Oleh :
OLEH :
KELOMPOK XIV
Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan khusus
Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran
Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari :
1. Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS
(Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan
untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan :
2. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai
anak dulu karena berbagai alasan.
3. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
4. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda
masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan
tinggi.
5. Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak
pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra
indikasi terhadap pil oral
D. Jenis-Jenis Kontrasepsi
1. Pelayanan KB metode kontrasepsi sederhana Tanpa Alat
a) Metode kalender
Sistem kalender adalah suatu metode dimana pada masa subur tidak
berhubungan seks. Metode ini dapat efektif bila dilakukan dengan benar,
namun pada kenyataanya sering kurang efektif. Diperlukan kerjasama yang
baik dengan pasangannya, karena sulit untuk mengindari hubungan seksual
untuk waktu yang lama.
Pantang berkala atau lebih dikenal dengan sitem kalender merupakan salah
satu cara/metode kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh
pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama pada masa subur.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. untuk
itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.
3)) Spons
Spons intravaginal bentuknya seperti bantal dan salah satu sisinya
cekung, terbuat dari polyurethane yang mendukung spermisida. Sisi
lainya mempunyai tali untuk mempermudah pengluarnya. Hanya
tersedia dalam satu ukuran dan dijual bebas. Spons mempunyai efek
kontrasepsi karena:
Melepaskan spermisida yang terkandung didalamnya
Merupakan barrier antara spermatozoa dan serviks
Menangkap spermatozoa ke dalam spons
4)) Spermisida vagina
Spermisida vagina adalah bahan kimia yang digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma di dalam vagina sebelum
spermatozoa bergerak kedalam traktus genetalia interna. Spermisida
menyebabkan sel membrane sperma pecah, memperlambat gerakan
sperma dan menurunkan kemampuan perubahan sel telur.
Alat kontrasepsi dalam rahim adalah salah satu alat kontrasepsi modern
yang di rancang sedemikian rupa diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi dan menyulitkan telur berimplantasi dalam
uterus (Hidayati, 2009). Adapun jenis-jenis AKDR, yaitu :
AKDR CuT-380A. Kecil, keraangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk
huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana.
AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (schering)
Keuntungan :
Sebagai kontrasepsi , efektivitasnnya tinggi
AKDR dapat aktif segera setelah pemasangan
Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti).
Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.
Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai menoupause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
Kerugian :
Perubahan siklus haid ( umumnya 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan )
Haid lebih lama dan banyak
Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
Saat haid lebih sakit
Merasakan sakit selama 3-5 hari setelah pemasangan
Perdarahan berat pada waktu haid atau antaranya memungkinkan
penyebab anemia.
Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
Tidak dapat mencegah IMS termasuk HIV / AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR.
Indikasi :
Usia reproduktif
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah mengaalami abortus dan tidak ada infeksi
Kontraindikasi
Sedang hamil
Perdarahan vagina
Sedang menderita infeksi alat genital
Penyakit trofoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genital
Ukuran rahim kurang dari 5 cm
2)) Kontraindikasi:
Hamil atau di curigai hamil
Menyusui eksklusif
Perdarahan pervaginam
Penyakit Hepatitis
Perokok dengan usia > 35 tahun
Riwayat penyakit jantung
Kanker payudara
Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
b) KB Suntik
KB Suntik di bagi menjadi 2 (Syaifudin, 2006):
1) Suntikan kombinasi yaitu: 25 mg Depomedroksiprogesterom Asetat dan 5
mg estradiol sipionat yang di berikan injeksi IM, 1 bulan sekali(cyclofem),
dan 50 mg Noretindron dan 5 mg estradiol valerat yang di beriukan IM 1
bulan sekali.
2) Suntikan progestin di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Depomedroksiprogesteron asetat(depoprovera) mengandung 150mg
(DMPA) yang di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik IM
b. Depon nerotisteron enantat(deponoristerat), yang mengandung 200 mg
noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengan cara suntik IM
2) Suntikan Progestin
Indikasi
Usia reproduksi
Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif.
Kontraindikasi
Hamil atau di duga hamil
Perdarahan pervaginam
Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Tidak dapat menerima gangguan haid terutama amenorea.
2) Kontraindikasi
Hamil atau diduga hamil
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
Miom uterus dan kanker payudara
Gangguan toleransi glukosa
Keuntungan Kontrasepsi
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengganggu kegiatan senggama
Tidak mengganggu ASI
Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Keuntungan Nonkontrasepsi
Mengurangi nyeri haid
Mengurangi jumlah darah haid
Mengurangi/memperbaiki anemia
Melindungi terjadinya kanker endometrium
Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan angka kejadian endometriosis
Waku dilakukan
Setiap waktu selama silus haid apabila diyankini secara rasional klien
tersebut tidak hamil.
Hari ke 6 hingga ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
Pascapersalinan
Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.
Pacsa keguguran
Trimester pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti
infeksi pelvic (minilap atau laparoskopi)
Trimester kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvic (minilap saja)
KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi luka. Apabila terlihat luka, obati dengan
antibiotic. Bila terdapat abses,
lakukan drainase dan obati seperti
yang terindikasi.
Demam pasca Obati infeksi berdasarkan apa yang
ditemukan.
Luka pada kandung kemih, Mengacu ke tingkat asuhan yang
intestina (jarang terjadi) tepat. Apabila kandung kemih atau
usus luka dan diketahui sewaktu
operasi, lakukan reparasi primer.
Apabila ditemukan pascaoperasi,
dirujuk ke RS yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan
lembab tsb. Amati : hal yang
biasanya akan berhenti dengan
berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan drainase bila
ekstensif.
Emboli gas yang diakibatkan oleh Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat
laparoskopi (sangat jarang terjadi) dan mulailah resusitasi intensif,
termasuk
Cairan intravena, resusitasi kardio
pulmunar dan tindakan penunjang
kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan. Pastikan adanya infeksi atau abses
dan obati berdasarkan apa yang
ditemukan.
Perdarahan superficial (tepi-tepi Mengontrol perdarahan dan obati
kulit atau subkutan) berdasarkan apa yang ditemukan.
Indikasi MOP
MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau ganguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.
2. Jika
2. Tidak ada
mengunakan pengaruh terhadap
MAL ASI.
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan
kontrasepsi
preogestin
dapat ditunda
sampai 6
bulan.
2. Abstinensi
2. Perlu konseling.
100% efektif.
Kontrasepsi 1. Dapat
1. Tidak ada
1. Perlu anestesi
mantap dilakukan pengaruh terhadap lokal.
Tubektomi dalam 48 jam laktasi atau
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan
pascapersalina tumbuh kembang
n. bayi.
2. Jika tidak
tunggu sampai
2. Minilaparotomi
2. Konseling sudah
6 minggu pascapersalianan harus dilakukan
pasca paling mudah sewaktu asuhan
persalinan. dilakukan dalam antenatal.
48 jam
pascapersalinan
Vasektomi 1. Dapat
1. Tidak segera
1. Merupakan salah
dilakukan efektif karena satu cara KB untuk
setiap saat perlu paling sedikit pria
20 ejakulasi (±3
bulan) sampai
benar-benar steril.
b) KB pasca keguguran
kehilangan implant.
Suntikan darah/anemia. Berikan
kombinasi metode
sementara.
Implan o Untuk implant,
perlu tenaga
terlatih.
Waktu
Metode
mulai Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi
penggunaan
AKDR Trimester I
1. AKDR 1. Jika konseling
dapat dan informasi belum
langsung cukup, tuda
dipasang jika pemasangan.
tidak ada
infeksi.
2. Perlu tenaga
2. Tunda terlatih untuk
pemasangan pemasangan AKDR.
sampai luka
atau infeksi
sembuh,
perdarahan
Waktu
Metode
mulai Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi
penggunaan
diatasi, dan
anemia
diperbaiki.
7. KB KEADAAN DARURAT
b) Seharusnya ada akses yang terbuka pada kondar, dengan pemerintah atau
swasta menjamin tersedianya klinik-klinik dan praktek umum, serta
Rumah Sakit. Akses harus tersedia dimana saja, selama 7 hari dalam
seminggu. Siapapun yang menyelenggarakan pelayanan KB seharusnya
menyelenggarakan pelayanan Kondar juga. Disamping itu juga dibutuhkan
penerangan dan penyuluhan-penyuluhan
Manfaat Kondar
o Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
Tujuan PPAM
Memastikan sektor kesehatan menetapkan suatu organisasi untuk
mengkoordinasi pelaksanaan PPAM. Lembaga koordinator kesehatan
reproduksi
Menominasikan seorang petugas kesehatan reproduksi untuk memberi
dukungan teknis dan operasional untuk semua lembaga yang
menyediakan pelayanan kesehatan
Menjadi tuan rumah pertemuan reguler para stakeholders untuk
memfasilitasi pelaksanaan PPAM
Melapor kembali kepada pertemuan sektor/cluster kesehatan mengenai
isu-isu yang terkait dengan pelaksanaan PPAM
Membagi informasi tentang ketersediaan sumber daya dan supply
kesehatan reproduksi
Mencegah dan menangani konsekuensi kekerasan seksual
Melakukan tindakan-tindakan untuk melindungi penduduk yang
terdampak, terutama perempuan dan anak perempuan, dari kekerasan
seksual
Membuat perawatan klinik tersedia untuk korban/penyintas perkosaan
Memastikan masyarakat mengetahui tersedianya layanan klinik
Mengurangi penularan HIV:
Memastikan praktik transfusi darah yang aman
Memfasilitasi dan menekankan penerapan standard kewaspadaan
universal
Menyediakan kondom gratis
Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal
Memastikan tersedianya layanan kegawatdaruratan kebidanan (EmOC =
emergency obstetric care) dan layanan perawatan bayi baru lahir,
termasuk:Di fasilitas kesehatan: bidan-bidan yang terampil dan
perlengkapan untuk persalinan normal dan penanganan komplikasi
kebidanan dan neonatal.
Di rumah sakit rujukan: staf medis yang terampil dan perlengkapan
untuk penanganan kedaruratan kebidanan dan neonatal
Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan
komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan
rumah sakit.
Menyediakan kit persalinan bersih untuk wanita hamil yang terlihat dan
penolong persalinan untuk persalinan bersih dirumah jika terpaksa
karena akses ke fasilitas kesehatan tidak memungkinkan
Rencanakan untuk layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan
terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar ketika situasi
memungkinkan.
Mendukung partners sektor/cluster kesehatan untuk:
Mengkoordinasikan pemesanan peralatan dan supply kesehatan
reproduksi berdasarkan perkiraan maupun pengamatan konsumsi.
Mengumpulkan data latar belakang yang ada
Mengidentifikasi lokasi yang cocok untuk menyelenggarakan layanan
kesehatan reproduksi yang komprehensif di masa depan
Menilai kapasitas staf untuk memberikan layanan kesehatan reproduksi
yang komprehensif dan rencana untuk pelatihan / pelatihan kembali staf.
Sasaran PPAM
Sasaran dari PPAM yaitu mengurangi angka kematian, penyakit, dan cacat
diantara populasi yang terkena pengaruh krisis terutama wanita dan gadis.
Populasi ini dapat berupa pengungsi lintas batas atau internal. pengungsi lintas
batas adalah seseorang yang oleh karena rasa takut yang wajar akan kemungkinan
dianiaya berdasarkan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada suatu kelompok
sosial tertentu, atau pandangan politik.
Sedangkan pengungsi internal ialah orang-orang atau kelompok-kelompok
orang yang telah dipaksa atau terpaksa melarikan diri atau meninggalkan rumah
mereka atau tempat mereka dahulu biasa tinggal, terutama sebagai akibat dari,
atau dalam rangka menghindarkan diri dari dampak-dampak konflik bersenjata,
situasisituasi rawan yang ditandai oleh maraknya tindak kekerasan secara umum,
pelanggaran-pelanggaran hak-hak asasi manusia, bencana-bencana alam, atau
bencana-bencana akibat ulah manusia, dan yang tidak melintasi perbatasan negara
yang diakui secara internasional.
PPAM Kesehatan Reproduksi
Sejak awal respon di setiap situasi bencana sektor kesehatan harus
menetapkan satu organisasi sebagai koordinator kesehatan reproduksi. Bisa
berupa sebuah LSM internasional, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) atau
lembaga PBB,h arus segera menugaskan seorang petugas kesehatan reproduksi
tetap untuk jangka waktu minimal tiga bulan guna memberi dukungan teknis dan
operasional kepada mitra kesehatan dan untuk memastikan bahwa kesehatan
reproduksi adalah prioritas serta mencapai cakupan yang baik untuk layanan
PPAM.
Mencegah kekerasan seksual
Kekerasan seksual telah dilaporkan dari kebanyakan situasi darurat
bencana, termasuk yang disebabkan oleh bencana alam. Semua pelaku dalam
situasi kemanusiaan harus menyadari risiko kekerasan seksual dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan multisektoral untuk mencegah dan
melindungi penduduk yang terdampak, khususnya perempuan dan anak
perempuan. Dalam kolaborasi dengan mekanisme sektor/cluster kesehatan secara
keseluruhan, petugas kesehatan reproduksi dan staf program kesehatan reproduksi
harus memastikan perempuan, pria, remaja dan anak-anak memiliki akses
terhadap layanan kesehatan dasar, termasuk layanan kesehatan seksual dan
kesehatan reproduksi; mendesain dan menempatkan fasilitas kesehatan untuk
meningkatkan keamanan fisik, melalui konsultasi dengan masyarakat, khususnya
pada perempuan dewasa dan remaja; berkonsultasi dengan penyedia layanan dan
pasien tentang keamanan di fasilitas fasilitas kesehatan; menempatkan toilet dan
tempat mencuci laki-laki dan perempuan secara terpisah di fasilitas kesehatan di
tempat yang aman dengan penerangan jalan yang memadai pada malam hari, dan
memastikan bahwa pintu-pintu dapat dikunci dari dalam; mempekerjakan
perempuan sebagai penyedia layanan, pekerja kesehatan masyarakat, staf program
dan penerjemah
Transfusi darah yang aman
Penggunaan darah secara rasional dan aman untuk transfusi darah sangat
penting untuk mencegah penularan HIV dan infeksi-infeksi lain yang dapat
menular melalui transfusi (TTI/Transfusion-Transmissible Infection) seperti
hepatitis B, hepatitis C dan sifilis. Jika darah yang tercemar HIV ditransfusikan,
maka penularan HIV kepada penerima hampir 100%. Transfusi darah tidak boleh
dilakukan jika fasilitas, perlengkapan dan staf yang terlatih tidak ada.
Kontrasepsi Darurat
Dalam waktu 3
hari
Progestin Postinor-2 2 x 1 tablet pascasenggama,
dosis kedua 12 jam
kemudian
Dalam waktu 3
hari
pascasenggama, 2
Estrogen Lynoral 2,5 mg/dosis
x 1 dosis selama 5
Premarin 10 mg/dosis hari
Progynova 10 mg/dosis
Dalam waktu 3
hari
pascasenggama
SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa
percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang dapat diperolehnya
T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi , tujuan kepentingan harapan , serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya
U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
repruduksi yang paling mungkin , termasuk piihan beberapa jenis
kontrasepsi .dan jelaskan pula jenis – jenis kontrasepsi yang ada , uraikan
juga mengenai resiko penularan HIV AIDS dan pilihan metode ganda
TU: BanTUlah klien dengann menentukan pilihannya . bantulah klien
berfikir mengenai apa yang paing sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya . doronglah klien untuk menunjukan keinginannya dan
mengajukan pertayaan dan tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu
klien dalam mempertimbangkan kreteria dan keinginan klien terhadap
jenis kontrasepsi ,pada akhirnya yakinlah bahwa klien telah membuat
suatu keputusan yang tepat
J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memelih jenis kontrasepsinya , jika diperlukan ,
perhatikan alat atau kontrasepsinya .jelaskan bagaimana alat atau obat
kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunannya
jelaskan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi , misalnyaa
kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual . cek pengetahuan
klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan uji klien apabila
dapat menjawab dengan benar
U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang bicarakan . dan buatlah perjanjian
kapan klieen akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan .ingatkan klien agar selalu
mengigatkan untuk kembali apabila terjadi satu masalah
DATA FOKUS YANG PERLU DIKAJI
PADA KASUS YANG DIASUH
INTERPRETASI DATA
1. Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan para, abortus, umur ibu dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut:
a. Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c. Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d. Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e. Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan:
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun akseptor KB kondom
Dasar:
a. Data Subjektif
b. Data Obyektif
2. Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada kontrasepsi KB Kondom
yaitu efek samping yang ditimbulkan dan keluhan dari pasien.
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Menggali pengetahuan klien tentang KB Kondom
Untuk mengetahui pengetahuan klien tentang KB
3. Beri KIE mengenai kontrasepsi kondom
Untuk menambah pengetahuan klien tentang kontrasepsi kondom
4. Beri KIE mengenai efek samping, keuntungan dan kerugian KB Kondom
Untuk menambah pengetahuan klien tentang kontrasepsi kondom
5. Bantu klien mengambil keputusan
Memantapkan pilihan klien
6. Jelaskan pada klien tentang cara penggunaan KB kondom
Penggunaan yang benar dapat meningkatkan efektifitas KB
2. Alat kontrasepsi pil
DATA FOKUS:
Data Subjektif:
1. Riwayat Haid dan HPHT ibu: untuk mengetahui apakah haid yang dialami
ibu berjalan normal dan memastikan ibu tidak dalam keadaan hamil.
2. Riwayat Kesehatan yang lalu: untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita ibu sebelumnya, apakah merupakan kontraindikasi kontrasepsi kb
pil atau tidak. Seperti: Epilepsi/ Riwayat Epilepsi, Hepatitis, Riwayat
penyakit jantung, stroke, hipertensi dan DM, Kanker Payudara
3. Riwayat kesehatan keluarga: Untuk mengetahui apakah keluarga ibu
mempunyai riwayat penyakit menular, menurun dan menahun.
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu: untuk mengetahui
apakah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berjalan normal atau
adakah komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
5. Riwayat KB: untuk mengetahui adanya keluhan selama ibu menjadi
akseptor KB dan berapa lama ibu menjadi akseptor KB
6. Pola kebiasaan di rumah: untuk mengetahui bagaimana kebiasaan ibu di
rumah yang dapat mempengaruhi efektifitas dari kontrasepsi
7. Riwayat menyusui : untuk mengetahui apakah ibu menyusui ekslusif atau
tidak
Data Obyektif:
1. Tekanan darah: untuk mengetahui apakah ibu mengalami tekanan darah
tinggi atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik: untuk mengetahui apakah ada pembesaran abnormal
atau tidak
3. Pemeriksaan penunjang diperlukan apabila ibu diduga hamil, dan
pemeriksaan hb untuk mengetahui ibu mengalami anemia atau tidak
INTERPRETASI DATA:
1. Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan para, abortus, umur ibu dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut:
a) Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b) Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c) Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d) Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e) Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f) Hasil pemeriksaan:
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun akseptor KB pil progestin
Dasar:
c. Data Subjektif
d. Data Obyektif
2. Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada kontrasepsi KB Pil yaitu
efek samping yang ditimbulkan dan keluhan dari pasien.
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Lakukan observasi TTV dan BB
Diharapkan kondisi klien terpantau selama menjadi akseptor KB
3. Berikan satu kemasan KB Pil
Merupakan kelanjutan dari kemasan KB Pil sebelumnya
4. Ingatkan kembali cara minum dan waktu minum
Diharapkan KB Pil bekerja optimal dan keefektifitasannya tinggi
5. Ingatkan kembali keuntungan dan kerugian
Diharapkan klien lebih paham mengenai keuntungan dan kerugian KB Pil
6. Beritahu klien untuk datang kembali atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
Menjaga agar tidak terdapat keterlambatan sehingga tidak terjadi
kegagalan dalam penggunaan KB Pil
7. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan, Sebagai data dan
bukti asuhan yang telah dilakukan
Data Obyektif
1. Tekanan darah: untuk mengetahui apakah ibu mengalami tekanan darah
tinggi atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik: untuk mengetahui apakah ada pembesaran abnormal
atau tidak
INTERPRETASI DATA:
Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan para, abortus, umur ibu dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut:
a. Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c. Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d. Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e. Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan:
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun calon akseptor KB Implant
Dasar:
a. Data Subjektif
b. Data Obyektif
Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada kontrasepsi KB Implant
yaitu efek samping yang ditimbulkan dan keluhan dari pasien.
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Berikan kesempatan pada klien untuk menyampaikan masalahnya
Diharapkan dapat mengurangi ketegangan klien
3. Jelaskan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan dan tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya
Diharapkan penjelasan hasil pemeriksaan pada ibu diperlukan agar ibu
mengetahui keadaannya dan tindakan selanjutnya yang akan didapatkan
oleh ibu dalam pemasangan Implant
4. Berikan penjelasan tentang alat kontrasepsi implant , efek samping,
keuntungan dan kerugian, kontraindikasi serta cara pemasangannya
Diharapkan ibu paham mengenai alat kontrasepsi implant , efek samping,
keuntungan dan kerugian, kontraindikasi serta cara pemasangannya
5. Lakukan informed concent
Digunakan sebagai perlindungan hukum bagi tenaga medis dan sebagai
tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan
6. Persiapkan alat, pasien , lingkungan
Untuk memudahkan pemasangan dan menjaga privacy pasien
7. Lakukan pemasangan implant sesuai prosedur pemasangan
Pemasangan sesuai dengan standar profesi
8. Berikan KIE pasca tindakan
Untuk menambah pengetahuan pasien
9. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan dan isi kartu
kunjungan
Sebagai data dan bukti telah dilakukan pemasangan
10. Menyepakati kunjungan ulang 2 minggu setelah pemasangan atau bila ada
keluhan
Mengontrol kembali keadaan Implant dan kondisi ibu
7. Tubektomi
DATA FOKUS
Data Subjektif:
1. Riwayat Menstruasi dan HPHT : memastikan ibu tidak dalam keadaan
hamil, untuk mengetahui pendarahan pada saat menstruasi beserta
keluhan-keluhan dialami selama menstruasi
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu: untuk mengetahui
apakah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berjalan normal atau
adakah komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Riwayat Kesehatan yang lalu: untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita ibu sebelumnya, apakah merupakan kontraindikasi. Seperti:
Epilepsi/ Riwayat Epilepsi, Hepatitis, Riwayat penyakit jantung, stroke,
hipertensi dan DM, Kanker Payudara, Alergi, Hernia, jamur di daerah
kemaluan
4. Riwayat kesehatan keluarga: untuk mengetahui apakah ada riwayat
kesehatan keluarga yang berisiko mengenai infeksi menular seksual
tersebut
5. Riwayat Perkawinan untuk mengetahui berapa kali klien menikah, lama
pernikahan
6. Pekerjaan klien dan pekerjaan pasangan untuk mengetahui apakah pasutri
tersebut memiliki pekerjaan yang resti
7. Riwayat hubungan seksual klien : untuk mengetahui frekuensi hubungan
seksual klien, untuk mengetahui apakah klien berganti-ganti pasangan
8. Keluhan klien atau alasan datang ke pelayanan kesehatan : untuk
mengetahui apakah klien mempunyai usaha atau menyadari dirinya
berisiko IMS
Data Obyektif
1. Tekanan darah: untuk mengetahui apakah ibu mengalami tekanan darah
tinggi atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik: untuk mengetahui apakah ada pembesaran abnormal
atau tidak, dalam data objektif IMS data fokusnya yaitu pemeriksaan pada
payudara dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi menular seksual
INTERPRETASI DATA
1. Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan IMS
Dasar dari diagnosa tersebut:
a. Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c. Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d. Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e. Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan:
a) Pemeriksaan keadaan umum pasien
b) Pemeriksaan status emosional pasien
c) Pemeriksaan kesadaran pasien
d) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun akseptor baru KB Tubektomi
Dasar:
c. Data Subjektif
d. Data Obyektif
2. Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada klien
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Konseling, skrining atau penapisan klien
3. Berikan informed consent
Digunakan sebagai perlindungan hukum bagi tenaga medis dan sebagai
tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan
4. Persiapkan alat, pasien , lingkungan
Untuk memudahkan pemasangan dan menjaga privacy pasien
5. Lakukan pemeriksaan Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik berupa
pemeriksaan payudara atau vagina untuk mendeteksi resiko IMS
6. Berikan KIE pasca tindakan
Untuk menambah pengetahuan pasien
7. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan dan isi kartu
kunjungan
Sebagai data dan bukti telah dilakukan pemeriksaan