Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PROGRAM KB

Dosen Pengampu :
Wanodya Hapsari, S.ST, MTr.Keb
Disusun Oleh :
Dwi Afuw Syahputri (P1337424323058)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI KEBIDANAN PURWOKERTO
PROGRAM DIPLOMA TIGA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyusun
tugas Makalah Mata Kuliah Asuhan Kehamilan yang berjudul “Aspek-aspek sosial
budaya yang berkaitan dengan praktek KB/KR dan kesehatan di sekitar tempat tinggal”
dengan tepat waktu. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sosial Budaya Dasar

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wanodya Hapsari, S. ST., M. Tr.
Keb. selaku dosen pengampu. Meskipun kami sudah menyelesaikan tugas ini dengan
semaksimal mungkin, tetapi kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun
dari para pembaca untuk menyempurnakan segala kekurangan dalam makalah ini.

Proses pembuatan makalah ini, dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, serta
arahan dari beberapa pihak yang telah membantu kami. Akhir kata, kami berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca serta pihak pihak yang membutuhkan.
Untuk itu, kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, semoga
makalah ini bisa bermanfaat

Purwokerto, 04 Agustus 2023

Dwi Afuw Syahputri


NIM P1337424323058
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
BAB II
PEMBAHASAAN
A.Definisi
BAB III
PENUTUP
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu program pembangunan nasional
yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Sesuai
dengan Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, disebutkan bahwa Program Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (UU 10/1992).
Keluarga berencana juga berarti mengontrol jumlah dan jarak kelahiran anak, untuk menghindari
kehamilan yang bersifat sementara dengan menggunakan kontrasepsi sedangkan untuk
menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan dengan cara sterilisasi (Ekarini,
2008).
Peran program KB sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan reproduksi seseorang,
baik itu untuk kesehatan reproduksi wanita maupun kesehatan reproduksi pria. Peran KB bagi
kesehatan reproduksi wanita diantaranya yaitu menghindari dari bahaya infeksi, eklamsia,
abortus, emboli obstetri, komplikasi masa puerpureum (nifas), serta terjadinya pendarahanyang
disebabkan karena sering melakukan proses persalinan (Depkes, 2007). Selain itu program KB
juga bertujuan untuk mengatur umur ibu yang tepat untuk melakukan proses persalinan, sebab
jika umur ibu terlalu muda atau terlalu tua ketika melakukan persalinan, hal ini akan sangat
beresiko mengakibatkan perdarahan serius yang bisa mengakibatkan kematian bagi ibu maupun
bayinya (Depkes, 2007). Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 228 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia masih berada pada posisi tertinggi di Asia untuk angka
kematian ibu. Angka tersebut juga masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs)
2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per 1000 kelahiran hidup. Oleh
karena itu dengan program KB yang terus digalakan pemerintah, diharapkan nantinya MDGs
2015 dapat tercapai sesuai target.
Program KB juga berperan bagi kesehatan reproduksi suami antara lain untuk mencegah
terkena Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti: sifilis, gonorhea, dan penyakit kelamin lain
yang diakibatkan oleh tidak menggunakan alat kontrasepsi (kondom) ketika melakukan
hubungan seksual dengan istrinya yang terkena PMS . Selain mencegah terkena penyakit
menular seksual Program KB juga dimaksudkan untuk membantu pria yang mengalami
gangguan disfungsi seksual serta membantu pasangan yang telah menikah lebih dari setahun
tetapi belum juga memiliki keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia
(Suratun, dkk, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Masalah
Faktor–faktor apakah yang berhubungan dengan dukungan suami
terhadap kepesertaan istri dalam program KB di wilayah kerja Puskesmas Baturraden
2. Sub masalah
a. Apakah pengetahuan berhubungan dengan dukungan suami terhadap
kepesertaan istri dalam Program KB di wilayah kerja Puskesmas Baturraden
b. Apakah nilai anak dan keinginan memilikinya berhubungan dengan
dukungan suami terhadap kepesertaan istri dalam Program KB di
wilayah kerja Puskesmas Baturraden?
c. Apakah jenis pekerjaan berhubungan dengan dukungan suami terhadap
kepesertaan istri dalam Program KB di wilayah kerja Puskesmas
Baturraden?
d. Apakah pendapatan berhubungan dengan dukungan suami terhadap
kepesertaan istri dalam Program KB di wilayah kerja Puskesmas
Baturraden?
e. Apakah peran tokoh masyarakat berhubungan dengan dukungan suami
terhadap kepesertaan istri dalam Program KB di wilayah kerja
Puskesmas Baturraden?
C.Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dukungan
suami terhadap kepesertaan istri dalam Program KB di wilayah kerja
Puskesmas Baturraden.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan pengetahuan suami dengan dukungan terhadap
kepesertaan istri dalam Program KB di wilayah kerja Puskesmas Baturraden
