Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun, lebih dari 600.000 wanita di dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan saat
melahirkan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 99 % kematian itu terjadi di
negeri berkembang. Dalam jangka waktu yang sama, tak kurang dari 50 juta aborsi akibat
kehamilan tak diinginkan terjadi di muka bumi ini. Kontrasepsi kemudian dijadikan program
untuk menekan angka-angka yang mengerikan itu. Di Afrika tercatat, sekitar 82 % penduduknya
tidak berkontrasepsi. Di Asia Tenggara, Selatan, dan Barat, hanya 43 % yang sadar kontrasepsi.
Negeri maju di Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan, selangkah lebih sadar, hanya
seperlima warganya yang menolak kontrasepsi.
Keluarga Berencana (KB) di Indonesia telah mencapai sukses yang bermakna sejak dari awal
(1970) dengan jumlah akseptor sebanyak 40.000. Sampai tahun 2000 telah terjadi peningkatan
yang pesat mencapai lebih dari 24 juta akseptor di antara 36 juta pasangan yang menikah.
Namun, penerimaan cara-cara kontrasepsi efektif bersifat sementara (IUD, pil, dan implant)
dalam program KB nasional menurun pada tahun 2002-2003, kecuali untuk kontrasepsi injeksi
dengan prevalensi yang cukup besar, yaitu 27.8%.
Di Propinsi Jawa Barat, jenis kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor pada bulan Maret 1991
tercatata bahwa yang menggunakan IUD sebesar 9,8 %, vasektomi sebesar 1,3 %, tubektomi
sebesar 0,8 %, implant sebesar 4,4 %, suntik sebesar 51,8 %, pil sebesar 31,7 %, dan kondom
sebesar 0,1 %.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang

paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi

manfaat kesehtan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara

menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehtan reproduksi utama dan yang lain.

Juga responsive terhadap berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan

perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita.

Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena

terbatasnya sarana dan metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut

mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual
dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi, usia serta rendahnya

pemahaman terhadap alat kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang

berbagai faktor, termasuk status keehatan mereka, efek samping potensial suatu metode,

konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan , besarnya keluarga yang diinginkan,

kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.

Perasaan dan kepercayaan wanita mengenai tubuh dan seksualitasnya tidak dapat

dikesampingkan dalm pengambilan keputusan untuk menggunakan kontrasepsi. Banyak wanita

tidak bersedia mengubah siklus normalnya, karena takut bahwa perdarahanyang lama dapat

mengubah pola hubungan seksual dan dapat mendorong suami berhubungan seks dengan wanita

lain. Siklus yang memanjang atau perdarahan intermiten dapat membatasi partisipasi dalam

aktivitas keagamaan maupun budaya.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis mengenai salah satu bidang kajian pada dunia

kebidanan

2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pelayanan KB

C. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

C. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga Berencana

B. Tujuan Keluarga Berencana

C. Manfaat Keluarga Berencana

D. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga Berencana (KB)


Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak.
Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi, sedangkan untuk
menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi. Aborsi merupakan
salah satu cara untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan kontrasepsi.
Menurut WHO, Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu, mengatur jumlah anak sesuai
kehendak, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga.

B. Tujuan Keluarga Berencana


Gerakan Keluarga Berencana bertujuan untuk meningatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Selain itu tujuan Keluarga Berencana adalah
meningkatkan peran serta masyarakat terhadap pendewasaan usia perkawinan, pembinaan
ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Untuk tercapainya tujuan tersebut
diselenggarakan kegiatan : Komunikasi, informasi dan Edukasi (KIE) Pelayanan Keluarga
Berencana (Pelkon); Pemantapan Kelembagaan dan Pengelolaan Program.
Kegiatan KIE bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang
mendukung terwujudnya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) melalui gerakan
KB. KIE meliputi kegiatan pengembangan dan penyampaian pesan melalui berbagai media masa
yang dilaksanakan bekerja sama, antara lain dengan organisasi kemasyarakatan formal, lembaga
swadaya masyarakat dan dunia usaha. Dalam meningkatkan kegiatan KIE, dimanfaatkan
seoptimal mungkin perkembangan kemajuan teknologi komunikasi media massa, baik media
massa elektronik maupun media massa cetak. Di samping itu, media massa tradisional yang
terdapat di daerah, seperti kesenian tradisional, tetap dimanfaatkan dalam kegiatan KIE.
Kegiatan Pelayanan KB bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ber-KB yang
bermutu, aman, mudah, dan terjangkau sehingga dapat memberikan kepuasan dan menjamin
keberhasilan program KB di dalam masyarakat. Untuk itu, ditingkatkan penyediaan dan
distribusi obat dan alat kontrasepsi yang cukup; pelayanan pemasangan dan pelepasan alat
kontrasepsi; pelayanan medik akibat dampak samping yang mungkin timbul karena pemakaian
alat kontrasepsi; dan berbagai kegiatan pembinaan keluarga sejahtera dengan memberikan
bantuan kredit pada para peserta KB untuk meningkatkan pendapatan kelompok akseptor /
keluarga sejahtera (UUPKA/UPPKS).
C. Manfaat Keluarga Berencana
Memilih alat kontrasepsi yang cocok dan baik merupakan hal yang gampang-gampang susah.
Semuanya harus disesuaikan dengan umur dan tujuan dari wanita pasangan usia subur. Dalam
dunia kedokteran, terdapat tiga fase yang digunakan sebagai dasar penggunaan kontrasepsi yang
rasional. Yakni masa menunda kesuburan / kehamilan, masa mengatur kesuburan /
menjarangkan kesuburan dan masa mengakhiri kesuburan.
1. Menunda Kehamilan

Masa menunda kesuburan / kehamilan ini merupakan waktu bagi wanita pasangan usia

subur yang sudah menikah dengan umur kurang dari 20 tahun. Pada wanita seusia itu, alat-alat

reproduksi masih belum stabil, sehingga ditakutkan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

bila ia hamil.

Alat kontrasepsi yang diperlukan yang memiliki efektivitas tinggi dan kemampuan

mengembalikan kesuburan seorang wanita yang tinggi. Prioritas urutan kontrasepsi yang

ditawarkan pil KB, AKDR (spiral), cara sederhana (senggama terputus, kondom, pantang

berkala, diafragma).

2. Menjarangkan Kehamilan

Umur terbalik bagi ibu untuk melahirkan menurut ilmu kesehatan reproduksi usia antara

20 – 30 tahun, namun akhir-akhir ini mulai beranjak hingga usia 35 tahun. Syarat kontrasepsi

yang diperlukan untuk wanita seusia ini yang efektivitasnya tinggi, kemampuan mengembalikan

kesuburan juga cukup tinggi. Karena akseptor masih mengharapkan punya anak lagi, dapat

dipakai 3 – 4 tahun sesuai dengan jarak kelahiran yang diinginkan, dan tidak menghambat

produksi ASI.

3. Mengakhiri Kesuburan
Masa ini adalah saat wanita berusia lebih dari 30 tahun dan sudah memiliki 2 anak.

Kontrasepsi yang diperlukan adalah yang efektivitasnya tinggi, dan dapat dipakai untuk jangka

panjang. Prioritas urutan kontrasepsi yang disarankan kontrasepsi mantap, AKDR, implant, cara

sederhana dan pil KB.

D. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi


1. Senggama Terputus

Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan sebagaimana biasa,

tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma

dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu tahu

kapan spermanya keluar.

2. Pantang Berkala

Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam masa subur.

Cara ini kurang dianjurkan karena sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk

“puasa”. Selain itu, kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap

bulan.

3. Kondom dan Diafragma

Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yang sudah populer di

masyarakat. Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori,

dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina.
Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapa mencegah penularan

penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS.

Kondom mempunyai kelebihan antara lain mudah diperoleh di apotek, took obat, atau

supermarket dengan harga yang terjangkau dan mudah dibawa kemana-mana. Selain itu, hampir

semua orang bisa memakai tanpa mengalami efek sampingan. Kondom tersedia dalam berbagai

bentuk dan aroma.

Diafragma adalah kondom yang digunakan pada wanita, namun kenyataannya kurang

populer di masyarakat. Kap bentuk bulat bulat cembung terbuat dari karet yang dimasukan ke

dalam vagina sebelum hubungan seksual. Keuntungan dari metode kontrasepsi ini sangat efektif

bila digunakan dengan benar dan tidak mengganggu produksi ASI, sedangkan kerugiannya pada

sebagian pengguna dapat menyebabkan infeksi dan keberhasilan tergantung pada mengikuti cara

penggunaan.

4. Cream, Jelly, atau Tablet Berbusa

Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukan ke dalam liang vagina 10 menit

sebelum melakukan senggama, yaitu untuk menghambat geraknya sel sperma atau dapat juga

membunuhnya. Cara ini tidak populer di masyarakat dan biasanya mengalami keluhan rasa panas

pada vagina dan terlalu banyak cairan sehingga pria kurang puas.

5. Pil

Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah diperkenalkan sejak 1960.

Pil diperuntukan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegahan kehamilan

sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera

sesudah terjadi keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post partum bagi para ibu yang
tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda

sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan

menggunakan cara pencegahan kehamilan yang lain. Pemakaian pil dapat menimbulkan efek

samping berupa perdarahan di luar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi),

jerawat, penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat

badan.

6. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita merupakan alat

kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya

pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi produksi, kelancaran ataupun

kadar Air Susu Ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana

kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang

lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.

Jenis-jenis AKDR di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Copper-T

AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi

lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antiertilisasi (anti

pembuahan) yang cukup baik.

b. Copper-7

AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini

mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan dengan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm 2, fungsinya sama seperti halnya lilitan

tembaga halus pada jenis Copper-T.

c. Multi Load

AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk

sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan

kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas.

Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

d. Lippers Loop

AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S

bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lipper Loop terdiri

dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm

(benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan

30 mm(tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang

rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini adalah bila terjadi perforasi jarang

menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

7. Suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan

dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Moderxi

Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler) di bokong

(gluteus) yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid).


8. Implant

Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk janeda, indoplant atau implanon. Inplant

dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi. Keuntungan dari kontrasepsi implant yaitu

perlindungan jangka panjang (5 tahun), bebas dari pengaruh estrogen, dapat dicabut setiap saat

sesuai kebutuhan. Implant juga mempunyai keterbatasan, pada kebanyakan klien dapat

menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting) atau meningkatnya

jumlah darah haid serta amenorea.

9. Tubektomi (sterilisasi pada wanita)

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan

wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria,

yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka

tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali,

karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali.

Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari

akseptor. Dengan demikian, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada wanita yang belum menikah

/ tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu

terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi.

Anda mungkin juga menyukai