Makalah
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masail Fiqh Dosen Pengampu Yusuf Fatoni
M.Ag.
Nama :
Muchammad Abdush Shomad 113008
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) dapat dipahami sebagai suatu program nasional yang
dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan
populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan
ekonomi sacara nasional. Dalam pengertian ini, KB didasarkan pada teori populasi menurut
Thomas Robert Malthus. KB dalam pengertian pertama ini diistilahkan dengan pembatasan
kelahiran (tahdid an-nasl).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian KB (Keluarga Berencana) ?
2. Apa Tujuan program KB ?
3. Apa Segi-segi positif/negatif KB dan Macam-macam Alat Kontrasepsi ?
4. Apa Dalil Hukum yang Meperbolehkan KB ?
5. Apa Pandangan Islam dan Para Ulama Tentang Keluarga Berencana ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian KB (Keluarga Berencana)
2. Mengetahui Tujuan program KB
3. Mengetahui Segi-segi positif/negatif KB dan Macam-macam Alat KB
4. Mengetahui Dalil Hukum yang Meperbolehkan KB
5. Mengetahui Pandangan Islam dan Para Ulama Tentang Keluarga Berencana
1. Pengertian KB (Keluarga Berencana)
Istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan terjemahan dari bahasa inggris Familiy
Planning yang dalam pelaksanaannya di Negara-negara barat mencakup dua macam metode
atau cara yaitu:
A. Planning Parenthood
Pelaksanaan metode ini menitik beratkan tanggung jawab kedua orang tua untuk membentuk
kehidupan rumah tangga yang aman, tentram, damai, sejahtera dan bahagia, walaupun bukan
dengan jalan membatasi jumlah anggota keluarga. Hal ini, lebih mendekati istilah bahasa
arab Tandzimul Nasli (mengatur keturunan)
B. Birth Control
Penerapan metode ini menekankan jumlah anak atau menjarangkan kelahiran, sesuai dengan
situasi dan kondisi suami-istri. Hal ini, lebih mirip dengan bahasa arabTahdidun
Nasli (membatasi keturunan). Tetapi dalam perakteknya di Negara barat, cara ini juga
membolehkan pengguguran kandungan (abortus); pemandulan (infertilitas) dan pembujangan
(at-tabattulu)
Untuk menjelaskan pengertian Keluarga Berencana di indonesia, maka penulis
mengemukakannya dengan pengertian umum dan khusus; yaitu:
1) Pengertian umum
Keluarga Berencana ialah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian
rupa, sehingga, bagi ibu maupun bayinya, dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang
bersangkutan, tidak menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut.
2) Pengertian khusus
Keluarga Berencana dalam kehidupan sehari-hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau
pencegahan terjadinya pembuahan atau pencegahan pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan
sel telur dari perempuan sekitar persetubuhan.
Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa keluarga berencana adalah istilah yang resmi
digunakan di Indonesia terhadap usaha-usaha untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
keluarga, dengan menerima dan memperaktekkan gagasan keluarga kecil yang potensial dan
bahagia (Akseptor). dimana pasangan suami istri yang mempunyai perencanaan yang kongkrit
mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa
gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan
dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
2. Tujuan program KB
Program KB memiliki banyak tujuan khususnya program KB yang ada di indonesia:
A. Tujuan Demografis : yaitu upaya penurunan tingkat pertumbuhan penduduk sebanyak 50% pada
tahun 1990 dari keadaan tahun 1971, kalau ini berhasil maka laju pada pertumbuhan penduduk
indonesia dapat ditekan 1% pertahun, mulai tahun 1990.
B. Tujuan Normatif : yaitu menciptakan norma ketengah-tengah masyarakat agar timbul
kecenderungan untuk menyukai keluarga kecil, karena dengan keluarga yang kecil akan lebih
mudah untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga, terutama kesejahteraan ibu dan
anak.
Tujuan lain program KB adalah untuk memperoleh kesempatan yang luas bagi seorang ibu
demi melaksanakan berbagai kegiatan yang lebih bermanfaat, yaitu menata kehidupan berumah
tangga, dan bisa berpartisipasi dalamkegiatan kemasyarakatan, seperti kegiatan sosial,pendidikan
dan ibadah-ibadah lain.
