Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK MATA KULIAH

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

Oleh :

OLEH :
KELOMPOK XIV

1. NI WAYAN WIDARINI ( P07124221088)


2. NI PUTU SRIWAHYUNI ( P07124221089)
3. NI KOMANG WIARY PARMIATI ( P07124221131)
4. NI PUTU NITI SWARI DEWI ( P07124221132)
5. NILUH LITTA WIDHIARDANI ( P07124221133)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
2021
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Keluarga Berencana


Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
(Manuaba, 2003). Menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Keluarga berencana menurut WHO adalah tindakan yang memakai
individu atau pasangan suami istri untuk :
 Mendapatkan obyek-obyek tertentu
 Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
 Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
 Mengatur interval diantara kehamilan
 Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
 Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004)

B. Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Tujuan khusus
 Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
 Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
 Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran
Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari :
1. Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS
(Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan
untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan :
2. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai
anak dulu karena berbagai alasan.
3. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
4. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda
masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan
tinggi.
5. Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak
pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra
indikasi terhadap pil oral

C. Sasaran Program Keluarga Berencana


Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan
sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan
terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

D. Jenis-Jenis Kontrasepsi
1. Pelayanan KB metode kontrasepsi sederhana Tanpa Alat
a) Metode kalender
Sistem kalender adalah suatu metode dimana pada masa subur tidak
berhubungan seks. Metode ini dapat efektif bila dilakukan dengan benar,
namun pada kenyataanya sering kurang efektif. Diperlukan kerjasama yang
baik dengan pasangannya, karena sulit untuk mengindari hubungan seksual
untuk waktu yang lama.
Pantang berkala atau lebih dikenal dengan sitem kalender merupakan salah
satu cara/metode kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh
pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama pada masa subur.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. untuk
itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.

Berikut ini cara mengetahui dan menghitung masa subur :

 Bila siklus haid teratur (28 hari)


Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagain hari ke-1
Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid
 Bila siklus haid tidak teratur
 Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus).
Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga
hari pertama haid berikutnya.
 Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari
terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
 Hitungan ini menetukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari pertama masa subur = jumlah terpendek -18
Hari terakhir masa subur = jumlah hari terpanjang -11
b) Metode suhu tubuh basal
Metode ini berdasarkan kenaikan suhu tubuh setelah ovulasi sampai
sehari sebelum menstruasi selanjutnya. Untuk mengetahui suhu tubuh benar-
benar naik maka harus selalu diukur dengan thermometer yang sama dan pada
tempat yang sama setiap pagi setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas. Syaratnya tidur malam paling sedikit 5 sampai 6 jam secara berturut-
turut. Suhu rendah 36,4C-36,7C, kemudian 3 hari berturut-turut suhu lebih
tinggi ( 36,9C-37,5C), maka setelah itu dapat dilakukan senggama tanpa
menggunakan alat kontrasepsi. Metode ini memiliki tingkat keamanan tinggi
jika suhu diukur secara rutin dan senggama sebelum ovulasi dilakukan dengan
menggunakan alat kontrasepsi lain.
Kesalahan dapat terjadi jika sedang sakit. Metode ini baik untuk
digunakan, tetapi harus diperhatikan pada kasus-kasus tertentu, sepertu ibu
menyusui karena siklus yang sangat tidak teratur.

c) Tes lendir vagina


Pada saat terjadinya siklus menstruasi, kondisi lendir di daerah vagina
akan berubah-ubah akibat dari perubahan hormone estrogen dan progesteron.
Pada saat sebelum terjadinya ovulasi, lendir vagina akan menjadi lebih encer
dengan warna transparan atau sedikit kekuningan. Sedangkan saat terjadinya
ovulasi maka lendir vagina akan menjadi lebih banyak dan kental seperti putih
telur. Sedangkan pada saat sesudah terjadinya ovulasi lendir vagina yang ada
akan menjadi lebih sedikit dan lebih kental serta lengket. Ciri-ciri lendir vagina
pada berbagai fase dari siklus haid 30 hari:
 Fase 1 : haid, hari 1-5, lendir bisa ada atau tidak, dan tertutup oleh darah
haid, perasan wanita terasa basah dan licin (lubrikatif).
 Fase 2 : pasca haid, hari 6-10, tidak ada lendir atau hanya sedikit
sekali, perasaan wanita terasa kering.
 Fase 3 : awal pra ovulasi, hari 11-13, lendir keruh, kuning atau putih
dan liat, perasaan wanita liat dan lembab.
 Fase 4 : segera sebelum, pada saat pada saat dan sesudah ovulasi. Hari
ke 14-17. Lendir bersifat jernih, basah, dapat diregangkan. Dengan
konsistensi seperti putih telur
 Fase 5 : pasca ovulasi, hari 18-21. Lendir sedikit, keruh dan liat.
Perasaan wanita liat. Perasaan wanita liat dan atau lembab.
 Fase 6 : Akhir pasca ovulasi atau segera pra haid. Hari 27-30. Lendir
jernih dan seperti air. Perasaan wanita liat, lembab dan atau basah.
Dengan mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh tersebut, baik
melalui metode kalender metode suhu tubuh dan tes lendir vagina maka dan
dapat diperkirakan kapan terjadinya masa subur pada wanita. Efektifitas dari
metode ini sebesar 91% yang berarti 9 dari 100 orang wanita dapat menjadi
hamil apabila menggunakan metode ini.
d) Senggama terputus (koitus terputus)
Walaupun cara ini banyak mengalami kegagalan, namun koitus
interruptus merupakan cara utama dalam penurunan angka kelahiran. Hal ini
berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya
oleh ejakulasi terjadi. Keuntungan dari cara ini yaitu tidak membutuhkan
biaya alat-alat maupun persiapan akan tetapi kekurangannya bahwa
mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak
pria. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:
 Adanya pengluaran air mani sebelum ejakulasi (praejaculatory fluid)
yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang
(repeated coitus)
 Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
 Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat dapat menyebabkan
kehamilan misalnya karena adanya hubungan antara vulva dan kanalis
servikalis uteri oleh benang lendir serviks uteri yang masa ovulasi
mempunyai spinnbarkeit yang tinggi.

2. Pelayanan KB metode kontrasepsi sederhana Dengan Alat


a) Kondom
Kondom untuk pria merupakan bahan karet (lateks), polyuretan (plastik),
atau bahan sejenis yang kuat, tipis dan elastis. Benda tersebut ditarik menutupi
penis yang sedang ereksi untuk menangkap semen selama ejakulasi dan
mencegah sperma masuk ke dalam vagina. Kondom lakteks dan polyuteran
merupakan kondom yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan
mengurangi resiko penyakit menular seksual. Namun, kondom pria tidak
menutupi semua area yang terpanjang dan menurut CDC “kondom cenderung
lebih efektif digunakan untuk mencegah infeksi yang ditularkan oleh cairan
dari permukaan mukosa (misalnya gonorea, klamidia, trikomoniasis dan HIV)
dari pada untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui kontak dari kulit
ke kulit (seperti virus herpes simplek, human papillomavirus, sefilis, dan
kankroid).
Petunjuk penggunaan kondom
 Gunakan kondom pada penis sebelum penis mendekati genetalia eksterna
wanita atau saat penis memasuki vagina.
 Sebelum digunakan, terlebih dahulu periksa kondom apakah ada bocor
atau tidak.
 Apabila pria tidak disirkumsisi, ujung kulit penisnya harus ditarik
kebelakang sebelum memasukkan kondom.
 Gunakan kondom pada penis yang sedang ereksi sepanjang penis sampai
mencapai rambut pubis dipangkal penis.
 Apabila kondom memiliki ujung datar, bukan ujung yang meruncing,
sisakan ruang kosong sepanjang ½ inci untuk menahan semen.
 Pastikan ada pelumas yang adekuat pada bagian luar kondom karena jika
pelumas tidak adekuat, kondom rentan terhadap robeka akibat gesekan.
Apabila menggunakan kondom lateks dan memerlukan pelumas, gunakan
air atau pelumas berbahan dasar air, jangan menggunakan pelumas
berbahan dasar air, jangan menggunakan pelumas dengan bahan minyak
karena pelumas ini dapat merusak lateks. Bahan yang terapeutik untuk
vagina, seperti monistat, juga tidak aman digunakan pada kondom lakteks.
Setelah ejakulasi, pria harus menarik kembali penisnya, sebelum penisnya
menjadi lemas untuk mecegah kondom terlepas atau mengalami kebocoran
cairan ketika manarik penis, pria harus menahan pinggiran pangkal
kondom dekat pangkal penisnya.
b) Barrier intra vagina pada perempuan
Alat ini berfungsi untuk menghalangi masuknya spermatozoa kedalam
saluran genetalia interna wanita dan immobilisasi atau mematikan spermazoa
oleh spermisidanya. Adanya beberapa keterbatasan metode ini, antara lain:
 Angka kegagalan relative tinggi
 Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasangnya.
 Perlu dipakai setiap kali bersegama
Macam-macam barrier intravagina antara lain:
1)) Diafragma
Merupakan kap berbentuk bulat cembung (mangkok), terbuat dari
lateks yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar
tidak mendapatkan akses mencapai saluran atak kontrasepsi bagian
atas (uterus dan tuba falofi) dan sebagai alat tempat spermisida.
Diafragma mempunya mempunyai efek perlindungan terhadap
IMS/AIDS bila digunakan dengan spermisida. Tetapi kekurangan dari
pemakaiannya yaitu memerlukan tingkat motivasi tinggi dari pemakai.

2)) Kap serviks


Kap serviks alah suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi
serviks saja. Pada saat ini kap serviks terbuat dari karet. Keuntungan
menggunakan kap serviks antara lain dapat dipakai oleh perempuan
sekalipun ada kelainan anatomi/fungsional dari vagina seperti sistokel,
retokel, prolapses, atau tonus otot vagina yang kurang baik. Kerugian
penggunaan kap serviks adalah pemasangan dan pengluarannya lebih
sulit kareana letak serviks yang jauh didalam vagina.

3)) Spons
Spons intravaginal bentuknya seperti bantal dan salah satu sisinya
cekung, terbuat dari polyurethane yang mendukung spermisida. Sisi
lainya mempunyai tali untuk mempermudah pengluarnya. Hanya
tersedia dalam satu ukuran dan dijual bebas. Spons mempunyai efek
kontrasepsi karena:
 Melepaskan spermisida yang terkandung didalamnya
 Merupakan barrier antara spermatozoa dan serviks
 Menangkap spermatozoa ke dalam spons
4)) Spermisida vagina
Spermisida vagina adalah bahan kimia yang digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma di dalam vagina sebelum
spermatozoa bergerak kedalam traktus genetalia interna. Spermisida
menyebabkan sel membrane sperma pecah, memperlambat gerakan
sperma dan menurunkan kemampuan perubahan sel telur.

3. Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah salah satu alat kontrasepsi modern
yang di rancang sedemikian rupa diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi dan menyulitkan telur berimplantasi dalam
uterus (Hidayati, 2009). Adapun jenis-jenis AKDR, yaitu :
 AKDR CuT-380A. Kecil, keraangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk
huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana.
 AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (schering)
Keuntungan :
 Sebagai kontrasepsi , efektivitasnnya tinggi
 AKDR dapat aktif segera setelah pemasangan
 Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti).
 Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.
 Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
 Dapat digunakan sampai menoupause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
Kerugian :
 Perubahan siklus haid ( umumnya 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan )
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
 Saat haid lebih sakit
 Merasakan sakit selama 3-5 hari setelah pemasangan
 Perdarahan berat pada waktu haid atau antaranya memungkinkan
penyebab anemia.
 Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
 Tidak dapat mencegah IMS termasuk HIV / AIDS
 Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
 Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR.
Indikasi :
 Usia reproduktif
 Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
 Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
 Setelah mengaalami abortus dan tidak ada infeksi
Kontraindikasi
 Sedang hamil
 Perdarahan vagina
 Sedang menderita infeksi alat genital
 Penyakit trofoblas yang ganas
 Diketahui menderita TBC pelvik
 Kanker alat genital
 Ukuran rahim kurang dari 5 cm

4. Pelayanan KB metode kontrasepsi hormonal


a) KB PIL
Menurut (Saifudin, 2006) Pil di bagi menjadi 2 yaitu:
1) Pil kombinasi adalah pil yang mengandung kombinasi antara hormon
estrogen dan progesteron di mana pil kombinasi ini di bagi menjadi
beberapa jenis yaitu:
 Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang
mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dalam dosis yang
sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
 Bifaasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan 2 dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
 Trifasik: pil yang tersedia dalam 21 tablet yang mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis yang berbeda
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
2) Pil progestin / minipil adalah pil yang hanya mengandung progesteron saja
dimana jenis minipil yaitu:
 Kemasan dengan isi 35 pil: 300 mg levonorgestrel atau 350 mg
noretindron.
 Kemasan dengan isi 28 pil: 75 mg desogestrel
Cara Kerja
1) Pil Kombinasi
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Lendir servik mengental sehingga sehingga sulit di lalui sperma.
2) Pil progestin
 Menekan sekresi gonodotropin dan sintesis steroid seks di ovarium
 Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi
lebih sulit
 Mengentalkan lendir servik
 Mengubah mortilitas tuba sehingga transformasi sperma terganggu
Keuntungan dan Kerugian/Keterbatasan
1) Keuntungan
 Tidak mengganggu hub sex
 Dapat di gunakan jangka panjang
 Mudah di hentikan setiap saat
 Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil di hentikan
2) Kerugian/keterbatasan
 Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
 Tidak boleh di berikan pada perempuan yang menyusui
 Harus mengingat untuk minum pil
 Tidak mencegah IMS/HIV, HBV
Perbedaan pemakaian pil kombinasi dengan pil progrestin yaitu, untuk
pil progrestin bias digunakan oleh ibu menyusui. Sedangkan pil kombinasi
tidak bias digunakan oleh ibu menyusui.

Indikasi dan Kontraindikasi


1) Pil kombinasi
Menurut (Billing E, 2006) indikasi dan kontraindikasi pil meliputi:
1)) Indikasi:
 Usia reproduksi
 Telah memiliki anak atau belum memiliki anak baik
 Gemuk atau kurus
 Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
 Setelah melahirkan dan tidak menyusui
 Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan asi eksklusif
 Pasca keguguran, anemia karena haid berlebihan
 Nyeri haid
 Siklus haid tidak teratur.
 Riwayat KET
 Kelainan payudara jinak

2)) Kontraindikasi:
 Hamil atau di curigai hamil
 Menyusui eksklusif
 Perdarahan pervaginam
 Penyakit Hepatitis
 Perokok dengan usia > 35 tahun
 Riwayat penyakit jantung
 Kanker payudara
 Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari

2) Pil Progestin/ Minipil


1)) Indikasi:
 Usia reproduksi 
 Telah memiliki anak
 Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama
periode menyusui 
 Mempunyai TD tinggi < 180/110 mmHg
 Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak
menggunakan estrogen
2)) Kontraindikasi
 Hamil atau di duga hamil 
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya 
 Kanker payudara atau riwayat kanker payudara 
 Sering lupa menggunakan pil
 Miom uterus

b) KB Suntik
KB Suntik di bagi menjadi 2 (Syaifudin, 2006):
1) Suntikan kombinasi yaitu: 25 mg Depomedroksiprogesterom Asetat dan 5
mg estradiol sipionat yang di berikan injeksi IM, 1 bulan sekali(cyclofem),
dan 50 mg Noretindron dan 5 mg estradiol valerat yang di beriukan IM 1
bulan sekali.
2) Suntikan progestin di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Depomedroksiprogesteron asetat(depoprovera) mengandung  150mg
(DMPA) yang di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik IM
b. Depon nerotisteron enantat(deponoristerat), yang mengandung 200 mg
noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengan cara suntik IM

Cara kerja suntikan progestin :


 Mencegah ovulasi
 Mengentalkan lendir servik
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba

Keuntungan dan kerugian KB suntik


1) Keuntungan
 Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
 Jangka panjang
 Efeksamping sangat kecil tidak di perlukan px dalam
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
2) Kerugian
 Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan
bercak/spotting atau perdarahan sampai 10 hari
 Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan ke 2 atau ke 3
 Klien harus kembali setiap 1 bulan sekali untuk mendapatkan suntikan
 Penambahan BB
Perbedaan pemakaian pil kombinasi dengan pil progrestin yaitu, untuk pil
progrestin bias digunakan oleh ibu menyusui. Sedangkan pil kombinasi tidak
bias digunakan oleh ibu menyusui.

Indikasi dan Kontraindikasi


(Billing, 2006) indikasi dan kontraindikasi suntik meliputi:
1) Kombinasi
Indikasi:
 Usia reproduksi 
 Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak 
 Ingin mendapat kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
 Menyusui asi pasca persalinan > 6 bulan
Kontra Indikasi:
 Hamil atau di duga hamil,
 Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan.
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya 
 Penyakit hepatitis 
 Usia > 35 tahun yang merokok 
 Tekanan darah tinggi > 180/110 mmHg,

2) Suntikan Progestin
Indikasi
 Usia reproduksi 
 Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak 
 Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif.
Kontraindikasi
 Hamil atau di duga hamil 
 Perdarahan pervaginam
 Kanker payudara atau riwayat kanker payudara 
 Tidak dapat menerima gangguan haid terutama amenorea.

5. Pelayanan KB metode kontrasepsi Bawah Kulit (Implan)

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau Implan adalah alat


kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin
sintetik) yang dipasang dibawah kulit. Implan efektif digunakan selama 5 tahun
untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant,atau Implanon, nyaman dipakai,
dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi, kesuburan segera kembali
setelah implant dicabut dan aman dipakai pada masa laktasi.
Mekanisme cara kerja Implant yaitu dengan disusupkannya 6 kapsul/1
kapsul silastik implant di bawah kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap
sejumlah leveonorgestrel ke dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul
yang terbuat dari bahan silastik.
Cara kerja dalam pencegahan kehamilan yaitu dengan dilepaskannya
hormon levonargestrel secara konstan dan kontinyu maka cara kerja implant
dalam mencegah kehamilan pada dasarnya terdiri atas 3 mekanisme dasar yaitu :
Menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan endometrium tidak siap untuk
nidasi, mempertebal lendir serviks, menipiskan lapisan endometrium,
mengurangi transportasi sperma.

Indikasi dan Kontraindikasi


1) Indikasi
 Usia reproduksi
 Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
 Pascapersalinan dan tidak menyusui
 Pasca keguguran
 Riwayat kehamilan ektopik
 Tekanan darah< 180/110 mmHg,
 Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen
 Sering lupa menggunakan pil

2) Kontraindikasi
 Hamil atau diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
 Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
 Miom uterus dan kanker payudara
 Gangguan toleransi glukosa

Keuntungan Kontrasepsi
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Bebas dari pengaruh estrogen
 Tidak mengganggu kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
 Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

Keuntungan Nonkontrasepsi
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi/memperbaiki anemia
 Melindungi terjadinya kanker endometrium
 Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan angka kejadian endometriosis

Peringatan Khusus bagi Pengguna Implant


 Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinana terlah
terjadi kehamilan.
 Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan
ektopik
 Terjadi perdarahan banyak dan lama
 Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi implant
 Ekspulsi batang implant (norplant)

6. Pelayanan KB metode kontrasepsi Implan


a) Medis Operatif Wanita
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilisasi
(kesuburan) seorang wanita. (Saifuddin, dkk, 2006, Hal MK-82)
Mekanisme kerja dari metode ini yaitu dengan mengoklusi tuba fallopi
( mengikat dan memotong atau memasang cincin ) sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan ovum. Adapun manfaat penggunaan kontrasepsi Implan
yaitu:
 Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
 Tidak bergantung pada factor senggama.
 Baik bagi klien apabila kehamilanakan menjadi risiko kesehatan yang
serius.
 Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
 Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormone ovarium) (Hanafi, 2004,)
Selain manfaat, adapun keterbatasan metode ini yaitu :
 Harus mempertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
(tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
 Klien dapat menyesal kemudian hari.
 Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi
umum)
 Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
 Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi)
 Tidak melindungi dari IMS termasuk HIV/AIDS
Indikasi MOW
 Usia > 26 tahun
 Paritas > 2
 Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya.
 Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
 Pasca persalinan
 Pasca keguguran
 Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
Kontra indikasi MOW
 hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
 perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga harus di
evaluasi)
 infesi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itu disembuhkan
atau dikontrol)
 tidak boleh menjalani proses pembedahan.
 kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.
 belum memberikan persetujuan tertulis.

Waku dilakukan
 Setiap waktu selama silus haid apabila diyankini secara rasional klien
tersebut tidak hamil.
 Hari ke 6 hingga ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
 Pascapersalinan
Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.
 Pacsa keguguran
Trimester pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti
infeksi pelvic (minilap atau laparoskopi)
Trimester kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvic (minilap saja)

Komplikasi dan penanganan

KOMPLIKASI PENANGANAN
Infeksi luka. Apabila terlihat luka, obati dengan
antibiotic. Bila terdapat abses,
lakukan drainase dan obati seperti
yang terindikasi.
Demam pasca Obati infeksi berdasarkan apa yang
ditemukan.
Luka pada kandung kemih, Mengacu ke tingkat asuhan yang
intestina (jarang terjadi) tepat. Apabila kandung kemih atau
usus luka dan diketahui sewaktu
operasi, lakukan reparasi primer.
Apabila ditemukan pascaoperasi,
dirujuk ke RS yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan
lembab tsb. Amati : hal yang
biasanya akan berhenti dengan
berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan drainase bila
ekstensif.
Emboli gas yang diakibatkan oleh Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat
laparoskopi (sangat jarang terjadi) dan mulailah resusitasi intensif,
termasuk
Cairan intravena, resusitasi kardio
pulmunar dan tindakan penunjang
kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan. Pastikan adanya infeksi atau abses
dan obati berdasarkan apa yang
ditemukan.
Perdarahan superficial (tepi-tepi Mengontrol perdarahan dan obati
kulit atau subkutan) berdasarkan apa yang ditemukan.

b) Medis Operatif Pria


Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak
terjadi. (saifuddin, 2006, Hal MK-85).
Mekanisme kerja dari metode ini yaitu dengan mengoklusi tuba fallopi
( mengikat dan memotong atau memasang cincin ) sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan ovum. Manfaat pemakaian metode ini, yaitu :
 Efektif
 Aman, morbidibitas rendah dan hamper tidak ada mortalitas.
 Sederhana
 Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
 Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.
 Biaya rendah (hanafi, 2004, hal 308)

Indikasi MOP
MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau ganguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

Kontra Indikasi MOP


 Infeksi kulit lokal, missal scabies
 Infeksi traktus genitalia
 Kelainan scrotum dan sekitarnya ( varicocele, hydrocele besar, filariasis,
hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas operasi hernia, skrotum
yang sangat tebal)
 Penyakit sistemik
 Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

Komplikasi dan penanganan


 Komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat
setelah tindakan. Komplikasi akibat reaksi mafilaksis yang disebabkan
oleh pengguanaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman
pembuluh darah di sekitar vasa deferensia.
 Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau
abses pada testis, atrofi testis, epididimis kongestif atau peradangan kronik
granuloma di tempat insisi, penyulit jangka panjang yang dapat
mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya
antibody sperma.

7. Pelayanan KB dengan keadaan khusus


a) KB Pascapersalinan

Pelayanan KB pasca persalinan merupakan salah satu cara mempercepat


penurunan angka kematian ibu (AKI). Tujuan KB pasca salin adalah:

 Menurunkan salah satu komponen empat terlalu (terlalu dekat),


menjaga jarak kehamilan sehingga dapat berkontribusi terhadap
penurunan AKI dan AKB
 Berkontribusi secara teratur terhadap pertumbuhan penduduk serta
dampaknya.

Macam–macam alat kontrasepsi pasca persalinan :

Metode Waktu pasca


Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan
MAL 1.        Mulai
1.        Manfaat
1.        Harus  benar-
segera kesehatan bagi ibu benar ASI ekslusif.
pascapersalina dan bayi.
n.
2.        Efektifitas
2.        Memberikan
2.        Efektifitas
tinggi sampai 6 waktu untuk berkurang jika
bulan memilih metode mulai suplementasi.
pascapersalian kontrasepsi lain.
dan belum
haid.
Kontrasepsi 1.        Jika
1.        Selama 6-8
1.        Kontrasepsi
kombinasi menyusui: minggu kombinasi
a.        Jangan pacapersaliana, merupakan pilihan
dipakai kontrasepsi terakhir pada klien
sebelum 6-8 kombinasi akan menyusui.
minggu mengurangi ASI
pascapersalian dan mempengaruhi
an. tumbuh kembang
bayi.
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan
2.        Selama 2.       
3 Dapat diberikan
b.        Sebaiknya minggu pada klien dengan
tidak dipakai pascapersalinan riwayat
dalam waktu 6 kontrasepsi preeklampsi atau
minggu – 6 kombinasi hipertensi dalam
bulan meningkatkan kehamilan.
pacapersalinan. risiko masalah
pembekiaun darah.
2.        Jika pakai
MAL tunda
3.        Jika klien tidak
sampai 6 mendapat haid dan
3.        Sesudah 3
bulan. sudah minggu
3.        Jika tidak berhubungan pascapersalinan
menyusui seksual, mulailah tidak meningkatkan
dapat dimulai 3 kontasepsi risiko pembekuan
minggu kombinasi setelah darah.
pascapersalian. yakin klien tidak
ada kehamilan.
Kontarsepsi 1.        Sebelum 1.       
6 Selama 1.       
6 Perdarahan
progestin minggu minggu pertama ireguler dapat
pascapersalian pascapersalina, terjadi
an, klien progestin
menyusui mempengaruhi
jangan tumbuh kembang
menggunakan bayi.
kontrasepsi
progestin.

2.        Jika
2.        Tidak ada
mengunakan pengaruh terhadap
MAL ASI.
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan
kontrasepsi
preogestin
dapat ditunda
sampai 6
bulan.

3.        Jika tidak


menyususi,
dapat segera
dimulai.

4.        Jika tidak


menyusui,
lebih dari 6
minggu
pascapersalian
an, atau sudah
dapat haid,
kontrasepsi
progestin dapat
dimulai setelah
yakin tidak ada
kehamilan
AKDR 1.        Dapat
1.        Tidak ada
1.        Insesi
dipasang pengaruh terhadap postplasental
langsung ASI. memerlukan
pascapersalian petugas terlatih
an, sewaktu khusus.
seksiosesaria,
atau 48 jam
pascapersalian
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan
an.

2.        Jika tidak


insersi ditunda
sampai 4-6
2.        Efek samping
2.        Konseling perlu
minggu lebih sedikit pada dilakukan sewaktu
pascapersalina klien yang asuhan antenatal.
n. menyusui.

3.        Jika laktasi


atau haid sudah
dapat, insersi 3.        Angka
dilakukan pencabutan AKDR
sesudah yakin tahun pertama lebih
tidak ada tinggi pada klien
kehamilan menyusui.
4.        Ekspulsi spontan
lebih tinggi (6-
10%) pada
pemasangan
pascaplasental
5.        Sesudah 4-6
minggu
pascapersalianan
teknik sama dengan
pemasangan waktu
interval.
Kondom/ 1.        Dapat
1.        Tak ada
1.        Sebaiknya pakai
spermisida digunakan pengaruh terhadap kondom yang diberi
setiap saat laktasi. pelican.
pascapersalian2.        Sebagai cara
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan
an. sementara sambil
memilih metode
lain.
Diagfragma 1.        Sebaiknya
1.        Tidak ada
1.        Perlu
tunggu sampai pengaruh terhadap pemeriuksaan
6 minggu laktasi. dalam oleh petugas.
pascapersalian. 2.        Penggunaan
spermisids
membantu
mengatasi masalah
keringnya vagina.
KB alamiah 1.        Tidak
1.        Tidak ada
1.        Lendir serviks
dianjurkan pengaruh terhadap tidak keluar seperti
sampai siklus laktasi. haid regular lagi.
haid kembali
teratur.  2.        Suhu basal
tubuh kurang akurat
jika klien sering
terbangun waktu
malam untuk
menyusui.
Koitus 1.        Dapat
1.        Tidak ada
1.        Beberapa
interuptus atau dilakuakn pengaruh terhadap pasangan tidak
abstinensia dalam 48 jam laktasi atau sanggup untuk
pascapersalina tumbuh kembang abstinensia.
n. bayi.

2.        Abstinensi
2.        Perlu konseling.
100% efektif.
Kontrasepsi 1.        Dapat
1.        Tidak ada
1.        Perlu anestesi
mantap dilakukan pengaruh terhadap lokal.
Tubektomi dalam 48 jam laktasi atau
Metode Waktu pasca
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi persalinan
pascapersalina tumbuh kembang
n. bayi.
2.        Jika tidak
tunggu sampai
2.        Minilaparotomi
2.        Konseling sudah
6 minggu pascapersalianan harus dilakukan
pasca paling mudah sewaktu asuhan
persalinan. dilakukan dalam antenatal.
48 jam
pascapersalinan
Vasektomi 1.        Dapat
1.        Tidak segera
1.        Merupakan salah
dilakukan efektif karena satu cara KB untuk
setiap saat perlu paling sedikit pria
20 ejakulasi (±3
bulan) sampai
benar-benar steril.

b) KB pasca keguguran

KB pascakeguguran adalah suatu program yang dimaksudkan untuk


mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan melalui penggunaan
alat / obat kontrasepsi setelah keguguran.
Kontrasepsi pascakeguguran perlu dimulai segera karena ovulasi dapat
terjadi 11 hari sesudah terapi keguguran/ abortus. Sekurang-kurangnya klien
perlu mendapat konseling dan informasi agar mereka mengerti bahwa :
 Klien dapat hamil lagi sebelum haid berikutnya datang.
 Ada kontrasepsi yang aman untuk menunda atau mencegah kehamilan.
 Dimana dan bagaimana klien dapat memperoleh pelayanan.

Tabel 10.6: Metode kontrasepsi pasca keguguran


Waktu
Metode
mulai Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi
penggunaan
Pil kombinasi Segera o Dapat segera dimulai o Jika konseling
mulai. walaupun terdapat dan informasi
infeksi. belum cukup,
o Sangat efektif. tunda suntikan
Kontrasepsi o Langsung efektif. pertama atau
progestin o Mengurangi pemasangan

kehilangan implant.
Suntikan darah/anemia. Berikan
kombinasi metode
sementara.
Implan o Untuk implant,
perlu tenaga
terlatih.
Waktu
Metode
mulai Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi
penggunaan
AKDR Trimester I
1.        AKDR 1.        Jika konseling
dapat dan informasi belum
langsung cukup, tuda
dipasang jika pemasangan.
tidak ada
infeksi.
2.        Perlu tenaga
2.        Tunda terlatih untuk
pemasangan pemasangan AKDR.
sampai luka
atau infeksi
sembuh,
perdarahan
Waktu
Metode
mulai Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi
penggunaan
diatasi, dan
anemia
diperbaiki.

Trimester II 1.        Pada trimester II


1.        Tunda kemungkinan risiko
pemasangan perforasi sewaktu
4-6 minggu pemasangan lebih
pasca besar.
kuguguran
kecuali jika
tenaga
terlatih dan
peralatan
untuk insersi
pasca
keguguran
tersedia.
2.        Yakinkan
tidak ada
infeksi. Jika
ternyata ada
infeksi, tunda
pemasangan
sampai
infeksi
teratasi 3
bulan.
Kondom/ 1.        Mulai
1.        Metode sementara
spermisida segera sambil menunggu metode
Waktu
Metode
mulai Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi
penggunaan
sewaktu lain.
mulai
hubungan
seksual.
KB alamiah 1.        Tidak 1.        Waktu ovulasi
dianjurkan. pertama pasca
keguguran sulit
diperkirakan.
Tubektomi 1.        Secara
1.        Minilaparotomi
1.        Perlu konseling
teknis, sesudah keguguran dan informasi yang
tubektomi trimester I sama dengan cukup.
dapat waktu interval.
langsung
dikerjakan 2.        Setelah keguguran
sewaktu trimester II sama dengan
terapi prosedur pasca
keguguran persalinan.
kecuali jika
ada
perdarahan
banyak atau
infeksi.

7. KB KEADAAN DARURAT

Program-program KB cukup serius dalam mencegah daripada mengakhiri


kehamilan yang tidak diinginkan, mereka harus menerapkan metode kondar, hal-
hal dibawah ini perlu dilakukan :
a) Masyarakat menyadari dan dapat menerima kenyataan bahwa hubungan
seksual sering terjadi tanpa perlindungan dan akan terus terjadi kecuali ada
perubahan sikap terhadap aktivitas tersebut

b) Seharusnya ada akses yang terbuka pada kondar, dengan pemerintah atau
swasta menjamin tersedianya klinik-klinik dan praktek umum, serta
Rumah Sakit. Akses harus tersedia dimana saja, selama 7 hari dalam
seminggu. Siapapun yang menyelenggarakan pelayanan KB seharusnya
menyelenggarakan pelayanan Kondar juga. Disamping itu juga dibutuhkan
penerangan dan penyuluhan-penyuluhan

c) Semua pasangan yang menggunakan kontrasepsi, khususnya pada mereka


yang menggunakan metode barrier misalnya Kondom, harus tahu
mengenai Kondar

d) Apabila potensi selengkapnya dari Kondar ini dapat diwujudkan dan


kemudian diterapkan dalam pelayanan KB, maka akan dibutuhkan
peninjauan segera dilakukan pelatihan para dokter umum, dokter Rumah
sakit dan bidan dalam praktek pelayanan kontrasepsi

 Manfaat Kondar
o Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

o Mendukung hak perempuan untuk mengatur reproduksinya sendiri

o Mendukung kesehatan reproduksi perempuan

o Memberi waktu pemulihan yang sempurna bagi organ reproduksi

o Frekuensi kehamilan dapat diatur sesuai kondisii kesehatan fisik dan


Psikososial

o Risiko aborsi dapat di hindarkan

o Bukan sebagai pil penggugur kandungan


Indikasi Kondar
    Indikasi Kondar adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki
akibat :
a) Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi

b) Wanita korban perkosaan kurang dari 72 jam

c) Tidak menggunakan kontrasepsi, baik karena alasan medis maupun belum


bersedia, tetapi ingin mencegah kehamila

d) Wanita yang tidak sedang memakai kontrasepsi apapun, karena tugas


suaminya yang sering  bepergian dalam jangka waktu lama

Jenis Kontrasepsi darurat (Kondar)


a) Mekanik
     Satu-satunya Kondar mekanik adalah IUD yang mengandung tembaga
(misalnya: CuT 380A). Jika dipasang dalam waktu "kurang dari 7 hari" setelah
senggama, cara ini mampu mencegah kehamilan.dan selanjutnya dapat dipakai
terus untuk mencegah kehamilan hingga 10 tahun lamanya, atau sesuai waktu
yang dikehendakinya.
Cara kerja :
 Mencegah fertilisasi (pertemuan sel sperma dan sel telur)
 Mencegah tertanamnya hasil pembuahan pada endometrium (selaput
dinding rahim)
Kegagalan :< 0,1%
Kontra indikasi :
 Hamil atau diduga hamil
 Infeksi Menular Seksual (IMS)
Cara pemberian : 1 kali pemasangan dalam waktu < 7 hari pasca senggama
b) Medik
Paling sedikit ada 5 cara pemberian Kondar yang telah diteliti secara luas.
Masing-masing bersifat hormonal dan saat ini diterapkan secara oral. Sekalipun
pemberian pervaginal dalam tahap penelitian, namun  kepustakaan yang telah
dipublikasikan masih terbatas pada pemberian per oral. Lima cara tersebut
adalah : Pil KB Kombinasi (mis: Microgynon), Pil Progestin (mis : Postinor-2),
Pil Estrogen (mis: Premarin), Mifepristone (mis : RU-486), Danazol (mis :
Danocrine)
Cara kerja :
 Merubah endometrium sehingga tidak memungkinkan implantasi hasil  
pembuahan
 Mencegah ovulasi / menunda ovulasi
 Mengganggu pergerakan saluran telur (tuba fallopi)
Cara pemberian :
-. Pil kombinasi : 2×4 tablet dalam waktu 3 hari pasca senggama, (dosis  pertama
                         1×4 tablet diulang 1×4 tablet 12 jam kemudian setelah dosis
                          Pertama).
-. Pil Progestin :  2×1 tablet dalam waktu 3 hari pasca senggama, (dosis pertama
                           1 tablet, diulang 1 tablet kedua 12 jam sesudah tablet pertama)
-. Pil Estrogen :  2×10 mg dalam waktu 3 hari pasca senggama selama 5 hari
-.Mifepristone :  1×600 mg dalam waktu 3 hari pasca seenggama
-. Pil Danazol  :   2×4 tablet dalam waktu 3 hari pasca senggama, (dosis pertama
                           1×4 tablet diulang 1×4 tablet 12 jam kemudian setelah dosis
                            Pertama).
Efek samping yang mungkin muncul : Mual, muntah, perdarahan bercak, nyeri
payudara

8. Akdr Post Placenta

AKDR pasca placenta adalah AKDR yang dipasang dalam 10 menit


setelah plasenta lahir ( pada persalinan normal) sedangkan pada persalinan sesar,
dipasang pada waktu oprasi caesar ( Kemenkes RI 2012). Menurut Saifuddin
(2010) AKDR pasca plasenta dimaksdukkan dalam pundus uteri mennggunakan
teknik manual dengan jari atau tenknik menggunakan kombinasi ring forceps/
klem ovarium dan inseter AKDR.
Pada pemasangan AKDR pasca plasenta umumnya digunakan jenis
AKDR yang mempunyai lilitan tembaga atau CuT-380A yang menyebabkan
terjadinya perubahan kimia diuterus sehingga sperma tidak dapat membuahi sel
telur.

Cara kerja AKDR Post Plasenta yaitu :


o Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan mempengaruhi kemampuan
sperma sehingga tidak mampu fertilisasi,
o Mempengaruhi implantasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
o Menghalangi implantasi embrio pada endometrium (BKKBN,2012)

Indikasi pemasangan AKDR pasca persalinan :


o Wanita pasca persalinan pervaginam atau pasca persalinan SC dengan usia
reproduksi dan paritas berapapun
o Pasca keguguran ( non infeksi)
o Masa menyusui ( laktasi)
o Riwayat hamil ektopik
o Tidak memiliki riwayat keputihan yang mengarah kepada IMS seperti
gonore, klamidia dan servisitis purulent

Kontra indikasi pemasangan AKDR pasca persalinan :


o Mengalami pendarahan pervaginam yang tidak dapat dijelaskan hingga
ditemukan dan diobati obatnya
o Menderita anemia
o Menderita kanker dan infeksi traktus genitalis
o Memiliki kavum uterus yang tidak normal
o Menderita TBC pelvic
o Kanker serviks dan menderita HIV/ AIDS ( Kemenkes RI 2012)

Kelebihan AKDR pasca plasenta menurut kemenkes RI (2012) bagi


klien :
a. Dapat digunakan oleh semua pasien normal atau Sc ( tanpa komplikasi )
b. Pencegahan kehamilan dalam jangka panjang yang efektif
c. Insersi AKDR dikerjakan dalam 10 menit setelah keluarnya plasenta
d. Tidak meningkatkan resiko infeksi atau perforasi uterus
e. Kejadian ekspulsi yang rendah hamper sama dibandingkan dengan
pemasangan setelah 4 minggu pasca persalinan selama teknik dilakukan
dengan benar

Kekurangan AKDR pasca plasenta


a. Dapat terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak,
perdarahan bercak atau spotting dan nyeri haid biasnya pada 3 bulan
pertama setelah pemasangan dan keluhan akan hilang dengan sendirinya.
b. Kemungkinan akan terjadi resiko infeksi dan keputihan
c. AKDR dapat terlepas dari uterus tanpa diketahui oleh pasien
d. AKDR tidak dapat dilepas sendiri oleh klien, tetapi harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih
e. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

9. Pelayanan KB pada situasi darurat bencana

Paket Layanan Awal Minimum (PPAM) untuk Kesehatan Reproduksi


adalah seperangkat kegiatan prioritas terkoordinasi yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi penduduk pada permulaan suatu
keadaan darurat. PPAM juga menentukan layanan kesehatan reproduksi manakah
yang paling penting untuk mencegah kesakitan dan kematian, menangani akibat
dari kekerasan seksual, khususnya di kalangan perempuan dan anak-anak
perempuan dalam situasi bencana.

Tujuan PPAM
 Memastikan sektor kesehatan menetapkan suatu organisasi untuk
mengkoordinasi pelaksanaan PPAM. Lembaga koordinator kesehatan
reproduksi
 Menominasikan seorang petugas kesehatan reproduksi untuk memberi
dukungan teknis dan operasional untuk semua lembaga yang
menyediakan pelayanan kesehatan
 Menjadi tuan rumah pertemuan reguler para stakeholders untuk
memfasilitasi pelaksanaan PPAM
 Melapor kembali kepada pertemuan sektor/cluster kesehatan mengenai
isu-isu yang terkait dengan pelaksanaan PPAM
 Membagi informasi tentang ketersediaan sumber daya dan supply
kesehatan reproduksi
 Mencegah dan menangani konsekuensi kekerasan seksual
 Melakukan tindakan-tindakan untuk melindungi penduduk yang
terdampak, terutama perempuan dan anak perempuan, dari kekerasan
seksual
 Membuat perawatan klinik tersedia untuk korban/penyintas perkosaan
 Memastikan masyarakat mengetahui tersedianya layanan klinik
 Mengurangi penularan HIV:
 Memastikan praktik transfusi darah yang aman
 Memfasilitasi dan menekankan penerapan standard kewaspadaan
universal
 Menyediakan kondom gratis
 Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal
 Memastikan tersedianya layanan kegawatdaruratan kebidanan (EmOC =
emergency obstetric care) dan layanan perawatan bayi baru lahir,
termasuk:Di fasilitas kesehatan: bidan-bidan yang terampil dan
perlengkapan untuk persalinan normal dan penanganan komplikasi
kebidanan dan neonatal.
 Di rumah sakit rujukan: staf medis yang terampil dan perlengkapan
untuk penanganan kedaruratan kebidanan dan neonatal
 Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan
komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan antara puskesmas dan
rumah sakit.
 Menyediakan kit persalinan bersih untuk wanita hamil yang terlihat dan
penolong persalinan untuk persalinan bersih dirumah jika terpaksa
karena akses ke fasilitas kesehatan tidak memungkinkan
 Rencanakan untuk layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan
terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar ketika situasi
memungkinkan.
 Mendukung partners sektor/cluster kesehatan untuk:
 Mengkoordinasikan pemesanan peralatan dan supply kesehatan
reproduksi berdasarkan perkiraan maupun pengamatan konsumsi.
 Mengumpulkan data latar belakang yang ada
 Mengidentifikasi lokasi yang cocok untuk menyelenggarakan layanan
kesehatan reproduksi yang komprehensif di masa depan
 Menilai kapasitas staf untuk memberikan layanan kesehatan reproduksi
yang komprehensif dan rencana untuk pelatihan / pelatihan kembali staf.

Sasaran PPAM
Sasaran dari PPAM yaitu mengurangi angka kematian, penyakit, dan cacat
diantara populasi yang terkena pengaruh krisis terutama wanita dan gadis.
Populasi ini dapat berupa pengungsi lintas batas atau internal. pengungsi lintas
batas adalah seseorang yang oleh karena rasa takut yang wajar akan kemungkinan
dianiaya berdasarkan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada suatu kelompok
sosial tertentu, atau pandangan politik.
Sedangkan pengungsi internal ialah orang-orang atau kelompok-kelompok
orang yang telah dipaksa atau terpaksa melarikan diri atau meninggalkan rumah
mereka atau tempat mereka dahulu biasa tinggal, terutama sebagai akibat dari,
atau dalam rangka menghindarkan diri dari dampak-dampak konflik bersenjata,
situasisituasi rawan yang ditandai oleh maraknya tindak kekerasan secara umum,
pelanggaran-pelanggaran hak-hak asasi manusia, bencana-bencana alam, atau
bencana-bencana akibat ulah manusia, dan yang tidak melintasi perbatasan negara
yang diakui secara internasional.
PPAM Kesehatan Reproduksi
Sejak awal respon di setiap situasi bencana sektor kesehatan harus
menetapkan satu organisasi sebagai koordinator kesehatan reproduksi. Bisa
berupa sebuah LSM internasional, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) atau
lembaga PBB,h arus segera menugaskan seorang petugas kesehatan reproduksi
tetap untuk jangka waktu minimal tiga bulan guna memberi dukungan teknis dan
operasional kepada mitra kesehatan dan untuk memastikan bahwa kesehatan
reproduksi adalah prioritas serta mencapai cakupan yang baik untuk layanan
PPAM.
Mencegah kekerasan seksual
Kekerasan seksual telah dilaporkan dari kebanyakan situasi darurat
bencana, termasuk yang disebabkan oleh bencana alam. Semua pelaku dalam
situasi kemanusiaan harus menyadari risiko kekerasan seksual dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan multisektoral untuk mencegah dan
melindungi penduduk yang terdampak, khususnya perempuan dan anak
perempuan. Dalam kolaborasi dengan mekanisme sektor/cluster kesehatan secara
keseluruhan, petugas kesehatan reproduksi dan staf program kesehatan reproduksi
harus memastikan perempuan, pria, remaja dan anak-anak memiliki akses
terhadap layanan kesehatan dasar, termasuk layanan kesehatan seksual dan
kesehatan reproduksi; mendesain dan menempatkan fasilitas kesehatan untuk
meningkatkan keamanan fisik, melalui konsultasi dengan masyarakat, khususnya
pada perempuan dewasa dan remaja; berkonsultasi dengan penyedia layanan dan
pasien tentang keamanan di fasilitas fasilitas kesehatan; menempatkan toilet dan
tempat mencuci laki-laki dan perempuan secara terpisah di fasilitas kesehatan di
tempat yang aman dengan penerangan jalan yang memadai pada malam hari, dan
memastikan bahwa pintu-pintu dapat dikunci dari dalam; mempekerjakan
perempuan sebagai penyedia layanan, pekerja kesehatan masyarakat, staf program
dan penerjemah
Transfusi darah yang aman
Penggunaan darah secara rasional dan aman untuk transfusi darah sangat
penting untuk mencegah penularan HIV dan infeksi-infeksi lain yang dapat
menular melalui transfusi (TTI/Transfusion-Transmissible Infection) seperti
hepatitis B, hepatitis C dan sifilis. Jika darah yang tercemar HIV ditransfusikan,
maka penularan HIV kepada penerima hampir 100%. Transfusi darah tidak boleh
dilakukan jika fasilitas, perlengkapan dan staf yang terlatih tidak ada.

Membuat kondom gratis tersedia


Penting untuk mencegah penularan HIV dan Infeksi Menular Seksual
(IMS) lainnya. Meskipun tidak semua orang tahu tentang kondom, dalam
kebanyakan populasi ada beberapa orang yang akan menggunakan kondom.
Pastikan bahwa kondom untuk lakilaki dan perempuan tersedia sejak hari-hari
permulaan respon kemanusiaan dan pesan segera persediaan kondom untuk laki-
laki dan perempuan yang berkualitas baik dalam jumlah yang cukup .

Kontrasepsi Darurat

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan


bila digunakan segera setelah berhubungan seksual. Hal ini sering disebut
“kontrasepsi pascasenggama” atau “morning after pill” atau “morning after
treatment”. Istilah “kontrasepsi sekunder” atau “ kontrasepsi darurat” asalnya
untuk menepis anggapan obat tersebut harus segera dipakai atau digunakan
setelah berhubungan seksual atau harus menunggu hingga keesokan harinya dan
bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Namun tetap kurang efektif dibandingkan dengan cara KB yang sudah ada.
Kontrasepsi darurat tidak boleh dipakai sebagai KB secara rutin atau terus -
menerus.

Tabel 5 Jenis Kontrasepsi Darurat

Cara Merek Dagang Dosis Waktu Pemberian

Copper T Dalam waktu 5


I. Mekanik AKDR- Satu kali
Multiload hari pasca
Cu pemasangan
Nova T sengggama
II. Medik Microgynon 50 2 x 2 tablet Daalam waktu 3

Pil kombinasi Ovral hari


pascasenggama,
Dosis tinggi Neogynon
dosis kedua 12 jam
Nordiol kemudian
Eugynon Dalam waktu 3
Dosis rendah Microgynon 30 2 x 4 tablet hari pasca

Mikrodiol senggama, dosis


kedua 12 jam
Nordette
kemudian

Dalam waktu 3
hari
Progestin Postinor-2 2 x 1 tablet pascasenggama,
dosis kedua 12 jam
kemudian

Dalam waktu 3
hari
pascasenggama, 2
Estrogen Lynoral 2,5 mg/dosis
x 1 dosis selama 5
Premarin 10 mg/dosis hari

Progynova 10 mg/dosis

Dalam waktu 3
hari
pascasenggama

Mifepristone RU-486 1 x 600 mg


Dalam waktu 3
hari
pascasenggama,
dosis kedua 12 jam
Danocrine
Dazanol 2 x 4 tablet kemudian
Azol
10. KIE/Konseling pelayanan KB

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan


keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling
berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi
yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat
klien merasa lebih puas. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam
menggunakan kontrasepsi lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena
dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada.

Langkah-langkah konseling KB (SATU TUJU)

 SA : Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa
percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang dapat diperolehnya
 T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi , tujuan kepentingan harapan , serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya
 U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
repruduksi yang paling mungkin , termasuk piihan beberapa jenis
kontrasepsi .dan jelaskan pula jenis – jenis kontrasepsi yang ada , uraikan
juga mengenai resiko penularan HIV AIDS dan pilihan metode ganda
 TU: BanTUlah klien dengann menentukan pilihannya . bantulah klien
berfikir mengenai apa yang paing sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya . doronglah klien untuk menunjukan keinginannya dan
mengajukan pertayaan dan tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu
klien dalam mempertimbangkan kreteria dan keinginan klien terhadap
jenis kontrasepsi ,pada akhirnya yakinlah bahwa klien telah membuat
suatu keputusan yang tepat
 J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memelih jenis kontrasepsinya , jika diperlukan ,
perhatikan alat atau kontrasepsinya .jelaskan bagaimana alat atau obat
kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunannya
jelaskan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi , misalnyaa
kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual . cek pengetahuan
klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan uji klien apabila
dapat menjawab dengan benar
 U: Perlunya dilakukan kunjungan Ulang bicarakan . dan buatlah perjanjian
kapan klieen akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan .ingatkan klien agar selalu
mengigatkan untuk kembali apabila terjadi satu masalah
DATA FOKUS YANG PERLU DIKAJI
PADA KASUS YANG DIASUH

1. Alat kontrasepsi Kondom


DATA FOKUS:
Data Subjektif:
1. Riwayat Kesehatan: apakah memiliki riwayat alergi terhadap kondom atau
tidak
2. Riwayat penggunaan kondom sebelumnya.

INTERPRETASI DATA
1. Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan para, abortus, umur ibu dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut:
a. Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c. Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d. Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e. Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan:
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun akseptor KB kondom
Dasar:
a. Data Subjektif
b. Data Obyektif
2. Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada kontrasepsi KB Kondom
yaitu efek samping yang ditimbulkan dan keluhan dari pasien.
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Menggali pengetahuan klien tentang KB Kondom
Untuk mengetahui pengetahuan klien tentang KB
3. Beri KIE mengenai kontrasepsi kondom
Untuk menambah pengetahuan klien tentang kontrasepsi kondom
4. Beri KIE mengenai efek samping, keuntungan dan kerugian KB Kondom
Untuk menambah pengetahuan klien tentang kontrasepsi kondom
5. Bantu klien mengambil keputusan
Memantapkan pilihan klien
6. Jelaskan pada klien tentang cara penggunaan KB kondom
Penggunaan yang benar dapat meningkatkan efektifitas KB
2. Alat kontrasepsi pil
DATA FOKUS:
Data Subjektif:
1. Riwayat Haid dan HPHT ibu: untuk mengetahui apakah haid yang dialami
ibu berjalan normal dan memastikan ibu tidak dalam keadaan hamil.
2. Riwayat Kesehatan yang lalu: untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita ibu sebelumnya, apakah merupakan kontraindikasi kontrasepsi kb
pil atau tidak. Seperti: Epilepsi/ Riwayat Epilepsi, Hepatitis, Riwayat
penyakit jantung, stroke, hipertensi dan DM, Kanker Payudara
3. Riwayat kesehatan keluarga: Untuk mengetahui apakah keluarga ibu
mempunyai riwayat penyakit menular, menurun dan menahun.
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu: untuk mengetahui
apakah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berjalan normal atau
adakah komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
5. Riwayat KB: untuk mengetahui adanya keluhan selama ibu menjadi
akseptor KB dan berapa lama ibu menjadi akseptor KB
6. Pola kebiasaan di rumah: untuk mengetahui bagaimana kebiasaan ibu di
rumah yang dapat mempengaruhi efektifitas dari kontrasepsi
7. Riwayat menyusui : untuk mengetahui apakah ibu menyusui ekslusif atau
tidak
Data Obyektif:
1. Tekanan darah: untuk mengetahui apakah ibu mengalami tekanan darah
tinggi atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik: untuk mengetahui apakah ada pembesaran abnormal
atau tidak
3. Pemeriksaan penunjang diperlukan apabila ibu diduga hamil, dan
pemeriksaan hb untuk mengetahui ibu mengalami anemia atau tidak
INTERPRETASI DATA:
1. Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan para, abortus, umur ibu dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut:
a) Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b) Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c) Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d) Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e) Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f) Hasil pemeriksaan:
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun akseptor KB pil progestin
Dasar:
c. Data Subjektif
d. Data Obyektif
2. Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada kontrasepsi KB Pil yaitu
efek samping yang ditimbulkan dan keluhan dari pasien.
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Lakukan observasi TTV dan BB
Diharapkan kondisi klien terpantau selama menjadi akseptor KB
3. Berikan satu kemasan KB Pil
Merupakan kelanjutan dari kemasan KB Pil sebelumnya
4. Ingatkan kembali cara minum dan waktu minum
Diharapkan KB Pil bekerja optimal dan keefektifitasannya tinggi
5. Ingatkan kembali keuntungan dan kerugian
Diharapkan klien lebih paham mengenai keuntungan dan kerugian KB Pil
6. Beritahu klien untuk datang kembali atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
Menjaga agar tidak terdapat keterlambatan sehingga tidak terjadi
kegagalan dalam penggunaan KB Pil
7. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan, Sebagai data dan
bukti asuhan yang telah dilakukan

3. Alat Kontrasepsi Suntik


DATA FOKUS:
1. Riwayat Menstruasi dan HPHT: memastikan ibu tidak dalam keadaan
hamil
2. Umur
Berfungsi untuk menentukan apakah kontrasepsi suntik 1 bulan dapat
diberikan pada pasien, karena suntikan 1 bulan tidak dapat diberikan
pada pasien yang berumur >35 tahun
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu: untuk mengetahui
apakah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berjalan normal atau
adakah komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
4. Riwayat Kesehatan yang lalu: untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita ibu sebelumnya, apakah merupakan kontraindikasi pemasangan
kontrasepsi kb Implant atau tidak. Seperti: Epilepsi/ Riwayat Epilepsi,
Hepatitis, Riwayat penyakit jantung, stroke, hipertensi dan DM, Kanker
Payudara
5. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga ibu mempunyai riwayat penyakit
menular, menurun dan menahun.
Data Obyektif
1. Tekanan darah: untuk mengetahui apakah ibu mengalami tekanan darah
tinggi atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik: untuk mengetahui apakah ada pembesaran abnormal
atau tidak
INTERPRETASI DATA
1) Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan para, abortus, umur ibu dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut:
a. Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c. Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d. Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e. Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan:
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun calon akseptor KB Suntik
Dasar:
e. Data Subjektif
f. Data Obyektif
4. Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada kontrasepsi KB Suntik yaitu
efek samping yang ditimbulkan dan keluhan dari pasien.
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Jelaskan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan dan tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya
Diharapkan setelah menerima penjelasan mengenai hasil pemeriksaan, ibu
mengetahui keadaannya dan tindakan selanjutnya yang akan didapatkan
oleh ibu dalam pemberian KB suntik
3. Berikan penjelasan tentang KB Suntik , efek samping, keuntungan dan
kerugian, kontraindikasi
Diharapkan ibu paham mengenai KB Suntik , efek samping, keuntungan
dan kerugian, kontraindikasi
4. Berikan inform consent mengenai KB Suntik
Digunakan sebagai perlindungan hukum bagi tenaga medis dan sebagai
tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan
5. Persiapkan alat, pasien , lingkungan
Untuk memudahkan pemasangan dan menjaga privacy pasien
6. Lakukan tindakan penyuntikan sesuai dengan prosedur
Penyuntikan yang dilakukan sesuai dengan standar profesi
7. Berikan KIE pasca tindakan
Untuk menambah pengetahuan pasien
8. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan dan isi kartu
kunjungan
Sebagai data dan bukti telah dilakukan pemasangan
9. Menyepakati kunjungan ulang 2 minggu setelah pemasangan atau bila ada
keluhan
Mengontrol kembali keadaan IUD dan kondisi ibu

4. Alat Kontrasepsi Bawah Rahim


DATA FOKUS:
Data Subjektif
1. Riwayat Menstruasi dan HPHT: Tidak diperkenankan untuk pemakaian
IUD pada wanita yang mengalami perdarahan vagina yang tidak diketahui
sampai dapat di evaluasi. (A.B. Saifuddin, 2006) dan memastikan ibu tidak
dalam keadaan hamil
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu: untuk mengetahui
apakah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berjalan normal atau
adakah komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Riwayat Penyakit Ibu:
IUD/ AKDR tidak boleh dipasang pada ibu yang memiliki riwayat:
a. Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
b. Sedang menderita infeksi alat genital ( contoh: vaginitis, servisitis)
c. 3 bulan terakhir sedang mengalami/ menderita PRP
d. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri
e. Penyakit trofoblas ganas
f. Menderita TBC pelvic
g. Kanker alat genital
(Saifuddin, 2006)
4. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga ibu mempunyai riwayat penyakit
menular, menurun dan menahun.
Data Obyektif
1. Tekanan darah: untuk mengetahui apakah ibu mengalami tekanan darah
tinggi atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik: untuk mengetahui apakah ada pembesaran abnormal
atau tidak
INTERPRETASI DATA:
1. Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan para, abortus, umur ibu dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut:
a. Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c. Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d. Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e. Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan:
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun calon akseptor KB IUD
Dasar:
a. Data Subjektif
b. Data Obyektif
Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada kontrasepsi KB IUD yaitu
efek samping yang ditimbulkan dan keluhan dari pasien.
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Jelaskan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan dan tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya
Diharapkan penjelasan hasil pemeriksaan pada ibu diperlukan agar ibu
mengetahui keadaannya dan tindakan selanjutnya yang akan didapatkan
oleh ibu dalam pemasangan IUD
3. Berikan penjelasan tentang alat kontrasepsi IUD , efek samping,
keuntungan dan kerugian, kontraindikasi serta cara pemasangannya
Diharapkan ibu paham mengenai alat kontrasepsi IUD , efek samping,
keuntungan dan kerugian, kontraindikasi serta cara pemasangannya
4. Berikan inform consent mengenai pemasangan IUD
Digunakan sebagai perlindungan hukum bagi tenaga medis dan sebagai
tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan
5. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
Untuk memudahkan proses pemasangan
6. Persiapkan alat, pasien , lingkungan
Untuk memudahkan pemasangan dan menjaga privacy pasien
7. Melakukan pemasangan IUD sesuai prosedur pemasangan
Pemasangan sesuai dengan standar profesi
8. Berikan KIE pasca tindakan
Untuk menambah pengetahuan pasien
9. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan dan isi kartu
kunjungan
Sebagai data dan bukti telah dilakukan pemasangan
10. Menyepakati kunjungan ulang 2 minggu setelah pemasangan atau bila ada
keluhan
11. Mengontrol kembali keadaan IUD dan kondisi ibu

5. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit


DATA FOKUS:
Data Subjektif
1. Riwayat Menstruasi dan HPHT: Tidak diperkenankan untuk pemakaian
Implant pada wanita yang mengalami perdarahan vagina yang tidak
diketahui sampai dapat di evaluasi dan memastikan ibu tidak dalam
keadaan hamil
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu: untuk mengetahui
apakah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berjalan normal atau
adakah komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Riwayat Kesehatan yang lalu: untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita ibu sebelumnya, apakah merupakan kontraindikasi pemasangan
kontrasepsi kb Implant atau tidak. Seperti: Epilepsi/ Riwayat Epilepsi,
Hepatitis, Riwayat penyakit jantung, stroke, hipertensi dan DM, Kanker
Payudara
4. Riwayat penyakit keluarga : Untuk mengetahui apakah keluarga ibu
mempunyai riwayat penyakit menular, menurun dan menahun.

Data Obyektif
1. Tekanan darah: untuk mengetahui apakah ibu mengalami tekanan darah
tinggi atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik: untuk mengetahui apakah ada pembesaran abnormal
atau tidak
INTERPRETASI DATA:
Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan para, abortus, umur ibu dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut:
a. Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c. Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d. Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e. Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan:
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun calon akseptor KB Implant
Dasar:
a. Data Subjektif
b. Data Obyektif
Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada kontrasepsi KB Implant
yaitu efek samping yang ditimbulkan dan keluhan dari pasien.
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Berikan kesempatan pada klien untuk menyampaikan masalahnya
Diharapkan dapat mengurangi ketegangan klien
3. Jelaskan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan dan tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya
Diharapkan penjelasan hasil pemeriksaan pada ibu diperlukan agar ibu
mengetahui keadaannya dan tindakan selanjutnya yang akan didapatkan
oleh ibu dalam pemasangan Implant
4. Berikan penjelasan tentang alat kontrasepsi implant , efek samping,
keuntungan dan kerugian, kontraindikasi serta cara pemasangannya
Diharapkan ibu paham mengenai alat kontrasepsi implant , efek samping,
keuntungan dan kerugian, kontraindikasi serta cara pemasangannya
5. Lakukan informed concent
Digunakan sebagai perlindungan hukum bagi tenaga medis dan sebagai
tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan
6. Persiapkan alat, pasien , lingkungan
Untuk memudahkan pemasangan dan menjaga privacy pasien
7. Lakukan pemasangan implant sesuai prosedur pemasangan
Pemasangan sesuai dengan standar profesi
8. Berikan KIE pasca tindakan
Untuk menambah pengetahuan pasien
9. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan dan isi kartu
kunjungan
Sebagai data dan bukti telah dilakukan pemasangan
10. Menyepakati kunjungan ulang 2 minggu setelah pemasangan atau bila ada
keluhan
Mengontrol kembali keadaan Implant dan kondisi ibu

6. Alat kontrasepsi Mantap


DATA FOKUS
Data Subjektif:
1. Riwayat Menstruasi dan HPHT: Tidak diperkenankan untuk menjalani
tubektomi pada wanita yang mengalami perdarahan vagina yang tidak
diketahui sampai dapat di evaluasi dan memastikan ibu tidak dalam
keadaan hamil
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu: untuk mengetahui
apakah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berjalan normal atau
adakah komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Riwayat Kesehatan yang lalu: untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita ibu sebelumnya, apakah merupakan kontraindikasi dari
kontrasepsi mantap atau tidak. Seperti: Epilepsi/ Riwayat Epilepsi,
Hepatitis, Riwayat penyakit jantung, stroke, hipertensi dan DM, Kanker
Payudara, Alergi, Hernia, jamur di daerah kemaluan
4. Riwayat Perkawinan, Menanyakan jumlah anak, jenis kelamin dari
anaknya, keharmonisan hubungan suami istri maupun keluarga
Usia: usia klien yang boleh menjalani kontrasepsi mantap adalah diatas 26 tahun
INTERPRETASI DATA
1. Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan para, abortus, umur ibu dan kebutuhan.
Dasar dari diagnosa tersebut:
a. Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c. Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d. Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e. Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan:
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun akseptor baru KB Tubektomi
Dasar:
a. Data Subjektif
b. Data Obyektif
2. Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada KB tubektomi yaitu efek
samping yang ditimbulkan dan keluhan dari pasien.
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Konseling tentang tubektomi yaitu tentang manfaat, keterbatasan ,waktu
melakukan tubektomi, yang dapat atau tidak dapat menjalani tubektomi
Agar ibu mengerti benar tentang tubektomi dan meyakinkan pilihannya
3. Berikan informed consent
Digunakan sebagai perlindungan hukum bagi tenaga medis dan sebagai
tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan
4. Tanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode
kontrasepsi tubektomi
Untuk melakukan tindakan selanjutnya
5. Siapkan ibu menjelang tindakan operatif
Untuk menjaga keadaan ibu tetap baik
6. Berikan KIE pada ibu
Agar ibu merasa nyaman dan tindakan operatif berguna maksimal

7. Tubektomi
DATA FOKUS
Data Subjektif:
1. Riwayat Menstruasi dan HPHT : memastikan ibu tidak dalam keadaan
hamil, untuk mengetahui pendarahan pada saat menstruasi beserta
keluhan-keluhan dialami selama menstruasi
2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu: untuk mengetahui
apakah kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berjalan normal atau
adakah komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Riwayat Kesehatan yang lalu: untuk mengetahui penyakit yang pernah
diderita ibu sebelumnya, apakah merupakan kontraindikasi. Seperti:
Epilepsi/ Riwayat Epilepsi, Hepatitis, Riwayat penyakit jantung, stroke,
hipertensi dan DM, Kanker Payudara, Alergi, Hernia, jamur di daerah
kemaluan
4. Riwayat kesehatan keluarga: untuk mengetahui apakah ada riwayat
kesehatan keluarga yang berisiko mengenai infeksi menular seksual
tersebut
5. Riwayat Perkawinan untuk mengetahui berapa kali klien menikah, lama
pernikahan
6. Pekerjaan klien dan pekerjaan pasangan untuk mengetahui apakah pasutri
tersebut memiliki pekerjaan yang resti
7. Riwayat hubungan seksual klien : untuk mengetahui frekuensi hubungan
seksual klien, untuk mengetahui apakah klien berganti-ganti pasangan
8. Keluhan klien atau alasan datang ke pelayanan kesehatan : untuk
mengetahui apakah klien mempunyai usaha atau menyadari dirinya
berisiko IMS
Data Obyektif
1. Tekanan darah: untuk mengetahui apakah ibu mengalami tekanan darah
tinggi atau tidak.
2. Pemeriksaan Fisik: untuk mengetahui apakah ada pembesaran abnormal
atau tidak, dalam data objektif IMS data fokusnya yaitu pemeriksaan pada
payudara dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi menular seksual
INTERPRETASI DATA
1. Identifikasi Diagnosa/ Masalah
Diagnosa Kebidanan: Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa
yang berkaitan dengan IMS
Dasar dari diagnosa tersebut:
a. Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pernyataan mengenai jumlah persalinan sebelumnya
c. Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus
d. Pernyatan pasien mengenai kebutuhannya
e. Pernyataan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan:
a) Pemeriksaan keadaan umum pasien
b) Pemeriksaan status emosional pasien
c) Pemeriksaan kesadaran pasien
d) Pemeriksaan tanda- tanda vital pasien
Contoh:
Diagnosa: Ny “...” P...A... Umur... tahun akseptor baru KB Tubektomi
Dasar:
c. Data Subjektif
d. Data Obyektif
2. Identifikasi Masalah Potensial
Masalah Potensial yang mungkin terjadi pada klien
PERENCANAAN ASUHAN:
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien
Diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik antara petugas dan pasien
2. Konseling, skrining atau penapisan klien
3. Berikan informed consent
Digunakan sebagai perlindungan hukum bagi tenaga medis dan sebagai
tanda bukti persetujuan tindakan yang dilakukan
4. Persiapkan alat, pasien , lingkungan
Untuk memudahkan pemasangan dan menjaga privacy pasien
5. Lakukan pemeriksaan Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik berupa
pemeriksaan payudara atau vagina untuk mendeteksi resiko IMS
6. Berikan KIE pasca tindakan
Untuk menambah pengetahuan pasien
7. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah diberikan dan isi kartu
kunjungan
Sebagai data dan bukti telah dilakukan pemeriksaan

INTERPRESTASI DATA PADA KASUS YANG DIASUH

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah


berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap
membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosis.
Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar kebidanan.

PERENCANAAN ASUHAN KASUS YANG DIASUH


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan dari interpretasi data.
Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan suatu asuhan harus
merefleksikan alasan yang benar, berdasarkan pengetahuan, teori, perencanaan
supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut : tentukan tujuan
tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentan sasaran dan hasil yang akan
dicapai, selanjutnya ditentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah, diagnosa
dan tujuan yang akan dicapai.
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana
tindakan yang harus dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut
berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan langkah-langkah kegiatan
termasuk rencana evaluasi.
Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan-perbaikan yang
diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam keadaan inpartu adalah
menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil dari tindakan adalah ibu yang
melahirkan dan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan selamat. Langkah-
langkah tindakan dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh pasien /
klien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya intervensi untuk mengatasi
masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Mufdilah, 2010. Konsep Kebidanan. Mulia Medika: Yogyakarta

Prawirohardjo, Sarwono . 2014 . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta:PT Bina Pustaka

Sujiyatini dkk.2013.Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.Yogyakarta:Nuha


Medika

Kementerian Kesehatan RI.2012.Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca


Persalinan di Fasilitas Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai