Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

PEMASANGAN KB IMPLANT

Disusun Oleh :

Fiqa Tinfitriya Alkasie

1102015080

Pembimbing:

dr. Adi Widodo, SpOG (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RS BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

18 JANUARI 2020 – 28 MARET 2020

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
2.1. Keluarga Berencana (KB) ................................................................................ 3
2.2. Definisi Kontrasepsi ......................................................................................... 4
2.3. Efektivitas ........................................................................................................ 5
2.4. Klasifikasi ........................................................................................................ 6
2.5. KB Sub Kutis / Bawah Kulit / Implant ............................................................ 7
2.6. Mekanisme Kerja ............................................................................................. 7
2.7. Keuntungan ...................................................................................................... 8
2.8. Efek Samping ................................................................................................... 8
2.9. Indikasi ............................................................................................................. 8
2.10. Kontraindikasi .................................................................................................. 9
2.11. Waktu Pemasangan .......................................................................................... 9
2.12. Jenis.................................................................................................................. 9
2.13. Prosedur Pemasangan .................................................................................... 10
BAB III KESIMPULAN ................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki beberapa


issue kependudukan antara lain pertumbuhan penduduk yang tinggi dan masalah
kematian ibu. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka menekan jumlah kelahiran
adalah melalui program keluarga berencana. Program keluarga berencana memiliki
tujuan untuk menekan laju penduduk dan mengurangi angka kematian ibu melalui
pencegahan kehamilan pada wanita usia muda dan mengatur jarak kehamilan. 1
Program KB didasarkan pada Undang-undang nomor 10 tahun 1992 tentang
perkembangan kependudukan dan perkembangan keluarga kecil sejahtera yang serasi
dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.2 Saat ini pertumbuhan
penduduk Indonesia 1,6 persen per tahun. Suatu pertumbuhan yang cukup
mengkhawatirkan, karena dari pertumbuhan ini masih dihasilkan sekitar 3 - 4 juta jiwa
manusia baru di Indonesia per tahun. Program keluarga berencana di Indonesia saat ini
mengalami stagnan yang ditandai dengan tingkat partisipasi masyarakat hanya
mencapai 57,9%.1
Program keluarga berencana (family planning) telah dilaksanakan di banyak
negara berkembang dari tahun 1950. Perencaan keluarga mempengaruhi praktek
konsepsi, kesuburan, usia pernikahan, risiko gangguan kehamilan, risiko kematian
maternal, risiko kematian neonatal, kehamilan resiko tinggi, dan lainnya. Banyaknya
pernikahan dini, rendahnya pengetahuan tentang perencanaan kehamilan, dan rendahnya
akseptor Keluarga Berencana, membutuhkan promosi pengaturan kehamilan yang
menarik dan efektif. 3
Program keluarga berencana memiliki makna yang sangat strategis,
komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan
sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk
mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui

1
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas. 3
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan
utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Perwujudan nyata dalam
partisipasi program Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi. 4
Banyaknya jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya
mampu menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi-
infomasi mengenai keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping dari
kontrasepsi tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-pandangan
atau norma budaya lingkungan dan orang tua yang dapat membuat pengguna (akseptor)
menjadi ragu-ragu dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Untuk itu diperlukan suatu
layanan konseling agar dapat menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi dengan jelas
mengenai keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasinya. Penggunaan
alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek samping dan risiko yang
kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun demikian yang harus dipikirkan
adalah benefit/ keuntungan dari penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut yang lebih
besar dibanding tidak menggunakan.4
Pada referat ini penulis akan memfokuskan pada alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK) atau yang lebih dikenal dengan KB implant.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Berencana (KB)


Definisi Keluarga Berencana didasarkan pada definisi internasional keluarga
berencana dan sesuai dengan Rencana Aksi Konferensi Internasional Kependudukan
dan Pembangunan (ICPD: International Conference on Population and Development;
PoA: Programme of Action) serta prinsip dan aksi ICPD terkait keluarga berencana dan
remaja.5
Program Keluarga Berencana memungkinkan pasangan dan individu untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah anak dan jarak umur antar
anak (spacing) yang mereka inginkan, cara untuk mencapainya, serta menjamin
tersedianya informasi dan berbagai metode yang aman dan efektif (ICPD POA 1994).
Hal ini dicapai melalui penggunaan kontrasepsi dan penanganan infertilitas. Namun,
pada remaja, fokus dari kerangka strategis ini adalah pada kesehatan reproduksi,
khususnya penyediaan informasi.5
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) mengindari
kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3)
mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menetukan jumlah anak dalam keluarga.5
Menurut UU No 10 tahun 1992 Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil yang bahagia sejahtera. 5
KB (Keluarga Berencana) adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam
hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.6

3
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau
alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan
penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika
Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan
tersebut tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan setengahnya lagi
menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara penggunaannya.7

2.2. Definisi Kontrasepsi


Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.8 Kontrasepsi yaitu pencegahan
terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur
yang telah dibuahi ke dinding rahim.9
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan
kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” dan
“konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut.4,8
Alat kontrasepsi memang sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu
diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk
itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Salah
satu metode kontrasepsi yang digunakan adalah alat kontrasepsi jangka panjang (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD, implant dan kontap). Kontrasepsi jangka
panjang adalah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik
bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya).10
Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia.
Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode
kontrasepsi yang tersedia. Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih
metode kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, frekuensi senggama,
jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu,

4
sikap kewanitaan dan kepriaan), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid,
riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul) dan faktor metode
kontrasepsi (efektivitas, efek samping dan biaya). Selain faktor-faktor tersebut masih
banyak faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi seperti efektivitas
konseling petugas kesehatan.11
Tujuan kontrasepsi4 :
- Menunda kehamilan: sampai usia 20 tahun
- Menjarangkan kehamilan:20-35
- Menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi: 35 keatas
Kontrasepsi yang bagus4 :
- Efektivitas yang tinggi
- Efek samping yang minimal
- Reversible
- Melindungi dari STD
- Mudah didapatkan
- Tidak ada kontraindikasi

Tabel 1. Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional4


Tunda Jarangkan 2-4 tahun Menghentikan
(<20 thn) (20-35 thn) (>35thn)
1. Pil 1. IUD 1. Sterilisasi
2. IUD 2. Suntik 2. IUD
3. Implant 3. Pil 3. Implant
4. Suntikan 4. Implan 4. Suntik
5. Sterilisasi 5. Pil

2.3. Efektivitas
Efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat,
yakni8:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti

5
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan
sebagainya.

Gambar 1. Efektivitas kontrasepsi menurut WHO 2008

2.4. Klasifikasi
Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya mempunyai
fungsi mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, menghalangi
pertemuan sel telur dengan sperma. Kontrasepsi yang ideal harus dapat bekerja dalam
waktu yang tahan lama, mempunyai efektifitas yang tinggi, aman, mudah dalam
menggunakan dan melepaskannya dan memiliki beberapa atau tidak sama sekali efek
samping.12
Metode KB terbagi menjadi dua yaitu:
1. Metode Alamiah
Metode alamiah terbagi dua yaitu tanpa alat dan dengan alat.
a. Metode alamiah tanpa alat terdiri dari:
1. Metode Kalender
2. Metode Suhu Basal Badan (THERMAL)
3. Metode Lendir Cervic
4. Metode Amenore Laktasi

6
5. Metode Coitus Interruptus (Senggama Terputus)
b. Metode alamiah dengan alat terdiri dari:
1. Kondom
2. Spermiside
3. Diafragma
4. Kap Servik
2. Metode Non Alamiah
Metode non alamiah terdiri dari metode hormonal dan Nonhormonal.
a. Metode Hormonal terdiri dari:
1. Pil
2. Suntik
3. Implant
b. Metode non hormonal terdiri dari:
1. IUD (IntraUterine Device)/spiral
2. MOP (Metode Operasi Pria)
3. MOW (Metode Operasi Wanita)

2.5. KB Sub Kutis / Bawah Kulit / Implant


Ada dua macam susuk yang biasa dipergunakan untuk kontrasepsi, yaitu norplan
dan implanon. Norplan merupakan metoda kontrasepsi berjarak 5 tahun yang terdiri atas
6 kapsul silastik silikon berisi masing-masing 36 mg levonorgestrel dan disisipkan
dibawah kulit. Implanon hanya berjarak 3 tahun dan berbentuk batang putih lentur
dengan panjang 40 mm dan diameter 2 mm dalam suatu jarum yang terpasang pada
inserter khusus.13

2.6. Mekanisme Kerja


Mekanisme kerja KB Implant dapat dijelaskan sebagai berikut13 :
- Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
- Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok
untuk implantasi zygote.
- Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.

7
- Efek kontrasepsi norplabt merupakan gabungan dari ketiga mekanisme kerja
tersebut di atas. Daya guna norplant cukup tingi. Efektivitas antara 0,3–0,5
/100wanita/tahun.

2.7. Keuntungan
Keuntungan memilih KB Implant dibandingkan KB lain adalah14 :
1. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
2. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
3. Tidak menaikkan tekanan darah,
4. Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
5. Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang ( 5 tahun dan
bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu tahun
setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai 90 % wanita daat menjadi hamil
kembali.

2.8. Efek Samping


Walaupun memiliki keuntunga, sebagaimana alat kontrasepsi pada umumnya,
KB implant memiliki efek samping sebagai berikut14 :
1. Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan memanjang atau
lebih sering berdarah ( metrorrhagia ),
2. Amenore,
3. Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,
4. Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan.
5. Timbulnya jerawat.
6. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil,
maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB.

2.9. Indikasi
Indikasi pemasangan KB Implant antara lain sebagai berikut14 :

8
a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama
tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR
b. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung
estrogen

2.10. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemasangan KB Implant antara lain sebagai berikut14 :
1. Kehamilan atau disangka hamil
2. Penderita penyakit hati
3. Kanker payudara
4. Kelainan jiwa ( psikosis, neurosis ),
5. varikosis
6. Riwayat kehamilan ektopik
7. Diabetes mellitus
8. Kelainan kardiovaskuler.

2.11. Waktu Pemasangan


Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid, sehingga
adanya kehamilan dapat disingkirkan.14

2.12. Jenis
Adapun jenis kontrasepsi implant yang tersedia antara lain13 :
- Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3.4 cm,
dengan diameter 2.4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya
5 tahun
- Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3
tahun
- Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun.

9
2.13. Prosedur Pemasangan
Berikut langkah-langkah prosedur pemasangan pada KB implant13 :
a. Melakukan konseling dan persetujuan tindakan medis
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Dengan
melakukan konseling berarti pertugas membantu klien dalam memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya. Di
samping itu dapat membuat klien merasa puas.
Persetujuan tindakan medis adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau
keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap klien tersebut.
b. Menyiapkan alat dan bahan
- Meja periksa untuk berbaring klien
- Alat penyangga (tambahan)
- Batang implan dalam kantong
- Kain penutup streril (desinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat
meletakkan implan
- Sepasang sarung tangan karet bebas bedak yang sudah steril (atau
didisinfektan tingkat tinggi)
- Sabun untuk mencuci tangan
- Larutan antiseptik untuk disinfektan kulit
- Zat anestesi lokal (konsentrasi 1% tanpa Epinefrin)
- Spuit (5-10 mL), dan jarum suntik (22 G) ukutan 2,5 sampai 4 cm (1-1 ½
per inch)
- Trokar 10 dan mandrin
- Skalpel 11 atau 15
- Kasa pembalut, band aid, atau plester
- Kasa steril dan pembalut
- Epinefrin jika ada syok anafilaktik (harus tersedia untuk keperluan darurat)
- Klem penjepit atau forcep mosquito (tambahan)
- Bak/tempat instrumen (tertutup)

10
c. Teknik insersi inplant
Pemasangan implant dilakukan pada bagian lengan atas atau bawah, kira-kira 6-
8 cm di atas atau di bawah siku, melalui insisi tunggal, dalam bentuk kipas dan
dimasukkan tepat di bawah kulit.
1. Mencuci daerah insersi, melakukan tindakan antisepsis, dan tutup sekitar
daerah insersi dengan kain steril
2. Melakukan anestesi lokal (lidocaine 1%) pada daerah insersi, mula-mula
disuntikkan sejumlah kecil anestesi pada daerah insisi, kemudian anestesi
diperluas sampai ke enam atau ke dua arah, sepanjang 4-4,4 cm.
Penyuntikan anestesi dilakukan tepat di bawah kulit, sehingga lapisan
luar kulit terangkat dari lapisan bawahnya dan memudahkan insersi.
3. Membuat insisi dengan pisau skalpel 2 mm sejajar dengan lengkung siku.
4. Memasukkan ujung trokar melalui insisi.
Terdapat dua garis tanda batas trokar, satu dekat ujung trokar, lainnya
dekat pangkal trokal. Dengan perlahan-lahan, trokar dimasukkan sambil
melakukan tekanan ke atas dan tanpa merubah sudut pemasukan.
5. Masukkan implant ke dalam trokarnya.
Dengan batang pendorong, implant didorong perlahan-lahan ke ujung
trokar sampai terasa ada tahanan. Dengan batang pendorong tetap
stationaer, trokar perlahan lahan ditarik kembali sampai garis batas dekat
ujung trokar terlihat pada insisi dan terasa implantnya ”meloncat keluar”
dari trokarnya. Jangan keluarkan trokarnya. Raba lengan dengan jari
untuk memastikan implant sudah berada di tempatnya dengan baik.
6. Ubah arah trokar sehingga implant berikutnya berada 15o dari implant
sebelumnya. Letakkan jari tangan pada implant sebelumnya. Masukan
kembali trokar sepanjang pinggir jari tangan sampai ke garis batas dekar
pangkal trokar. Masukkan implant ke dalam trokar. Selanjutnya seperti
poin 5. uangi lagi prosedur tersebut sampai semua implant telah
terpasang.
7. Setelah semua implant terpasang, alkukan penekanan pada luka insisi
dengan kasa steril untuk mengurangi perdarahan. Lalu kedua pinggir

11
insisi ditekan sampai berdekatan dan ditutup dengan plester kupu-kupu.
Tidak diperlukan penjahitan luka insisi.
8. Luka insisi ditutp dengan kompres kering, lalu dengan dibalut dengan
kasa untuk mencegah perdarahan. Daerah insisi dibiarkan kering dan
tetap bersih selama 4 hari.
d. Melakukan konseling pasca pemasangan yaitu menganati ± 15-20 menit untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya perdarahan dari luka insisi atau efek lain
sebelum memulangkan klien. Berikan petunjuk untuk perawatan luka setelah
pemasangan.

12
BAB III
KESIMPULAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Dan


usaha –usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan
dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk
mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus
dapat memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan,
kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi dari masing-masing alat atau obat
tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.
Ada pun maksud dan tujuan dari program KB tersebut ialah untuk
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, yang pada gilirannya akan berkontribusi
pada peningkatan Sumber Daya Manusia pada umumnya dan untuk menciptakan
keluarga yang sehat, sejahtera dan harmonis pada khususnya.
KB implant sama halnya dengan pilihan metode lainnya memiliki kelebihan dan
kekurangan yang seharusnya disampaikan kepada pasien secara menye;ur ketika
informed consent dan selanjutnya pasien dapat memilih metode apa yang paling tepat
untuknya.

13
DAFTAR PUSTAKA

1 Yulidasari F, Lahdimawan A, Rosadi D. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan


Pekerjaan Ibu Dengan Pemilihan Kontrasepsi Suntik. Jurnal Berkala Kesehatan
2015;1(1): 33-36.
2 Andriyati D, Rusli P. Barus, Khairani S, Affendy M, Henry S.S, Marpaung J.
Perbandingan Berat Badan Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal Oral Kombinasi
Sebelum, Sesudah 6 Bulan Dan 12 Bulan Penggunaan. The Journal of Medical
School, University of Sumatera Utara 2014; 47(3); 116-119.
3 Population Information Program.Population Reports: Periodic Abstinence: How
Well Do New Approaches Work. The Johns Hopkins University, Hampton House,
624 North Broadway, Baltimore, Maryland 21205, sUSA, 1: (3) September 2013.
4 Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua.
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
5 Handayani, S. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta: Pustaka
Rihama. 2010.
6 Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta. 2006.
7 Pengertian KB. 2011 [citied 2020 February 22]. Available at:
http://posyandu.org/pengertian-kb.html.
8 Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta; Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007.
9 Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
10 Hidayati, R. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika.
11 Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta:
EGC.
12 Ekarini SMB. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria
Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten.

14
13 Merchant RC, Damergis JA, Gee EM. Contraceptive usage, knowledge and
correlates of usage among female emergency department
patients.Contraception;74:201–207. 2006.
14 Cunningham FG,Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, et al. Obstetri
Williams. Ed 23. Jakarta: EGC. 2013.
15

15

Anda mungkin juga menyukai