Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah penduduk yang besar dan kurang aerasi, selaras dan
seimbang dengan daya tampung lingkungan dapat mempengaruhi segala
segi pembangunan dan kehidupan masyarakat, sedangkan jumlah
penduduk yang besar dan berkualitas merupakan salah satu modal dasra
dan faktor dominan bagi pembangunan nasional.
Berdasarkan data BPS tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia
sebanyak 252.164,8 ribu orang yang terdiri dari 125.715,2 laki-laki dan
125.449,6 perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk tahun
2010-2014 sekitar 1,40% per tahun.
Diperkirakan penduduk Indonesia akan berjumlah 337 juta jiwa di
tahun 2050. Oleh karena itu, sangat penting bagi Indonesia untuk
membenahi fasilitas publiknya. Tingkat pertumbuhan penduduk tersebut
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu fertilitas,mortalitas dan
migrasi. Minimnya pengetahuan mengenai pertumbuhan penduduk akan
berdampak pada peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin,
angka kehamilan yang tidak diinginkan, serta angka kejadian penyakit
menular seksual (BKKBN, 2007).
Berdasarkan data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional) (2007), dalam upaya membangun penduduk yang
berkualitas maka pemerintah memberikan perhatian besar terhadap
pembangunan sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas penduduk yaitu mengatasi pertumbuhan
penduduk, dengan menetapkan program Keluarga Berencana (KB) pada
Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk mencegah kehamilan.
Terutama kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan risiko tinggi,
karena hal tersebut dapat menyebabkan atau menambah angka kesakitan
dan angka kematian ibu (BKKBN Jateng, 2012).

1
Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Menurut Riskesdas (2013), usia reproduksi perempuan pda
uumnya adalah 15- tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih
diprioritasksn untuk menggunakan alat atau cara KB. Tingkat
pencapaian pelayanan KB daat dilihat dari cakupan peserta KB yang
sedang atau pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan
KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Menurut Profil Kesehatan tahun 2013, pengguna kontrasepsi
suntikan paling terbanyak yaitu 46,87%, kemudian kontrasepsi pil
24,54%, IUD 11,41%, Implan 9,75%, MOW 3,52%, Kondom 3,22% dan
MOP 0,69%.
Pada umumnya masyarakat masih merasa takut untuk
menggunakan AKDR, karena metode pemasangan yang menggunakan
berbagai macam alat-alat medis yang diperlukan. Sehingga
menimbulkan rasa takut pada sebagian dari masyarakat yang akan
menggunakannya (Saifuddinn, 2006).
Kita ketahui bahwa sampai saati ini belumlah tersedia satu metode
kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal/sempurna. Setiap metode
kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan, pengalaman
menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya
masih dalam bentuk cafetarian atau supermarket, dimana calon akseptor
memilih sendiri kontrasepsi yang diinginkan, padahal dalan kontrasepsi
tidak ada satupun metode yang sesuai untuk semua pemakaian, dan
sebagian tertentu seyogyanya tidak digunakan oleh sekelompok tertentu
karena ada kontra indikasi (Hartanto, 2013).
Peran bidan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan
keluarga berencana salah satu kewenangan adalah melakukan konseling
atau KIE untuk memberikan gambaran tentang berbagai macam metode
alat kontrasepsi sehingga klien dipersilahkan untuk memilih kontasepsi

2
yang diyakini (Manuaba, 2010). Berdasarkan latar belakang diatas
penulis tertarik umntuk memilih kasus Asuhan Kebidanan Pada
Akseptor Kontrasepsi IUD/AKDR.

B. Rumusan masalah
Bagaimanakah aplikasi asuhan kebidanan keluarga berencana pada
akseptor KB IUD di Puskesmas Tanggungharjo?

C. Tujuan
Menjelaskan aplikasi asuhan kebidanan keluarga berencana pada
akseptor KB IUD di Puskesmas Tanggungharjo.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan (Maryani, 2008).
Menurut WHO, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu
individu atau pasutri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Maryani, 2008).
2. Tujuan Keluarga Berencana
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi suatu
keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar,
1998).
3. Sasaran Program Keluarga Berencana
Adapun sasaran program keluarga berencana adalah pasangan usia subur
istri <20 tahun dengan tujuan menunda kehamilan. Pasangan Usia Subur istri 20-
30 tahun dengan tujuan mengatur kesuburan dan menjarangkan kehamilan,
pasangan usia subur dengan usia istri >30 tahun dengan tujuan untuk mengakhiri
kehamilan (Maryani, 2008).

B. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau melawan,
sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut
(Maryani, 2008).

4
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005).
2. Cara Kerja Kontrasepsi
Cara kerja kontrasepsi bermacam-macam tetapi pada umumnya terdapat 3
cara yaitu : Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma dan
menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur (Winkjosastro, 2005).
3. Syarat-syarat Metode Kontrasepsi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik
adalah Aman dan tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat
diterima oleh orang banyak, pemakaian jangka lama/continuationrate tinggi
(Hartanto, 2004)
4. Metode Kontrasepsi
Pada umumnya cara untuk metode kontrasepsi dapat dibagi dalam beberapa
metode, yakni :
a. Metode Sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah : metode kalender (osino-knaus), metode suhu basal
(termal), metode lendir servik (bllings), metode simto termal.
2) Dengan alat :
a) Mekanis
Kondom pria, barier intra vaginal (diafragma, kap serviks/serviksl
kap, spons/sponge, kondon wanita).
b) Kimiawi
Spermisid.
b. Metode modern
1) Kontrasepsi hormonal
Per oral (Pil Oral Kombinasi/POK, mini pil, morning after pil),
injeksi/suntikan (DMPA), sub cutis (implant).
2) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR).
3) Kontrasepsi mantap dengan cara :
Tubektomi pada wanita dan Vasektomi pada pria (Saifuddin, 2006).

5
C. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
1. Pengertian
AKDR/ IUD adalah sebuah alat kecil yang dimasukkan kedalam rahim
oleh dokter atau petugas kesehatan terlatih atau bidan. Setelah dirahim, IUD
mencegah sel sperma pria untuk bertemu dengan sel telur wanita (Burns,
2005)
2. Macam-macam IUD
Menurut Siswosudarmo, dkk (2002) macam-macam IUD antara lain:
a. AKDR Lippes loop sebagai AKDR generasi pertama atau AKDR polos
(inert IUD) yakni AKDR yang terbuat dari bahan polietiler.
b. CuT-380 A, Nova-T, Cu-7, merupakan AKDR generasi kedua yang
mengandung lilitan tembaga pada batangnya.
c. Progestasert dan lavanova merupakan AKDR yang mengandung obat
(medicated IUD) dan merupakan AKDR generasi ketiga.
3. Cara Kerja IUD
Ada beberapa mekanisme kerja implant (Sarwono, 2010) yaitu:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falipii
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
4. Keuntungan dan kerugian Kontrasepsi IUD
a. Menurut Saifuddin (2003), keuntungan kontrasepsi IUD antara lain :
1) Efektifitas tinggi
2) Efektif setelah pemasangan
3) Merupakan metode jangka panjang
4) Efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
5) Tidak mempengaruhi hibungan seksual
6) Meningkatkan kenyamanan dalam seksual
b. Menurut Hartanto (2003), kerugian kontrasepsi IUD antara lain :
1) Dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit radang panggul

6
2) Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selama beberapa bulan
pertama pemakaian IUD
3) IUD tidak dapat memberikan perlindungan terhadap PMS pada
akseptor KB
4) Dapat terjadi ekspulsi
5) IUD tidak dapat dicampur/dihentikan pemakaian oleh akseptor
sandiri dan harus dengan bantuan tenaga medis.
5. Indikasi pemasangan IUD
Menurut Saifuddin (2003), indikasi pemasangan IUD antara lain :
a. Usia reproduksi
b. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
c. Menyusui yang menginginkan kontrasepsi
d. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
e. Risiko rendah dari IMS
f. Tidak menghendaki metode hormonal
g. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
6. Kontra indikasi pemasangan IUD
Menurut Sarwono (2010), yang tidak diperkenankan menggunakan IUD
antara lain:
a. Kemungkinan hamil atau sedang hamil
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
c. Sedang mengalami infeksi alat genital seperti vaginitis, servisitis
d. Dalam 3 bulan terakhir sedang mengalami PRP atau abortus septik
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang
dapat mempengaruhi kavum uteri
f. Penyakit trofoblas ganas
g. Diketahui menderita TBC pelvik
h. Kanker alat genital
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
7. Efektifitas
IUD sangat efektif, Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun, Nova
T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun, Cu T 380A dapat
untuk 8 tahun. Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita
pada tahun pertama pemakaian (BKKBN, 2002)

7
8. Waktu mulai menggunakan IUD
Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai hari ke tujuh siklus
haid, segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pasca persalinan. Setelah 6 bulan bila menggunakan metoda amenorea laktasi
(MAL), setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) bila
tidak ditemukan gejala infeksi, selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak
dilindungi. (Pinem, 2009)

9. Keterbatasan
a. Efek samping yang umum terjadi :
1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spoting) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain :
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
3) Perporasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar)
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
e. Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai IUD. PRP dapat memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (Spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya menghilang 1-2 hari.
h. Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri

8
i. Mungkin IUD akan keluar dari uterus tanpa diketahui
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD untuk
mencegah kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu

10. Efek samping


Menurut Handayani, 2010 sebagai berikut:
a. Amenore
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas IUD,
lakukan konseling dan selidiki penyebab amenore apabila diketahui.
Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas IUD bila talinya
terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, IUD jangan dilepas.
Apabila klien hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa
melepas IUD jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan
kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati
dan diperhatikan.
b. Kejang
Pastikan dan tegaskanlah adanya penyakit radang panggul dan
penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila
ditemukan penyebabnya beri analgesic untuk sedikit merngankan.
Apabila klien mengalami kejang berat, lepaskan IUD dan bantu klien
menentukan metode kontrasepsi lain.
c. Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur
Pastian dan tegaskan adanya infeksi pelvic dan kehamilan ektopik.
Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta
perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen
(800 mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan, dan
berikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan)
d. Benang yang hilang
Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah IUD
terlepas. Apabila tidak hamil dan IUD tidak terlepas, berikan kondom,
periksa talinya di dalam saluran endoserviks dan kavum uteri (apabila
memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid

9
berikutnya. Aabila tidak ditemukan rujuk ke dokter, lakukan x-ray atau
pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan IUD yang hilang tidak
ditemukan, pasanglah IUD yang baru atau bantulah klien menentukan
metode lain.
e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya penyakit
radang panggul
Pastikan pemeriksaan untuk infeksi menular seksual. Lepaskan IUD
apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe
atau infeksi klamidia, lakukan pengobatanyang memadai. Bila penyakit
radang panggul, obati dan lepas IUD sesudah 48 jam. Apabila IUD
dikeluarkan beri metode lain sampai masalahnya teratasi.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR BARU KB IUD
PADA NY.K USIA 30 TAHUN P2A0
DI PUSKESMAS TANGGUNGHARJO

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 21 Mei 2018
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Tanggungharjo
II. IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny.K Nama : Tn A
Umur : 30 tahun Umur : 33 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Jawa, Indonesia Suku bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Kaliweneng 1/4 Alamat : Kaliweneng 1/4
III. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang : Ibu mengatakan ingin menjadi akseptor KB IUD
Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun Banyaknya : 2-3x ganti
pembalut/hari
Siklus : 28 hari Warna darah : merah tua
Lama : 7-8 hari HPHT : 15 Mei 2018
Keluhan : tidak ada keluhan
Nyeri Haid : Ada nyeri haid pada hari 1 dan 2