Lebih lanjut lagi tujuan KB adalah untuk mempersiapkan secara dini sejumlah anak yang
memungkinkan bagi orang tua untuk membekali anak-anaknya baik fisik atau mentalnya, agar
dapat mandiri dihari depannya. Tujuan-tujuan ini akan lebih mudah dicapai apabila suatu
keluarga relatif kecil, yang secara ekonomis lebih mudah dijangkau, dan secara psikologis akan
ada ketenanga dalam keluarga.
Pelaksanaan KB dibolehkan dalam Islam karena pertimbangan ekonomi, kesehatan dan
pendidikan. Artinya, dibolehkan bagi orang-orang yang tidak sanggup membiayai kehidupan
anak, kesehatan dan pendidikannya agar menjadi akseptor KB. Bahkan menjadi dosa baginya,
jikalau ia melahirkan anak yang tidak terurusi masa depannya, yang akhirnya menjadi beban
yang berat bagi masyarakat, karena orang tuanya tidak menyanggupi biaya hidupnya, kesehatan
dan pendidikannya. Hal ini berdasarkan pada sebuah ayat Al-Quran yang berbunyi:
Ayat ini menerangkan bahwa kelamahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik
dan kelemahan integensi anak akibat kekurangan makanan yang bergizi, menjadi tanggung
jawab kedua orang tuanya. Maka disinilah peranan KB untuk membantu orang-orang yang tidak
dapat menyanggupi hal tersebut, agar tidak berdosa di kemudian hari bila meninggalkan
keturunannya.
3. Segi-segi positif/negatif KB dan Macam-macam Alat KB
A. Segi positif
Dengan pelaksanaan program Keluarga Berencana diharapkan jumlahpendudukan dapat
diatur untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa dan untuk mencegah terjadinya bencana sosial,
pengangguran, kriminalitas dan kecelakaan lalulintas semakin meningkat. Selain itu sebuah
keluarga juga bisa memberi jarak atau masa senggang terhadap kehamilannya, sehingga tidak
terjadi kelahiran anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya. Dan orang tuapun bisa lebih
tekun dan banyak waktu untuk mengurus anaknya, dan juga lebih bisa memantau dengan baik
pada pendidikan anak.
B. Segi Negatif KB
KB (keluarga berencana) juga memiliki segi negatifnya,karena terkadang orang yang
melakukan tindakan KB yang cukup lama sehingga dapat membuat kandungan kering dan panas
akibat obat-obat KB yang telah di konsumsi, sehingga terjadi kemandulan terhadap seorang
wanita, selain itu juga sejak ada program KB melalui berbagai alat kontrasepsi yang sudah
beredar diseluruh penjuru pada saat ini tidak hanya orang yang sudah berumah tangga saja yang
menggunakan alat tersebut, tetapi banyak terjadi pada kalangan remaja yang menyalah gunakan
alat/program tersebut, sehingga terjadi kemaksiatan dimana-mana.
Terhadap orang-orang yang ahli maksiat pada khususnya ahli zina mereka memiliki banyak
peluang untuk melakukan perzinaan dimanapun saja, karena begitu mudah saat ini bagi mereka
untuk mendapatkan barang tersebut. mereka berfikir setelah mereka menggunakan alat
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, maka tidak akan terjadi kehamilan pada dirinya,
sehingga mereka leluasa dalam melakukan kemaksiatan dilain waktu dengan menggunakan alat
tersebut.
C. Macam-macam Alat Kontrasepsi
Mengenai alat kontrasepsi yang sering digunakan ber KB, ada yang
dibolehkan dan ada pula yang diharamkan dalam Islam. Selanjutnya, alat kontrasepsi yang
dibolehkannya adalah:
1) Pil berupa tablet yang berisi bahan progestin dan progesteren yang bekerja dalam tubuh wanita
untuk mencegah terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
2) Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh wanita yang dikenal dengan cairan Devo
Provera,Net Den dan Noristerat. Cara kerjanya yaitu menghalangi cara terjadinya
ovulasi,menipiskan endometrin sehinga nidasi tidak mungkin terjadi.
3) Susuk KB yaitu yaitu berupa levemorgestrel,terdiridari enam kapsul yang diinsersikan dibawah
kulit lengan bagian dalam kira-kira 6 sampai 10 cm dari lipatan siku,cara kerjanya,kontra
indikasi dan efek sampingnya sama dengan suntikan .
