Anda di halaman 1dari 33

Makalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH


KOMUNIKASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik yang diampuh Ns.
Andi Mursyidah ,M. Kes

Oleh : Kelompok 4
Arawindah Prameswari 841418011

Delfiyanti Hasan 841418012

Farida luawo 841418004

Fatia ali 841418018

Febryananda Polapa 841418009

Filsa Husain 841418013

Iin N uno 841418020

Imelda Saskia Putri 841418006

Irmaseptianingsih Abdullah 841418007

Khairunnisa Gobel 841418014

Merianti Tantalama 841418016

Ramdan Hipi 841418021

Ramdan Hunowu 841418015

Ririn Hasan 841418003

Rosida Fadri Rasyid 841418005

Sumiyati Moo 841418010

Susfiyanti R Asala 841418019

Sutri Dj Eksan 841418017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami menyelesaikan makalah mata
kuliah “Keperawatan Gerontik” dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Masalah Komunikasi” kemudian shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar
kita Muhamman SAW yang n telah memberikan pedoman hidup untuk keselamatan umat
dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik di
program studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. Kami menyadari bahwa
terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan askep ini, maka dari itu kami
mengharapkna kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca. Semoga makalah ini
memberikan manfaat bagi yang membaca.

Gorontalo, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................ 2

BAB II : KONSEP MEDIS.......................................................................... 3

2.1 Definisi............................................................................................... 3

2.2 Etiologi............................................................................................... 3

2.3 Manifestasi Klinis.............................................................................. 4

2.4 Patofisiologi....................................................................................... 5

2.5 Pemeriksaan Penunjang..................................................................... 8

2.6 Penatalaksanaan................................................................................. 8

BAB III : KONSEP KEPERAWATAN..................................................... 11

3.1 Pengkajian.......................................................................................... 11

3.2 Diagnosa............................................................................................. 15

3.3 Intervensi............................................................................................ 16

BAB III: PENUTUP..................................................................................... 28

4.1 Kesimpulan........................................................................................ 28

4.2 Saran................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi yang jelas dan tepat penting untuk memberikan asuhan
keperawatan yang efektif, dan ini adalah tantangan yang unik dalam bidang
perawat kesehatan saat ini. Banyak tantangan dalam memberikan perawatan
untuk pasien, adanya diversitas budaya dan Bahasa juga menjadi tantangan
dalam bekerja dengan kolega. Komunikasi yang jelas mengenai perawatan dan
mengenai informasi klien sama pentingnya, baik dalam bentuk ineraksi verbal
maupun nonverbal.
Komunikasi traupetik sangat dibutuhkan oleh lanjut usia mengingat lanjut
usia sangan sensitif dan perawat harus menerapkan pola komunikasi traupetik
dengan benar agar para lanjut usia merasa nyaman atas pelayanan yang di
berikan oleh perawat dan puas, bahagia tinggal di panti sosial, karena
diprkirakan jumlah akan naik cukup signifikan baik di negara maju ataupun
berkembang hal ini tentu saja merupakan tugas dari perawat untuk
memaksimalkan asuhan keperawatan mulai dari tahap pra-interaksi, tahap
orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi, jika perawat tidak melakukan
komunikasi teraupetik dengan baik kepada lanjut usia maka akan tercipta
kondisi yang tidak nyaman terutama bagi lanjut usia.
Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia (lansia) adalah
kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Badan kesehatan
dunia WHO mengatakan bahwa penduduk lansia diIndonesia pada tahun 2020
mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang. Penduduk lanjut usia
dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2007,
yakni jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa, jumlah ini
termasuk terbesar keempat setelah China,India,dan Jepang. Jumlah lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa,setara dengan 8,03% dari seluruh
penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia 60 tahun keatas 21,7 juta jiwa
atau 8,5% total penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistika,2014). Tahun

1
2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (Badan Pusat
Statistika, 2017). Jumlah penduduk lanjut usia didunia berdasarkan
International Data Base (IDB) pada tahun 2000 adalah sebesar 603.999.996
manakala sensus 2005 sebanyak 670.430.020 orang lansia dan pada sensus
2010 sebesar 765.226.542 orang lansia didunia.Tahun 2025 diperkirakan
terdapat 1,2 milyar lanjut usia dan ditahun 2050 akan menjadi 2 milyar (21%
total penduduk).
WHO mengatakan bahwa penduduk lansia diIndonesia pada tahun 2020
mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang. Penduduk lanjut usia
dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2007,
yakni jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa, jumlah ini
termasuk terbesar keempat setelah China,India,dan Jepang. Jumlah lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa,setara dengan 8,03% dari seluruh
penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia 60 tahun keatas 21,7 juta jiwa
atau 8,5% total penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistika,2014). Tahun
2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (Badan Pusat
Statistika, 2017).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagiamana konsep medis pada lansia dengan gangguan komunikasi?
2. Bagaimana konsep keperawatan pada lansia dengan gangguan
komunikasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui medis pada lansia dengan gangguan komunikasi
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan pada lansia dengan gangguan
komunikasi apa saja kegiatan promkes dalam mendukung kesehatan lansia

2
BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 Definisi

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan


verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya
pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan
hubungan, karena itu komunikasi harus dilakukan seefektif mungkin. (Boly, B.,
Wiyono, J., & Dewi, N., 2017)

Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat


agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada
kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting,
sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan
dan memahami makna informasi yang diterima serta memberikan respons yang
sesuai. (Anjaswarni, T., 2016)

Komunikasi pada lansia perlu pendekatan khusus. Pengetahuan yang


dianggapnya benar tidak mudah digantikan dengan pengetahuan baru sehingga
lansia tidak mudah untukdiajarkan sesuatu yang baru.Dalam berkomunikasi
dengan lansia diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas pada lansia.
Gunakan perasaan dan pikiran lansia, bekerja sama untuk menyelesaikan masalah
dan memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan pengalaman dan
memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut.Berkomunikasi dengan
lansia memerlukan suasana yang saling hormat menghormati, saling menghargai,
saling percaya, dan saling terbuka. (Anjaswarni, T., 2016)

2.2 Etiologi

Komunikasi pada lansia perlu membutuhkan perhatian khusus dari semua


orang. Permasalahan lansia terkait dengan komunikasi, pada umumnya terjadi
akibat kemunduran fisik, mental, sosial, kondisi penyakit, produktivitas kerja
menurun, serta hubungan dan komunikasi terbatas. (Anjaswarni, T., 2016)

3
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris, dapat
mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian
dalam dan luar menghalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak
toleran terhadap suara dan pembicaraan orang. (Boly, B., Wiyono, J., & Dewi, N.,
2017)

Perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologis dan sensorik,


perubahan visual, dan pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat
menghambat proses penerimaan dan interpretasi terhadap maksud komunikasi.
Perubahan ini juga menyebabkan klien Lansia mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. Di samping itu, hal yang menyebabkan kesulitan komunikasi pada
lansia adalah perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat inteligensia,
kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien. Gangguan komunikasi pada
lansia sering terjadi karena masalah-masalah fisik yang dialami dan penurunan
fungsi dari panca indranya.(Anjaswarni, T., 2016)

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi :

1. Kemampuan berbicara terganggu

2. Kontak mata tidak fokus

3. Kurangnya pemahaman dalam berkomunikasi

4. Gagal berespons pada komunikasi verbal

5. Respons yang tidak tepat terhadap komunikasi verbal

6. Tidak memberikan respons saat berkomunikasi

7. Ekspresi wajah kaku

8. Artikulasi pembicaraan yang tidak tepat

9. Kurang responsif terhadap komunikasi

4
10. Kesulitan menangkap huruf mati atau konsonan

11. Kemampuan bicara, memahami, dan mengerti kata-kata yang didengar atau
dibaca terbatas

12. Mengeluarkan kalimat atau kata-kata yang dimengerti oleh lawan bicaranya

13. Mengetahui apa yang ingin disampaikan kepada lawan bicara, tetapi kesulitan
dalam mengutarakannya

14. Penurunan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan memahami


percakapan, yang terjadi secara perlahan

15. Kesulitan dalam memilih dan menemukan kata-kata yang tepat ketika menulis
dan berbicara.

2.4 Patofisiologi

Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur pada koklea dan


nervusbulocochlearis (VIII). Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrifi
dan degenerasi sel-sel rambut panjang pada organ korti. Proses atrofi disertai
dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu dapat pula
perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf.

5
Proses Penuaan
PATHWAY
Kemunduranfisik (Yaituperubahan pada
telingabagiandalam dan luar)

DegenerasiKoklea

Hilangnyaselrambut pada basal koklea

Penurunanfungsi nervus
vestibulocochlearis

Fungsipendengaranmenuru
n

Menghambat proses penerimaan dan


interpretasiterhadapmaksudkomunikasi

GANGGUAN KOMUNIKASI

6
Pendengaranterhadap kata- Perubahan Citra Tubuh Tidakmampumengena
kata/rangsangsuaramenurun lmasalah dan
perubahan status
kesehatan
Tidakmampumendengar Malu kepadatemansejawat Tidakmaumengikutikegiatan di
rumah/masyarakat Merasabingung

GANGGUAN
KOMUNIKASI ANSIETAS
RISIKO JATUH HARGA DIRI RENDAH
VERBAL
SITUASIONAL

7
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada lansia dengan


masalah komunikasi yakitu pemeriksaan audiometric.
Tes audiometri adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengevaluasi kemampuan mendengar dan
mendeteksi masalah pada pendengaran sejak dini.
Gangguan pendengaran bisa menyerang siapa saja, mulai
dari bayi, dewasa, hingga lansia. Gangguan pendengaran
adalah kondisi ketika seseorang tidak bisa mendengar
sebagian atau seluruh suara melalui salah satu atau kedua
telinganya. Orang yang mengalami gangguan
pendengaran ringan mungkin masih bisa berkomunikasi
dengan baik. Namun, gangguan pendengaran yang sudah
parah bisa menyebabkan tuli. Hal ini tentu mengganggu
kualitas hidup penderitanya dan menimbulkan kesulitan
dalam berkomunikasi. Pemeriksaan audiometric nada
murni, menunjukan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan
simetris. Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam
(sloping) setelah frekuensi 2000 Hz. (Kushariyadi. 2017)

2.6 Penatalaksanaan
a. Rehabilitasi Merupakan upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran
dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Pemasangan alat bantu
dengar hasilnya akan lebih memuaskan bila dikombinasikan dengan latihan
membaca ujarnya (speech reading), dan latihan mendengar (auditory training),
prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech
therapist). Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah memperbaiki efektifitas
pasien dalam komunikasi sehari-hari. Membaca gerak bibir dan latihan
pendengaran adalah komponen tradisional dari rehabilitasi pendengaran.
Pasien harus dibantu untuk memanfaatkan secara maksimal isyarat-isyarat
visual sambal mengenali beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir.
20 Latihan tambahan dapat dipusatkan pada lokalisasi, pemakaian telepon, car
acara untuk memperbaiki rasio sinyal-bising dan perawatan serta pemeliharaan
alat bantu dengar. (Kushariyadi. 2017)
b. Komunikasi Terapeutik Dalam Prasanti (2017) komunikasi terapeutik adalah

8
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Dalam dunia kesehatan, banyak kegiatan
komunikasi terapeutik yang terjadi. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar dan bertujuan, kegiatannya difokuskan untuk
kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah
pada tujuan untuk penyembuhan pasien. Dalam usaha berkomunikasi dengan
baik, seorang perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup, sehingga
memudahkan dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Untuk ketulusan, jika
seseorang telah memutuskan sebagai perawat harus dapat dipastikan
mempunyai ketulusan yang mendalam bagi para pasiennya siapa pun itu.
Semangat serta pantang menyerah harus selalu dikobarkan setiap harinya agar
para pasiennya selalu ikut bersemangat pada akhirnya terutama bagi para
pasien lansia yang terkadang suka merasa dirinya “terbuang” dan “sakit karena
tua”. Sedangkan untuk praktiknya, seorang perawat harus dapat berbicara
komunikatif dengan para pasiennya, sehingga tidak saja hanya jago dalam teori
namun praktiknya pun harus bisa melakukan dengan baik dan benar. (Prasanti.
2017)
c. Pendekatan Fisik Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif,
kebutuhan, kejadiankejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai
dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresivitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia dapat
dibagi atas dua bagian, yakni pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan
fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri; pasien lanjut usia yang
pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan pasien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan
untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan (personal
hygiene) sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan,
mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberihan kurang mendapat
perhatian. (Perwari. 2015)
d. Pendekatan Psikis Perawat harus mempunyai peranan penting untuk
mengadakan pendekatan edukatif pada lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, dan sebagai
9
sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian
dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus
selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service. Bila
perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat
harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga
seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
(Perwari. 2015)
e. Pendekatan Sosial Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita
merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti
menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan sosial ini merupakan suatu
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial
yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut
usia dan perawat sendiri. (Perwari. 2015)
f. Pendekatan Spiritual Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan
kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya,
terutama bila pasien lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
(Perwari. 2015)

10
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama :Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Agama :Tidak terkaji
Jenis Kelamin :Tidak
terkaji
Status Perkawinan :Tidak terkaji
Pendidikan :Tidak terkaji
Pekerjaan :Tidak terkaji
Suku Bangsa :Tidak terkaji
Alamat :Tidak terkaji
Tanggal Masuk :Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian :Tidak terkaji
No. Register :Tidak
terkaji
Diagnosa Medis :Masalah Komunikasi
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien :Tidak terkaji
Pekerjaan :Tidak terkaji
Alamat :Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)

11
Tidak terkaji
2) Riwayat kesehatan sekarang
Masalah Komunikasi
P (Provokating) : Tidak terkaji
Q (Quality) : Tidak terkaji
R (Region) : Tidak terkaji
S (Severity/Skala) : Tidak terkaji
T (Time) : Tidak terkaji
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1)      Penyakit yang pernah dialami :
Tidak terkaji
2)      Pernah dirawat :
Tidak terkaji
3)      Alergi :
Tidak terkaji
4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll):
Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : Masalah Komunikasi
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) Saat sakit : Tidak terkaji
c.   Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) BAK
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : Tidak terkaji
K 0 1 2 3 4
12
e
m
a
m
p
u
a
n

P
e
r
a
w
a
t
a
n

D
i
r
i
M
a
k
a
n

d
a
n

m
i

13
n
u
m
M
a
n
d
i
T
o
i
l
e
t
i
n
g
B
e
r
p
a
k
a
i
a
n
B
e
r
p
i
n
d
a
h
14
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu
orang lain dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
e. Pola kognitif dan Persepsi : Tidak terkaji
f. Pola Persepsi-Konsep diri : Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
1. Sebelum sakit : Tidak terkaji
2. Sebelum sakit : Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TB/BB :Tidak terkaji
HR :Tidak terkaji
RR :Tidak terkaji
SB :Tidak terkaji
N :Tidak terkaji
TD :Tidak terkaji
b. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Lingkar kepala : Tidak terkaji
b) Rambut : Tidak terkaji
c) Warna : Tidak terkaji
d) Tekstur : Tidak terkaji
e) Distribusi Rambut : Tidak terkaji
f) Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji
2) Mata
a) Sklera : Tidak terkaji
b) Konjungtiva : Tidak terkaji
15
c) Pupil : Tidak terkaji
3) Telinga : Tidak terkaji
4) Hidung : Tidak terkaji
5) Mulut : Tidak terkaji
a) Kebersihan : Tidak terkaji
b) Warna : Tidak terkaji
c) Kelembapan : Tidak terkaji
d) Lidah : Tidak terkaji
e) Gigi : Tidak terkaji
6) Leher : Tidak terkaji
7) Dada/pernapasan
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
8) Jantung
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
9) Paru-paru
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
10) Abdomen : Tidak terkaji
11) Punggung : Tidak terkaji
12) Ekstermitas : Tidak terkaji
13) Genitalia : Tidak terkaji
14) Integumen : Tidak terkaji
a) Warna : Tidak terkaji
b) Turgor : Tidak terkaji
c) Integrasi : Tidak terkaji
d) Elastisitas : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan penunjang
16
Tidak terkaji
6. Penatalaksanaan
Tidak terkaji

3.2 Diagnosa
1. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119)
2. Risiko Jatuh (D.0143)
3. Harga Diri Rendahh Situasional (D.0087)
4. Ansietas (D.0080)

17
18
3.3 Intervensi

N SDKI SLKI SIKI Rasio


o. nal
1. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119) Komonikasi Verbal PromosiKomunikasi : DefisitPendengaran (I.13493)
( L.13118 ) Definisi
Kategori: Relasional
KriteriaHasil : :Menggunakanteknikkomunikasitambahanpadaindividud
Subkategori : InteraksiSosial Setelah di engangangguanpendengaran.
lakukantindakankeperawatans Tindakan
Definisi :Penurunan, pelambatan,
elama 3x24 jam Observasi
atauketiadaankemampuanuntukmenerima, masalahGangguan komonikasi 1. Pemeriksaankemampuanpendengaran
verbaldapatteratasidenganindi 2. Identifikasiakumulasiserumenberlebihan
memproses, mengirim,
kator : 3. Identifikasimetodekomunikasi yang disukaipasien
dan/ataumenggunakansistemsimbol. 1. Kemampuan berbicara (mis. lisan, tulisan, gerakanbibir, bahasaisyarat).
dari skala 1 (Menurun) Terapeutik
Penyebab :
menjadi skala 4 1. Gunakanbahasasederhana
1. Penurunnsirkulasiserebral (Cukup meningkat) 2. Gunakanbahasaisyarat,jikaperlu
2. Gangguanneuromuskuler 2. Kemampuan 3. Fasilitasipenggunaanalat bantu dengar
3. Gangguanpendengaran mendengar dari skala 1 4. Hindariberkomunikasilebihdari 1 meter
4. Gangguanmuskuloskeletal (Menurun) menjadi daripasien
5. Kelainanpalatum skala 4 (Cukup 5. Lakukanirigasitelinga,jikaperlu
6. Hambatanfisik (mis. meningkat) 6. Pertahankankebersihantelinga
Terpasangtrakheostomi, intubasi, 3. Keseuaian ekspresi Edukasi
krikotiroidektomi) wajah/tubuh dari skala 1. Anjurkanmenyampaikanpesandenganisyarat
7. Hambatanindividu (mis. Ketakutan, 1 (menurun) menjadi 2. Ajarkancaramembersihserumendengantepat.
kecemasan, merasamalu, emosional, skala 4 (cukup
kurangprivasi) meningkat)
8. Hambatanpsikologis (mis. 4. Respons perilaku dari
Gangguanpsikotik, skala 1 (memburuk)

19
gangguankonsepdiri, menjadi skala 5
hargadirirendah, gangguanemosi) (membaik)
9. Hambatanlingkungan (mis.
Ketidakcukupaninformasi, ketiadaan
orang terdekat,
ketidaksesuaianbudaya, bahasaasing)
Gejaladantanda mayor
DS: ( tidaktersedia )
DO :
1. Tidakmampuberbicaraataumendengar
2. Menunjukanrespontidaksesuai
Gejaladantanda minor
DS:( tidaktersedia )
DO:
1. Afasia
2. Disfasia
3. Apraksia
4. Disleksia
5. Disartria
6. Afonia
7. Dislalia
8. Pelo
9. Gagap
10. Tidakadakontakmata
11. Sulitmemahamikomunikasi
12. Sulitmempertahankankomunikasi
13. Sulitmenggunakanekspresiwajahataut
20
ubuh
14. Tidakmampumenggunakanekspresiw
ajahatautubuh
15.Sulitmenyusunkalimat
16.Verbalisasitidaktepat
17.Sulitmenggungkapkan kata kata
18.Disorientasi orang, ruang, waktu
19.Defisitpenglihatan
20.Delusi
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Trauma wajah
4. Peningkatan tekanan intrakranial
5. Hipoksia kronis
6. Tumor
7. Miastenia gravis
8. Sklerosis multipel
9. Distropi muskuler
10. Penyakit alzheimer
11. Kuadriplegia
12. Labioplatoskizis
13. Infeksi laring
14. Fraktur rahang
15. Skizofrenia
16. Delusi
17. Paranoid
18. Autisme
2. Risiko Jatuh (D.0143) Tingkat Jatuh ( L.14138 ) PencegahanJatuh

21
Kategori: Lingkungan KriteriaHasil : ( I.14540 )
Subkategori: KeamanandanProteksi Setelah di Definisi
Definisi lakukantindakankeperawatans Mengidentifikasidanmenurunkanrisikoterjatuhakibatperu
Berisikomengalamikerusakanfisikdanganggu elama 3x24 jam bahankondisifisikataupsikologis.
ankesehatanakibatterjatuh. masalahRisikojatuhdapatterata
FaktorRisiko sidenganindikator : Tindakan
1. Usia>65 tahun (padadewasa) atau< 5. Jatuhdaritempattidurda Observasi
2 tahun (padaanak) riskala 1 (meningkat) 1. IdentifikasiFaktorrisikojatuh (mis. usia>65 tahun,
2. Riwayatjatuh menjadiskala 4 penurunantingkatkesadaran, defisitkognitif,
3. Anggotagerakbawahprostetis (buatan) (cukupmenurun) hipotensiortostatik, gangguankeseimbangan,
4. Penggunaanalat bantu berjalan 6. Jatuhsaatberdiridariska gangguanpenglihatan, neuropati)
5. Penurunantingkatkesadaran la 1 (meningkat) 2. Identifikasifaktorlingkungan yang
6. Perubahanfungsikognitif menjadiskala 4 meningkatkanrisikojatuh (mis. lantailicin,
7. Lingkungantidakaman (cukupmenurun) penerangankurang)
(mis.licin,gelap,lingkunganasing) 7. Jatuhsaatdudukdariskal 3. Monitor
8. Kondisipascaoperasi a 1 (meningkat) kemampuanberpindahdaritempattidurkekursiroda
9. Hipotensiortostatik menjadiskala 4 dansebaliknya
10. Perubahankadarglukosadarah (cukupmenurun) Terapeutik
11. Anemia 8. Jatuhsaatberjalandarisk 4. OrientasikanRuanganpadapasiendankeluarga
12. Kekuatanototmenurun ala 1 (meningkat) 5. Pastikanrodatempattidurdankursirodaselaludalam
13. GangguanPendengaran menjadiskala 4 kondisiterkunci
14. Gangguankeseimbangan (cukupmenurun) 6. Pasanghandralltempattidur
15. Gangguanpenglihatan 9. Jatuhsaatdipindahkand 7. Tempatkanpasienberisikotinggijatuhdekatdengan
(mis.glaukoma,katarak,ablasioretina,n ariskala 1 (meningkat) pantauanperawatdari nurse station
euritisoptikus) menjadiskala 4 8. Gunakanalat bantu berjalan
16. Neuropati (cukupmenurun) (mis.kursiroda,walker)
17. Efekagenfarmakologis 10. Jatuhsaatnaiktanggadar Edukasi
(mis.sedasi,alcohol,anastesiumum) iskala 1 (meningkat) 9. Anjurkanmemanggilperawatjikamembutuhkanba
KondisiKlinisTerkait menjadiskala 4 ntuanuntukberpindah
1. Osteoporosis (cukupmenurun) 10. Anjurkanmenggunakan alas kaki yang tidaklicin
22
2. Kejang 11. Jatuhsaat di 11. Ajarkancaramenggunakanbelpemanggiluntukme
3. Penyakitsebrovaskuler kamarmandidariskala 1 manggilperawat
4. Katarak (meningkat)
5. Glaukoma menjadiskala 4
6. Demensia (cukupmenurun)
7. Hipotensi 12. Jatuhsaatmembungkuk
8. Amputasi dariskala 1
9. Intoksikasi (meningkat)
10. Preeklampsi menjadiskala 4
(cukupmenurun)

3. Harga Diri Rendah Situasional (D.0087) Harga Diri ( L.09069 ) PromosiHargaDiri (I.09308)
KriteriaHasil : Definisi :
Kategori: Psikologis
Setelah di Meningkatkanpenilaianperasaan/persepsiterhadapdirisen
Subkategori: Integritas Ego
lakukantindakankeperawatans diriataukemampuandiri
Definisi : elama 3x24 jam masalahharga Tindakan
Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri diri rendah Observasi
sendiri atau kemampuan klien sebagai respon situasionaldapatteratasidengan 1. Monitor verbalisasi yang merendahkandirisendiri
terhadap situasi saat ini. indikator : 2. Monitor tingkathargadirisetiapwaktu,
1. Penilaian diri positif sesuaikebutuhan
Penyebab : dari skala 1 (Menurun) Terapeutik
1. Perubahan pada citra tubuh menjadi skala 4 1. Motivasiterlibatdalamverbalisasipositifuntukdiris
2. Perubahan perasaan sosial (Cukup meningkat) endiri
3. Ketidakadukatan pemahaman 2. Perasaan memilki 2. Diskusikepercyaanterhadappenilaiandiri
4. Oerilaku tidak konsisten dengan nilai kelebihan atau 3. Diskusipengalaman yang meningkatkanhargadiri
kemampuan positif 4. Fasilitasilingkungandanaktivitas yang
5. Kegagalan hidup berulang
dari skala 1 meningkatkanhargadiri
6. Riwayat kehilangan (Menurun ) menjadi Edukasi
7. Riwayat penolakan skala 4 (Cukup 1. anjurkanmengidentifikasikekuatan yang dimiliki
8. Transisi perkembangan meningkat) 2. latihpeningkatantanggungjawabuntukdirisendiri
23
GejaladanTanda Mayor 3. Penerimaan penilaian 3. latihcaraberfikirdanberperilakupositif
Subjektif : positif terhadap diri 4. latihmeningkatkankepercayaanpadakemampuand
1. Menilai diri negatif (mis. Tidak sendiri dari skala 1 alammenanganisituasi.
berguna, tidak tertolong) (Menurun) menjai
skala 4 (Cukup
2. Merasa malu/bersalah
meningkat)
3. Melebih-lebihkan penilaian negatif 4. Perasaan malu dari
tentang diri sendiri skala 1 (Meningkat)
4. Menolak penilaian poitif tentang diri menjadi skala 4
sendiri (Cukup menurun)
Objektif : 5. Perasaan bersalah dari
1. Bebricara pelan dan lirih skala 1 (meningkat)
2. Menolak berinteraksi dengan orang menjadi skala 5
(Menurun)
lain
3. Berjalan menunduk
4. Postur tubuh menunduk

GejaladanTanda Minor
Subjektif :
1. Sulit berkonsentrasi
Objektif :
1. Kontak mata kurang
2. Lesu dan tidak bergairah
3. Pasif
4. Tidak mampu membuat keputusan
Kondisi Klinis Terkait
1. Cedera traumatis
2. Pembedahan
24
3. Kehamilan
4. Kondisi baru terdiagnosis
5. Stroke
6. Penyalahgunaan zat
7. Demensia
8. Pengalaman tidak menyenangkan
4. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas ( L.09093) ReduksiAnsietas (I.09314)
KriteriaHasil : Definisi
Kategori: Psikologis
Setelah di :Meminimalkankondisiindividudanpengalamansubjektift
Subkategori: Integritas Ego
lakukantindakankeperawatans erhadapobjek yang
Definisi : elama 3x24 jam tidakjelasdanspesifikakibatantisipasibahaya yang
Kondisiemosidanpengalamansubjektifindivid masalahAnsietasdapatteratasid memungkinkanindividumelakukantindakanuntukmengha
uterhadapobjek yang enganindikator : dapiancaman.
tidakjelasdanspesifikakibatantisipasibahaya 1. Verbalisasi Tindakan
yang kebingungan dari skala Observasi
memungkinkanindividulakukantindakanuntu 1 (Menungkat) 1. Identifikasisaattingkatansietasberubah (mis.
kmengahadapiancaman. menjadi skala 4 kondisi, waktu, stresor)
(Cukup menurun) 2. Identifikasikemampuanmengambilkeputusan
Penyebab : 2. Verbalisasi khawatir 3. Monitor tanda-tandaansietas (verbal dan
9. Krisissituasional akibat kondisi yang di nonverbal)
10. Kebutuhantidakterpenuhi hadapi dari skala 1 Terapeutik
11. Krisismaturasional (Meningat) menjadi 4 1. Temanipasienuntukmengurangkecemasan,jikame
12. Ancamanterhadapkonsepdiri (Cukup menurun) mungkinkan
3. Perilaku gelisah dari 2. Pahamisituasi yang membuatansietas
13. Ancamanterhadapkematian
skala 1 (meningkat) 3. Gunakanpendekatan yang
14. Kekhawatiranmengalamikegagalan menjadi skala 4 (cukup membuattenangdanmeyakinkan
15. Disfungsisistemkeluarga menurun) 4. Motivasimengidentifikasisituasi yang
16. Hubungan orang tua- 4. Perilaku tegang dari memicukecemasan
anaktidakmemuaskan skala 1 (meningkat) Edukasi
17. Faktorketurunan menjadi skala 4(cukup 1. Jelaskanprosedur, termasuksensasi yang mungkin
25
(temperamenmudahteragitasisejallahi menurun) di alami
r) 5. Konsentrasi dari skala 2. Anjurkankeluargauntuktetapbersamapasien,jikap
18. Penyalahgunaanzat 1 (memburuk) menjadi erlu
skala 5 (Membaik) 3. Anjurkanmenggungkapkanperasaandanpersepsi
19. Terpaparbahayalingkungan (mis.
6. Pola tidur dari skala 1 4. Latihtehnikrelaksasi
toksin,volutan, dan lain-lain) (Memburuk) menjadi Kolaborasi
20. Kurangterpaparinformasi skala 5 (Membaik) 1. Kolaborasipemberianobatantiansietas,jikaperlu

GejaladanTanda Mayor
Subjektif :
5. Merasabingung
6. Merasakhawatirdenganakibatdarik
ondisi yang dihadapi
7. Sulitberkonsentrasi
Objektif
1. Tampakgelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Objektif :
5. Tampakgelisah
6. Tampaktegang
7. Sulittidur

GejaladanTanda Minor
Subjektif :
2. Mengeluhpusing
3. Anoreksia
4. Palpitasi

26
5. Merasatidakberdaya
Objektif :
5. Frekuensinapasmeningkat
6. Frekuensinadimeningkat
7. Tekanandarahmeningkat
8. Diaphoresis
9. Tremor
10. Mukatampakpucat
11. Suarabergetar
12. Kontakmataburuk
13. Seringberkemih
14. Berorientasipadamasalalu
Kondisi Klinis Terkait
1. Penyakit Kronis progresif (Mis.
Kanker, penyakit autoimun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondsi diaginosis penyakit belum
jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang.

27
28
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan
verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya
pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan
hubungan, karena itu komunikasi harus dilakukan seefektif mungkin.
Komunikasi pada lansia perlu pendekatan khusus. Pengetahuan yang
dianggapnya benar tidak mudah digantikan dengan pengetahuan baru sehingga
lansia tidak mudah untukdiajarkan sesuatu yang baru.Dalam berkomunikasi
dengan lansia diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas pada
lansia. Gunakan perasaan dan pikiran lansia, bekerja sama untuk menyelesaikan
masalah dan memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan
pengalaman dan memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman
tersebut.Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling hormat
menghormati, saling menghargai, saling percaya, dan saling terbuka.

2. Saran

Saat melakukan komunikasi terapeutik pada lansia, sebagai perawat kita


tidak lupa untuk memperhatikan apa saja yang menjadi kebutuhan, kondisi, dan
hambatan yang mungkin terjadi pada klien lansia tersebut dan juga tidak
melupakan untuk menggunakan teknik maupun pendekatan pada lansia yang
telah dipelajari.

29
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni, T. (2016). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta Selatan : PUSDIK


SDM KESEHATAN

Boly, B., Wiyono, J., & Dewi, N. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga
tentang Komunikasi dengan Penerapan Komunikasi Pada Lansia. Nursing News,
2 (2): 571-582

Kushariyadi. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Perwari, Cendikia. (2015). Cara Perawatan Pada Lansia. http://www. Perawat
ilmiah.com/2015/11/caraperawatan-pada-lansia.html diakses Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches (2nd ed.). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Prasanti, Ditha. (2017). Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis dalam Pemberian
Informasi tentang Obat Tradisional bagi Masyarakat. Jurnal Mediator Vol. 10,
no.1 tahun 2017.

30

Anda mungkin juga menyukai