Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
“Alat-alat Kontrasepsi pada Pria dan Wanita” dapat tersusun hingga selesai. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara ditentukan berdasarkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).Hal ini ditunjukkandengan masih tingginya
tingkat kelahiran setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat akan
memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kualitas dan kuantitas seseorang
dengan daya dukung serta daya tampung lingkungan yang kurang memadai, sehingga
mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat (BKKBN, 2016).
Tingkat pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
kelahiran (fertillitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Angka
fertilitas relatif masih tinggi dengan penyebaran penduduk tidak merata, masih tinggi nya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), tingkat kesejahteraan
penduduk dilihat dari segi kesehatan yang relatif masih rendah, persebaran yang timpang
serta persoalan transmigrasi dan urbanisasi (Marmi, 2016). Upaya yang dilakukan oleh
pemerintah untuk dapat menangani permasalahan tersebut yaitu melalui program
Keluarga Berencana (KB) untuk mengendalikan fertilitas. KB merupakan suatu upaya
meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP), penggunaan alat kontrasepsi, pengaturan kelahiran yaitu 2 anak
cukup, jarak usia anak, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil melalui promosi kesehatan, perlindungan, serta bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga kecil yang berkualitas (Kemenkes RI, 2015).
Pelaksanaan KB dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.Pemilihan metode kontrasepsi yang tepat
dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan, dapat mencegah laju pertumbuhan penduduk
secara signifikan.Dampak positif dari upaya ini secara langsung akan berpengaruh
terhadap penurunan angka kesakitan dan kematian ibu akibat kehamilan yang tidak
direncanakan. Begitu juga dengan kesejahteraan hidup anak terkecil dari satu keluarga
dapat berjalan dengan baik tanpa harus melewatkan kualitas masa kecil yang masih
diberikan perhatian sepenuhnya oleh orang tua untuk dapat mengikuti dan memantau
tumbuh kembang dan kesehatan anak itu sendiri (BKKBN, 2015).
Jenis kontrasepsi berdasarkan lama efektivitasnya dibagi menjadi dua, yaitu metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan non metode kontrasepsi jangka panjang (Non
MKJP). Kebijakan program KB oleh pemerintah saat ini mengarah pada penggunaan
kontrasepsi MKJP yaituIntra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR), Implant, dan Metode Operasi Wanita (MOW) dengan sasaran target sebesar
66% dari seluruh total penggunaan kontrasepsi. Berdasarkan pertimbangan alasan
pemerintah lebih menganjurkan penggunaan MKJP ialah karena lebih efisien
dibandingkan dengan Non MKJP. Selain itu lebih efektif karena tingkat efek samping,
komplikasi, serta tingkat kegagalan yang relatif rendah (BKKBN, 2016).
Pencapaian pelaksanaan program KB dapat dikatakan berhasil dengan adanya
peningkatan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber KB. Namun terdapat
ketimpangan dalam jumlah pengguna alat kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS)
antara Wanita dan Pria. Menurut data status pemakaian kontrasepsi tahun 2017 masih
terdapat 36,4% masyarakat Indonesia yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Partisipasi pria dalam ber KB masih sangat rendah di Indonesia masih dibawah 8 % dari
yang ditargetkan pemerintah (Subair, dkk, 2018)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari alat kontrasepsi?
2. Bagaimana cara kontrasepsi?
3. Apa saja macam-macam kontrasepsi?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi metode alat kontrasepsi?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari alat kontrasepsi
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kontrasepsi
3. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam kontrasepsi
4. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi metode alat kontrasepsi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kontrasepsi


Kontrasepsi berasal dari kata kontra “melawan” atau “mencegah” dan konsepsi adalah
pertemuan antar sel yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamialan.
Maksud dari konsepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antar sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang
membutuhkan konsepsi adalah pasangan yang aktiv melakukan hubungan intim/seks dan
keduaduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Farida,
2017).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan
salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Keluarga Berencana (KB) intervensi
kesehatan yang cost effective dan menyelematkan nyawa perempuan dan anak. Keluarga
berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan
antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Peserta keluarga berencana (KB) adalah
pasangan usia subur dimana dimana salah satunya menggunakan cara atau alat
kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan baik melalui program KB maupun non-
program KB (Rodiani & Chania, 2017).

2.2 Cara Kontrasepsi


1. Kontrasepsi Sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan
alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama
terputus, pantang berkala, metode atau badan basal, dan metode kalender. Sedangkan
kontrasepsi sederhana dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma,
kap serviks, dan spermisi (Setyaningsih,2014).

2. Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi modern terbagi atas tiga yaitu (Setyaaningsih,2014).:
1) Kontrasepsi hormonal yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit)
2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
3) Kontrasepsi Mantap yaitu dengan oprasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan
vasektomi (sterilisasi pada pria).

2.3 Macam-macam Kontrasepsi


Berdasarkan lama efektivitasnya kontrasepsi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
(Setyaningsih, 2014).:

1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini
adalah jenis susuk/implant, MOW, IUD,dan MOP.
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori
ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain seperti dari metode MKJP.
a. Kontrasepsi suntik
kontrasepsi suntik menyebabkan lendir servik mengental sehingga
menghentikan daya tembus sperma, mengubah endometium menjadi tidak cocok
untuk implantasi dan mengurangi fungsi tuba falopii. Namun fungsi utama
kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan adalah menekan ovulasi
(Setyaningsih,2014).

Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi suntik, yakni : usia


reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak, ingin
mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi, menyusui dan membutuhkan
kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus
atau keguguran, telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi,
perokok, tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit, menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan
barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin), tidak dapat memakai kontrasepsi
yang mengandung estrogen, sering lupa mengunakan pil kontrasepsi, anemia
defisiensi besi dan mendekati monopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Setyaningsih,2014).
Kotraindikasi dari penggunaan alat kontrasepsi suntik antara lain : hamil atau
diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea, diabetes mellitus
disertai komplikasi dan menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
(Setyaningsih,2014).
Mekanisme KB suntik secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1) Primer : mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Lutheinizing Hormon
(LH) menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons kelenjar
hypophyse terhadap gonadotropin –releasing hormone eksogenus tidak
berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di
kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya menghambat
ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan
kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
2) Sekunder
 Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa
 Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuahi
 Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii
Keuntungan yang di dapat pengguna dari pemakaian alat kontrasepsi suntik
adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh
pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah,
tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun
sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
(Setyaningsih,2014).
b. Kontrasepsi kondom
Kegagalan alat kontrasepsi kondom biasanya disebabkan oleh kondom
yang bocor atau robek karena pemakaian yang kurang teliti dan tidak mematuhi
petunjuk pemakaian. Angka kegagalan adalah berkisar antara 15% - 36%.
Sedangkan keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan alat kontrasepsi
kondom adalah melindungi pengguna dari penularan penyakit AIDS dan penyakit
kelamin menular lainnya yang ditularkan melalui hubungan seksual, selain itu
kondom dapat dibeli bebas di apotik dan toko obat serta mudah penggunaannya
(Setyaningsih,2014).

Efek samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom adalah dapat
tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya infeksi ringan dan sejumlah
kecil pengguna mengaku alergi terhadap karet (Setyaningsih,2014).
c. Kontrasepsi pil
Jenis pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah jenis
pil kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat kontrasepsi pil pada 100
orang ditermukan angka resiko kegagalan sebesar 0,1 sampai dengan 1,7.

keuntungan yang didapat dari penggunaan pil kontrasepsi adalah


(Setyaningsih,2014):
1) Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsumsi sesuai aturannya.
2) Pemakai pil dapat hamil lagi bilamana dikehendaki kesuburan dapat kembali
dengan cepat

3) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.


4) Siklus haid teratur.
5) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid.

6) Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai untuk


memancing kesuburan
7) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur.
d. Implant
Penggunaan alat kontrasepsi implant memiliki resiko kehamilan antara 0,2 – 1
pada pemakaian 100 pengguna. Keuntungan yang di dapat dari penggunaan
implan adalah dapat dipasang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, kontrol medis
ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan dan biaya murah, sedangkan efek
samping yang kemungkinan akan diderita pengguna adalah terjadinya gangguan
menstruasi terutama selama 3 – 6 bulan pertama dari pemakaian, pengguna akan
mengalami masa haid yang lebih panjang, lebih sering atau amenorea
(Setyaningsih,2014).
e. Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral
Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk terbuka (open
device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies, spring cooil, multiload,
nova-T, dll) dan bentuk tertutup (closed device, misalnya : ota ring, antigon,
grafenberg ring, hall stone, dll). Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi
kedalam rongga perut maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan
masuknya usus ke dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadilah
ileus(Setyaningsih,2014).

Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka


waktu yang lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar antara 1,5 – 3 per
100 wanita pengguna pada tahun-tahun pertama dan angka ini menjadi lebih
rendah lagi untuk tahun-tahun berikutnya. Keuntungan yang di dapat pengguna
alat kontrasepsi IUD adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan suami
istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan, dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau keguguran, kesuburan cepat kembali setelah IUD
dicabut/dibuka, cocok untuk mencegah kehamilan atu menjarangkan kehamilan
dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan pasutri, tidak terpengaruh
dengan “faktor lupa” dari pemakai, tidak ada efek samping hormonal, tidak
mengganggu laktasi dan tidak berinteraksi dengan obat-obatan
(Setyaningsih,2014).

Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh pengguna IUD


adalah terjadinya infeksi panggul apabila pemasangan tidak tepat dan dapat
terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah pemasangan.
f. Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)

Tingkat keefektifan alat kontrasepsi MOW sangat tinggi dan dapat segera
efektif post operatif, dengan keuntungan yang bisa di dapat antara lain vasektomi
tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami
(Setyaningsih,2014).

g. Kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP) / Vasektomi

Alat kontrasepsi MOP memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dengan masa
efektif 6-10 minggu setelah operasi, sedangkan keuntungan yang bisa didapat
oleh pengguna adalah: teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan
kapan saja dan dimana saja, komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan, hasil
yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%, biaya murah dan terjangkau oleh
masyarakat, dan bila pasangan suami, istri karena suatu sebab ingin
mendapatkan keturunan lagi kedua ujung vas deferens dapat disambung kembali
(operasi rekanalisasi) (Setyaningsih,2014).

Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk menghentikan


kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan
dengan ovum) tidak terjadi (Setyaningsih,2014).
Vasektomi merupakan tindakan penutup (pemotongan, pengikatan,
penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami sebelah kanan dan kiri; sehingga
pada waktu bersanggama, sel mani tidak dapat keluar membuahi sel telur yang
mengakibatkan tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih
ringan dari pada sunat atau khinatan pada pria, dan pada umumnya dilakukan
sekitar 15-45 menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang
terdapat di dalam kantong buah zakar (Setyaningsih,2014).

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Metode Alat Kontrasepsi


1. Umur
Umur berperan dalam pola pelayanan kontrasepsi kepada masyarakat yang
berkaitan dengan memperhatikan kurun reproduksi sehat, dimana pada wanita
dengan umur 20-30/35 tahun merupakan fase menjarangkan kehamilan sehingga
dibutuhkan alat kontrasepsi yang mempunyai efektivitas cukup tinggi, reversibilitas
cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 2-4
tahun yaitu sesuai dengan anak yang direncanakan, tidak menghambat air susu ibu
(ASI) karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak maka dari itu alat kontrasepsi
suntik dapat di jadikan pilihan kedua setelah IUD.
Pada wanita berumur < 20 tahun merupakan fase menunda atau mencegah
kehamilan sehingga wanita tersebut dapat memilih alat kontrasepsi dengan
reversebilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100% maka
prioritas penggunaan alat kontasepsi bisa menggunakan pil oral, penggunaan
kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi frekuensi
senggamanya sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi. Periode umur wanita di
atas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kehamilan setelah
mempunyai 2 orang anak. Sehingga pilihan utama alat kontrasepsinya adalah
kontrasepsi mantap misalnya vasektomi atau tubektomi karena kontrasepsi ini dapat
dipakai untuk jangka panjang dan tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada
masa usia tua kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan
metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan cara
kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut (Aryati, Sukamdi, & Widyastuti,
2019).
2. Jumlah anak
Jumlah anak seorang wanita dapat mempengaruhi cocok tidaknya suatu
metode secara medis. Secara umum, AKDR tidak dianjurkan bagi wanita nulipara
karena pemasangan yang lebih sulit, dan kemungkinan AKDR dapat mengganggu
kesuburan di masa. Pada ibu setelah mempunyai 2 orang anak atau lebih sebaiknya
mengakhiri kesuburan . Dianjurkan untuk tidak punya anak lagi , karena alasan
medis dan alasan lainnya, sehingga dianjurkan untuk ibu untuk menggunakan
kontrasepai mantap (Triyanto & Indriani, 2018)
3. Pendidikan
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan
keputusan dan menerima informasi dari pada seseorang yang berpendidikan rendah.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan
persepsi seseorang terhadap pentingnya suatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan
dalam KB. Kepandain membaca dan menulis memudahkan penyebaran keterangan
tentang KB, tapi juga mengenai tentang pengertian dasar tentang bagaimana dan
mengapa berbagai cara membatasi kelahiran yang di batasi selama ini berhasil dan
apa keuntungan ditiap-tiap cara tersebut (Novita Dewi, Mohdari, 2017)
4. Pengetahuan
Kontrasepsi pada umumnya digunakan untuk merencanakan sebuah keluarga.
Jumlah alat kontrasepsi yang tersedia pun sangat beragam dengan segala kelebihan
dan kekurangannya. Bagi perempuan yang ingin menggunakan alat kontrasepsi
khususnya kontrasepsi suntik harus membekali diri dengan pengetahuan mengenai
kontrasepsi suntik sebelum untuk memutuskan. Menurut (Novita Dewi, Mohdari,
2017)
ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi dalam
memilih metode kontrasepsi di antaranya:

a. Kunjungan berkala ke klinik
Wanita yang tinggal di tempat terpencil atau mereka yang sering berpegian
mungkin memilih metode yang tidak mengharuskan mereka tidak berkonsultasi
secara teratur dengan petugas keluarga berencana.
b. Peran petugas
Pada beberapa metode, petugas hanya memiliki peran satu kali. Pada metode
yang lain, petugas perlu bertemu langsung dengan pemakai selama beberapa kali
setiap tahun (obat suntik setiap bulan atau setiap tiga bulan saat ini tidak
dipasarkan secara bebas sehingga pemakai perlu berkunjung secara berkala).
c. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
Beberapa pemakai mungkin menginginkan suatu metode yang tidak atau sedikit
yang memerlukan tindakan dari pihak mereka. ”Pengontrolan kelahiran yang
perlu anda pikirkan empat kali setahun” adalah slogan untuk metode suntikan
depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) yang diberikan setiap 3 bulan.
d. Kerjasama pasangan
Setiap metode memiliki rentang peran anggota pasangan yang luas, yang perlu
dilakukan oleh masing-masing anggota pasangan tersebut. Pada beberapa
metode, misalnya sterilisasi, AKDR, atau implant, salah satu pasangan memikul
seluruh tanggung jawab. Bagi yang lain, misalnya pantang berkala atau koitus
interuptus, keduanya harus bersedia untuk bekerjasama.
5. Privasi
Peserta keluarga berencana mungkin menempatkan beberapa pertimbangan
privasi sebagai hal yang sangat penting. Terutama wanita muda atau wanita yang
hubungan seksualnya secara sosial tidak dibenarkan, mungkin akan sangat
menginginkan metode yang tidak menarik perhatian.
6. Frekuensi hubungan seksual
Pemakai yang jarang berhubungan seksual mungkin kurang tertarik dengan
metode-metode, misalnya kontrasepsi oral, yang memerlukan tindakan setiap hari.
Apabila suatu pasangan monogami terpisah dalam waktu yang lama, misalnya akibat
migrasi bekerja, maka metode seperti pantang berkala tentu kurang sesuai, karena
pantang berkala mungkin mengganggu aktivitas seksual selama interval yang singkat
yang memungkinkan bagi mereka untuk melakukan hubungan seksual.
7. Rencana untuk kesuburan dimasa mendatang
Perlu di tentukan apakah dan kapan pemakai memilki rencana untuk hamil
dimasa mendatang. Banyak metode yang dianjurkan atau menjadi paling efektif dari
segi biaya hanya apabila wanita tidak memiliki rencana hamil dalam waktu dekat.
8. Biaya
Biaya dari suatu srategi keluarga berencana mencakup biaya metode itu
sendiri, waktu yang dikorbankan wanita dan petugas, serta biaya tak langsung
lainnya, termasuk ongkos berkunjung ke klinik. Studi mengenai biaya semacam ini
sangat sulit dilakukan, sehingga jarang dilakukan. Metode keluarga berencana juga
sangat bervariasi dalam hal biaya pemakai dan penyebaran petugas sepanjang waktu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Ada dua metode/cara kontrasepsi yaitu
kontrasepsi sederhana dan kontrasepsi modern.
3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan, kita perlu mengetahui dan mempelajari
mengenai alat-alat kontrasepsi pada pria dan wanita dan mampu menerapkannya serta
menjadi wawasan tambahan bagi mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryati, S., Sukamdi, S., & Widyastuti, D. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemilihan Metode Kontrasepsi (Kasus di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang).
Majalah Geografi Indonesia, 33(1), 79. https://doi.org/10.22146/mgi.35474
Farida. 2017. Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Dan Pil Terhadap Peningkatan Berat
Badan Pada Ibu Pasangan Usia Subur. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, volume 6(2).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2016. Kebijakan Program
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga dalam Mendukung
Keluarga Sehat. Jakarta: BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2016. Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah 2015 BKKBN. Jakarta: BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.2015. Rencana Strategis Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2015-2019. Jakarta: BKKBN
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia & Gavi. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Novita Dewi, Mohdari, M. P. (2017). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya
Penggunaan Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. 8(1), 158–163.
Rodiani & Chania Forcepta. 2017. Faktor – Faktor Penggunaan Alat Kontrasepsi Medis
Operasi Wanita (MOW) pada Pasangan Wanita Usia Subur. Majority,volume 6(1).
Setyaningsih, Agustina.2014. Pengaruh Tingkat Pendidikan. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.
Subair, dkk. 2018. Faktor Penyebab Rendahnya Jumlah Pria dalam Mendukung
Penggunaan Alat Kontrasepsi. UNM Environmental Journals, Volume 1, Nomor 3.
Triyanto, L., & Indriani, D. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Wanita Menikah Usia Subur di Provinsi Jawa
Timur. The Indonesian Journal of Public Health, 13(2)(April), 244–255.
https://doi.org/10.20473/ijph.vl13il.2018.244-255

Anda mungkin juga menyukai