3. Riwayat Perkawinan : Sah, menurut hukum dan agama


Umur Waktu Nikah : 22 tahun Lama Nikah : 8 tahun
Perkawinan ke :1 Jumlah Anak :2

11
4. Riwayat Kesehatan:
a. Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita suatu penyakit
dan tidak sedang menjalani pengobatan tertentu.
b. Yang lalu : Ibu mengatakan tidak pernah dirawat inap di rumah
sakit
c. Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit menular seperti hepatitis, HIV, TBC, dll
maupun riwayat penyakit menular seperti asa, jantung, hipertensi, DM,
dll.
5. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan nifas
Ana Umur A Jenis Penolon Komplikas Nifas BBL Keadaan Anak
k ke Kehamila b Partus g i Hidup Mati
Umu J Umu JK
n
r K r
1 39 mgg - Sponta Bidan Tidak ada Norma 3000 6 P - -
n komplikasi l gra tahun
m
2 39 mgg - Sponta Bidan Tidak ada Norma 2900 2 L - -
n komplikasi l gra tahun
m

6. Riwayat KB

LAMA
JENIS KB KELUHAN ALASAN BERHENTI
PENGGUNAAN
1. Implant 3 Tahun Tidak ada Ketidaknyamanan KB
keluhan hormonal

7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:


a. Pola Nutrisi : Ibu makan 3x sehari, porsi 1 piring sedang, menu nasi,
dengan lauk nabati (tahu, tempe) dan hewani (telur, daging, ikan), sayur
dan buah bervariasi. Minum ±7-8 gelas sehari
Keluhan : tidak ada
b. Pola Eliminasi : Ibu BAK 4-5 x/hari warna kuning jernih dan Ibu BAB
1x/hari konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada

12
c. Pola aktivitas : Ibu mengatakan melakukan aktivitas sehari-harinya
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak,
mencuci, dan merawat anaknya
d. Pola istirahat : Ibu tidur siang ±1 jam sehari dan tidur malam ± 7 jam
e. Pola sexual : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1 kali
dalam seminggu dan tidak ada keluhan
f. Pola higiene : Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x/minggu, gosok gigi
2x/hari, ibu rajin membersihkan alat genetalia saat mandi dan sehabis
BAK/BAB
g. Psiko, social, spiritual, cultural : Ibu mengatakan ber-KB sesuai
keinginan sendiri, suami dan keluarga mendukung keputusan ibu ber-
KB, hubungan ibu dengan suami, keluarga dan masyarakat baik, ibu
rajin menjalankan ibadah sesuai agama yang dianut, ibu tidak menganut
pantangan yang merugikan kesehatan dan lingkungan tempat tinggal ibu
tidak melarang untuk ber-KB
h. Data Psikologis : Ibu merasa yakin menggunakan alat
kontrasepsi IUD dan tidak ada paksaan maupun larangan dalam
menggunakan KB IUD ini.
i. Pola Kebiasaan Hidup sehat : Ibu mengatakan tidak merokok, tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan narkoba.
j. Data Psikososial : Hubungan dengan suami/ keluarga/ masyarakat baik
k. Pengetahuan ibu tentang IUD (jenis, manfaat dan efek samping):
1) Ibu tahu tentang kontrasepsi sebagai alat untuk mencegah
kehamilan
2) Ibu mengetahui macam-macam alat kontrasepsi seperti KB pil, KB
suntik,. IUD, Implant
3) Ibu belum mengetahui efek samping dari alat kontrasepsi IUD

13
III. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
Tensi : 110/80 mmHg Nadi : 72 x/mnt
o
Suhu /T : 36,5 C RR : 24 x/mnt
BB Sebelum/Sekarang : 60 kg /62 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesocephal, kulit kepala bersih, rambut hitam
Muka : Tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis, sklera putih
Leher              : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Perut : Tidak ada pembesaran hepar dan limpa, tidak ada nyeri
tekan
Ekstremitas    : Simetris ,Tidak ada oedema pada tangan dan kaki ,tidak
ada varices, ujung kuku tidak pucat.
Genetalia : Tidak ada oedema, tidak ada perdarahan abnormal
Anus               : Tidak ada hemoroid.
3. Pemeriksaan penunjang:
HCG Urine :Tidak dilakukan
Hb : Tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Obstetri (Khusus IUD) : hasil pemeriksaan dalam
Porsio baik, tidak ada lesi, tidak ada discharge, tidak ada benjolan, dan tidak ada
varises.

IV. ANALISA
Ny. K usia 30 tahun P2A0 akseptor baru KB IUD

V. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik.
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan efek samping dari IUD adalah menambah jumlah perdarahan saat
menstruasi dan menyebabkan kram pada bagian perut bawah
Hasil : ibu mengerti efek samping dan dapat menjelaskan kembali saat ditanya
ulang
3. Menjelaskan cara pemasangan IUD

14
Hasil : ibu mengerti cara pemasangan IUD
4. Memberikan inform consent pada ibu
Hasil : ibu setuju dan bersedia dilakukan pemasangan IUD
5. Mempersiapkan alat yaitu satu set IUD Coper T , satu pasang sarung tangan
steril, speculum, kassa steril, larutan antiseptic, tenakulum, sonde uterus,
gunting steril, larutan clorin 0,5%, kom.
Hasil : Alat sudah disiapkan
6. Memposisikan ibu secara litotomi
Hasil : ibu telah dalam posisi litotomi
7. Memasang IUD dengan hati-hati
Hasil : IUD telah terpasang
8. Memberi konseling post pemasangan IUD
Hasil : ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali saat ditanya ulang.
9. Menjelaskan waktu kontrol yaitu setelah 1 minggu pemasangan dan kapan saja
setelah selesai haid atau jika ada keluhan
Hasil : ibu bersedia datang untuk kontrol 1 minggu yang akan datang tanggal
29 Mei 2018

15
Grobogan , 21 Mei 2018

Pembimbing Klinik, Praktikan,

Kasminah, Amd. Keb Fauzul Munah


NIP. 197003291990032004 NIM. P1337424416003

Mengetahui

Pembimbing Akademik,

Dr. Runjati M. Mid


NIP. 19741114 199803 2 001

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. D dengan kebutuhan KB


IUD, maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai penanganan
KB ini yaitu :

I. Masalah yang muncul pada saat memberikan asuhan kebidanan pada klien
dengan kebutuhan KB IUD antara lain :
1. Keterbatasan ruang dan waktu menyebabkan pemeriksaan fisik tidak
bisa dilaksanakan maksimal
2. Pasien yang terkadang menjadi kurang kooperatif dalam menjawab
pertanyaan pertanyaan guna anamnesa
II. Kesenjangan antara teori dan praktik lapangan yang ada saat melakukan
asuhan KB IUD sejauh yang saya tahu tidak ada. Tindakan yang dilakukan
sudah disesuaikan dengan evidence based yang sesuai dengan teori.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasutri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga Pada pelaksanaannya, bidan bertugas sebagai tenaga pemberi
layanan.
Beberapa alat kontrasepsi yang diberikan yaitu dalam bentuk pil,
suntik, implan, kondom, IUD, atau metode alami. Pada laporan ilmiah ini,
penulis mengambil kasus alat kontrasepsi dalam rahim yang jangka
waktunya sampai 10 tahun. Dalam pelaksanaannya sudah dilakukan sesuai
dengan teori yang ada dan teknik konseling dilakukan dengan baik serta
pemeriksaan dan sistem pendokumentasian yang lengkap. Namun, ada
yang kurang sesuai dengan teori yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan bimanual

B. Saran
Sebagai petugas yang terlatih, dalam memberikan asuhan kebidanan
keluarga berencana harus memberikan konseling dan informasi selengkap
mungkin serta meminta persetujuan dari klien (inform consent) sebelum
melakukan tindakan. Sebaiknya dalam melakukan teknik pemasangan IUD
dengan hati-hati dan tepat, serta teknik pencegahan infeksi sebaiknya
disampaikan sehingga klien merasa nyaman dan tidak timbul efek samping
yang terlalu memberatkan klien.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Perpustakaan Nasional. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Pinem,Saroha.2009. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
Media Pustaka Rihama
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

20

Anda mungkin juga menyukai