Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia.
Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat
tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi
tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di
satu sisi kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar.
Selain menjadi beban negara juga menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya
jumlah penduduk yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan
yang mampu menampung seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan
pengangguran, kriminalitas, yang bersinggungan pula dengan rusaknya
moralitas masyarakat.
Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan
penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah
memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk
agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program KB
(Keluarga Berencana). Program KB pertama kali dilaksanakan pada masa
pemerintahan Soeharto yaitu saat Orde Baru. Melalui KB masyarakat
diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap keluarga
memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-tanggung, KB diberlakukan
kepada seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan atas
dalam masyarakat. Oleh sebab itu makalah ini disusun untuk mengetahui seluk
beluk mengenai penyelenggaraan KB di Indonesia, mulai dari sejarah, proses
pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan dari KB, serta dampak positif maupun
dampak negatf dari pelaksanaan KB.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah adanya program KB di Indonesia?


2. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam program KB?
3. Bagaimana gambaran program KB di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah dan pengertian KB
2. Untuk mengetahui peran dari pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan
program KB
3. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program KB di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Dan Pengertian Keluarga Berencana


1. Sejarah singkat dan pengertian KB
Pelopor gerakan Keluarga Berencana di Indonesia adalah Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia atau PKBI yang didirikan di Jakarta tanggal 23
Desember 1957 dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang
bergerak secara silent operation. Dalam rangka membantu masyarakat yang
memerlukan bantuan secara sukarela, usaha Keluarga Berencana terus
meningkat terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus
1967 dimana gerakan Keluarga Berencana di Indonesia memasuki era peralihan
jika selama orde lama program gerakan Keluarga Berencana dilakukan oleh
sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi secara diam-diam karena pimpinan
negara pada waktu itu anti kepada Keluarga Berencana maka dalam masa orde
baru gerakan Keluarga Berencana diakui dan dimasukkan dalam program
pemerintah. Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana juga
mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968 didirikanlah LKBN yaitu
Lembaga Keluarga Berencana Nasional sebagai semi Pemerintah, kemudian
pada tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi BKKBN atau Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional yang merupakan badan resmi pemerintah dan
departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program
Keluarga Berencana di Indonesia.
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi. Keluarga
Berencana yaitu membatasi jumlah anak dimana dalam satu keluarga hanya
diperbolehkan memiliki dua atau tiga anak saja. Keluarga berencana yang
diperbolehkan adalah suatu usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau
usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri karena
situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan keluarga, masyarakat, maupun
negara. Dengan demikian KB disini mempunyai arti yang sama dengan
pengaturan keturunan. Penggunaan istilah keluarga berencana juga sama artinya
dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning
atau planned parenthood, sepert yang digunakan oleh International Planned
Parenthood Federation (IPPF) nama sebuah organisasi KB internasional yang
berkedudukan di London. KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan
suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval
kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuan serta sesuai
dengan situasi masyarakat dan negara. Dengan demikian KB berbeda dengan
birth control yang artinya pembatasn atau penghapusan kelahiran. Istilah birth
control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi atau sterilisasi
(pemandulan).
Perencanaan keluarga merujuk kepada pengguanaan metode-metode kontrasepsi
oleh suami istri atas persetujuan bersama diantara mereka, untuk mengatur
kesuburan mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan,
kemasyarakatan dan ekonomi dan untuk memungkinkan mereka memikul
tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Ini meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyususan daan penjagaan
kesehatan ibu dan anak
b) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yag aman
c) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga malainkan juga
untuk kemampuan fisik, financial, pendidikan dan pemeliharaan anak

2. Kelebihan KB
Kelebihan dari program KB disini antara lain sebagai berikut :
Mengatur angka kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga serta membantu
pemerintah mengurangi resiko ledakan penduduk atau baby boomer
Penggunaan kondom akan membantu mengurangi resiko penyebaran penyakit
menular melalui hubungan seks
Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Sebab, anggaran keuangan
keluarga akhirnya bisa digunakan untuk membeli makanan yang lebih
berkualitas dan bergizi
Menjaga kesehatan ibu dengan cara pengaturan waktu kelahiran dan juga
menghindarkan kehamilan dalam waktu yang singkat.
Mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan
ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan
angka kematian maternal.

Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan


kesehatan Keluarga Berencana memberikan keuntungan ekonomi pada
pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat Dengan demikian, program KB
menjadi salah satu program pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan
kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak. Program KB menentukan kualitas
keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta
meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak
diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi.
Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan
masyarakat, KB juga membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih
kehidupan yang lebih balk dengan merencanakan proses reproduksinya.

B. Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Program KB


1. Peran Pemerintah
Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah
keluarga berencana. Visi program keluarga berencana nasional telah di ubah
mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2022. Keluarga yang berkualitas
adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak
yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis (Saifudin,
2003). Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program
dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu pokok dalam
program Keluarga Berencana Nasional adalah menghimpun dan mengajak
segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Cara yang digunakan
untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yaitu mengatur
jarak kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepi (Wiknjosastro, 2005).
Macam-macam metode kontrasepsi adalah intra uterine devices (IUD), implant,
suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi), metode operatif
untuk pria (vasektomi), dan kontrasepsi pil (Saifudin, 2003).Kurangnya peran
pemerintah dalam menggalakkan program KB mengakibatkan tingginya
pertambahan pendudukan yang akan meningkatnya tingginya pertambahan
penduduk yang akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan pelayanan
kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan yang cukup, berdampak pada
naiknya angka pengangguran dan kemiskinan (Herlianto, 2008). Cara yang baik
dalam pemilihan alat kontrasepsi yaitu ibu mencari informasi terlebih dahulu
tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar.
Untuk itu dalam memutuskan suatu cara konstrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda
kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau
membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan
medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity) ( Sheilla, 2000
). Penyuluhan kesehatan merupakan aspek penting dalam pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi karena selain membantu klien untuk
memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai
pilihannya, juga membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih
lama sehingga klien lebih puas dan pada akhirnya dapat meningkatkan
keberhasilan program KB. Penyuluhan kesehatan tidak hanya memberikan
suatu informasi, namun juga memberikan keahlian dan kepercayaan diri yang
berguna untuk meningkatkan kesehatan (Efendy, 2003). Dengan kesadaran
karena adanya informasi tentang berbagai macam alat kontrasepsi dengan
kelebihannya masing-masing, maka ibu-ibu akan termotivasi untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Karena Motivasi merupakan dorongan untuk
melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku, motivasi bisa berasal dari dalam
diri maupun luar (Moekijat, 2002).
Media adalah salah satu cara untuk menyampaikan informasi. Salah satu contoh
media adalah flip chart yang sering disebut sebagai bagan balik yang
merupakan kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara
berurutan berdasarkan topik materi pembelajaran yang cocok untuk
pembelajaran kelompok kecil yaitu 30 orang (Nursalam, 2008 ). Selain itu
bagan ini mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu
presentasi untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu
untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku seseorang (Syafrudin, 2008).
Badan dari pemerintah yang mengurus program keluarga berencana adalah
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Badan ini
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, BKKBN menyelenggarakan fungsi:
Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana
Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana;
Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk
dan penyelenggaraan keluarga berencana;
Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.

2. Peran masyarakat
Berbicara tentang partisipasi masyarakat Indonesia terhadap pelaksanaan KB,
pastinya terdapat kelebihan serta kekurangan dalam partisipasinya. Partisipasi
bersentuhan langsung dengan peran serta masyarakat, baik dalam mengikuti
program tersebut ataupun sebagai aktor pendukung program Keluarga
Berencana. Untuk itu kita akan berbicara mengenai kedua hal tersebut, serta
bagaimana seharusnya kita berperan dalam mendukung kesuksesan KB juga
akan sedikit kita bahas. Pertama, berbicara terkait partisipasi masyarakat
terhadap pelaksanaan KB yang ternyata kenaikannya hanya sedikit bahkan bisa
juga disebut dengan stagnan.
Angka kenaikan yang cukup stagnan ini tentunya menjadi sebuah pertanyaan
besar, sebenarnya apa yang menjadi permasalahan sehingga partisipasi
masyarakat untuk ikut KB sangat minim. Kita sudah tahu permasalahan yang
akan muncul ketika laju pertumbuhan penduduk tidak dapat dibendung, mulai
dari masalah kemiskinan, SDM rendah dan lain sebagainya. Kalau kita lihat
proses sosialisasi KB sendiri masih menemui banyak kendala, mulai dari
masyarakat yang tidak atau kurang peduli dengan program tersebut sampai pada
pelaksanaan program KB tersebut. Saat ini peran Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB) masih minim dalam menjalankan tugasnya. Hal ini juga ada
kaitannya dengan jumlah petugas yang hanya sedikit, sampai-sampai satu orang
harus menghandle 3-4 desa dengan jumlah penduduk yang mencapai ratusan
bahkan ribuan. Seharusnya ada peran dari masyarakat, missal Ibu-ibu PKK
dalam mendukung terwujudnya program ini. Ada pula indikasi bahwa metode
KB yang diterapkan saat ini kurang tepat, sehingga tidak berjalan maksimal.
Untuk mengatasi permasalahan KB tersebut perlu peran dari semua lapisan
kehidupan, baik pemerintah (dari pusat-kota) hingga masyarakat itu sendiri.
Kepedulian akan tujuan bersama harus ditingkatkan. Perlu juga pelaksanaan KB
yang aman dengan sosialisasi yang baik dari satu keluarga ke keluarga lain.
Penyediaan tempat untuk informasi dan layanan KB yang baik. Pemberian
reward and punishment juga perlu dijalankan dengan baik, agar peraturan yang
ada tidak dilanggar dengan seenaknya saja. Akan tetapi yang paling penting
adalah kesadaran masyarakat itu sendiri dalam melaksanakan program KB bagi
dirinya, keluarga, serta masyarakat. Sebenarnya ada beberapa faktor yang dapat
mendorong terlaksananya program KB dengan baik, diantaranya : faktor
ideology, penyediaan alat kontrasepsi, faktor ekonomi, faktor lokasi sosialisasi
program KB, dan faktor kebijakan negara.
Kedua, kita akan berbicara terkait partisipasi masyarakat terhadap program KB
sebagaimana mereka bertindak sebagai aktor pendukung. Aktor pendukung bisa
berasal dari kalangan mahasiswa, akademisi, medis, sampai aparat pemrintah
(kota sampai desa). Partisipasi mereka dalam meyerukan program KB demi
menekan laju pertumbuhan penduduk serta masalah lain yang mungkin timbul
masih belum maksimal. Seharusnya bekal pendidikan juga bisa dimaksimalkan
untuk sosialisasi, demi partisipasi aktif berbagai elemen dalam mendukung
pelaksanaan program Keluarga Berencana. Sedangkan peran yang perlu kita
lakukan dalam mendukung peningkatan partisipasi masyarakat dalam program
KB diantaranya ; Peran kita dalam mensosialisasikan program KB mulai dari
keluarga sendiri, sampai tetangga kita. Memaksimalkan organisasi masyarakat
seperti Karang Taruna dan PKK untuk mendukung sosialisasi KB di masyarakat
dan terakhir kita perlu membangun jaringan kuat yang mampu berinergi
mendukung program KB agar terlaksana dengan efektif dan efisien.
3. Faktor pendorong masyarakat menggunkan KB
KB merupakan salah satu sarana bagi setiap keluarga baru untuk merencanakan
pembentukan keluarga ideal, keluarga kecil bahagia dan sejahtera lahir dan
bathin. Melalui program KB diharapkan lahir manusia Indonesia yang
berkualitas prima, yaitu manusia Indonesia yang memiliki kualitas diri antara
lain beriman, cerdas, trampil, kreatif, mandiri, menguasai iptek, memiliki daya
juang, bekerja keras, serta berorientasi ke depan. Karena itu KB seharusnya
bukan hanya menjadi program pemerintah tetapi program dari setiap keluarga
masyarakat Indonesia. Masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih metode
kontrasepsi yang diinginkan. Dari hasil wawancara terhadap 10 ibu-ibu, 2 orang
di antara mereka memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan 8 orang lainnya memilih untuk tidak menggunakan metode
kontrasepsi ini. Responden memiliki alasan yang beragam mengenai keputusan
untuk menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat.

Faktor pendorong masyarakat menggunakan metode kontrasepsi sederhana


tanpa alat.
Masyarakat pengguna metode kontrasepsi sederhana tanpa alat memiliki alasan
yang berbeda-beda mengenai hal yang mendorong mereka lebih memilih
kontrasepsi tersebut. Adapun factor pendorong masyarakat memilih metode ini
dengan alasan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk alat kontrasepsi. Mereka
bisa memanfaatkan keuangan untuk keperluan rumah tangga yang lain sehingga
dapat menghemat pengeluaran. Serta dapat melibatkan suami dalam
penggunaan kontrasepsi ini seperti pada senggama terputus dimana suami yang
memegang peranan penting, sehingga tidak istri saja yang harus menggunakan
kontrasepsi. Mereka juga beranggapan, dengan tidak menggunakan alat dapat
terhindar dari efek merugikan bahan kimia yang terkandung di dalam alat
kontrasepsi. Hal ini juga dapat menghindarkan diri dari kemungkinan alergi
yang ditimbulkan oleh karena pemakaian alat kontrasepsi. Selain itu, alat
kontrasepsi menurut mereka dapat menyebabkan sakit dalam pamakaiannya,
seperti penggunaan KB suntik 3 bulan dimana akseptor akan mengalami sakit
akibat tusukan jarum setiap 3 bulannya. Siklus menstruasi dapat menjadi tidak
teratur serta berat badan akan naik pada umumnya, sehingga akan mengurangi
daya tarik bagi suami mereka karena kenaikan berat badan yang bertahap. Oleh
sebab itu, mereka lebih memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat.
Berdasarkanhal tersebut telah dijelaskan bahwa untuk menggunakan keluarga
berencana alamiah secara efektif, pasangan perlu memodifikasi prilaku seksual
mereka. Pasangan harus mengamati tanda-tanda fertilitas wanita secara harian
dan mencatatnya. Mengenal masa subur dan tidak melakukan aktifitas seksual
pada masa subur jika tidak menginginkan kehamilan metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat tidak mempengaruhi siklus menstruasi wanita. Alasan
responden yang beragam tersebut sesuai dengan kajian teori mengenai metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat. Dengan menggunakan metode ini, tidak
menimbulkan efek samping bagi tubuh karena tidak memasukkan benda asing
maupun bahan kimia lain. Dalam penggunaannya pun tidak tergantung dengan
tenaga medis, sehingga dapat lebih ekonomis.
Faktor Pendorong tidak Menggunakan Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa
Alat.Sebagian besar responden tidak menggunakan metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat. Dari 10 responden, 2 orang memilih untuk tidak
menggunakan metode KB tanpa alat. Mereka memiliki alasan yang beragam.
Pada umumnya, mereka beralasan bahwa metode tersebut “ribet” karena perlu
waktu dan latihan untuk dapat mengetahui secara tepat masa suburnya. Selain
itu, penentuan masa subur ini tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan
pengamatan 1 siklus mentruasi saja, setidaknya perlu pengamatan selama 6
bulan untuk lebih amannya, sehingga dapat terhindar dari kehamilan yang tidak
diinginkan. Selain itu bagi mereka yang mempunyai siklus haid yang tidak
teratur akan sulit untuk menentukan sendiri kapan atau tidak berada pada masa
subur. Keefektivan tergantung dari kemauan, pemahaman dan disiplin pasangan
maupun akseptor sendiri. Oleh karena itu, mereka lebih memilih menggunakan
KB dengan alat yang lebih efektif dan efisien.
Dengan pemakaian yang berkala sehingga mereka tidak perlu ribet lagi untuk
memikirkan cara berhubungan seksual setiap harinya untuk mencegah
kehamilan atau mengatur jarak kehamilannya.Dan ada juga kerugiannya karena
metode kontrasepsi sederhana tanpa alat memerlukan waktu pantang berkala
yang relative lama, sehingga dapat mengurangi keharmonisan rumah tangga.
Suami yang tidak dapat menahan keinginannya untuk melakukan hubungan
suami istri, dapat melampiaskan keinginannya tersebut di luar rumah. Bagi
pasangan yang salah satunya terinfeksi penyakit menular seksual (PMS),
metode kontrasepsi sederhana tanpa alat ini dihindari. Pasalnya, metode ini
tidak melindungi pihak yang tidak terinfeksi, seperti pada penggunaan kondom.

C. Gambaran Program KB DI Indonesia


1. Gambaran Keberhasilan KB
Komponen, termasuk pemerintah, swasta, lembaga dan organisasi masyarakat,
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan wartawan memberikan dukungan dalam
bentuk berbeda-beda. Wartawan mendukung program KB melalui penyebaran
informasi kepada masyarakat melalui media massa sementara tokoh agama dan
adat menyampaikan informasi program KB kepada masyarakat melalui
pengajian, pertemuan adat, dan lain-lain. Program KB telah berkontribusi
terhadap penurunan angka fertilitas di Indonesia dari 5,6 anak per wanita pada
1970-an menjadi 2,3 anak per wanita pada 2000-an (SDKI 2002-2003, 2007).
Selama 30 tahun, program KB telah berhasil menghindari sebanyak 100 juta
kelahiran.
Menko Kesra memaparkan, “Ada empat langkah kunci dalam keberhasilan
penurunan angka fertilitas tersebut, yakni partisipasi akar rumput untuk
mencapai daerah pedesaan, komunikasi inovatif untuk mewujudkan norma
keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS), kemitraan pemerintah dan swasta,
dan pergeseran fokus ke pelayanan berkualitas.” Langkah kunci keberhasilan
KB di Indonesia yaitu :
Pertama, menggunakan partisipasi akar rumput untuk mencapai daerah
pedesaan pada tahun 1970. Pada tahun tersebut pemerintah merekrut pekerja
lapangan sebanyak 40.000 dan 100.000 sukarelawan untuk membawa
masyarakat ke tempat pelayanan. Mereka berada di tingkat desa serta petugas
dan kader itu datang mengunjungi rumah ke rumah untuk membahas metode
keluarga berencana, memberikan konseling, dan membuat rujukan ke
puskesmas.
Kedua, pemerintah meluncurkan sebuah program inovatif yang
mendayagunakan dan mengoptimalkan semua jalur dan saluran komunikasi
kampanye KB yang dirancang untuk membawa perubahan norma sosial dari
norma banyak anak menjadi norma sedikit anak, yang disebut "norma keluarga
kecil, bahagia, dan sejahtera sehingga norma itu melembaga di masyarakat.
Ketiga menyadari bahwa pemerintah, dalam hal ini tempat-tempat pelayanan
pemerintah tidak mungkin bisa memberikan pelayanan secara optimal akan
pemenuhan pelayanan KB. Di sisi lain, ada potensi lain yang perlu digali, maka
sekali lagi dilakukan gotong royong atau bermitra dengan pihak swasta.
Keempat, sejak pertengahan 1990-an, pola penggarapan KB tidak hanya
terfokus pada kuantitas, tetapi juga sudah diarahkan ke kualitas layanan.Selain
itu terdapat juga lima faktor di balik keberhasilan KB di Indonesia, yaitu
kemauan politik (political will) termasuk dukungan anggaran, pembentukan
Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 1970 yang
independen dari Departemen Kesehatan, pengelolaan program yang efektif dari
tingkat nasional hingga akar rumput, data dan sistem pelaporan, dan kolaborasi
berbagai pemangku kepentingan (stakeholder). Dalam sesi paralel London
Summit on Family Planning Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Sugiri Syarief memaparkan tentang desentralisasi program
KB di Indonesia, kepala BKKBN menjelaskan berbagai tantangan yang
dihadapi pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan program KB di era
desentralisasi dan strategi yang dikembangkan untuk menghadapi tantangan-
tantangan tersebut.
London Summit on Family Planning diselenggarakan di London pada 11 Juli
2012 oleh Bill and Melinda Gates Foundation bekerja sama dengan pemerintah
Inggris melalui Department for International Development. Pertemuan ini
diadakan untuk meminta komitmen komunitas global (pemerintah, swasta,
donor, dan masyarakat madani) untuk memperluas ketersediaan informasi,
pelayanan, dan pasokan alat KB agar dapat menambah sebanyak 120 juta
perempuan dan anak perempuan di negara-negara termiskin di dunia yang
memakai alat kontrasepsi tanpa paksaan atau diskriminasi pada tahun 2020.
Pertemuan ini mendukung hak dan alat bagi perempuan dan anak perempuan
untuk dapat merencanakan hidup mereka sendiri, termasuk memutuskan, secara
bebas dan untuk kepentingan mereka sendiri, apakah mereka akan punya anak,
serta kapan dan berapa anak yang akan mereka miliki. Selain itu, pertemuan ini
juga mendukung pelaksanaan dan dibangun dengan memanfaatkan momentum
yang diciptakan oleh Strategi Global untuk Kesehatan Perempuan dan Anak
(Global Strategy for Women’s and Children’s Health) – Setiap Perempuan,
Setiap Anak (Every Woman, Every Child) – Sekretaris Jenderal PBB dan
kemitraan pemerintah-swasta dan masyarakat madani yang inovatif melalui
Koalisi Pasokan Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health Supplies
Coalition) dan kampanye Bergandeng Tangan (Hand to Hand) mereka, yang
diluncurkan di Majelis Umum PBB pada September 2010. Pertemuan ini diikuti
oleh berbagai negara, negara dan organisasi donor, LSM, dan organisasi
pendukung. Ada 4 kepala negara dan 28 menteri yang hadir termasuk dari
Indonesia.
Melalui London Summit on Family Planning diharapkan revitalisasi gerakan
KB global dan komitmen berbagai pihak akan dapat menyelamatkan dan
mengubah hidup jutaan perempuan dan anak perempuan di negara-negara
termiskin di dunia. Kerja sama komunitas global akan dapat menyelamatkan
hidup dan meningkatkan kesehatan, sosial, dan ekonomi keluarga, masyarakat,
dan negara sekarang, juga generasi mendatang. (AT)

