatan Vayo Dhatu (unsur angin/ gerak)
yang berada dalam Rupa Kalapa (kelompok materi). Seperti
juga dengan cicak yang ekornya dipotong, ekor tersebut
tetap bergerak/bergoyang untuk berapa saat, hal ini
bukanlah berate bahwa ekor tersebut memiliki jiwa/ roh
(nama), tetapi ekor tersebut dapat bergerak/bergoyang
karena kekuatan Vayo Dhatu (unsur angin/gerak) yang
berada dalam Rupa Kalapa (kelompok materi).
Agama Buddha memandang setiap manusia pada dasarnya baik dan
tidak melarang umatnya mengikuti program KB demi terwujudnya
kesejahteraan keluarga.
Agama Buddha menyetujui program KB dan penggunaan metode kontrasepsi
apabila:
1. Metode kontrasepsi tidak mengandung unsur-unsur pembunuhan.
2. Kontrasepsi dilakukan atas dasar saling pengertian antara suami istri
dengan maksud memberikan kesempatan mendidik, merawat dan
mempersiapkan diri buat kehidupan anak-anak yang sudah ada.
3. Tidak ada unsur-unsur melarikan diri dari tanggung jawab.

13
4. Semua tindakan ber-KB diakukan atas dasar bimbingan dan pengawasan
para ahli yang bersangkutan.
Agama Buddha memperbolehkan pemakaian kontrasepsi karena
pencegahan kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi dianggap sama
dengan pencegahan pertemuan sel telur dengan sel sperma yang
berarti pula mencegah terjadinya makhluk. Hal ini berarti tidak terjadi
pembunuhan, karena sel telur dan sel sperma sendiri menurut agama Buddha
bukanlah makhluk.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
KB merupakan upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No.
10/1992), sehingga ajaran agama Buddha memperbolehkan, bahkan
menganjurkan terbentuknya keluarga yang bahagia dan sejahtera, sesuai
norma agama, yang antara lain dilaksanakan melalui program Keluarga
Berencana. Agama Buddha memandang setiap manusia pada dasarnya baik
dan tidak melarang umatnya mengikuti program KB demi terwujudnya
kesejahteraan keluarga. Agama Buddha memperbolehkan pemakaian
kontrasepsi karena pencegahan kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi
dianggap sama dengan pencegahan pertemuan sel telur dengan sel sperma
yang
berarti pula mencegah terjadinya makhluk. Hal ini berarti tidak terjadi
pembunuhan, karena sel telur dan sel sperma sendiri menurut agama Buddha
bukanlah makhluk.

B. Saran
KB merupakan langkah untuk merencanakan kesejahteraan keluarga
yang perlu banyak lintas untuk bersinergi dalam mewujudkannya.
Peningkatan keterampilan diperlukan oleh banyak tenaga kesehatan agar
semakin banyak klien yang dapat terbantu. Pergunakanlah KB untuk para
ibu,agar bisa mengatur jarak kehamilan, agar bisa menciptakan keluarga yang
bahagia dan sejahtera.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Dinda Ayu Dwi (2016) TA : Rancang Bangun Aplikasi Penentu Masa
Subur Wanita Berbasis Android Dengan Metode Keluarga Berencana
Alamiah. Undergraduate Thesis, Institut Bisnis Dan Informatika Stikom
Surabaya. Diunduh Di Https://Repository.Dinamika.Ac.Id/Id/Eprint/2242/.
BKKBN. Kumpulan Materi KIE Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga
Sejahtera dan Kependudukan (FAPSEDU). Yogyakarta; 2012
Dyah Pratiwi, E., & Sariyati, S. (2016). Agama dengan Keikutsertaan Keluarga
Berencana (KB) dan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi pada Pasangan Usia
Subur (PUS) di Desa Argomulyo Sedayu Bantul Yogyakarta. Jurnal Ners
Dan Kebidanan Indonesia, 3(1), 1. https://doi.org/10.21927/jnki.2015.3(1).1-
9

Fapsedu Cilacap: Keluarga Berencana Dalam Pandangan Agama

Progran Keluarga Berencana Https://Dppkbpmd.Bantulkab.Go.Id/Program-


Keluarga-Berencana-Kb-Itu-Apa-Sih/
Handayani, Welvira (2015) Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Akseptor Kb
Terhadap Metode Kontrasepsi Iud Di Bps Neni Suryani, Kelurahan
Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Bekasi Periode Oktober –
November 2014. Skripsi Thesis, Universitas Tarumanagara. Di Unduh Di
Http://Repository.Untar.Ac.Id/26180/
Zuhalnie Yunita Ratri*,, And Heni Puji Wahyuningsih,, And Anita Rahmawati,
(2020) Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Unmet Need Di
Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta Tahun 2019. Skripsi Thesis,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Diunduh Di
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2309/

16
https://www.republika.co.id/berita/orfnqm396/kb-dalam-pandangan-islam-
konghucu-dan-kristen

Lampiran ..

17

Anda mungkin juga menyukai