Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA BERENCANA

PADA NY. Y DI RUANGAN POLI ANC

OLEH :

NURLINDA, S.Kep

NIM : 2004005

CI LAHAN CI INSTITUSI

(RAHMANIA, S.Kep.,Ns) (MIKAWATI, S.Kp.,M.Kes)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020/2021
KELUARGA BERENCANA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee
2011 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga
berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung
dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga
yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat
diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri
kehamilan dengan aborsi.
Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap).
Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat
dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan
atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen
atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat
mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi
(Farrel, 2011)
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara
kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang
menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal
seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu
maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan
tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan).
Kontrasepsi oral adalah suatu cara pencegahan terjadinya
kehamilan dengan cara pemberian preparat (obat) yang mengandung
estrogen dan progesteron sintetik secara oral.

2. Tujuan Keluarga Berencana


Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan (Farrer, 2011) :
1. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak
pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
2. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan,
hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
3. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas.
4. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi
sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
5. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
6. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.

3. Manfaat Keluarga Berencana


1. Memungkinkan wanita untuk mengontrol kesuburan mereka sehingga
dapat memutuskan bila dan kapan mereka ingin hamil dan memiliki
anak. Wanita dapat mengambil jeda kehamilan selama sedikitnya dua
tahun setelah melahirkan, yang memberikan banyak manfaat bagi
perempuan dan bayi mereka.
2. Wanita yang hamil segera setelah melahirkan berisiko memiliki
kehamilan yang buruk. Mereka lebih mungkin menderita kondisi
medis yang serius atau meninggal selama kehamilan. Bayi mereka juga
lebih cenderung memiliki masalah kesehatan (misalnya lahir dengan
berat badan rendah). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan bahwa secara global, 100.000 kematian ibu dapat
dicegah setiap tahun, jika semua wanita yang tidak ingin anak lagi
mampu menghindari kehamilan. Kematian ini terjadi sebagian besar di
negara berkembang di mana cakupan kontrasepsi rendah.
3. Wanita lebih dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial, mencari
pekerjaan dan meraih pendidikan ketika mereka menggunakan alat
kontrasepsi dan tidak berisiko hamil. Karena kegiatan ini umumnya
meningkatkan status perempuan dalam masyarakat, kontrasepsi secara
tidak langsung mempromosikan hak-hak dan status perempuan.
4. Memberikan manfaat kesehatan non-reproduksi. Metode kontrasepsi
hormonal gabungan (yaitu estrogen dan progesteron) dapat
menurunkan risiko kanker ovarium dan endometrium. Injeksi
progesteron juga melindungi terhadap kanker ini dan juga terhadap
fibroid rahim. Kontrasepsi implan dan sterilisasi wanita telah terbukti
mengurangi risiko penyakit radang panggul.
5. Mencegah efek kesehatan jiwa dari kehamilan yang tidak diinginkan
dan mengurangi aborsi.
6. Kemampuan untuk mengontrol kesuburan juga memungkinkan wanita
untuk lebih mengontrol aspek lain dari kehidupan mereka, misalnya
memutuskan kapan dan mengapa mereka menikah. Sejak kontrasepsi
tersedia secara luas pada 1970-an, pola perkawinan telah berubah.
Wanita sekarang menikah dan memiliki anak di usia yang lebih
matang dan rata-rata memiliki anak lebih sedikit. Perubahan
demografis cenderung telah mengurangi beban emosional dan
ekonomi untuk membesarkan anak, karena keluarga sekarang biasanya
memiliki lebih banyak waktu untuk mengumpulkan sumber daya
keuangan sebelum kelahiran anak. Ukuran keluarga yang lebih kecil
juga berarti bahwa orang tua memiliki lebih banyak waktu dan sumber
daya yang diberikan per anak (Hanifa ; 2007).

4. Tempat Pelayanan KB
1. Posyandu terdekat
2. Puskesmas
3. Rumah sakit
4. Klinik/ Praktek dokter/ Bidan terdekat
5. Puskesmas keliling

5. Metode kontrasepsi terdiri dari :


Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-
laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur
yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di
dalam rahim.
Kontrasepsi Alamiah
1. Pantang berkala (Sistem kalender)
Metode kalender adalah cara menentukan kapan melakukan atau
tidak melakukan persetubuhan dengan memperhitungkan kalender
kesuburan perempuan. Metode ini merupakan metode yang paling
tidak efektif, bahkan untuk wanita yang memiliki siklus menstruasi
yang teratur.
Wanita sebaiknya mencatat siklusnya dalam 12 bulan terakhir.
Untuk mengetahui saat tidak boleh melakukan hubungan seksual,
dilakukan perhitungan berikut:
(siklus terpendek - 18) dan (siklus terpanjang - 11).
Contohnya, jika siklus seorang wanita dalam waktu 12 bulan
terakhir berkisar antara 26-29 hari, maka 26-18=8 dan 29-11=18,
artinya hubungan seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-8
sampai hari ke-18 setelah menstruasi.
2. Lendir serviks
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan
kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan
lendir yang jernih, encer, dan licin. Hubungan seksual tidak boleh
pada saat terjadinya peningkatan jumlah lendir servikal sampai 4 hari
sesudahnya. lebih banyak dan lebih encer sesaat sebelum ovulasi.
3. Suhu tubuh basal
Pada metode temperatur, dilakukan pengukuran suhu basal
(suhu ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur). Suhu
basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari
1o Celsius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya tidak
dilakukan sejak hari pertama menstruasi sampai 3 hari setelah
kenaikan dari temperatur.
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 9-25 per 100 wanita pada 1
tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : tidak ada efek samping gangguan
kesehatan,ekonomis
c. Kerugian : angka kegagalan tinggi, tidak melindungi dari PMS,
menghambat spontanitas, membutuhkan siklus menstruasi teratur
4. Simptotermal
Terdiri dari pengamatan perubahan lendir servikal dan suhu
basal tubuh, juga gejala lainnya yang berhubungan dengan ovulasi
(misalnya nyeri kram ringan pada perut bagian bawah). Metoda ini
merupakan metoda yang paling dapat diandalkan.
5. Coitus Interruptus  (senggama terputus)
Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari
vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika
mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan karena
sperma bisa keluar sebelum orgasme atau terlambat menarik penis
keluar, juga memerlukan pengendalian diri yang tinggi serta
penentuan waktu yang tepat.
6. Prolonged Lactation (Menyusui)
Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan
perubahan hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang
menekan pengeluaran hormone LH dan menghambat ovulasi.
Ini adalah metode yang efektif bila kriteria terpenuhi : menyusui
setiap 4 jam pada siang hari, dan setiap 6 jam pada malam hari.
Makanan tambahan hanya diberikan 5-10% dari total.
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6 bulan
setelah melahirkan, 6 per100 wanita setelah 6-12 bulan setelah
melahirkan
b. Keuntungan : pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan,
tidak mengganggu kesehatan,ekonomis, merangsang seorang
wanita untuk menyusui
c. Kerugian : tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria, tidak
melindungi dari PMS
Kontrasepsi Penghalang (Barrier)
1. Kondom (pria dan wanita)
Metode yang mengumpulkan air mani dan sperma di dalam
kantung kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi
wanita. Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan sebelum alat
kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputi separuh bagian
penis yang ereksi. Tidak boleh terlalu ketat (ada tempat kosong di
ujung untuk menampung sperma). Kondom harus dilepas setelah
ejakulasi.
a. Efktivitas : kehamilan terjadi pada 3-14 per 100 wanita pada 1
tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, satu-satunya
kontrasepsi yang mencegah PMS,infeksi GO, klamidia
c. Kerugian : kegagalan tinggi bila tidak digunakan dengan benar,
alergi lateks pada orang yang sensitif

Gambar 2 : Kontrasepsi Kondom


2. Diafragma dan cervical cap
Kontrasepsi penghalang yang dimasukkan ke dalam vagina dan
mencegah sperma masuk ke dalam saluran reproduksi.
 Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang
fleksibel. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis
sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya. Diafragma
harus diletakkan minimal 6 jam setelah senggama.
 Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat yang diletakkan
menutupi leher rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat
dari karet dan harus tetap di tempatnya lebih dari 48 jam.
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-40 per 100 wanita pada 1
tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, tidak ada risiko
gangguan kesehatan, melindungidari PMS
c. Kerugian : angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi,
membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan

Gambar 3. Kontrasepsi Diafragma dan Cervical Cap


3. Spermisida
Agen yang menghancurkan membran sel sperma dan
menurunkan motilitas (pergerakan sperma). Tipe spermisida
mencakup foam aerosol, krim, vagina suposituria, jeli, sponge (busa)
yang dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Terutama
mengandung nonoxynol 9
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-26 per 100 wanita pada 1
tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : tidak mengganggu kesehatan, berfungsi sebagai
pelumas, dapat mencegah PMS bakterial
c. Kerugian : angka kegagalan tinggi, dapat meningkatkan transmisi
virus HIV, hanya efektif 1-2 jam
Kontrasepsi Mekanik
IUD (Intra Uteri Device)/ AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Fleksibel, alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim
dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang
menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi. Spiral jenis
copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat
dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron)
hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi
darurat.IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila
wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan
IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah
mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah
melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita
menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan
setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus
spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai
involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang,
seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis
menstruasi.
Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan
IUD adalah :
 Kehamilan
 Sepsis
 Aborsi postseptik dalam waktu dekat
 Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
 Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
 Penyakit tropoblastik ganasKanker leher rahim, kanker payudara,
kanker endometrium
 Penyakit radang panggul
 PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan
imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
 TBC panggul
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3-0,8 per 100 wanita pada 1
tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : sangat efektif, bekerja cepat setelah dimasukkan ke
dalam rahim, bekerja dalam jangka waktu lama
c. Kerugian : risiko infeksi panggul, dismenorea (nyeri saat haid),
menoragia pada bulan-bulan pertama, peningkatan risiko perforasi
(robek) rahim, risiko kehamilan ektopik, IUD dapat lepas dengan
sendirinya
d. Efek samping : nyeri, perdarahan, peningkatan jumlah darah
menstruasi
e. Pengembalian kesuburan cepat setelah dilepaskan

Gambar 4. Kontrasepsi IUD (spiral)

Kontrasepsi Hormonal
1. Oral
Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon estrogen dan
progestin atau hanya progestin-mini pil
a. Jenis-Jenis Kontrasepsi Oral :

1. Pil kombinasi, adalah pil kontrasepsi berisi estrogen maupun


progesteron (progestagen, gestagen).
2. Pil sekuensial, adalah pil kontrasepsi yang cara pemberiannya
pada 2 minggu pertama hanya diberikan estrogen saja ,
dilanjutkan dengan pil kombinasi selama 1 minggu lalu 1 minggu
berikutnya tidak makan pil apapun sehingga pada akhir minggu
ke-4 terjadi perdarahan haid (widhrawl bleeding).
3. Pil normofasik, adalah pil kontrasepsi yang kerjanya berada
diantara cara kerja pil kombinasi dan pil sekuensial dimana
selama 7 hari pertama hanya diberi pil yang berisi estrogen saja
kemudian disusul pemberian estrogen dan progesteron selama 15
hari.
4. Pil trifasik, adalah pil kontrasepsi yang lebih alamiah yang
diminum dalam 3 fase siklus haid dalam dosis yang berbeda-beda
yang untuk setiap fase berbeda warnanya.
5. Pil mini (low dose continuous progesteron), adalah pil kontrasepsi
yang hanya terdiri atas progesteron saja dalam dosis yang rendah
(0,5 mg atau kurang) dan diberikan secara terus menerus setiap
hari tanpa berhenti.
6. Pil pagi (after morning pills), disebut juga kontrasepsi pasca
coitus adalah pil berisi estrogen dosis tinggi yang dimakan pada
pagi hari setelah melakukan coitus pada malam harinya.

b. Cara Pemakaian Pil Kb


1) Bila mana mulai makan pil KB
a. Pasca persalinan (post partum)
 Mulai makan pil KB 30 – 40 hari pasca persalinan
 Pakai cara lain dulu (kondom), baru setelah haid datang
makan pil KB
 Diberikan induksi haid, setelah terjadinya withdrawl
bleeding, barulah mulai makan pil KB
b. Pasca keguguran (post abortum)
 Langsung makan pil KB
 1 – 2 minggu post abortum
 setelah haid pertama post abortum
c. Pada tukar (ganti) jenis pil KB
d. Pada waktu interval
2. Bagaimana cara memulai makan pil KB
 untuk pil KB yang berisi 21 dan 22 tablet, mulailah makan pil pada
hari ke-5 siklus haid lalu setiap hari 1 tablet diikuti tidak makan pil
selama 6-7 hari
 untuk yang berisi 28 tablet mulai makan pil pada hari pertama siklus
haid, lalu 1 tablet setiap hari terus menerus.
3. Bagaimana memilih pil KB yang sesuai
Dengan mengenali 3 tipe pada wanita dan mengetahui isi pil KB yang
diberikan. Mumford (1974) menggolongkan 3 tipe utama wanita :
 Estrogenik, adalah wanita-wanita yang sangat buruk reaksinya
terhadap pemberian estrogen, mereka peka terhadap estrogen.
 Balanced, adalah wanita-wanita yang bersifat seimbang antara
estrogenik dan progestogenik
 Progestogenik, adalah wanita-wanita yang sangat buruk reaksinya
terhadap pemberian progesteron, mereka peka terhadap
progesterone.

Kontrasepsi oral kombinasi (pil)


Mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang
mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi
(pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH
dan FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan
menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada
yang memiliki estrogendosis rendah dan ada yang mengandung
estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanyadiberikan kepada
wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy).
Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat digunakan untuk
menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia.
Oral kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui,
sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang
diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan
kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil
terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk
ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung
progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak boleh
diigunakan pada wanita dengan :
 Menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan
 Usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari
 Faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok,
diabetes, hipertensi)
 Tekanan darah sistolik ≥ 160 atau TD diastolik ≥ 100 mmHg
 Riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru Operasi besar
dengan istirahat lama di tempat tidur
 Riwayat sakit jantung iskemik
 Stroke
 Penyakit jantung katup komplikasi
 Migrain dengan gejala neurologi fokal (dengan aura)
 Migrain tanpa gejala neurologi fokal dan usia = 35 tahun
 Riwayat kanker payudara
 Diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati, penyakit vaskular,
atau diabetes > 20 tahun
 Sirosis berat
 Kanker hati
Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,1 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun
penggunaan pertama
Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung telur dan kanker
endometrium, menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia
yang berkaitan dengan menstruasi, menghaluskan kulit dengan jerawat
sedang
Kerugian : tidak direkomendasikan untuk menyusui, tidak melindungi
dari Penyakit Menular Seksual (PMS), harus diminum setiap hari,
membutuhkan resep dokter
Efek samping lokal : mual, nyeri tekan pada payudara, sakit kepala
Efek samping : perdarahan tidak teratur (umumnya menghilang setelah
3 bulan pemakaian), meningkatkan tekanan darah (dapat kembali
normal bila oral kombinasi dihentikan), bekuan darah pada vena
tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis tinggi), meningkatkan faktor risiko
penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita usia > 35 tahun)
Pengembalian kesuburan : ketika dihentikan maka kesuburan akan
kembali seperti semula. Kesuburan ini bervariasi, dalam waktu 3-12
bulan setelah dihentikan maka tidak ada perbedaan kesuburan antara
wanita yang memakai kontrasepsi oral dan yang tidak
a. Kontrasepsi oral progestin (pil)
Mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya
ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir
mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan silia saluran tuba, dan
menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Keefektifan berkurang
bila pil tidak diminum di waktu yang sama setiap harinya.
Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang menginginkan
kontrasepsi oral namun tidak bisa menggunakan oral kombinasi karena
pengaruh estrogen dapat membahayakan, misalnya pada wanita yang
sedang menyusui.
1) Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,5 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun
penggunaan pertama
2) Keuntungan : mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian pil),
menurunkan kejadian menoragia dan anemia. Dapat digunakan pada
wanita menyusui. Mencegah terjadinya kanker endometrium, tidak
memiliki efek samping yang berkaitan dengan estrogen (bekuan darah
di vena tungkai)
3) Kerugian : harus diminum di waktu yang sama setiap hari, kurang
efektif dibandingkan oral kombinasi, membutuhkan resep dokter
4) Efek samping : penambahan berat badan, jerawat, kecemasan, angka
kejadian terjadinya perdarahan tidak teratur tinggi
Pengembalian kesuburan cepat ketika pil dihentikan
4. Suntikan
a. Suntikan progestin
Mencegah kehamilan dengan mekanisme yang sama seperti
progestin pil namun kontrasepsi ini menggunakan suntikan
intramuskular (dalam otot <bokong atau lengan atas>). Yang
sering digunakan adalah medroxyprogesterone asetat (Depo-
Provera), 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan.
1) Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita pada 1
tahun penggunaan pertama
2) Keuntungan : mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja
dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai
segera setelah keguguran atau setelah masa nifas,
3) Kerugian : suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
secara teratur, tidak melindungi dari PMS,
4) Efek samping lokal : peningkatan berat badan, rambut rontok
Efek samping : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme
lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi
(umumnya beberapa bulan pertama) dan amenorea (1 tahun
pertama), jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus
menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6
bulan-1 tahun
Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah penghentian suntikan
b. Suntikan estrogen-progesteron
Suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan,
mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg
estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan
keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus
menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan. Pengembalian
kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin
5. Implant progestin
Kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang mengandung 36 mg
levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita. Setelah
diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum
dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul
ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan
biasanya dipasang selama 5 tahun. Mencegah kehamilan dengan cara
menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur),
mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan
saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium.
Kontrasepsi ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan dan
efektif selama 5-7 tahun.
a. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,05 per 100 wanita pada 1
tahun penggunaan pertama
b. Keuntungan : sangat efektif, bekerja untuk jangka waktu lama
c. Kerugian : membutuhkan prosedur operasi kecil untuk pemakaian
dan pelepasan, tidak melindungi dari PMS
d. Efek samping lokal : sakit kepala, payudara menjadi keras,
peningkatan berat badan, kerontokan rambut, jerawat, perubahan
mood
e. Efek samping : gangguan metabolisme lemak, hirsutisme,
gangguan menstruasi (memanjang, tidak teratur)
f. Kesuburan baru kembali 1 bulan setelah kapsul diambil
6. Patch
Patch ini didesain untuk melepaskan 20μg ethinyl estradiol dan
150 μg norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama
seperti kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1
minggu bebas patch untuk siklus menstruasi.
Metode Permanen (KONTAP)/Sterilisasi
Metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau
memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada
lelaki). Kontap dijalankan dengan melakukan operasi kecil pada organ
reproduksi, baik untuk tubektomi bagi perempuan, maupun vasektomi bagi
lelaki. Dengan cara ini, proses reproduksi tidak lagi terjadi dan kehamilan
akan terhindar untuk selamanya. Karena sifatnya yang permanen,
kontrasepsi ini hanya diperkenankan bagi mereka yang sudah mantap
memutuskan untuk tidak lagi mempunyai anak
1. Vasektomi
Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang
membawa sperma dari testis). Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah
urolog dan memerlukan waktu sekitar 20 menit.
Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera
menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena biasanya kesuburan
masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi. Setelah
pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan
tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul.
Komplikasi dari vasektomi adalah:
a. Perdarahan
b. Respon peradangan terhadap sperma yang merembes
c. Pembukaan spontan
2. Tubektomi/Ligasi tuba
Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau
penyumbatan tuba falopii (saluran telur dariovarium ke rahim). Pada
ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total.
Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau dijadwalkan
di kemudian hari.
Sterilisasi pada wanita seringkali dilakukan melalui laparoskopi.
Selain pemotongan dan pengikatan, bisa juga dilakukan kauterisasi
(pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba. Untuk
menyumbat tuba bisa digunakan pita plastik dan klip berpegas. Pada
penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih mudah kembali karena lebih
sedikit terjadi kerusakan jaringan.
Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita
adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi
(pengangkatan ovarium/indung telur).

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi
wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan
privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa
nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi klien.
Selain pengkajian umum( Identitas klien, Riwayat kesehatan,
Riwayat obstetri, PF), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk
memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi
yang tepat adalah :
1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi
Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita
tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda
apa yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien
menyatakan satu jenismetoda perawat dapat menanyakan alas an
penggunaan metoda tersebut.pertanyaan-pertanyaan ini akan
mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan
kontrasepsi yang digunakannya.
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus
dapat menetukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan
kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut
memakai dafragma, kapan dan dimana spermisida dioleskan atau
berapa kali dalam sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KBm
dengan menggali tingkat pengetahuan klien ni perawat dapat
menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan
menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan
menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan.
3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi klien terhadap metoda
kontrasepsi yang sedang dipakai.
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan
klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya.
Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya
menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari
pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari.
Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan
kenyamanan klien dalam menggunakan metoda tersebut.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi
diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji
factor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti
riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari
metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta
keinginan untuk mencegah kehamilan.
 Riwayat menstruasi
Frekuensi, siklus dan lama haid terakhir
 Riwayat kontrasepsi
Metode yang pernah digunakan dan alasan penghentian
Metode yang terakhir digunakan dan pemakaian terakhir
 Riwayat obstetri
Tipe kelahiran gender
Lama gestasi komplikasi
Lama persalinan Berat lahir
kesehatan anak-anak saat ini dan tempat tinggalnya
perasaan tentang kehamilan terdahulu atau pengalaman melahirkan
 Riwayat pembedahan
Masalah gynekologi termasuk HPV, herpes, gonorhoe, sifilis
Penyakit organic
Pembedahan, kecelakaan, hospitalisasi
Masalah psikiatri, termasuk penyakit jiwa, depresi, ansietas, mania,
serangan panic
Obat-obatan (saat ini dan masa lalu)
 Riwayat keluarga
Risiko penyakit genetic, termasuk latar belakang etnis
Riwayat obstetric, termasuk riwayat keguguran, kembar, preeklamsi
Hubungan kekerabatan
 Kebiasaan tidak sehat (merokok, mengkonsumsi alcohol, obat-obatan)
 Status Perkawinan
 Riwayat social
Tempat lahir Situasi hidup
Pekerjaan Pendidikan
Sumber pendukung Sumber stress

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, kebutuhan tindakan
dan pemilihan yang tepat tentang alat kontrasepsi.
2) Ansietas berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan
akibat pemasangan / pemakaian alat KB

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, kebutuhan tindakan
dan pemilihan yang tepat tentang alat kontrasepsi
Tujuan : pengetahuan klien tentang alat kontrasepsi bertambah
Kriteria hasil :
 Mampu memilih alat kontrasepsi yang sesuai.
 Mampu menyebutkan manfaat dari penggunaan alat
kontrasepsi (KB).
Intervensi Keperawatan :
1. HE tentang Keluarga Berencana (KB) meliputi
tujuan KB, sasaran KB, metode yang efektif.
R : Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan
memahami dan memutuskan sesuatu.
2. Kaji tingkat pengetahuan klien/pasangan, kesiapan
dan kemampuan untuk belajar. Dengarkan , bicara dengan tenang
dan berikan waktu untuk bertanya dan meninjau materi.
R : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan
rencana perawatan.
3. Diskusikan dengan klien/pasangan implikasi
jangka pendek dan jangka panjang penggunaan alat kontrasepsi.
R : Memungkinkan klien/pasangan untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemilihan yang
tepat dan terapi yang sesuai apabila ada gangguan.
R : Mendukung keputusan klien/pasangan dan membantu
mengurangi risiko terganggunya kesehatan
2. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan
akibat pemasangan / pemakaian alat KB.
Tujuan : klien mengungkapkan kenyamanan dan tidak terjadi
kecemasan.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks
P : 60-100x/menit
N : 20x/menit
Intervensi Keperawatan :
a. Observasi tanda-tanda vital (P, N, TD)
R : Tanda vital klien mungkin berubah karena kecemasan. Tanda
vital yang stabil menunjukkan penurunan tingkat kecemasan.
b. Tinjau ulang penyebab, sumber dan manifestai kecemasan.
R : Mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan
menentukan arah dan kemungkinan pilihan/intervensi.
c. Jelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan.
R : Pengetahuan tentang alas an aktivitas ini dapat menurunkan
rasa takut akibat ketidaktahuan.
d. Pertahankan komunikasi terbuka, diskusikan kemungkinan efek
samping dan keuntungan penggunaan alat KB.
R : Informasi dan jawaban atas pertanyaan dapat membantu
menurunkan ansietas dan meningkatkan kepercayaan diri klien dan
pasangan.
e. Anjurkan penggunaan teknik relaksasi (misal : latihan nafas
dalam).
R : Mencegah kelelahan otot dan memberikan kesempatan untuk
partisipasi aktif dan meningkatkan rasa kontrol.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anticemas
R : Memblok system syaraf yang meningkatkan kecemasan
e. Evaluasi
3. Klien dan pasangan memiliki pengetahuan tentang keluarga berencana.
4. Klien mampu memilih alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai.
5. Klien mengungkapkan kenyamanan dan tidak terjadi kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth ; 2012, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC


Doenges, Marilynn & Mary Frances Moorhouse. 2011. Rencana Perawatan
Maternal/Bayi “Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan
Klien” Ed. 2. EGC. Jakarta.
Farrer, Hallen. 2011. Perawatan Maternitas Ed. 2. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed.3. Media
Aesculapius FK UI. Jakarta.
Mochtar, Rustam ; 2008, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jakarta : EGC
Varney, Helen; 2012, Buku Saku Bidan, Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa ; 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Jakarta : Yayasan
bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/keluarga-berencana-kb.pdf.
http://anggrekidea.blogspot.com/2007/11/asuhan-keperawatan-pada-
keluarga.html.
RESUME KEPERAWATANKELUARGA BERENCANA PADA Ny. Y
DENGAN KONTRASEPSI IMPLANT (SUSUK) DI RUANG
ANTENATAL CARE (ANC)

DISUSUNOLEH:
NURLINDA , S.Kep
20. 04. 005

CI LAHAN CI INSTITUSI

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2020/2021
PENGKAJIAN KELUARGA BERENCANA

Tgl. Pengkajian : 12 maret 2021


Puskesmas : PKM Minasa Upa

Data umum klien:


Initial klien : Ny. Y
Usia : 27 tahun
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku bangsa : Makassar

Data umum kesehatan saat ini


1. TB/BB : 143 cm/ 52,5 kg
2. Keadaan umum : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 80 x/mnt
- Pernapasan : 20 x/mnt
- Suhu : 36. 5 0C
4. Pemeriksaan fisik
- Bentuk kepala :Bulat/Mesonchepale
- Keadaan rambut :Rambut tebal dan tidak mudah rontok
- Kebersihan rambut :Rambut bersih tidak ada ketombe
- Wajah /muka :Wajah tampak sedikit flek, tidak ada jerawat,
tidak pucat
5. Mata :
- Konjungtiva : Tidak anemis
- Sclera : Tidak ikterik
- Gangguan penglihatan :Tidak ada gagguan penglihatan
6. Hidung : tampak simetris, tidak ada epistaksis, tidak ada polip, tidak ada nyeri
teka
7. Mulut : tampak bersih tidak berbau, tidak ada stomatitis, gusi berwarna merah
jambu, lidah bersih tidak ada peradangan
8. Telinga : simetris kiri dan kanan, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada perdarahan
9. Leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar, tidak nyeri saat
menelan
10. Dada :
 Payudara :simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada
benjolan,putting susu normal, dan ASI lancar
11. Genitalia : Tidak ada nyeri tekan
12. Tungkai bawah : simetris kiri dan kanan,kekuatan otot (5),jalan Nampak
normal
Data umum kebidanan
 Status obstektrik : P 1, A0
 Jumlah anak di rumah :1
No Umur Jenis kelamin Cara persalinan BB lahir Keadaan sekarang
1 5 tahun Perempuan Normal 2800 gram Sehat

 Alasan datang ke klinik : Klien datang ke PKM Minasa Upa untuk menjalani
program KB (pil)
 Lama perkawinan : 8 Tahun
 Masalah untuk hamil : Tidak ada masalah untuk hamil
 Masalah selama kehamilan : Klien mengatakan ada masalah selama
kehamilan
 Masalah setelah melahirkan : Klien mengatakan tidak ada masalah yang
dialami setelah melahirkan
 Riwayat penggunaan metode kontrasepsi (hormonal/non hormonal):
N Jenis Kontrasepsi Tahun s/d Masalah Alasan penghentian
o Tahun Pemakaian pemakaian
Cara KB yang diminati saat ini :
Riwayat social :
Persetujuan/ sikap suami terhadap metode kontrasepsi yang dipilih:
Pengetahuan tentang berbagai metode kontrasepsi (pengertian, keuntungan, efek
samping, kontra indikasi):

Anda mungkin juga menyukai