2. Sasaran program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan
sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan
terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
Ada beberapa sasaran keluarga berencana. Sasaran program keluarga berencana
(KB) nasional lima tahun kedepan seperti tercantum dalam RPP JM 2004-2009
adalah sebagai beriMenurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP)
secara nasional menjadi satu, 14% per-tahun.Menurunkan angka kelahiran total
FertililtyRate (TFR) menjadi 2,2 perperempuan.
Meningkatnya peserta KB Pria menjadi 4,5 %.
Meningkatnya pengguna metode Kontrasepsi yang efektif dan efisisen
Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluaga sejahtera 1 yang aktif
dalam usaha ekonomi produktif.
Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggraan pelayanan
KB dan kesehatan reproduksi

3. Pelaksanaan Program KB
Salah satu cara untuk mewujudkan keluarga yang sakinah adalah mengikuti
program Keluarga Berencana (KB). KB secara prinsipil dapat diterima oleh
Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang
berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan
tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya, KB
merupakan salah satu upaya pemerintah yang dikoordinir oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), dengan program
untuk membangun keluarga-keluarga bahagia dan sejahtera serta menjadikan
keluarga yang berkualitas. KB dapat dipahami juga sebagai suatu program
nasional yang dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk,
karena diasumsikan pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan
ketersediaan barang dan jasa. Pelaksanaan program tersebut salah satunya
adalah dengan cara menganjurkan. setiap keluarga agar mengatur dan
merencanakan kelahiran anak, dengan menggunakan alat kontrasepsi modern.
Sebab, dengan mengatur kelahiran anak, keluarga biasanya akan lebih mudah
menyeimbangkan antara keadaan dan kebutuhan, pendapatan dan pengeluaran.
Dan pada akhirnya dapat lebih mudah membentuk sebuah keluarga bahagia dan
sejahtera. Bila pertumbuhan penduduk dapat ditekan, maka masalah yang
dihadapi tidak seberat menghadapi pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendali.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai