Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Jumlah penduduk yang besar dan kurang serasi, selaras dan seimbang
dengan daya tampung lingkungan dapat mempengaruhi segala segi pembangunan
dan kehidupan masyarakat, sedangkan jumlah penduduk yang besar dan
berkualitas merupakan salah satu modal dasar dan faktor dominan bagi
pembangunan nasional.
Berdasarkan data BPS tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia sebanyak
252.164,8ribu orang yang terdiri dari 125.715,2 laki-laki dan 125.449,6
perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk tahun 2010-2014 sekitar
1,40% persen per tahun.
Diperkirakan penduduk Indonesia akan berjumlah 337 juta jiwa di tahun
2050. Oleh karena itu, sangat penting bagi Indonesia untuk membenahi fasilitas
publiknya.Tingkat pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yaitu fertillitas, mortilitas dan migrasi. Minimnya pengetahuan mengenai
pertumbuhan penduduk akan berdampak pada peningkatan angka kematian ibu
hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, serta angka kejadian
penyakit menular seksual (BKKBN, 2007).
Berdasarkan data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional) (2007), dalam upaya membangun penduduk yang berkualitas maka
pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pembangunan sumber daya
manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas penduduk yaitu
mengatasi pertumbuhan penduduk, dengan menetapkan program Keluarga
Berencana (KB) pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk
mencegah kehamilan. Terutama kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan
risiko tinggi, karena hal tersebut dapat menyebabkan atau menambah angka
kesakitan dan angka kematian ibu (BKKBN Jateng, 2012).
Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan.Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent.
Menurut Riskesdas (2013), usia reproduksi perempuan pada umumnya adalah 15-
49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan
kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat

1
atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan
peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat
pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, pengguna kontrasepsi
suntikan paling terbanyak yaitu 46,87%, kemudian kontrasepsi pil 24,54%, IUD
11,41%, Implan 9,75%, MOW 3,52%, Kondom 3,22% dan MOP 0,69%
Metode kontrasepsi implant yang merupakan salah satu dari metode yang
tersedia pada saat ini, nampaknya mulai diminati masyarakat khususnya
pasangan usia subur meskipun banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam
menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya
metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan
dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus
dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial,
konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga
yang direncanakan, persetujuan pasangan bahkan norma budaya dan lingkungan
serta orang tua namun dengan pelayanan yang berkualitas dan berkesinambungan
program KB diharapkan kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi. (prawirohardjo
, 2010)
Menyadari hal tersebut yang merupakan kondisi yang kondusif bagi
pengguna kontrasepsi maka pada saat ini lebih dititik beratkan pada strategi agar
pelayanan lebih mudah dijangkau, diperoleh dan diterima oleh berbagai sub
kelompok masyarakat dengan tujuan utama pemberian pelayanan yang
didasarkan pada mutu yang baik, sehingga kepedulian dalam meningkatkan
kualitas pelayanan KB dan semangat untuk mencapai yang terbaik khususnya
dalam pelayanan KB tetap terpelihara.
Peran bidan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan
keluarga berencana salah satu kewenangannya adalah melakukan
konseling atau KIE untuk memberikan gambaran tentang berbagai macam
metode alat kontrasepsi sehingga klien dipersilahkan untuk memilih
metode kontrasepsi yang diyakini (Manuaba, 2010). Berdasarkan latar
belakang diatas penulis tertarik untuk memilih kasus  Asuhan Kebidanan
Pada Akseptor Kontrasepsi implan.

2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah aplikasi asuhan kebidanan keluarga berencana pada aksepstor KB
Implant di Puskesmas Tanggungharjo?

C. Tujuan
Menjelaskan aplikasi asuhan kebidanan keluarga berencana pada aksepstor KB
Implant di Puskesmas Tanggungharjo

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan (Maryani, 2008).
Menurut WHO, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu
individu atau pasutri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Maryani, 2008).
2. Tujuan Keluarga Berencana
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu
keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar,
1998).
3. Sasaran Program Keluarga Berencana
Adapun sasaran program keluarga berencana adalah pasangan usia subur
istri <20 tahun dengan tujuan menunda kehamilan. Pasangan Usia Subur istri 20-
30 tahun dengan tujuan mengatur kesuburan dan menjarangkan kehamilan,
pasangan usia subur dengan usia istri >30 tahun dengan tujuan untuk mengakhiri
kehamilan (Maryani, 2008).

B. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau melawan,
sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut
(Maryani, 2008).

4
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005).
2. Cara Kerja Kontrasepsi
Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya terdapat 3
cara yaitu : Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma dan
menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur (Winkjosastro, 2005).
3. Syarat-syarat Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik
adalah Aman dan tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat
diterima oleh orang banyak, pemakaian jangka lama/continuationrate tinggi
(Hartanto, 2004)
4. Metode Kontrasepsi
Pada umumnya cara untuk metode kontrasepsi dapat dibagi dalam beberapa
metode, yakni :
a. Metode Sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah : metode kalender (osino-knaus), metode suhu basal
(termal), metode lendir servik (bllings), metode simto termal.
2) Dengan alat :
a) Mekanis
Kondom pria, barier intra vaginal (diafragma, kap serviks/serviksl
kap, spons/sponge, kondom wanita).
b) Kimiawi
Spermisid.
b. Metode modern
1) Kontrasepsi hormonal
Per oral (Pil Oral Kombinasi/POK, mini pil, morning after pil),
injeksi/suntikan (DMPA), sub cutis (implant).
2) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR).
3) Kontrasepsi mantap dengan cara :
Tubektomi pada wanita dan Vasektomi pada pria (Saifuddin, 2006).

C. AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) / Implant

5
1. Pengertian AKBK/Implant
Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
levonogestrelyang dibungkus dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane)
dan di susukkan dibawah kulit (Sarwono,1999).
Implant adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin
dengan masa kerja panjang, dosis rendah, reversible untuk wanita (Speroff
leon , 2005)
2. Jenis KB Implant
Menurut Sarwono (2010) jenis-jenis kontrasepsi implant ada 3, antara lain:
a. Norplant
Norplant terdiri dari 6 kapsul kosong silastic (karet silicon) berongga
dengan panjang 3-4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36
mg levonorgestrol dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon
Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-ketodesogestrol dan
lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant
terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrol dengan lama
kerja 3 tahun.
3. Cara Kerja Implant
Ada beberapa mekanisme kerja implant (Sarwono, 2010) yaitu:
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c. Mengganggu transportasi sperma
d. Menekan ovulasi
4. Efektifitas
Sangat efektif (0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).
5. Waktu mulai menggunakan Implant.
a. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, tidak
diperlukan metode kontrasepsi tambahan
b. Bila klien tidak haid, insersi bisa dilakukan setiap saat, asal saja diyakini
tidak terjadi kehamilan.

6
c. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan insersi
dapat dilakukan setiap saat.
d. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi
dapat dilakukan setiap saat.
e. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat.
6. Cara Pemakaian dan Cara Pengeluaran Implant
a. Insersi Implant umumnya merupakan prosedur bedah minor, yang
memerlukan anestesi lokal dan insisi yang kecil, waktu terbaik untuk
insersi adalah pada saat haid atau jangan melebihi 5-7 hari setelah
mulainya haid. Implant ditempatkan di bawah kulit, umumnya pada
bagian dalam lengan atas atau lengan bawah.
b. Bila Implant telah dikeluarkan, implant baru dapat segera dipasang pada
tempat yang sama. Bila tidak ada pembengkakan pada tempat tersebut,
atau dipasang pada tempat yang sama dengan arah yang berlawanan bila
tempat lama mengalami trauma dan pembengkakan selama pengeluaran
implant yang lama, atau dipasang pada lengan yang lain.
c. Pengeluaran Implant terutama Norplant, biasanya memerlukan waktu 15-
20 menit bila dipasang dengan benar.
d. Mengeluarkan Implant pertama yang terletak paling dekat ke insisi atau
yang terletak paling dekat ke permukaan.
7. Keuntungan
a. Keuntungan Kontrepsi
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4) Tidak memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan dalam
5) Bebas dari pengaruh estrogen
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama
7) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
b. Keuntungan Nonkontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid
2) Mengurangi jumlah darah haid
3) Mengurangi/memperbaiki anemia

7
4) Melindungi terjadinya kanker endometrium
5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
6) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
7) Menurunkan angka kejadian endometriosis
8. Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenoea, atau meningkatkanya jumlah
darah haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
a. Nyeri kepala
b. Peningkatan/penurunan berat badan
c. Nyeri payudara
d. Perasaan mual
e. Pening/pusing kepala
f. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
g. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
h. Tidak memberikan efek protektif terhadap PMS termasuk AIDS
i. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai
dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
j. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkulosis
(rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
k. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.0000
perempuan per tahun)
9. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
1) Perempuan usia reproduksi
2) Perempuan yang memiliki anak/belum memiliki anak
3) Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
4) Perempuan pasca keguguran
5) Perempuan tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi
6) Perempuan dengan Riwayat kehamilan ektopik
7) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil
8) Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal
yang mengandung ekstrogen.

