Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASPEK LEGAL PADA KB

Di Sususn oleh

TESSA WAHYU DANA, A.Md. Kep

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS


PROGRAM STUDI S1ILMU KEPERAWATAN

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................3
C. TUJUAN.........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
A. PENGERTIAN................................................................................................................4
B. TUJUAN KELUARGA BERENCANA.........................................................................5
C. KEBIJAKAN..................................................................................................................5
D. DASAR HUKUM...........................................................................................................6
E. JENIS KONTRASEPSI..................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................8
1. KESIMPULAN...............................................................................................................8
2. SARAN...........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur jumlah kelahiran
sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau
masyarakat yang bersangkutan akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari
kelahiran tersebut. Program nasional ini, dilakukan oleh masyarakat dengan bantuan,
dukungan serta perlindungan sepenuhnya oleh pemerintah. Usaha-usaha untuk mencegah
kehamilan adalah salah satu kegiatan pokok yang dilakukan dalam menjalankan program
keluarga berencana tersebut. Keluarga berencana adalah suatu usaha manusia secara sengaja
untuk mengatur atau merencanakan kehamilan dalam suatu keluarga secara tidak melawan
hukum dan moral untuk kesejahteraan keluarga.

Keluarga Berencana (KB) di Indonesia muncul sebagai fenomena baru pada awal tahun tujuh
puluhan. Program Keluarga Berencana berkembang sangat pesat dan tetap hidup sampai sekarang
meskipun dengan wacana yang berbeda sesuai dengan kebijakan pemegang kekuasaan (Udasmoro,
2010 ). Setiap orang berhak untuk menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi,
paksaan, dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan martabat
sesuai dengan norma agama. Hak reproduksi perorangan sebagai bagian dari pengakuan akan hak-hak
asasi manusia yang diakui secara internasional dapat diartikan bahwa setiap orang baik laki-laki
maupun perempuan, tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, mempunyai hak
yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab kepada diri, keluarga dan
masyarakat mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta menentukan waktu kelahiran anak dan di
mana akan melahirkan.
Dalam Pasal 23 Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga secara eksplisit menyebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah wajib meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan kontraseps.
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu
pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur
jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi.
Program Keluarga Berencana menjadi propaganda nasional yang berstruktur Top down.
Artinya pemerintah melalui BKKBN membentuk jaringan struktural dari atas ke bawah, dari tingkat
pusat ke tingkat provinsi, kabupaten serta kota sampai kelurahan dan posyandu yang tersebar di
tingkat-tingkat rukun tetangga.
Program keluarga berencana (KB) dilaksanakan untuk menghindari atau mengantisipasi
terjadinya kehamilan yang tidak disengaja, kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan yang
tidak direncanakan yang bisa mengakibatkan baby booms. Ketidakaktifan dalam program keluarga
berencana (KB) yang berdampak terjadinya baby booms ini dapat meningkatkan kasus aborsi,
meningkatkan resiko kematian ibu dan anak, bayi lahir prematur, malnutrisi pada ibu hamil dan janin,
serta kurangnya kasih sayang dan pengasuhan karena anak yang tidak diinginkan. Jika hal ini tidak
ditangani secara serius akan menimbulkan ledakan masalah (Purwanti, 2020).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat kita rumuskan masalah ” aspek legal dan
etik dalam KB”

C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini :
1) Tujuan Umum makalah ini untuk mengetahui gambaran aspek legal etik keluarga
berencana.
2) Tujuan khusus untuk memenuhi tugas keperawatan maternitas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(Pinem,2009).
Undang-undang No 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga pasal 1 ayat (8) menjelaskan: Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Undang-undang No 52
tahun 2009).
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Usaha Keluarga Berencana di Indonesia adalah meliputi 3 (tiga) hal sasaran pokok : Memberi
nasehat perkawinan atau marriage counselling ( bagi yang sudah maupun yang belum kawin.),
Memberikan bantuan dalam pengobatan kemandulan , Mengatur kelahiran atau Birth
Spacing –Birth Control.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha-usaha pokok dalam menjalankan
program Keluarga Berencana di Indonesa, adalah usaha pencegahan kehamilan ( penjarangan ) yang
lazim disebut metode kontrasepsi. Berbagai alat kontrasepsi di sediakan oleh pemerintah, mulai dari
cara tradisional, barier, hormonal (pil, suntikan, susuk KB), bahkan saat ini tersedia alat kontrasepsi
yang bersifat permanen.(kontrasepsi mantap / vasektomi dan tubektomi). Dari segi hak-hak asasi
manusia, maka seyogiayanya segala jenis kontrasepsi yang ditawarkan hatuslah mendapat persetujuan
dari pasangan suami istri.

B. TUJUAN KELUARGA BERENCANA


Keluarga Berencana bertujuan untuk :
1. mengatur kehamilan yang diinginkan
2. menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
3. meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan
Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi
4. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga Berencana;
dan
5. mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak
kehamilan.

C. KEBIJAKAN

Menurut peraturan presiden No 88 tahun 2014 pasal 6 Kebijakan nasional pembangunan


keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diarahkan untuk:
1. melembagakan dan membudayakan NKKBS;
2. memberdayakan fungsi keluarga; memandirikan keluarga;
3. memberdayakan kearifan lokal;
4. meningkatkan kualitas seluruh siklus hidup;
5. memenuhi kebutuhan dasar masyarakat; dan memberdayakan peran serta masyarakat.
Kebijakan keluarga berencana mengandung pengertian bahwa dengan alasan apapun promosi aborsi
sebagai pengaturan kehamilan dilarang.
Hukum kependudukan menurut D.C. Jayasurya sebagai "The body of laws and regulations
which has a bearing on population dynamics",
Pemecahan masalah kependudukan menurut ada 3 (tiga) model pendekatan :
a. The famil planning Model
b. The Population Control Model
c. The Economic Development Model
(Rebecca J. Cook, 1973)
The Family Planning Model" juga di kenal sebagai model keluarga berencana .

D. DASAR HUKUM
1. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN
Menyebutkan bahwa : “Agar Pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dapat
terlaksana dengan cepat, harus disertai dengan pengaturan pertumbuhan jumlah
penduduk melalui program KB, ang mutlak harus di laksanakan dengan berhasil karena
kegagalan pelaksanaan KB akan mengakibatkan hasil usaha pembangunan menjadi
tidak berarti dan dapat membahayakan generasi yang akan datang”.
2. Undang-undang No 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera.
3. Undang –undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
Kesehatan suami- istri diutamakan pada upaya pengaturan kehamilan dalam rangka
menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis
4. Undang- Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan, Keluarga yang merupakan kebijakan dari pihak
pemerintah sebagai roda penggerak bagi pelayanan keluarga berencana pada
pemerintahdaerah sampai ke pelaksana pelayanan.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Secara umum adalah sebagai pedoman bagi para pemberi layanan keluarga berencana
untuk meningkatkan mutu pelayanannya untuk mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera (NKKBS) dengan konsep catur warga yaitu hanya 2 anak saja, laki- laki
dan perempuan sama saja. Selanjutnya berkembang menjadi keluarga berkualitas yaitu
keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat,
maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung
jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga , keluarga berencana, dan sistem informasi
keluarga.
7. Permenkes Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan kesehatan masa sebelum
hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, pelayanan kontrasepsi, dan
pelayanan kesehatan seksual
Pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggungawabkan dari
segi agama, norma budya, etika, serta segi kesehatan. Pelayanan kontrasepsi kontrasepsi
meliputi : kegiatan prapelayanan kontrasepsi, tindakan pemberian pelayanan kontrasepsi,
kegiatan pasca pelayanan kontrasepsi.

E. JENIS KONTRASEPSI
1. Tubektomi (minilaparatomi)
Dapat dilakukan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
2. Tubektomi laparoskopi oklusi tuba
Dapat dilakukan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang terlatih
3. Vasektomi
Dapat dilakukan oleh Dokter Spesialis Urologi/ Dokter Spesialis Bedah/Dokter yang
mendapat pelatihan untuk melayani vasektomi
4. AKDR
Dapat dilakukan oleh Dokter Bidan yang telah mendapat pelatihan pemasangan dan
pencabutan AKDR
5. Implan
Dapat dilakukan oleh Dokter Bidan yang telah mendapat pelatihan pemasangan dan
pencabutan implan
6. Kontrasepsi Suntik Progestin
Dapat dilakukan oleh Dokter Bidan Perawat*
7. Pil
Dapat dilakukan oleh Dokter Bidan Perawat*
8. Kondom
Dapat dilakukan oleh Dokter Bidan Perawat Tenaga non Kesehatan
9. Konseling
Dapat dilakukan oleh Dokter Bidan Perawat
Ket: (*) Kewenangan diberikan berdasarkan pendelegasian sesuai dengan regulasi yang
berlaku Untuk meningkatkan kualitas pemberian konseling maka tenaga kesehatan sebaiknya
mendapatkan pelatihan Komunikasi Inter Personal.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Program keluarga berencana telah dilaksanakan sejak tahun 1970an dan sukses untuk
mengurangi ledakan penduduk, program keluarga berencana di dukung oleh pemerintah pusat
dan pemerintah daerah terbukti dengan banyakna regulasi yang memanyungi program
keluarga berencana. Program keluarga berencana bukan hanya untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk tetapi juga memberikan bantuan dalam pengobatan kemandulan ,
mengatur kelahiran. Program KB dapat dilaksanakan dengan terus memegang teguh hak-
hak asasi manusia. Pemilihan alat kontrasepsi dapat di pilih oleh aseptor KB dengan bantuan
informasi dan pemeriksaan dari tenaga kesehatan yang berwenang sesuai undang undang yang
berlaku.

2. SARAN
Program keluarga berencana sudah berjalan baik untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
Untuk tenaga kesehatan berikan eduksi kepada masyarakat tentang manfaat program KB,
berikan edukasi yang baik tentang alat kontrasepsi dan mintalah persetuuan sebelum
melakukan pemasangan alat kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan


keluarga sejahtera.

Undang –undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Hartanto, Hanafi, 2002, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Mas, Jakarta

Suratun, Pelayanan Keluarga Berencana dan pelayanan kontrasepsi , 2008, Jakarta, Trans Info
Media.

Saroha Pinem, Kesehatan Reproduksi dan Konmtrasepsi, Jakarta, 2009, Trans Info Media

UU RI No 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

UU RI No 36 tahun 2009 tentang kesehatan

Wening Udasmoro, 2010, Konsep Nasionalisme dan Hak Reproduksi Perempuan Analisis
Jender Terhadap Program Keluarga Berencana di Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang perkembangan


kependudukan dan pembangunan keluarga , keluarga berencana, dan sistem informasi
keluarga.

Peraturan mentri kesehatan No 21 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan kesehatan masa sebelum
hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, pelayanan kontrasepsi, dan
pelayanan kesehatan seksual

Anda mungkin juga menyukai