b. Mengetahui hubungan nilai anak dan keinginan memilikinya dengan
dukungan suami terhadap kepesertaan istri dalam Program KB di
wilayah kerja Puskesmas Baturraden.
c. Mengetahui hubungan jenis pekerjaan suami dengan dukungan
terhadap kepesertaan istri dalam Program KB di wilayah kerja
Puskesmas Baturraden.
d. Mengetahui hubungan pendapatan suami dengan dukungan terhadap
kepesertaan istri dalam Program KB di wilayah kerja Puskesmas
Baturraden.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi
Keluarga berencana adalah program yang dibentuk oleh pemerintah untuk menurunkan tingkat
fertilitas. Pencanangan program keluarga berencana(KB) pertama kali dicanangkan pada tahun
1970 dengan dibentuknya suatu badan yang mempunyai tugas mensukseskan program tersebut.
Badantersebut adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).Dalam
menjalankan program KB, BKKBN menyarankan masyarakatuntuk memiliki dua anak saja. Hal
ini dikarenakan jumlah masyarakatIndonesia terbilang besar.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta
jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 2000-
2010, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang besar, tentunya
pemerintah semakin sulit untuk mengatur dan menyediakan berbagai fasilitas dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan. Hal ini terjadi pada suatu masyarakat yang memiliki jumlah anak
banyak dengan status ekonomi dan pendidikan rendah. Permasalahan yang mungkin terjadi
adalah apakah keluarga tersebut dapat menyediakan kebutuhan, memberikan pendidikan,
makanan bergizi, dan lain sebagainya sehingga dapat melahirkangenerasi tangguh atau hanya
menambah jumlah penduduk yang menjadi beban keluarga juga pemerintah.Untuk itulah
pemerintah melalui BKKBN membuat program KB. Salahalternatif yang disarankan BKKBN
adalah penggunaan alat kontrasepsi untuk mengontrol kepemilikan anak.
A.Tujuan KB
Yang menjadi target atau sasaran dalam program keluarga berencanaadalah pasangan usia subur,
yaitu pasangan usia 15-49 tahun, anggotamasyarakat, institusi dan wilayah. Program KB ini
memiliki tujuan yangterdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus.Tujuan umum KB adalah
meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalamrangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera)yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
B.PENERAPAN PROGRAM KB
Keluarga yang sehat sejahtera dan berkualitas akan terwujud jikaangka kelahiran dapat diatur
melalui program KB. Banyak yangdiharapkan dari adanya gerakan ini, tetapi tampaknya banyak
pula kendalayang dihadapi oleh para pelaksana di lapangan. Salah satu kendala itu muncul dari
lembaga di daerah yang mengurus soal KB ini di lebur entah ke unit-unit lain yang
mengakibatkan program kegiatannya pun menjadi
tidak jelas.Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah dalam menumbuhkankembali kesadaran
masyarakat untuk ber-KB. Sejalan denga era otonomi,hubungan pemerintah pusat dan daerah
terjalin berdasarkan prinsipdesentralisasi termasuk mekanisme pelayanan program KB di
lapangan.Tetapi, konsekuensinya adalah adanya perubahan kebijakan dan sistemmanajemen
sesuai kenyataan di lapangan.Salah satu dampaknya, adalah menurunnya kemampuan daerah
menyelenggarakan pelayanan KB secara langsung. Tetapi yang pasti,katanya, lembaga
pemerintah yang mengelola KB di daerah perludidukung dengan kebijakan yang terintegrasi,
dengan mendayagunakan sumber daya manusia yang ada di daerah setempat.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Pentingnya Pemahaman Ibu – Ibu tentang Program Keluarga Berencana. Sebab
Program Keluarga Berencana merupakan salah satu bentuk program Pemerintah
untuk pengentasan kemiskinan, yaitu dengan cara mengatur perkawinan,
mengatur kapan harus punya anak,mengatur jarak kelahiran, dan mengatur jumlah
anak yang ideal dalam satu keluarga. Di samping itu Ibu-ibu juga di kenalkan
dengan berbagai macam jenis – jenis KB,serta cara – cara penggunaannya.
Agar pelaksanaan Program KB menjadi optimal, maka di adakan sosialisasi
motivasi, pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan, dan pengembangan
pengguna akseptor. Namun di dalam pelaksanaan Program KB,masih mengalami
kendala – kendala seperti : Pengembangan keserasian antara usaha – usaha
keluarga berencana dalam arti terbatas menjadi suatu program sebagian dari pada
kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh, mempertinggi tingkat
kelangsungan penggunaan kontrasepsi, peningkatan jumlah peserta akseptor
KB,mencari cara – cara pendekatan yang lebih tepat dan lebih sesuai dengan sifat
dan keadaan masyarakat, pengembangan kemampuan organisasi pelaksana
program KB, pengembangan sarana – sarana pelayanan KB agar sejauh mungkin
dapa t memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin tumbuh, serta
meningkatkan meningkatkan pengembangan sikap hidup yang menuju kepada pola keluarga
kecil.
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/10785/2/Kesimpulan.pdf
https://www.academia.edu/38647674/
ASPEK_SOSIAL_BUDAYA_DALAM_PROGRAM_KB_KEL_6_

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai