Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendapat Malthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan
kemampuanmengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung,
sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana seret ukut,
sehingga pada suatu titik sumber daya alamtidak mampu menampung
pertumbuhan manusia – telah menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat
demikian diharapkan setiap keluarga, memerhatikan dan merencanakan
jumlahkeluarga yang diinginkan.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan NKKB (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
sejahtera) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”.
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung
jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan YangMaha Esa. Dalam
paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan
pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai upaya integral
dalam meningkatkan kualitas keluarga.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain,
misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan, terjadiny agangguan fisik atau psikologis
akibat tindakan abortus yang tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial
terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat.
Salah satu peranan penting bidan adalah untuk meningkatkan jumlah
penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat. Sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan
adalah metode sederhana kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid,
senggama terputus, metode kontrasepsi efektif (MKE)(hormonal /suntikan KB
dan susuk KB)AKDR), metode MKE kontap (bidan dapat memberi petunjuk
tempat dan waktu kontap dapat dilaksanakan), metode menghilangkan
kehamilan (bidan dapat menunjuk tempat pelayanan untuk menghilangkan
kehamilan yang tidak dikehendaki).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB
suntik 3 bulan dan 1 bulan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data
objektif pada akseptor KB suntik 3 bulan dan 1 bulan.
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dan menetukan
diagnosa masalah pada akseptor KB suntik 3 bulan dan 1 bulan.
3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan
segera padaakseptor KB suntik 3 bulan dan 1 bulan.
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh
terhadapakseptor KB suntik 3 bulan dan 1 bulan.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap
akseptor KBsuntik 3 bulan dan 1 bulan.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah
dilaksanakan terhadapakseptor KB suntik 3 bulan dan 1 bulan.
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada
akseptor KB suntik 3 bulan an 1 bulan sesuai dengan kebutuhan dan
masalahnya secara komprehensif serta sesuai dengan teori yang ada.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi

Definisi KB adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur jarak


kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada waktu yang
diinginkan.(Saifuddin,2008)

KB adalah tindakan yang membantu individu atau pemasangan suami


istriuntuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan,mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalamhubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
(WHO, 2007)

Kontrasepsi adalah usaha – usaha untuk mencegah kehamilan, usaha-usaha


itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. (Wiknjosastro,2010)

2.1.2 Tujuan Pelayanan Kontrasepsi

1. Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan
keluarga berencanayaitu dihayatinya nama keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. (Hartanto, 2007)
2. Tujuan Pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai tujuan
tersebut maka ditempuh kebijaksanaan dengan mengkategorikan 3 fase
untuk mencapai sasaran. Menurut Hartono (2007), yaitu:
a. Fase menunda atau mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan dianjurkan bagi Pasangan Usia Subur (PUS)
dengan usia istri kurang dari 20 tahun dengan alasan:
1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak
mempunyai anak terlebih dahulu untuk berbagai alasan.
2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan
muda masih mempunyai frekuensi senggama yang tinggi sehingga
angka kegagalan tinggi.
3) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil Oral, karena akseptor masih
muda.
4) Pemasangan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada
masa ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta dengan
kontra indikasi terhadap pil oral. Kontrasepsi yang cocok untuk
menunda atau mencegah kehamilan adalah, pil, IUD, cara
sederhana.
b. Fase menjarangkan atau mengatur kehamilan
Periode usia istri antara 20 – 30 tahun merupakan periode usia paling
baik untuk melahirkan.
1) Alasan menjarangkan kehamilan
a. Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b. Kegagalan yang menyebakan kehamilan cukup tinggi, namun
disini tidak begitu berbahaya karena yang bersangkutan berada
pada usia melahirkan yang baik.
c. Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan untuk
memakai IUD sebagai pilihan utama.
2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
1) Suntik
2) IUD
3) Implant
4) Mini Pil
5) Cara Sederhana
c. Fase menghentikan atau mengakhiri kesuburan
Pada periode ini usia istri di atas 3% tahun sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai dua anak.
1) Alasan mengakhiri kesuburan
a) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil
karena alasan medis.
b) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan
kemungkinan timbul akibat samping.
c) Pilhan utama adalah kontrasepsi mantap.
2) Kontrasepsi yang cocok meliputi
a) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
b) IUD
c) Implant
d) Cara sederhana
e) Suntik
f) Pil
3. Metode Kontrasepsi
Menurut (Saifuddin, 2010), pembagian cara kontrasepsi yaitu :
a. Metode amenorea Laktasi (MAL)
b. Metode keluarga berencana alamiah
c. Senggama terputus
d. Metode barrier
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spemisida
e. Kontrasepsi kombinasi
1) Suntikan kombinasi
2) Pil kombinasi
f. Kontrasepsi progestin
1) Kontrasepsi suntikan progestin
2) Kontrasepsi pil progestin
3) Kontrasepsi implant
4) AKDR dengan progestin
g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
h. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
2) Vasektomi (sterilisasi pada pria)
2.2 Kontrasepsi Suntik
2.2.1 Latar Belakang dan Sejarah Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan progestin yang pertama dikembangkan tahun 1953
oleh Karl Junkmann. Tahun 1957 Junkmann dan kawan-kawan menemukan
NET EN. Pada saat yang sama, Upjohn Company di Amerika Serikat
menemukan DMPA yang berasal dari hormon alamiah progesterone.
NET EN merupakan suntikan progestin pertama yang dipaki sebagai
kontrasepsi, dan diberi nama dagang Noristerat. Percobaan-percobaan klinik
pertama dari DMPA sebagai metode kontrasepsi dimulai pada tahun 1963, diikuti
percobaan-percobaan di lapangan pada tahun 1965.
Tahun 1967 Upjohn Company meminta izin FDA US (“POM” nya
Amerika Serikat) untuk memasarkan DMPA sebagai kontrasepsi di Amerika
Serikat. Pada saat itu telah diketahui dengan jelas bahwa estrogen dalam
kontrasepsi hormonal per-oral merupakan penyebab dari timbulnya efek samping
seperti mual, muntah, timbulnya bekuan darah. Sehingga adanya metode
kontrasepsi yang bebas estrogen seperti DMPA dan Mini-Pil merupakan hal yang
sangat menarik. Tetapi tahun 1970, penelitian-penelitian menunjukkan bahwa
progestin, termasuk DMPA, menyebabkan timbulnya benjolan-benjolan pada
payudara binatang percobaan anjing beagle, sehingga menyebabkan timbulnya
kewaspadaan dari FDA. Bulan September 1974 FDA menyatakan keinginannya
untuk menyetujui DMPA sebagai suatu metode kontrasepsi tetapi hanya bagi
wanita yang telah mengalami kegagalan kontrasepsi dengan metode lain. Tidak
berapa lama setelah itu, FDA kembali menangguhkan maksudnya tersebut, setelah
timbul pertanyaan apakah DMPA dapat meninggikan karsinoma serviks. Tahun
1975 dinyatakan bahwa tidak ada bukti-bukti bertambahnya resiko karsinoma
serviks, dan diusulkan kembali penggunaan DMPA untuk kalangan wanita yang
terbatas.
Tetapi pada tahun 1978 FDA secara resmi menolak pemakaian DMPA
sebagai suatu metode kontrasepsi, dengan alasan :
1. Masalah timbulnya benjolan-benjolan pada payudara binatang anjing
beagle yang diberikan DMPA belum terpecahkan.
2. Adanya risiko yang potensial timbulnya cacad-bawaan pada kasus
kegagalan kontrasepsi
3. Pembenan estrogen untuk menanggulangi perdarahan haid irreguler
karena DMPA, akan mengurangi keuntungan dari kontrasepsi berisi
progestin saja
4. Belum dapat ditunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak hun dari
pemakaian DMPA di Amerika Serikat. Di samping itu, fihak-fihak
yang tidak menyetujui metode kontrasepsi suntikan juga mengatakan
bahwa :
a. Wanita mungkin tidak mengetahui obat apa yang disuntikan
kepadanya atau wanita disuntik tanpa seizinnya (tanpa informed
consent)
b. Sebagai obat suntik berdaya kerja panjang, efeknya termasuk efek
samping utama maupun yang minor tidak dapat segera dihentikan
dengan jalan menghentikan suntikannya. Baru pada bulan Oktober
1992 FDA menyetujui Depo Provera sebagai kontrasepsi suntikan.
(Hartanto, Hanafi. 2010 . KB Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi. Jakarta:CV Muhasari) hlm 164-165).
2.2.2 Pengertian
Kontrasepsi suntik adalah suatu cara mencegah terjadinya
kehamilan dengan menyuntikkan secara berkala hormon estrogen dan
progesterone ke dalam tubuh wanita . KB suntik di Indonesia semakin
banyak dipakai karena kerjanya efektif , pemakaian praktis , harganya
relatif murah dan aman ( Moctar. R, 1998: 277).
Hasil survey peserta KB aktif di Indonesia sampai dengan bulan
Agustus 2015 menunjukan kontrasepsi suntik masih menjadi pilihan
utama.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan
yang dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot
medroksiprogesterone asetat) dan kombinasi (Baziad, 2002).
2.2.3 Jenis atau macam kontrasepsi suntik
a. Kontrasepsi suntik progestin
1.Depoprovera yang mengandung Depo Medroxy progesterone Asetat (
DMPA ) 150 mg / 3 cc → untuk 3 bulan.
2. Noristerat yang mengandung 50 mg Noritendron enantot ( Net- En )
200mg / 1 cc → untuk 1 bulan.
b. Kontrasepsi suntik kombinasi
1. Cyclofem yang mengandung 50 mg Noretendron Enantat ( Net – En
) dan 50 mg Estrandial , valerat → 1 bulan sekali 2.25 mg , DMPA
dan 5 mg Estradial Valerat ( Manuaba ,1998 : 444 )
(bkkbn. 2016. Konsep Dasar
Kontrasepsi.http://riau.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=1109. Diakses
tanggal 01 Mei 2017)
1. DMPA (depot medroksiprogesterone asetat)
Depoprovera yang mengandung Depo Medroxy
progesterone Asetat ( DMPA ). Di berikan sekali setiap 3 bulan
dengan dosis 150 mg / 3 cc. Depo-Provera merupakan jenis
kontrasepsi suntikan yang dipakai lebih dari 90 negara dan
terbanyak digunakan di Inggris Raya.
(Hartanto, Hanafi, dr. . 2010 . KB Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi . Jakarta: CV Muhasari) hlm 163).
Kontrasepsi ini sering disingkat oleh klien dengan, "Depo".
Kontrasepsi suntikan mencegah kehamilan terutama dengan
menghentikan ovulasi. Seperti metode kontrasepsi lain, Depo
mempertebal mukus serviks sehingga mencegah penetrasi sperma,
menyebabkan endometrium menjadi kurang menguntungkan untuk
implantasi. Depo-Provera dan Noristerat 99 – 100 % efektif alami
mencegah kehamilan dan merupakan bentuk kontrasepsi reversibel
yang paling efektif. Hampir 30% wanita yang sudah menikah dan
memiliki anak lebih memilih menggunakan Depo Provera (suntik 3
bulan) sebagai alat kontrasepsi yang dipilih. Hal ini karena
menurut Spevack (2013) KB suntik memiliki kelebihan dibanding
alat kontrasepsi lainnya, yaitu:
1) 99% akurat dalam mencegah kehamilan
2) Waktu untuk suntik cukup panjang yaitu 3 bulan sekali
3) Menawarkan perlindungan yang panjang karena progestin
mengkristal dan perlahan larut ke dalam aliran darah.
4) Sangat efektif
5) Aman
6) Dapat dipakai oleh perempuan dalam usia produktif
7) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
Selain itu, secara harga, penggunaan Depo-Provera lebih
murah jika dibandingkan dengan penggunaan Cyclofem. Atas
dasar alasan inilah kemudian banyak wanita yang memilih
menggunakan Depo-Provera. Studi ini dimaksudkan untuk
melihat fenomena kejadian amenorrhea pada pengguna KB
Suntik jenis Depo-Profera dan Cyclofem.
2.2.4 Cara Kerja
1) Mencegah terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan
Gonadotropin Releasing Factor dari hipotalamus.
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
melalui serviks uteri.
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi
4) Menghambat transportasi garnet oleh tuba
2.2.5 Cara Pemberian
Depo provera disuntikan secara IM pada otot bokong (musculus
gluteus ) agak kedalam , sebelum diberikan botol obat dikocok agak lama
dulu sampai seluruh obat kelihatan betul – betul larut dan tercampur baik,
suntikan diberikan sekali setiap 3 bulan. Setelah dilakukan injeksi, area
injeksi tidak boleh dimasase karena tindakan ini akan memperpendek
durasi keefektifan Depo-Provera.
2.2.6 Efektifitas
Kedua Kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi
, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan – tahun , asal penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan .
2.2.7 Efek Samping
1) Aminorhoe
Amenorrhea merupakan abnormalitas yang terjadi pada siklus
menstruasi pada wanita usia produktif. Menurut pendapat Kusmiran
(2011) amenorrhea dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
adalah pemakaian hormonal pada KB suntik Depo-Provera, hal ini
karena hormon progesteron yang terkandung didalam kontrasepsi
Depo-Provera menimbulkan perubahan histology endometrium sampai
pada atrofiendometrium. Sedangkan penyebab lainnya dari terjadinya
amenorrhea menurut pendapat Manuaba (2008) antara lain adalah
gangguan organik pusat, gangguan kejiwaan, gangguan kalenjar
suprarenalis, gangguan kalenjar tiroid, gangguan pankreas, gangguan
organik genitalia, terdapat penyakit umum, gangguan hormonal,
gangguan poros hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Selain itu, penggunaan kontrasepsi jenis Cyclofem (suntik 1 bulan)
yang mengandung kombinasi hormone estrogen dan progesteron juga
memungkinkan terjadinya amenorrhea pada penggunanya, hal ini
disebabkan karena adanya ketidakseimbangan hormon, sehingga
endometrium mengalami perubahan histologi, sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Munir (2014) yang mengungkapkan
bahwa KB 1 bulan (Cyclofem) dan 3 bulan (Depo-Provera)
mengindikasikan terjadinya amenorrhea pada penggunanya. Selain itu,
penggunaan kontrasepsi jenis Cyclofem (suntik 1 bulan)yang
mengandung kombinasi hormone estrogen dan progesteron
jugamemungkinkan terjadinya amenorrhea pada penggunanya, hal ini
disebabkankarena adanya ketidakseimbangan hormon, sehingga
endometrium mengalamiperubahan histologi, sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Munir(2014) yang mengungkapkan
bahwa KB 1 bulan (Cyclofem) dan 3 bulan (Depo-Provera)
mengindikasikan terjadinya amenorrhea pada penggunanya.
amenorrhea dan samakin lama penggunaan suntik maka semakin besar
kemungkinan terjadinya amenorrhea. Berdasarkan beberapa penelitian
di ataskemudian dapat dilihat bahwa penggunaan KB 3 bulan lebih
dominan menyebabkan amenorrhea pada perempuan.
2) Spooting ( Bercak darah )
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan
menurun dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2001).
Sebagian wanita yang mengalami perdarahan bercak menemukan
bahwa keluhan ini membaik dengan sendirinya, biasanya pada
suntikan keempat (Everett, 2007). Bila ringan atau tidak terlalu
menganggu tidak perlu diberi obat. Bila cukup mengganggu dapat
diberikan pil KB 3x1 tablet selama 7 hari (Depkes, 1999). 1 siklus pil
kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestradiol), ibuprofen (sampai
800mg, 3x/hari untuk 5 hari) atau obat sejenis lain (Saifuddin, 2003).
3) Pusing
4) Jerawat
5) Mual
6) Kadang Libido
7) Menoragia
Perdarahan banyak atau memanjang lebih dari 8 hari atau 2 kali lebih
banyak dari haid biasanya, jelaskan hal itu biasa ditemukan pada bulan
pertama suntikan (Saifuddin, 2003). Bila terjadi perdarahan banyak
selama penyuntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil
kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus
pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg
estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari. Untuk mencegah anemia
perlu preparat besi atau makanan yang mengandung banyak zat besi
(Saifuddin, 2003). Diberi tablet sulfas ferosus (Fe) 3x1 tablet antara 5-
7 hari sampai keadaan membaik (Depkes, 1999).
8) Sakit kepala
9) keputihan
10) BB bertambah
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi
anatara kurang dari 1kg – 5kg dalam tahun pertama. Penyebab
pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena
bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh.
Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu
makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih
banyak daripada biasanya. Dengan adanya nafsu makan yang lebih
banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan zat-
zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan
di bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan
lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak.
(Suparyanto, 2010).
11) Pada sistem kardio-vaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada
sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL- Kolesterol.
(Hartanto, Hanafi. 2010 . KB Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi.
Jakarta:CV Muhasari) hlm 169).
2.2.8 Penanganan
1) Perubahan pola haid ( Menoraghia )
 Berikan informasi sehingga tidak perlu pengobatan khusus.
 Bila perlu pengobatan , pertama - tama beriakan obat – obatan
anti perdarahan, seperti tablet daflon , Aclona , ACL, Metergin
dll.
 Selanjutnya dapat diberikan tablet Ignoral 0,05 – 0,1 mg
sehari selama 7 – 10 hari atau pil kontrasepsi kombinasi
sampai 6 minggu sesudah suntikan terdahulu atau tablet
primalut IV 5 mg 3 x I sekali selama 3 hari.
 Perdarahan yang banyak dan tidak sembuh oleh pengobatan
harus dilakukan kuretase.
2) Amenorea
 Bila tidak hamil , pengobatan apapun tidak perlu , jelaskan ,
bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim , nasehati
untuk kembali ke klinik.
 Bila telah terjadi kehamilan , rujuk klien . Hentikan
penyuntikan jelaskan bahwa hormon progestin tidak akan
menimbulkan kelainan pada janin .
 Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
 Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan
karena tidak akan berhasil . Tunggu 3- 6 bulan kemudian , bila
tidak terjadiperdarahan juga , Rujuk ke klinik
3) Perdarahan bercak ( Spoting)
 Informasikan bahwa perdarahan ringan sering di jumpai ,tetapi
hal ini bukanlah masalah serius , dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
pedarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan ,maka dapat
disarankan 2 pilihan pengobatan.
 Siklus pil kontrasepsi kombinasi ( 30 – 35 m-getinilestradiol),
ibuprofen (sampai 800 mg , 3x/ hari untuk 5 hari) , obat sejenis
lain. Jelaskan selesai pemberian pil kombinasi dapat terjadi
perdarahan .Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian
suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi / hari selama 3 – 7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus
pil kontrasepsi hormonal ,atau diberi 50 mg etinilestradial atau
1, 25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14 – 21 hari.
4) BB Bertambah
 Informasikan bahwa kenaikan / penurunan BB sebanyak 1 – 2
kg dapat saja terjadi . Perhatikan diet klienbila perubahan berat
badan terlalu mencolok , bila BB bertambah berlebihan ,
hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.
5) Mual / Pusing/ Muntah
 Pastikan tidak ada kehamilan , bila hamil segera rujuk , Bila
tidak hamil informasikan bahwa ini adalah hal yang biasa dan
akan hilang dalam waktu dekat.
2.2.9 Keuntungan KB Progestin
1. Sangat efektif.
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3. Tidak terpengaruh pada hubungan suami – istri.
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping.
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause.
9. Membantu mencegah kanker endimetrium dan kehamilan ektopik
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul .
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit ( Sickle cell )
( Admin. (2015). Injeksi / Suntikan. http://jatim.bkkbn.go.id/injeksi-suntikan/.
Diakses tanggal 11 April 2017)
2.2.10 Keterbatasan KB Progestin
1. Sering ditemukan gangguan haid seperti :
2. Siklus haid yang memendek dan memanjang
 Perdarahan yang banyak atau sedikit.Perdarahan tidak teratur
atau perdarahan bercak (spotting)
 Tidak haid sama sekali.
3. Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (
harus kebali untuk suntikan ).
4. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikut.
5. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
6. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual , hepatitis B virus , atau infeksi virus HIV.
7. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
8. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan /
kelainan pada organ genitalia , melainkan karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari deponya ( tempat suntikan )
9. Terjadi perubahan pada lipit serum pada pengunaan jangka panjang .
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang ( densitas ).
11. Pada penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan kekeringan
pada vagina menurunkan libido, gangguan emosi ( jarang ), sakit
kepala, nervositas,jerawat.
( Admin. (2015). Injeksi / Suntikan. http://jatim.bkkbn.go.id/injeksi-
suntikan/. Diakses tanggal 11 April 2017)
2.2.11 Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Usia reproduksi .
2. Nullipara dan yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi.
4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
5. Setelah abortus atau keguguran.
6. Telah banyak anak , tetapi belum menghendaki tubektomi.
7. Perokok
8. Tekanan darah < 180 / 110 mmHg , dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
9. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
10. Menggunakan obat untuk epilepsi ( fenitoin dan barbiturat atau obat
tuberkolosis rifampisin ).
11. Tidak dapat memakai alat kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
13. Animea defisiensi besi.
14. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
15. (bkkbn. 2016. Konsep Dasar
Kontrasepsi.http://riau.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=1109
. Diakses tanggal 01 Mei 2017)
2.2.12 Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Hamil atau dicurigai hamil ( risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran )
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenoria .
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes Militus disertai komplikasi.
(bkkbn. 2016. Konsep Dasar
Kontrasepsi.http://riau.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=1109.
Diakses tanggal 01 Mei 2017)
2.2.13 Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Setiap saat selama siklus haid , asal ibu tersebut tidak hamil.
2. Mulai hari pertama sampai hari ke- 7 siklus haid.
3. Pada ibu yang tidak haid , injeksi pertama dapat diberikan setiap saat
asalkan ibu tersebut tidak hamil.Selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
4. Ibu mengunakan kontrasepsi hormonal dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan . Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar , dan ibu tersebut tidak hamil ,
suntikan pertama dapat segera diberikan .Tidak perlu menunggu
sampai haid berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan alat kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormoral dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi hormonal , suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan ,asal
saja ibu tersebut tidak hamil ,dan pemberiannya tidak perlu menunggu
haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid , Ibu
tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal ,
Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke – 7
siklus haid ,asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil .
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur . Suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat , asal saja ibu tersebut tidak hamil,
dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
(bkkbn. 2016. Konsep Dasar
Kontrasepsi.http://riau.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=1109.
Diakses tanggal 01 Mei 2017)
2. Noristerat
Noristerat yang mengandung 50 mg Noritendron enantot (Net- En )
200 mg / 1 cc → untuk 1 bulan. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali
setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (3
kali suntikan pertama) kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu.
Pemberian dilakukan melalui injeksi intramuskular dalam di bokong.
Sebelum diberikan, ampul tempat obat tersebut harus dihangatkan
terlebih dahulu hingga mencapai suhu tubuh karena larutan tersebut
kental serta berminyak, dan injeksi tidak boleh dimasase setelah
dilakukan injeksi.
3. Kontrasepsi kombinasi / kontrasepsi suntikan – sekali- sebulan
Banyak digunakan di negara – negara Amerika Latin dan RRC.
Terdiri dari kombinasi estrogen dan progestin. Kontrasepsi suntikan –
sekali – sebulan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan kontrasepsi
suntikan yang biasa / standart yaitu :
1. Menimbulkan perdarahan teratur setiap bulan
2. Kurang menimbulkan perdarahan – bercak atau perdarahan ireguler
lainnya.
3. Kurang menimbulkan amenore
4. Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan.
a. Kontrasepsi suntik kombinasi
1. Cyclofem yang mengandung 50 mg Noretendron Enantat ( Net –
En ) dan 50 mwg Estrandial , valerat → 1 bulan sekali
2. 25 mg , DMPA dan 5 mg Estradial Valerat ( Manuaba ,1998 : 444 )
Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya ovum dari
ovarium (ovulasi). Efektifitasnya tergantung saat kembalinya untuk
mendapatkan suntikan tepat waktu, angka kehamilannya kurang
dari 1 per 100 pereempuan yang menggunakan kontrasepsi bulanan
dalam satu tahun pertama.
(Hartanto, Hanafi. 2010 . KB Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi. Jakarta:CV Muhasari) hlm 166-167).
Cycclofem sendiri mengandung progesteron sebanyak 50ml
gram dan estrogen, disuntikkan setiap bulan. Keuntungannya
menstruasi setiap bulan karena komponen estrogennya.
Kerugiannya sering terjadi kegagalan mesntruasi, setelah
pemakaian beberapa bulan efeknya hampir sama dengan
depoprofera.
Kerugian kontrasepsi suntikan sekali sebulan :
1. Penyuntikan lebih sering
2. Biaya keseluruhan lebih banya
3. Kemungkinan efek sampingnya karena estrogennya.
4. Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak terartur,
perdarahan bercak atau spotting atau perdarahan sela sampai 10
hari.
5. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
6. Ketergantungan klien terhadapa pelayanan kesehatan.Klien harus
kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
7. Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-
obat epilepsi (Fenotoin dan Barbiturat) atau obat tuberculosis
(Rifampisin).
8. Penambahan berat badan
9. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
(Saifuddin, Abdul, SpOG(K), dkk. 2010 . Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirhardjo.) Edisi Ke-2, Cetakan kedua, hlm 34).

Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi :

- usia reproduksi.

- Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.

- Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.

- Menyusui ASI pasca persalinan 6 bulan.

- Pasca persalinan dan tidak menyusui.

- Anemia.

- Nyeri haid hebat.

- Haid teratur.

- Riwayat kehamilan ektopik.

- Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

Yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi :

- Hamil atau diduga hamil.

- Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan.

- Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

- Penyakit hati akut (virus hepatitis).

- Usia >35 tahun yang merokok.


- Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tinggi (180/110 mmhg).

- Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis


>20 tahun

- Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau


migrain.

- Keganasan pada payudara.

Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi :

- Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus


haid.Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

- Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid,


klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.

- Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap


saat, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil.Klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya
atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama waktu
7 hari.

- Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum


haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat
dipastikan tidak hamil.

- Bila pascapersalinan >6 bulan, menyusui, serta telah


mendapat haid, maka suntikan pertana diberikan pada siklus
haid hari 1 dan 7

- Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi


suntikan kombinasi
- Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberi.

- Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan


atau dalam waku 7 hari.

- Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal


yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi
hormonal kombinasi.Selama ibu tersebut menggunakan
kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat
segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.Bila ragu-ragu,
perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.

- Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan


ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi,
maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadual
kontrasepsi sebelumnya.Tidak diperlukan metode kontrasepsi
lain.

- Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan


ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan
pertama dapat segera diberikan asal saja diyakini ibu tersebut
tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu
datangnya haid.Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid,
metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya
menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan
suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7
siklus haid.Cabut segera AKDR.

Sediaan yang sudah beredar pada saat ini ada 2 macam, yaitu :

1. Kombinasi 75 – 150 mg dihydroxyprogesterone acetophenide dab 5 – 10


mg estradiol enathate.
a. Dipakai di negara – negara Amerika Latin
b. Nama dagang : perlutal, agurin.
Di Amerika Serikat : Deladroxate, tetapi sekarang tidak dibuat dan
tidak dipasarkan lagi karena dari percobaan klinik pada akhir tahun
1960-an ternyata :
- Timbul tumor payudara pada anjing beagel
- Hiperplasia kelenjar hipofisis
- Kemungkinan timbul efek kumulatif dari estradol di dalam tubuh.
c. Dari pemakaian hampir 23.000 siklus pada 2400 wanita, tidak
ditemukan kegagalan / kehamilan
d. 8-26% akseptor berhenti karena perosoalan – persoalan perdarahan.
2. Kombinasi 250 mg 17-hydroxyprogesterone caproate dan 5 mg estradiol
valerate.
a. Hanya dipakai di RRC dengan nama injectable Number 1
b. Mula – mula diberikan 2 suntikan dalam sebulan, kemudia 1 suntikan
pada tiap bulan berikutnya.
c. Kerugian utara dari sediaan ini adalah siklus haid yang sangat pendek
dan perdarahan haid yang lama.

Yang masih dalam penelitian saat ini terdapat 2 sediaan, yaitu :

1. Cycloprovera
a. Kombinasi 25 mg DMPA dan 5 mg estradiol cypionate
b. Saat ini di Indonesia telah tersedia kontrasepsi suntikan – sekali –
sebulan, dengan nama dagang cyclofem, dalam kemasan 0,5 ml
suspensi aquos steril yang berisi 25 mg medroxyprogesteron asetat + 5
mg estradiol cypionate.
2. HRP102 (Human Reproduction program dari WHO)
a. Kombinasi 50 mg NET EN dan 5 mg estradiol velarate
b. Sekarang telah tersedia dengan nama dagang mesigyna di negara
Mexico, argentina dan brazil.

Dari penelitian – penelitian pendahuluan yang dilakukan, antara lain oleh WHO,
ternyata :
1. Kedua sediaan tersebut sangat efektif, ditemukan hanya satu 1 kehamilan
pada 655 wanita pertahun untuk sicloprofera; dan 4 kehamilan pada 648
wanita pertahun untuk HRP102 tetapi mungkin dua wanita sudah hamil
pada saat disunti untuk pertama kalinya..
2. Pola perdarahan seperti siklus haid yang normal
3. Efeksamping ringan, antara lain : berat badan bertambah sedikit
4. Setelah suntikan dihentikan mungkin terjadi sedikti keterlambatan dalam
kembalinya kesuburan.

Sumber : http://jatim.bkkbn.go.id/injeksi-suntikan/

A. Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan


a. DMPA:
1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.
2. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu
kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun
kembali.
3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikkan,
tetapi umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau
lebih.
4. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dan
DMPA dalam darah atau serum.
b. NET EN :
1. Merupakan suatu progestin yang berasal testosterone, dibuat dalam
larutan minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel
yang tetap dengan akibat pelepasan obat dari tempat suntikan
kedalam sirkulasi darah dapat sangat bervariasi.
2. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat
dibandingkan dengan DMPA
3. Setelah disuntikan, NET EN harus di ubah menjadi norethindrone
(NET) sebelum ia menjadi aktif secara biologi.
4. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam 7 hari setelah
pnyuntikan, kemudian menurun secara tetap dan tidak ditemukan
lagi dalam waktu 2,5-4 bulan setelah disuntikan.
(Hartanto, Hanafi, dr. 2010. KB Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi . Jakarta: CV Muhasari. ) hlm 165-166).
2.2.14 Kontra Indikasi
a. Kontraindikasi absolut
1. Penyakit arteri berat di masa lalu atau saat ini, atau kadar lemak
darah tinggi
2. Kehamilan
3. Perdarahan pervagina yang tidak diketahui sebabnya .
4. Penyakit trofoblas
5. Mengalami efek samping serius akbat penggunaan pil oral
kombinasi yanng tidak berhubungan dengan estrogen.
WHO juga menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi
suntik kepada :
1. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara .
2. Karsinoma traktus genetalia
3. Perdarahan abnormal uterus
(Hartanto, Hanafi, dr. 2010 . KB Keluarga Bteknikerencana Dan
Kontrasepsi . Jakarta: CV Muhasari.) hlm 169).
b. Kontraindikasi relatif
Kotrasepsi suntikan dapat diberikan kepada wanita yang mengalami
berbagai masalah berikut, tetapi hanya di berikan di bawah
pengawasan spesialis dan observatif ketat.
1. Riwayat depresi berat di masa lalu
2. Obesitas
3. Tumor atau keganasan
4. Terdapat penyakit berat seperti jantung, paru – paru , kelainan pada
hati , tekanan darahb tinggi , diabetes dll.
2.2.15 Keuntungan dan Kerugian KB Suntik
a. Keuntungan :
1. Pemberiannya sederhana setiap dan sampai 12 minggu
2. Tingkat efektifitasnya tinggi
3. Hubungan seks dengan suntikan KB bebas.
4. Pengawasan medis ringan .
5. Dapat diberikan pasca persalinan , pasca keguguran
6. Angka keguguran < 1 %
7. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
8. Metode pilihan untuk wanita yang mengalami penyakit sel sabit.
9. Tekanan premenstruasi lebih sedikit pada beberapa wanita
10. Kejadian dismenore dan menoragia berkurang
11. Bebas dari berbagai efek samping yang berhubungan dengan
penggunaan estrogen
12. Bermanfaat untuk endometriosis
b. Kerugian :
1. Perdarahan yang tidak menentu.
2. Terjadi amenorhoe berkepanjangan
3. Masih terjadi kemungkinan hamil.
4. Pertambahan berat badan akibat peningkatan nafsu makan
5. Galaktore
6. Pengembalian kesuburan tertunda hingga satu tahun
2.2.16 Jadwal waktu suntikan
1) Depo Provera : Interval 12 minggu
2) Norigest : Interval 8 minggu
3) Cycloferm : Interval 1 minggu.
(bkkbn. 2016. Konsep Dasar
Kontrasepsi.http://riau.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=1109. Diakses
tanggal 01 Mei 2017)
2.3 Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan – penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 2007)
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan, dimulaidengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi, langkah – langkahtersebut membentuk kerangka yang lengkap
sehingga dapat diaplikasikan dalam semua situasi, akan tetapi setiap langkah
tersebut bisa dipecah - pecah sehingga sesuai dengan kondisi pasien.
Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan data dasar untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Data dasar ini dapat diperoleh melalui anamnesa, termasuk riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data
subyektif dan data obyektif.
a. Data subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap situasi dan kejadian, in ormasi tersebut tidak dapat

ditentukanoleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu


sistem interaksi atau komunikasi ( Nursalam, 2009). Biasanya diperoleh
dari anamnesa yaitu tanya jawab antar klien dan tenaga kesehatan.
1) Identitas Klien dan suami
Menurut nursalam (2009) , terdiri dari
a) Nama : untuk mengenal pasien
b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko. Pada akseptor KB
suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia reproduksi dan pada
usia > 35 tahun sampai perimenopause. (Saifudddin, 2010)
c) Agama : untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan
agamanya.
d) Suku Bangsa : untuk mengetahui faktor pembawa ras.
e) Pendidikan : mengetahui tingkat intelektual.
f) Pekerjaan : mengetahui keadaan sosial ekonomi
g) Alamat : mengetahui lingkungan tempat tinggal
2) Alasan kunjungan
Alasan yang menyebabkan klien berobat (Wiknjosastro, 2010).
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat
pemeriksaan.(Varney,2007)
3) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui klien pernah menikah, berapa kali menikah, usia
waktu pertama menikah dan jumlah anak hasil dari pernikahan klien.
4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui lama menstruasi, banyak darah menstruasi, keluhan
- keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi. hal ini dinyatakan
dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai fungsi alat
kontrasepsi.
5) Riwayat obstetri
Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil, bersalin,
mengalami gangguan atau tidak.
6) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan KB
atau belum, jika pernah lamanya berapa bulan atau tahun dan jenis KB
yang digunakan.
7) Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit
sistemik untuk memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi pemakaian
KBsuntik seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes melitus
dengankomplikasi.Selain itu juga tentang riwayat penyakit keluarga,
riwayatketurunan kembar dan riwayat operasi.

8) Riwayat kebiasaan sehari – hari


Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan sehari – hari dalam
menjagakebersihan dirinya dan bagaiman pola makan sehari – hari
apakah terpenuhi. Kebiasan sehari – hari meliputi :
a) Nutrisi
Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui pola makan yang dahulu
dan sekarang berupa kualitas dan kuantitas, frekuensi dan porsi
makan. (Susilawati, 2008)
b) Personal hygiene u
Untuk mengetahui kebiasaan hidup klien yang dapat
meningkatkan atau memperburuk derajat kesehatan klien dikaji
meliputi mandi, keramas, gosok gigi serta kebersihan genitalia.
ini dapat membantu mengetahui apakah terjadi infeksi pada alat
genitalia pasien. (Saifuddin, 2010)
c) Pola seksual
Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien
dengansuami dan adakah terdapat kelainan atau keluhan selama
hubungan seksual. (Farrer, 2006)
d) Psikososial dan budaya
Untuk mengetahui apakah ada konflik mental atau tidak selama
ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan. (Prawirohardjo,
2005)
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
diukur oleh tenaga kesehatan. Meliputi status generalis, pemeriksaan
sistematisdan pemeriksaan penunjang. (Nursalam, 2009)
1. Status generalisa
a. Keadaan umum
untuk mengetahui keadaan umum ibu
1) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif,
gerakannya terarah.
2) Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.
3) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif,
bingung, gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat
cemas.
b. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, baik terhadap
dirinyamaupun lingkungannya. Pasien dapat menjawab
pertanyaan pemeriksa dengan baik.
2) Samnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapt pulih
bila diransang, tapi bila dirnsang berhenti pasien akan tertidur
kembali.
3) Apatis adalah pasien tampak segan dan acuh tak acuh
terhadaplingkungannya.
4) Koma dalah penurunan kesdaran yang sangat dalam, tidak
adagerakan spontan dan tidak ada respon terhadap ransangan
nyeri. (Prihardjo, 2007)
c. Pemeriksaan tanda vital, sebagai berikut
1) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
dan hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmhg. (Saifuddin,
2010)
2) Suhu :
3) Respirasi :
4) Nadi :
d. Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu dan untuk BMI
(Nursalam,2009)
e. Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu. Pada akseptor KB suntik 3
bulan berat badan dapat meningkat atau menurun (Nursalam,2009)
2. Pemeriksaan sistematis
adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki (Nursalam,2009), meliputi :
a. Wajah : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema (Wignjosastro,2010)
b. Matam : untuk mengetahui apakah konjuntiva warna merah muda
dan sklera warna putih (Nursalam,2009).
c. Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi ada karies atau
tidak,gusi berdarah atau tidak (Nursalam,2009)
d. Leher : adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, ada
benjolan atau tidak (Nursalam,2009)
e. Dada: untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan kiri saat
bernafas, apakah payudara simetris atau tidak, apakah ada
benjolan atau tidak (Nursalam,2009)
f. Aksila : untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak,
terdapat nyeri atau tidak (Nursalam,2009)
g. Abdomen : adakah luka bekas operasi atau tidak, adakah benjolan
atau tidak, palpasi dilakukan untuk memastikan tidak terjadi
kehamilan.
3. Pemeriksaan penunjang dilakukan PP test untuk mengetahui ibu hamil
atau tidak jika terjadi amenorea (Nursalam, 2009).
Langkah II : Interprestasi Data
langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap
diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang
spesifik dapat ditemukan berdasarkan interprestasi yang benar terhadap data
dasar.Selain itu, sudah terpikirkan perencanaan yang dibutuhkan terhadap
masalah.
Langkah III : Identifikasi Masalah Pontesial
langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain yang berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah
cukup diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan
apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi
tertentu pasienmembutuhkan tindakan segera.

Langkah IV : Identifikasi Masalah Potensial


Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan.Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan
melakukan rujukan.
Langkah V : rencana tindakan
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan
asuhan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam
proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi
beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat
berhasil.
a. Beritahu hasil pemeriksaan kesehatan pada ibu
R/ dapat mengurangi kecemasan ibu terhadap kondisi kesehatannya
b. Berikaan obat suntikan 3 bulan (Medroxiprogesterone acetate 150 mg/3
ml)
Langkah- langkahnya
1. Jagalah privasi klien.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir.
Keringkan dengan handuk atau diangin-anginkan.
3. Lakukan pengocokan pada vial KB suntik 3 bulan secara lembut
sehingga obat dapat tercampur rata.
4. Buka dan buang tutup kaleng pada pada vial yang menutupi karet.
hapus karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas alkohol, biarkan
kering.
5. Bila menggunakan jarum dan semprit suntik sekali pakai, segera buka
plastiknya . bila menggunakan jarum dan semprit suntik yang telah
disterilkan dengan DTT, pakai korentang atau orsep yang telah di
DTT untuk mengambilnya.
6. Pasang jarum pada semprit suntik dengan memasukan jarum pada
mulut semprit penghubung.
7. Balikan vial dengan mulut vial ke bawah, masukan cairan suntik
dalam semprit. Junakan jarum yang sama untuk menghisap
kontrasepsi sunti dan menyuntikan pada klien.
8. Tentukan daerah penyuntikan yaitu pada 1/3 SIAS
9. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol, dan biarkan
kering sebelum disuntik.
10. Suntikan obat (Medroxiprogesterone acetate 150 mg / 3 ml) melalui
intramuscular dengan sudut 90o.
11. Cabut jarum dan jangan memijat daerah suntikan.
12. Buang sampah sesuai pada tempat yang sudah disediakan.

c. Isikan tanggal kembali, hasil dari berat badan dan tekanan darah pada
kartu akseptor ibu dan buku register.
R/ dapat menerapkan fungsi dependen dan dokumentasi.
d. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan
suntikan KB suntik 3 bulan berikutnya.
R/efktifitas konterasepsi KB suntik 3 bulan akan hilang dalam jangka
waktu 3 bulan dan ibu memiliki resiko untuk terjadi kehamilan
Langkah VI : Penatalaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik
terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini
dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.
R/ penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan.
Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
oleh bidan.Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus
menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensi dan selalu
berubah sesuaidengan kondisi atau kebutuhan klien.Dalam pratiknya, langkah
-langkah asuhan kebidanan tersebut ditulis dengan menggunakan SOAP.

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN TEORI

Asuhan Kebidanan Pada Ny “...” akseptor KB ...

Tempat pengkajian :

Tanggal/waktu pengkajian :

Nama pangkaji :

I. Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan data dasar untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Data dasar ini dapat diperoleh melalui anamnesa, termasuk riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data
subyektif dan data obyektif.
c. Data subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap situasi dan kejadian, in ormasi tersebut tidak dapat

ditentukanoleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu


sistem interaksi atau komunikasi ( Nursalam, 2009). Biasanya diperoleh
dari anamnesa yaitu tanya jawab antar klien dan tenaga kesehatan.
9) Identitas Klien dan suami
Menurut nursalam (2009) , terdiri dari
h) Nama : untuk mengenal pasien
i) Umur : untuk mengetahui faktor resiko. Pada akseptor KB
suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia reproduksi dan pada
usia > 35 tahun sampai perimenopause. (Saifudddin, 2010)
j) Agama : untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan
agamanya.
k) Suku Bangsa : untuk mengetahui faktor pembawa ras.
l) Pendidikan : mengetahui tingkat intelektual.
m) Pekerjaan : mengetahui keadaan sosial ekonomi
n) Alamat : mengetahui lingkungan tempat tinggal
10) Alasan kunjungan
Alasan yang menyebabkan klien berobat (Wiknjosastro, 2010).
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat
pemeriksaan.(Varney,2007)
11) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui klien pernah menikah, berapa kali menikah, usia
waktu pertama menikah dan jumlah anak hasil dari pernikahan klien.
12) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui lama menstruasi, banyak darah menstruasi, keluhan
- keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi. hal ini dinyatakan
dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai fungsi alat
kontrasepsi.
13) Riwayat obstetri
Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil, bersalin,
mengalami gangguan atau tidak.
14) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan KB
atau belum, jika pernah lamanya berapa bulan atau tahun dan jenis KB
yang digunakan.
15) Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat penyakit
sistemik untuk memastikan bahwa tidak ada kontraindikasi pemakaian
KBsuntik seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes melitus
dengankomplikasi.Selain itu juga tentang riwayat penyakit keluarga,
riwayatketurunan kembar dan riwayat operasi.
16) Riwayat kebiasaan sehari – hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan sehari – hari dalam
menjagakebersihan dirinya dan bagaiman pola makan sehari – hari
apakah terpenuhi. Kebiasan sehari – hari meliputi :
a) Nutrisi
Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui pola makan yang dahulu
dan sekarang berupa kualitas dan kuantitas, frekuensi dan porsi
makan. (Susilawati, 2008)
b) Personal hygiene
Untuk mengetahui kebiasaan hidup klien yang dapat
meningkatkan atau memperburuk derajat kesehatan klien dikaji
meliputi mandi, keramas, gosok gigi serta kebersihan genitalia.
ini dapat membantu mengetahui apakah terjadi infeksi pada alat
genitalia pasien. (Saifuddin, 2010)
c) Pola seksual
Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien
dengansuami dan adakah terdapat kelainan atau keluhan selama
hubungan seksual. (Farrer, 2006)
d) Psikososial dan budaya
Untuk mengetahui apakah ada konflik mental atau tidak selama
ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan. (Prawirohardjo,
2005)
d. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
diukur oleh tenaga kesehatan. Meliputi status generalis, pemeriksaan
sistematisdan pemeriksaan penunjang. (Nursalam, 2009)
Status generalis
a. Keadaan umum
untuk mengetahui keadaan umum ibu
1. Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif, gerakannya
terarah.
2. Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.
3. Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif,
bingung, gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat cemas.
b. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
1. Composmentis adalah sadar sepenuhnya, baik terhadap
dirinyamaupun lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan baik.
2. Samnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapt pulih bila
diransang, tapi bila dirnsang berhenti pasien akan tertidur kembali.
3. Apatis adalah pasien tampak segan dan acuh tak acuh
terhadaplingkungannya.
4. Koma dalah penurunan kesdaran yang sangat dalam, tidak
adagerakan spontan dan tidak ada respon terhadap ransangan
nyeri. (Prihardjo, 2007)
c. Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital, sebagai berikut
1. Tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
dan hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmhg. (Saifuddin, 2010)
2. Suhu :
3. Respirasi :
4. Nadi :
d. Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu dan untuk BMI (Nursalam,2009)
e. Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu. Pada akseptor KB suntik 3 bulan
berat badan dapat meningkat atau menurun (Nursalam,2009)
2. Pemeriksaan sistematis
adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki (Nursalam,2009), meliputi :
a. Wajah : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema (Wignjosastro,2010)
b. Matam : untuk mengetahui apakah konjuntiva warna merah muda dan
sklera warna putih (Nursalam,2009).
c. Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi ada karies atau
tidak,gusi berdarah atau tidak (Nursalam,2009)
d. Leher : adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, ada benjolan
atau tidak (Nursalam,2009)
e. Dada: untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan kiri saat
bernafas, apakah payudara simetris atau tidak, apakah ada benjolan
atau tidak (Nursalam,2009)
f. Aksila : untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak, terdapat
nyeri atau tidak (Nursalam,2009)
g. Abdomen : adakah luka bekas operasi atau tidak, adakah benjolan atau
tidak, palpasi dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kehamilan.
3. Pemeriksaan penunjang dilakukan PP test untuk mengetahui ibu hamil
atau tidak jika terjadi amenorea (Nursalam, 2009).
II. Interprestasi Data
langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap
diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang
spesifik dapat ditemukan berdasarkan interprestasi yang benar terhadap data
dasar.Selain itu, sudah terpikirkan perencanaan yang dibutuhkan terhadap
masalah.
III. Identifikasi Masalah Pontesial
langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain yang berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah
cukup diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan
apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi
tertentu pasienmembutuhkan tindakan segera.
IV. Identifikasi Masalah Potensial
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan.Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan
melakukan rujukan.
V. Rencana Tindakan
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan
asuhan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam
proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi
beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat
berhasil.
1. Beritahu hasil pemeriksaan kesehatan pada ibu
R/ dapat mengurangi kecemasan ibu terhadap kondisi kesehatannya
2. Berikaan obat suntikan 3 bulan (Medroxiprogesterone acetate 150 mg/3
ml)
Langkah- langkahnya
1. Jagalah privasi klien.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir.
Keringkan dengan handuk atau diangin-anginkan.
3. Lakukan pengocokan pada vial KB suntik 3 bulan secara lembut
sehingga obat dapat tercampur rata.
4. Buka dan buang tutup kaleng pada pada vial yang menutupi karet.
hapus karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas alkohol, biarkan
kering.
5. Bila menggunakan jarum dan semprit suntik sekali pakai, segera buka
plastiknya . bila menggunakan jarum dan semprit suntik yang telah
disterilkan dengan DTT, pakai korentang atau orsep yang telah di
DTT untuk mengambilnya.
6. Pasang jarum pada semprit suntik dengan memasukan jarum pada
mulut semprit penghubung.
7. Balikan vial dengan mulut vial ke bawah, masukan cairan suntik
dalam semprit. Junakan jarum yang sama untuk menghisap
kontrasepsi sunti dan menyuntikan pada klien.
8. Tentukan daerah penyuntikan yaitu pada 1/3 SIAS
9. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol, dan biarkan
kering sebelum disuntik.
10. Suntikan obat (Medroxiprogesterone acetate 150 mg / 3 ml) melalui
intramuscular dengan sudut 90o.
11. Cabut jarum dan jangan memijat daerah suntikan.
12. Buang sampah sesuai pada tempat yang sudah disediakan.
c. Isikan tanggal kembali, hasil dari berat badan dan tekanan darah pada
kartu akseptor ibu dan buku register.
R/ dapat menerapkan fungsi dependen dan dokumentasi.
d. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang untuk mendapatkan
suntikan KB suntik 3 bulan berikutnya.
R/efktifitas konterasepsi KB suntik 3 bulan akan hilang dalam jangka
waktu 3 bulan dan ibu memiliki resiko untuk terjadi kehamilan
VI. Penatalaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik
terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini
dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.
R/ penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan.
VII. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
oleh bidan.Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus
menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensi dan selalu
berubah sesuaidengan kondisi atau kebutuhan klien.Dalam pratiknya, langkah
- langkah asuhan kebidanan tersebut ditulis dengan menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartanto, Hanafi. 2010 . KB Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi.


Jakarta:CV Muhasari. hlm 164-165.
2. Hartanto, Hanafi. 2010 . KB Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi.
Jakarta:CV Muhasari) hlm 169).
3. Hartanto, Hanafi, dr. 2010. KB Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi .
Jakarta: CV Muhasari. ) hlm 165-166).
4. Hartanto, Hanafi, dr. . 2010 . KB Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi .
Jakarta: CV Muhasari) hlm 163)
5. Admin. (2015). Injeksi / Suntikan. http://jatim.bkkbn.go.id/injeksi-
suntikan/. Diakses tanggal 11 April 2017)
6. bkkbn. 2016. Konsep Dasar Kontrasepsi.
http://riau.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=1109. Diakses
tanggal 01 Mei 2017)
7. Natalia,Mia. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor Kb Suntik 3 Bulan.
https://www.academia.edu/19961670/ASUHAN_KEBIDANAN_P
ADA_AKSEPTOR_KB_SUNTIK_3_BULAN. Diakses tanggal 30
Mei 2017)

Anda mungkin juga menyukai