8
9) Perempuan yang menghendaki kontrsepsi yang memiliki efektifitas
tinggi dan menghendaki kehamilan jangka panjang.
b. Kontraindikasi
1) Wanita hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3) Wanita dengan Riwayat kanker payudara
4) Wanita dengan miom uterus dan kanker payudara
5) Wanita yang memiliki gangguan toleransi glukosa.
6) Wanita yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang
terjadi.
10. Efek samping
Efek samping dan penganggulangan
a. Efek samping dan penanggulangan pemakaian kontrasepsi
implant menurut Saifuddin (2010) antara lain :
1) Amenorea
a) Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak
memerlukan penanganan husus, cukup konseling saja.
b) Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan
kehamilan, cabut implan dan jelaskan, bahwa progestin
tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga terjadi kehamilan
ektopi, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberi obat
hormon untuk memancinng timbulnya perdarahan

2) PerdSarahan (spoting) ringan


3) Spotting
4) Saat haid lebih sakit
a. Perubahan pola haid yang terjadi kira-kira 60% akseptor dalam tahun
pertama setelah insersi
b. Yang paling sering terjadi :
1) Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu siklus
2) Perdarahan bercak (spotting)
3) Berkurangnya panjang siklus haid

9
4) Amenore
c. Perdarahan yang hebat tetapi jarang terjadi
d. Sakit kepala, penambahan berat badan dan nyeri payudara.
e. Bila implant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk implant sebelum 3
tahun, kemungkinan hamil sangat besar dan meningkatkan resiko
kehamilan ektopik.

b. Komplikasi lain :
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
3) Perporasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang seringbergantipasangan
e. Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai IMPLAN. PRP dapat memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (Spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IMPLAN. Biasanya menghilang 1-2 hari.
h. Klien tidak dapat melepas IMPLAN oleh dirinya sendiri
i. Mungkin IMPLAN akan keluar dari uterus tanpa diketahui
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi
IMPLAN untuk mencegah kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang IMPLAN dari waktu ke
waktu

11. Peringatan Khusus Bagi Wanita Pengguna Implant.

10
a. Terjadi keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, kemungkinan telah
terjadi kehamilan
b. Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi kehamilan
ektopik
c. Terjadi perdarahan yang banyak dan lama
d. Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi Implant.
e. Ekspulasi batang implant (Norplan)
Sakit kepala migrant, sakit kepala berulang yang berat, atau penglihatan
menjadi kabur.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR BARU KB IMPLANT
PADA NY.M P1A0 UMUR 20 TAHUN
DI PUSKESMAS TANGGUJONGHAR

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 22 Mei 2018
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Puskesmas Tanggungharjo

II. IDENTITAS PASIEN


Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. M Nama : Tn. K
Umur : 20 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Jawa, Indonesis Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Brabo 1/6 Alamat : Brabo 1/6

III. DATA SUBYEKTIF


1. Alasan Datang :
Ibu datang untuk mendapatkan KB implant
Keluhan Utama :
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun Nyeri Haid : Tidak ada nyeri
Siklus : 28 hari Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari
Lama : 6-7 hari HPHT : 15 Mei 2018
Warna darah : Merah kecoklatan
Keluhan : Tidak ada keluhan

3. Riwayat Perkawinan : Sah, menurut hukum dan agama

12
Umur Waktu Nikah : 20 tahun Lama Nikah : 1 tahun
Perkawinan ke :1 Jumlah Anak :1
4. Riwayat Kesehatan:
a. Sekarang :
Ibu mengatakan tidak sedang menderita suatu penyakit dan tidak sedang
menjalani pengobatan tertentu.
b. Yang lalu :
Ibu mengatakan tidak pernah dirawat inap di rumah sakit
c. Keluarga :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit menular seperti hepatitis, HIV, TBC, dll maupun riwayat
penyakit menular seperti asma, jantung, hipertensi, DM, dll.
5. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan nifas :
Ana Umur A Jenis Penolon Komplikasi Nifas BB Keadaan Anak
Hidup Mati
k ke Kehamilan b Partus g L
Umur J Umur JK
(Kg)
K
1 39 mgg - Spontan Bidan Tidak ada Normal 2,7 18 th P - -

6. Riwayat KB : Belum Pernah

JENIS KB LAMA PENGGUNAAN KELUHAN ALASAN BERHENTI

7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:


a. Pola Nutrisi : Ibu makan 3x sehari, porsi 1 piring sedang, menu nasi,
dengan lauk nabati (tahu, tempe) dan hewani (telur, daging, ikan), sayur
dan buah bervariasi. Minum6-7 gelas sehari
b. Pola Eliminasi : Ibu BAK 4-5 x/hari warna kuning jernih dan Ibu BAB
1x/hari konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan
c. Pola aktivitas : Ibu mengatakan melakukan aktivitas sehari-harinya
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan
mengurus anak serta suami

d. Pola istirahat : Ibu tidur siang 2 jam sehari dan tidur malam 7 jam

13
e. Pola sexual : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 kali
dalam seminggu dan tidak ada keluhan
f. Pola higiene : Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x/minggu, gosok gigi
2x/hari, ibu rajin membersihkan alat genetalia saat mandi dan sehabis
BAK/BAB
g. Psiko, social, spiritual, cultural : Ibu mengatakan ber-KB sesuai
keinginan sendiri, suami dan keluarga mendukung keputusan ibu ber-
KB, hubungan ibu dengan suami, keluarga dan masyarakat baik, ibu
rajin menjalankan ibadah sesuai agama yang dianut, ibu tidak menganut
pantangan yang merugikan kesehatan dan lingkungan tempat tinggal ibu
tidak melarang untuk ber-KB
h. Data Psikologis : Ibu merasa yakin untuk menggunakan alat
kontrasepsi implant sebagai alat kontrasepsi jangka panjang dan tidak
ada paksaan dalam menggunakan KB implant ini.
i. Pola Kebiasaan Hidup sehat : Ibu mengatakan tidak merokok, tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan narkoba.
j. Data Psikososial : Hubungan dengan suami/ keluarga/ masyarakat baik
k. Pengetahuan ibu tentang KB (jenis, manfaat dan efek samping):
1) Ibu tahu tentang kontrasepsi sebagai alat untuk mencegah
kehamilan
2) Ibu mengetahui macam-macam alat kontrasepsi seperti KB pil, KB
suntik,. IUD, Implant
3) Ibu belum mengetahui efek samping penggunaan KB Implant

III. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum:

14
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
Tensi : 120/70 mmHg Nadi : 78 x/mnt
Suhu /T : 36,5oC RR : 24x/mnt
BB Sebelum/Sekarang : 45 kg / 45 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala            : Mesocephal, kulit kepala bersih, rambut hitam
Muka : Tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis, sklera putih
Leher              : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Perut : Tidak ada pembesaran hepar dan limpa, tidak ada nyeri
tekan
Ekstremitas    : Simetris ,Tidak ada oedema pada tangan dan kaki ,tidak
ada varices, ujung kuku tidak pucat.
Genetalia : Tidak ada oedema, tidak ada perdarahan abnormal
Anus               : Tidak ada hemorroid.
3. Pemeriksaan penunjang:
HCG Urine : Tidak dilakukan
Hb : Tidak dilakukan

IV. ANALISA
Ny. M Umur 20 tahun, P1A0 Akseptor Baru KB Implant

V. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik.
Hasil : ibu mengetahui kondisinya baik
2. Menjelaskan keuntungan KB implan
Hasil : ibu mengetahui keuntungan KB implan, yaitu dapat digunakan
dalam jangka waktu panjang, dan tidak mengganggu pemberian ASI.
3. Menjelaskan kerugian KB implan dan efek sampingnya.
Hasil : ibu mengetahui kerugian KB implan, yaitu tidak mencegah dari
infeksi menular seksual dan efek sampingnya yaitu menstruasi tidak teratur
dan jangka waktu haid lebih lama.
4. Menjelaskan pada ibu cara pemasangan implan.

15
Hasil : ibu mengetahui bahwa cara pemasangan implan adalah dengan
menusukkan dan memasukkan alat yang berisi obat hormonal ke lengan
sebelah kiri atas.
5. Memberikan surat persetujuan (informed consent) pada ibu.
Hasil : ibu berkenan menandatangani lembar informed consent.
6. Meminta ibu berbaring di atas tempat tidur
Hasil : ibu bersedia melaksanakan anjuran
7. Memakai sarung tangan steril
Hasil : Sarung tangan telah terpasang
8. Mengusap daerah yang akan dipasang implant dengan kassa betadin
kemudian kassa alkohol dengan arah melingkar dari dalam ke luar
Hasil : Daerah yang akan diinsisi telah terdesinfeksi
9. Memberi anestesi pada lengan kiri bagian atas (10 cm dari siku) yaitu
Lidocain 10% sebanyak 3cc.
Hasil : Anestesi sudah masuk
10. Memberikan (memasang) alat kontrasepsi implan pada lengan kiri bagian
atas (bagian yang telah dianestesi)
Hasil : Alat kontrasepsi implan telah terpasang.
11. Menutup luka bekas jarum dengan band aid dan menutupnya dengan kasa.
Hasil : Luka bekas jarum sudah tertutup dengan band aid dan kasa.
12. Memberikan ibu konseling pasca pemasangan implan.
Hasil : Ibu mengetahui bahwa setelah pemasangan implan, sebaiknya
luka tidak terkena air selama 3 hari dan sebaiknya ibu menghindari
mengangkat barang-barang yang berat.
13. Memberi tahu ibu masa kerja dari alat kontrasepsi implan.
Hasil : Ibu mengetahui masa kerja alat kontrasepsi implan, yaitu 3
tahun.
14. Memberi tahu ibu untuk melepas implannya 3 tahun lagi dengan datang ke
pelayanan KB.
Hasil : Ibu tahu ibu harus melepas implannya 3 tahun lagi dengan
datang ke pelayanan KB tanggal 6 Juni 2020
15. Memberi tahu ibu untuk datang kembali 3 hari yang akan datang untuk
kontrol.
Hasil : Ibu mengetahui dan bersedia kontrol 3 hari lagi.

16
Grobogan , 22 Mei 2018

Pembimbing Klinik, Praktikan,

Kasminah, Amd. Keb Fauzul Munah


NIP. 197003291990032004 NIM. P1337424416003

Mengetahui

Pembimbing Akademik,

Dr. Runjati M. Mid


NIP. 19741114 199803 2 001

BAB IV

17
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. M dengan kebutuhan KB


Impant di Puskesmas Tanggungharjo, maka ada beberapa hal yang ingin penulis
uraikan mengenai penanganan KB ini yaitu:

1. Masalah yang muncul pada saat memberikan asuhan kebidanan pada klien
dengan kebutuhan KB Implant antara lain :
a. Keterbatasan waktu menyebabkan pemeriksaan fisik tidak bisa
dilaksanakan maksimal
b. Pasien yang terkadang menjadi kurang kooperatif dalam menjawab
pertanyaan pertanyaan guna anamnesa
2. Kesenjangan antara teori dan praktik lapangan yang ada saat melakukan
asuhan KB Implant sejauh yang saya tahu tidak ada. Tindakan yang
dilakukan sudah disesuaikan dengan evidence based yang sesuai dengan
teori.

18
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Pelayanan keluarga berencana dilakukan dengan penggunaan
atau pemakaian alat kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan upaya
mencegah suatu kehamilan. Penggunaan kontrasepsi yang digunakan
perlu dipertimbangkan efek samping terhadap fungsi reproduksi dan
kesejahteraan umum. Pada laporan ilmiah ini, penulis mengambil
kasus KB implant yang jangka waktunya selama 3 tahun. Dalam
pelaksanaannya, sudah sesuai dengan teori serta teknik dalam
memberikan konseling juga sudah baik. Untuk pemeriksaan fisik
sudah dilakukan cukup baik namun masih kurang lengkap, serta
pendokumentasian dilakukan secara lengkap.

B. Saran
Sebaiknya tenaga kesehatan dalam melaksanakan praktik selalu
berpedoman dengan teori yang ada. Dalam memberikan konseling juga
sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami klien serta
informasi yang diberikan lengkap. Untuk teknik pemasangan,
sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan tepat serta steril agar klien
merasa nyaman dan tidak ada efek samping yang terlalu memberatkan
bagi klien.
.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi. 2002. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


Maryani, Sri. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : TIM.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Nurjanah, Liska. 2012. “Askeb KB Implan”. Dalam


http://www.habiibahAskebKBImplan.htm. diakses tanggal 5 November 2015

Perpustakaan Nasional. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Perpustakaan Nasional. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

20

Anda mungkin juga menyukai