Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KB DAN PELAYANAN KONTRASEPSI


NY.A UMUR 24 TAHUN AKSEPTOR BARU KB SUNTIK 3 BULAN
DI KLINIK ALYSSA MEDIKA

Disusun Oleh:

Nama : Tria Ishma Rosita


NIM : 2215901005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan Laporan Pendahuluan sebagai Salah Satu Persyaratan dalam


penyelenggaraan Laporan Asuhan Kebidanan KB dan Pelayanan Kontrasepsi
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tangerang Tahun 2023

Tangerang, 5 April 2023

Mengetahui :

Pembimbing Stase Pembimbing Lahan /CI

( Murni Lestari, M.Keb ) (Catur Erty Suksesty, M. Keb)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan pada Stase Asuhan
Kebidanan KB dan Pelayanan Kontrasepsi. Penulisanan laporan ini dalam rangka
menerapkan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan KB dan Pelayanan Kontrasepsi
yang merupakan salah satu mata kuliah yang harus dilalui dalam proses
pendidikan profesi bidan. Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini penulis
banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Imas Yoyoh, M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tangerang
2. Catur Erty Suksesty, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang dan Selaku Dosen
Pembimbing Lahan
3. Murni Lestari, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh
dari kesempurnaan dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan
saran serta kritik dari berbagai pihak. Akhir kata semoga hasil laporan ini
memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.

Tangerang, 5 April 2023

Penulis        

ii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
TINJAUAN TEORI................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 26

iii
TINJAUAN TEORI

A. Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian
Keluarga berencana (KB) didefinisikan oleh WHO sebagai, cara be
rpikir dan hidup yang diadopsi secara sukarela, berdasarkan pengetahuan,
sikap dan keputusan yang bertanggung jawab oleh individu dan pasangan,
dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan kelompok kelu
arga dan dengan demikian berkontribusi secara efektif terhadap pembang
unan sosial suatu negara (Kathpalia, 2018).
Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-undang (UU) No. 52 ta
hun 2009 pasal 1 (8) adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, kehamilan, melalui promosi perlindungan dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas (Kemenkes RI, 2018).
Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pas
angan Usia Subur (PUS). Pasangan usia subur adalah pasangan suami-ist
ri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara
15 sampai dengan 49 tahun (Kemenkes RI, 2018). dan Terlalu tua melahi
rkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, da
n harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan
lahir dan kebahagiaan batin (Kemenkes RI, 2018).

2. Manfaat Keluarga Berencana (KB)


Keluarga berencana merupakan salah satu strategi untuk menguran
gi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda mel
ahirkan (di bawah usia 20 tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu deka
t jarak melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Sel
ain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarg
a agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang leb
ih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin (K
emenkes RI, 2018).
Keluarga berencana juga merupakan salah satu cara yang paling efe
ktif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan
ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB meliputi penyediaan informasi
pendidikan, dan cara-cara bagi keluarga untuk dapat merencanakan kapa
n akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia ant
ara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes RI, 201
8).
Keuntungan keluarga berencana selain berkontribusi pada kesehata
n serta mengurangi morbiditas dan mortalitas ibu dan anak dengan kontra
sepsi juga dapat mencegah penularan penyakit seksual dan Human Immu
nodeficiency Virus (HIV) (Kathpalia, 2018).
3. Sasaran Program Keluarga Berencana (KB)
Sasaran langsung dari program KB adalah PUS yang bertujuan unt
uk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi se
cara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksa
na dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melal
ui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka menca
pai keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera (Kemenkes RI, 201
8).

B. Kontrasepsi Hormonal
1. Pengertian
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertuj
uan untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan menggunakan preparat
estrogen dan progesteron. Beberapa cara kontrasepsi metode hormonal, y
aitu suntik, pil, dan implan (Nurullah, 2021).
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau me
lawan dan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan se
l sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah pencegahan
kehamilan setelah hubungan seksual dengan menghambat sperma menca
pai ovum matang atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi tertana

2
m pada endometrium (Narulita & Prihatin, 2019).
Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang bersifat
reversible sehingga banyak dipilih dan disukai oleh para peserta keluarga
berencana. Metode kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode k
ontrasepsi modern (Kulsum et al., 2021).
2. Progesteron
Progesteron memasuki sel dengan difusi pasif melalui membran p
lasma dan berikatan dengan reseptor progesteron di nukleus. Ketika tidak
terikat, reseptor progesteron ada sebagai monomer, setelah mengikat pro
gesteron, reseptor mengalami perubahan konformasi dan menjadi dimer y
ang meningkatkan pengikatan reseptor ke DNA. Kebanyakan progestin
mengerahkan efek kontrasepsi mereka dengan menekan sekresi hormon p
elepas gonadotropin releasing hormone (GnRH) oleh hipotalamus dan lut
einizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) oleh kele
njar pituitari. Penekanan ini mengubah siklus menstruasi untuk menekan
siklus ovulasi. Progestin juga memberikan manfaat lain melalui mekanis
me sekunder seperti mengentalkan lendir serviks untuk mecegah penetras
i sperma, memperlambat motilitas tuba dengan mengganggu motilitas tub
a faloppi dan menginduksi atrofi endometrium (Cabble & Grider, 2021).
Progesteron memainkan peran penting selama siklus menstruasi n
ormal. Peningkatan progesteron, khususnya dalam siklus menstruasi, terj
adi karena lonjakan luteinizing hormone (LH) di pertengahan siklus akhir
fase folikular. Peningkatan progesteron follicle stimulating hormone (FS
H), pada akhir lonjakan LH dan FSH, siklus menstruasi memulai fase lut
eal, dimana progesteron mempersiapkan endometrium diuterus wanita un
tuk menerima dan memberi nutrisi pada sel telur yang telah dibuahi, yang
dikenal sebagai implantasi pada fase luteal. Pematangan kapiler memung
kinkan untuk menembus lapisan granulosa sel, menyebabkan peningkata
n yang signifikan dalam vakularisasi diendometrium dan peningkatan di
aliran darah, jika tidak ada implantasi kadar progesteron menurun, yang
menyebabkan pendarahan akibat melilit dan menyempitnya arteriol spiral
(Cabble & Grider, 2021).

3
Jika implantsi benar-benar terjadi, maka kadar progesteron akan t
etap meningkat, mengakibatkan penghambatan peluruhan endometrium d
an transisi berikutnya ke peran pemeliharaan kehamilan. Selama kehamil
an, progesterone memainkan 2 peran yaitu menghambat laktasi dan menu
runkan kemampuan myometrium untuk berkontraksi melalui metabolit y
ang bekerja melalui reseptor GABA (gamma aminobutyric acid). Pengur
angan kontraksi uterus oleh progesteron memainkan fungsi penting dala
m memastikan bahwa implantasi dan perkembangan terjadi dengan benar
sekaligus menghambat ekspulsi premature janin, setelah bayi lahir, kadar
progesteron menurun dan penghambatan umpan balik oleh progesteron di
hilangkan, sehingga meningkatkan laktasi (Cabble & Grider, 2021).
3. Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
Kontrasepsi suntik adalah obat yang diberikan dengan cara menyun
tikan hormon secara intramuscular. Penyuntikan tersebut diberikan pada
musculus gluteus atau musculus deltoideus. KB suntik bisa digunakan set
elah 6 minggu sejak melahirkan. Kontrasepsi suntikan bekerja dengan car
a mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetra
si sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi, menghambat
transportasi gamet oleh tuba, dan mencegah ovulasi. Adapun jenis kontra
sepsi suntikan adalah kontrasepsi suntikan jenis kombinasi dan Depo Pro
gesterone Medroxy Acicate (DMPA) yang memiliki efektivitas yang ting
gi dalam mencegah kehamilan (Kulsum et al., 2021).
Secara umum kontrasepsi suntik mempunyai tingkat efektivitas yan
g tinggi angka tingkat keberhasilannya, sehingga jarang dikhawatirkan te
rjadi kelupaan seperti halnya penggunaan kontrasepsi hormonal oral yang
diminum setiap hari. Pemakaianya dapat diberikan saat menstruasi atau s
etelah melahirkan. Kontrasepsi suntik dapat dipakai 2-4 tahun atau sesuai
dengan jarak kehamilan yang diinginkan (Amini, 2020).
Kontrasepsi suntikan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang ber
isi hormon yang disuntikkan kedalam tubuh wanita secara periodik. Seda
ngkan kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi hormonal jenis sunti
kan yang berisi depot medroksiprogesterone asetat (DPMA) dengan dosis

4
150 mg/ml secara intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Setyoningsih, 20
20).
Kontrasepsi suntik adalah jenis kontrasepsi injeksi untuk mencegah
kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi ini sangat efe
ktif, aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, c
ocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi air susu ibu. Kon
trasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak dipakai adala
h jenis suntikan kombinasi dan jenis suntik DMPA (Depo Medroxyproge
sterone Acecate). Kedua jenis kontrasepsi suntik tersebut memiliki efekti
vitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan, asal penyunti
kannya dilakukan secara teratur. Namun, selain memiliki banyak kelebih
an kontrasepsi jenis suntikan juga mempunyai beberapa kerugian salah sa
tunya adalah terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemak
aian (Tohir, 2020).
4. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik DMPA
Menurut Rahayu & Wijanarko (2017) kontrasepsi suntik DMPA
mempunyai mekanisme kerja, kelbihan, dan kekurangan sebagai berikut:
a. Mekanisme kerja DMPA
1) Mencegah peristiwa terlepasnya kadar Folikel Stimulating
Hormone (FSH)
2) Menurunkan Luteinizing Hormone (LH) sehingga tidak terjadi
peningkatan LH.
3) Endometrium menjadi sempit dan jaringan didalamnya menjadi
menyusut dengan kelenjar-kelenjar yang sudah mati.
4) Mengentalkan dan mengurangi jumlah lender serviks sehingga
mencegah adanya spermatozoa.
b. Kelebihan DMPA
1) Sangat efektif dalam menvcegah kehamilan
2) Tidak mempengaruhi produksi ASI
3) Mencegah beberapa pengakit radang panggul
4) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.

5
5) Tidak mengandung estrogen
c. Kekurangan DMPA
1) Dapat terjadi gangguan menstruasi
2) Terjadi perubahan berat badan
3) Pada pengguna jangka Panjang dapat terjadi perubahan lipid
serum
4) Dapat terjadi penurunan libido
d. Efek samping
Menurut Putri (2019), efek samping dari penggunaan suntik DM
PA adalah:
1. Rusaknya pola pendarahan terutama pada bulan-bulan pertama d
an sudah 3-12 bulan umumnya berhenti dengan tuntas.
2. Terjadinya keputihan dalam menggunakan suntik DMPA karena
hormon progesteron mengubah flora dan pH vagina, sehingga ja
mur mudah tumbuh dan menimbulkan keputihan.
3. Seringkali berat badan bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2
bulan karena pengaruh hormonal, yaitu progesterone.
4. Timbul pendarahan ringan (bercak) pada awal pemakaian Rasa
pusing, mual, sakit di bagian bawah perut juga sering dilaporkan
pada awal penggunaan
5. Kemungkinan kenaikan berat badan 1–2kg. Namun hal ini dapat
diatasi dengan diet dan olahraga yang tepat
6. Berhenti haid (biasanya setelah 1 tahun penggunaan, namun bisa
lebih cepat). Namun, tidak semua wanita yang menggunakan me
tode ini terhenti haidnya.
7. Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini terjadi karena
tingkat hormon yang tinggi dalam suntikan 3 bulan, sehingga bu
tuh waktu untuk dapat kembali normal (biasanya sampai 4 bula
n)
8. Progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi untuk me
ngentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim un
tuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon ini juga m

6
empermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga se
ringkali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang meny
ebabkan berat badan bertambah.
e. Kontra indikasi Depo Medroxy Progesterone Acetate terutama pada
kehamilan atau perempuan yang diduga hamil. Selain itu, penggunaa
n obat ini juga kontraindikasi pada:
1. Pendarahan pervagina yang persisten, berulang, dan belum terdi
agnosis
2. Keganasan payudara yang diketahui atau diduga
3. Tromboflebitis aktif, riwayat tromboflebitis, atau penyakit vasku
lar serebral
4. Gangguan atau penyakit hepar yang signifikan, seperti sirosis be
rat, karsinoma hepatoselular, atau neoplasma hepar lainnya
5. Adanya hipersensitivitas terhadap medroxyprogesterone acetate.
Sathe A, Gerriets V. (2022)

DAFTAR PUSTAKA

7
Kathpalia, S. 2018. Awareness About Contraceptives, Their Benefits And Side Eff
ects Among Indian Armed Forces Married Individuals. EC gynaecology. Vol
7(4): 126.
Kemenkes RI, 2018, Profil Kesehtan Indonesia Tahun 2017 Kemenkes RI, Jakarta
hal. 105-106.
Nurullah, F.A., 2021. Perkembangan Metode Kontrasepsi di Indonesia. C 48, 166
– 172.
Narulita, & Prihatin. (2019). Kontrasepsi Hormonal Jenis, Fisiologi dan Pengaruh
nya Bagi Rahim. UPT Penerbit Universitas Jember
Kulsum, Indanah, & Sofa. (2021). Perbedaan Kembalinya Masa Subur pada Multi
gravida Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Suntik yang Dipakai Sebelumnya di
Rs ’Aisyiyah Kudus.
Cable JK, Grider MH. (2021). Physiology, Progesterone. Treasure Island (FL): Sta
tPearls Publishing.
Amini. (2020). Kejadian Disfungsi Seksual Pada Wanita Akibat Penggunaan Jang
ka Panjang Kontrasepsi Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA).
Setyoningsih, Fitri Yuliastuti. 2020. Efek Samping Akseptor Kb Suntik Depo Med
roksi Progesteron Asetat (DMPA) Di BPM Fitri Hayati. Jurnal Kebidanan V
ol 6, No 3 hal 298-304. Diakses pada 4 Juli 2021 dalam http://ejurnalmalaha
yati.ac.id/index.php/kebidanan/article/view/2743
Rahayu, T. B., & Wijanarko, N. 2017. Efek Samping Akseptor KB Suntik Depo M
edroksi Progesteron Acetat (DMPA) Setelah 2 Tahun Pemakaian. Samodra Il
mu.Vol 4(7): 33.
Sathe A, Gerriets V. 2022. Medroxyprogesterone. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559192/

Anda mungkin juga menyukai