Sedangkan alat kontrasepsi yang dilarang dalam Islam, adalah program alat kontrasepsi
mantap (KONTAP). Yang dimaksud dengan kontrasepsi mantap (kontap) pria/wanita, ialah
sterilisasi, baik bagi pria dengan cara memotong saluran sperma kurang lebih 2 cm dan kedua
ujungnya diikat dengan benang sutera, dan operasi kecil ini disebut vasektomi maupun sterilisasi,
bagi wanita dengan cara memotong saluran telur(tuba falopi) dan kedua ujungnya diikat dengan
pemasangan cicin, dan operasi ini disebut dengan tubektomi.
Mengeanai sterilisasi pria dan wanita , umat islam telah mendapatkan fatwa hukumnya
berdasarkan musyawarah ulama terbatas pada tahun 1972 dan munas MUI tahun 1983, yang
mengharamkan sterilisasi, kecuali dalam keadaan sangat terpaksa, misalnya untuk
menghindarkan penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang akan lahir,
atau terancamnya jiwa ibu bila mengandung atau melahirkan lagi, dengan alasan antara lain
karena sterilisasi bisa mengakibatkan kemandulan permanen.
Oleh karena itu, pemerintahan menempuh suatu cara untuk mengatasi ledakan penduduk
yang tidak seimbang dengan pertumbuhan perekonomian nasional dengan mengadakan program
KB, untuk mencapai kemaslahatan seluruh rakyat. Upaya pemerintah tersebut, sesuai dengan
kaidah fiqhiyah yang berbunyi:
Kebijaksanaan imam (pemerintahan) terhadap rakyatnya bisa dihubungkan dengan
(tindakan) kemaslahatan.
Adapun dasar dibolehkannya KB dalam Islam menurut dalil aqli, adalah karena
pertimbangan kesejahteraan penduduk yang didiam-diamkan oleh bangsa dan negara. Sebab
kalau pemerintahan tidak melaksanakannya maka keadaan rakyat di masa datang, dapat
menderita.
Ber-KB dalam pengertian untuk memberi batas/jarak kesenjangan pada kehamilan atau
mencegah terjadinya kehamilan sementara akibat hubungan suami istri telah dikenal sejak masa
Nabi, dengan perbuatan azal yang sekarang dikenal dengan coitus-interuptus, yakni jima
terputus, yaitu melakukan ejakulasi diluar vagina sehingga sperma tidak bertemu dengan induk
telur.
Azal pernah dilakukan oleh sebagian sahabat Nabi yang men-jima budak-budaknya tetapi
tidak menginginkan dia hamil. Demikian pula dengan istri-istri mereka yang sudah mendapat
persetujuan sebelumnya. Perbuatan azal mereka ini mereka ciptakan pada Nabi seraya meminta
petunjuk Nabi tentang hukumnya. Ternyata Nabi tidak menentukan hukumnya.
Mengenai azaldiungkapkan dalam hadits riwayat Bukhori-Muslim :
) (
( )
Kami(Para Shahabat) pernah melakukan azal dimasa Rasululloh SAW, sedangkan Alquran
(ketika itu) masih selalu turun, (Muttafaq Alaih). Dan pada hadist lain mengatakan: Kami
pernah melakukan azal (yang ketika itu) Nabi mengetahuinya, tetapi ia tidak pernah melarang
kami. (H.R Muslim, yang bersumber dari Jabir juga).
Sebenarnya dalam al-Quran dan Hadits tidak ada nash yang khusus yang melarang atau
memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah
hukum Islam dengan metode ijtihad, yaitu:
Segala sesuatu pada asalnya adalah diperbolehkan sehingga ada dalil yang menunjukkan atas
dilarangnya sesuatu tersebut
Dalam al-Quran ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti
program KB, sebagai berikut:
A. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allahdalam
surat al-Baqarah :195:
Janganlah kalian menjerumuskan dirimu dalam kerusakan.
B. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan
hadits Nabi
Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran.
C. Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu dekat
sebagai mana hadits Nabi:
Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.
