Antropologi :
1. Antropologi fisik
2. Antropologi budaya :
a. Arkeologi = bagian antropologi budaya yang mempelajari kebudayaan
yang telah sirna
b. Etnografi = pelukisan tentang bangsa-bangsa
c. Etnologi = ilmu bangsa-bangsa
d. Antropologi linguistic (koentjaraningrat, 2005)
Antropogi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari antropologi yang mencoba
memahami sejarah terjadinya beragam makhluk manusia berdasarkan perbedaan
cirri-ciri tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa cirri-ciri tubuh yang tanpak
lahir, atau fenotipik (seperti misalnya warna kulit, warna dan bentuk rambut,
indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tingga dan bentuk
tubuh ) maupun cirri tubuh yang “dalam”, atau genotipik (seperti misalknya
frekuensi golongan darah). Dengan cara itu manusia dapat dikelompokan kedalam
berbagai golongan tertentu (yeturas) berdasarkan kesamaan cirri-ciri tubuh
tertentu yang terdapat pada sebagian besar individu. Paham mengenai berbagai ras
itu dicapai dengan mengklasifikasikan beragam cirri tubuh manusia itu. Bagian
dari antropologi ini seringkali disebut antropologi fisik dalam arti khusus, atau
somatologi. (koentjaraningrat, 2005)
Antropologi budaya
Arkeologi
Para arkeologi atau prasejarah berusaha tidak hanya untuk merkonstruksi atau
menyusun kembali cara hidup sehari-hari dan adat istiadat dari bangsa-bangsa
masa pra sejarah tetapi juga menelusuri oerubahan kebudayaan dan mengajukan
keterangan tentang kemungkinan sebab dari perubahan-perubahan kebudayaan
itu. Pokok perhatiannya sama dengan perhatian seorang ahli sejarah, tetapi ia
menelusuri masa lalu yang lebih jauh. Seorang ahli sejarah hanya memepelajari
kebudayaan yang mempunyai catatan-catatan tertulis dan dengan demikian
membatasi diri pada 5000 tahun terakhir dari sejarah manusia. (ihromi, 2006)
Etnolinguistik yang disebut juga antropologi linguistic, adalah suatu ilmu bagian
yang pada awalnya erat berkaitan dengan antropologi. Dari bahan penelitiannya
yang berupa daftar kata-kata dan deskripsi tentang cirri dan tata bahasa dari
berates-ratus bahasa suku bangsa dari berbagia tempat di muka bumi, maupun
bahan kebudayaan suku bangsa, berkembang berbagai metode analisa kebudayaan
dan metode untuk meganalisa serta mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal
tulisan. Semua bahan dan metode tersebut sekarang telah terolah kedalam ilmu
linguistic umum. Walaupun demikian ilmu etnolinguistik diberbagai pusat ilmiah
di dunia masih berkaitan erat, dan bahkan menjadi bagian dari antropologi.di
indonesia etnolinguistik (yang menjadi bagian dari lingusitik ) mempelajari
puluhan bahasa yang ada di nusantara. (koentjaraningrat, 2005)
Etnologi adalah ilmu bagian yang mempelajari asas-asas manusia, dengan cara
meneliti sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia. Akhir-
akhir ini dalam sub ilmu etnologi berkembang dua golongan penelitian yaitu (a)
golongan yang memberikan perhatian khusus pada bidan diakronik dan (b)
golongan yang lebih memperhatikan bidang sinkronik dari kebudayaan manusia.
Nama yang telah mantap bagi kedua jenis penelitian ini belum ada, dan seringkali
kita jumpai istilah etnologi (dalam arti khusus) untuk penelitian-penelitian
diakronik, dan sosial antropologi untuk penelitian-penelitian sinkronik.
(koentjaraningrat, 2005)
E. Kerangka kebudayaan
Gambar.
Sebagaian dari kerangka teori tindakan dari kelompok dari kelompok studi
harvard dibawah pimpinan talcott parsons tercantum dalam bagan 12.
Akhirnya perlu dperhatikan bawa tata urut bab-bab ii,iii,iv dan v ini
sebenarnya sejajar csecara terbalik degan 4 komponen dalam kerangka ini.
Bab ii yang menguraikan evolusi manusia sebagai makhluk biologi sejajar
dengan komponen ke 4 dalam kerangka talcott parsons. Bab iii yang
menguraikan isi kepribadian manusia sejajar dengan komponen ketiga dalam
kerangka talcott parsons. Bab iv yang menguraikan masyarakat manusia,
adalah sejajar dengan komponen ke 2 dalam kerangka pacott parsons
sedangkan bab v yang mngurakan kebudayaan dalam arti luas, adalah sejajar
dengan komponen pertama dalam kerangka talcott parsons, tetapi sekaigus
juga mnguraikan kerangka itu dalam keseluruhannya. (kontjaraningrat,
1986)