1) Surat An-Nisa: 9
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar(S. An-Nisa: 9)
2) Surat Lukman: 14
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya
Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu. (S.Lukman: 14)
3) Surat al-Qashas: 77
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.( S. al-Qashas: 77)
B. Pandangan al-Hadis tentang Keluarga Berencana
Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:
) (
sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan
dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah
tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang
lain (masyarakat). Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya direncanakan dan
amalkan sampai berhasil.
Dalam hadist Nabi yang di Riwayatkan dalam kitab Bukhari :
Telah menceritakan pada kami abu al yaman telah mengabarkan pada kami dari syuaib azuhry
berkata telah menabarkan pada saya ibnu muhairiz bahwa abu said al khudriy mengabarkan
bahwa ketia beliau bermajlis bersama Nabi Muhammad Saw. Berkata wahai Rasulullah, kami
mendapat tawanan, hanya kami juga masih menyukai harganya. Bagaimana pendapat anda jika
kami melakukan azal ?. maka beliau besabda:apakah kalian melakukannya ?, tidak dosa
bagi kalian melakukannya, namun tidak satu nyawapun yang telah Allah tetapkan akan keluar
(jadi) kecuali dia pasti aka muncul juga.
Dan dalam haditsNabi yang di Riwayatkan dalam musnad imam Ahmad :
Telah bercerita kepada kami hasan, telah bercerita kepada kami zuhair dari abu az zubair dari
jabir ada seorang yang mendatangi nabi Muhammad Saw. Dan berkat saya memiliki seorang
anak perempuan dia adalah seorang pelayan kami dan yang memberi minuman kendaraan kami.
Saya menyetubuhinya namun saya tidak suka dia hamil. Kemudian Rasulullah Saw bersabda
lakukan azal (mengeluarkan air sperma di luar kemaluan wanita) jika kamu mau, namun
bagaimanapun tetap akan terjadi apa yang telah ditakdirkan.
C. Menurut Pandangan Ulama
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan
kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk
kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan
tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan
keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan
aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Pemandulan dan aborsi yang dilarang oleh Islam
disini adalah tindakan pemandulan atau aborsi yang tidak didasari medis yang syari`i.
Diantara ulama yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh
Syalthut, Ulama yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti progaram
KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu,
untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama
dengan pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari
penciptaan.
C. PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM ISLAM
Istilah kontrasepsi berasal dari dua suku kata, yaitu kontra yang berarti mencegah atau melawan,
dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi yang dimakasud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sel sperma tersebut.[21]
Prisip dari alat kontrasepsi ini adalah mengusahakan agar tidak terjadi evolusi, melumpuhkan
sperma, dan menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. Dari prinsip-prinsip tersebut
kemudian pelaksanaanya dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara, diantaranya adalah:
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim), susuk KB, pil KB, suntikan KB, kondom, dan lain
sebagainya.
Meskipun program KB telah diperbolehkan dalam Islam, namun tidak berarti dalam
pelaksanaannya diperbolehkan mengggunakan sembarang alat kontrasepsi. Dalam Islam alat
kontrasepsi atau sebagaimana yang sering digunakan dalam program KB, ada
yang diperbolehkan dan dilarang.
Alat kontrasepsi yang dilegalkan oleh negara selama ini sangat terbatas, hal tersebut atas
pertimbangan etis, moral dan hukum agama yang tidak menghendaki pelaksanaannya.[22]
Untuk pria : seperti vasektomi (mengikat atau memutuskan saluran sperma dari buah zakar).
Cara ini juga disebut dengan sterilisasi.[24]
Cara-cara tersebut tidak diperbolehkan dalam agama Islam karena memandang aspek moral dan
penuh resiko. MR dan aborsi dianggap sebagai tindakan kriminal karena melenyapkan janin,
sedangkan sterilisasi dilarang karena sifatnya adalah permanen. Pemandulan dalam Islam yang
diperbolehkan adalah yang berlaku pada waktu-waktu tertentu saja (temporer), jadi jika suatu
saat sang suami-istri menginginkan seorang anak, maka alat kontrasepsi dapat ditinggalkan.
Namun pada sterilisasi bersifat pemandulan selama-lamanya, hal tersebutlah menjadikanya
haram.
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan kontrasepsi mantap (kontap) pria / wanita, ialah sterilisasi, baik
bagi pria dengan cara memotong saluran sperma (vas deferentia) kurang lebih 2 cm dan kedua
ujungnya diikat dengan benang sutera dan operasi kecil ini disebut vasektomi, maupun
sterilisasi bagi wanita dengan cara memotong saluran telur (tuba falopi) dan kedua ujungnya
diikat dnegan pemasangan cincin (cincin falopi) dan operasi ini disebut tubektomi.
2. Hukum
Mengenai sterilisasi pria (vasektomi) dan sterilisasi wanita (tubektomi), umat
Islam Indonesia telah mendapatkan fatwa hukumnya berdasarkan hasil musyawarah ulama
terbatas pada tahun 1972 dan Munas MUI tahun 1983, yang mengharamkan sterilisasi, kecuali
dalam keadaan terpaksa.[1]
Bisa berubahnya hukum berdasarkan kaidah-kaidah hukum ulama yang telah disepakati
oleh semua fuqaha (ahli hukum fiqh) dan ushuliyun (ahli ushul fiqh) yang di antaranya sebagai
berikut :
.
Hukum itu berputar bersama illatnya (alas an yang menyebabkan adanya hukum), ata / tidak
ada.
.
Hukum-hukum itu bisa berubah karena perubahan zaman, tempat dan keadaan.
Penjarangan kelahiran melalui cara apapun tidak dapat diperkenankan, kalau mencapai
batas mematikan fungsi berketurunan secara mutlak karenanya sterilisasi yang diperkenankan
hanyalah yang bersifat dapat dipulihkan kembali berketurunan dan tidak sampai merusak atau
menghilangkan bagian tubuh yang berfungsi.
Sebagaimana dalil :
.
) / ( .
Haram mempergunakan sesuatu (seperti obat-obatan) yang dapat memutuskan kehamilan sama
sekali (sehingga tidak bisa hamil kembali selamanya). Sedangkan yang hanya memperlambat
kehamilan untuk sesuatu waktu dan tidak memutuskannya sama sekali, amka tidak haram dan
bahkan tidak makruh jika karena sesuatu uzur, seperti ingin mendidik akan lebih dahulu. Jika
tidak ada sesuatu alasan apapun, hukumnya makruh.[2]
Dengan kemajuan teknologi yang makin canggih keberhasilan vasektomi atau tubektomi
untuk tidak memberikan keturunan lagi telah mencapai 99 %. Namun, bersamaan dengan itu
pula, tingkatan reversibilitas (kemampuan penyambungan kembali saluran sperma / ovum)
meningkat sekitar 95 98 %. Sehingga harapan untuk mendapatkan keturuna lagi menjadi makin
besar. Kemudian dari agama, vasektomi bisa ditolerir, karena tidak membawa akibat kemandulan
permanen. Dan lebih ditolelir sang suami menjalani vasektomi, apabila sang istri mendapat
berbagai side effecta dengan memakai alat-alat atau cara KB yang lain. Sebab antara suami dan
istri mempunyai tanggung jawab dan hak serta kewajiban yang sama sebagaimana tersebut
dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 228 :
Artinya :
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'[. tidak boleh
mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai
satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.[3]
DAFTAR PUSTAKA\
Depag RI, 2007, Al-Quran dan Terjemahnya, al-Hikmah. Bandung: CV Penerbit Diponegoro
Hasan, M. Ali, 1998, Masail Fiqhiyah Al-Hadistah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Mahyuddin, 1998, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini,
Jakarta: Kalam Mulia
Mujtaba, Saifuddin, 2008, Al-Masailul Fiqhiyah; Jawaban Hukum Islam Terhadap Masalah-
Masalah Kontemporer, Surabaya: Omega Offset
Sayyid Sabiq, t.t., Fiqh As-Sunnah, Juz 2, Beirut: Dr al-Kitab Al rabi dalam Maktabah As-
Syamilah
[1] Masfjuk Zuhdi, 1997, Masail Fiqhiyah, Jakarta : PT. Gunung Agung, hal. 182.
[2] Djamaluddin, 2007, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Surabaya : Lajnah
Talif wan Nasyr 9CTN) NU Jawa Timur, hal. 426.
[3] Masjfuk Zuhdi, Op.Cit., hal. 185-186.