Anda di halaman 1dari 26

BAHAN AJAR

ANTROPOLOGI KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
DEWI HESTIANI K, S.Kep, Ns, M.Kes.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER MAPPA OUDANG MAKASSAR
2021
PENDAHULUAN

Dalam melaksanakan perannya seorang perawat dituntut untuk cakap dan


mampu memberikan layanan keperawatan yang efektif. Memiliki keterampilan dan
ilmu pengetahuan yang mumpuni adalah kompetensi yang tidak dapat dipisahkan dari
diri seorang perawat. Bukan hanya tuntutan untuk menguasai ilmu keperawatan tetapi
lebih kepada multidisiplin ilmu yang terintegrasi dalam ilmu keperawatan salah
satunya adalah antropologi.

Antropologi adalah salah satu disiplin ilmu yang membahas studi tentang
manusia, sejarah kehidupannya serta memahami kompleksitas budaya dan pola
kehidupannya. Mengingat subyek pokok layanan keperawatan adalah manusia (sebagai
kliennya) maka penting bagi seorang perawat untuk membekali diri dengan
pengetahuan tentang manusia dalam berbagai aspek yang tentunya akan sangat
berpengaruh pada pelaksanaan asuhan keperawatan.

Penulisan modul ini bertujuan untuk menunjang proses belajar mengajar di Akper
Mappa Oudang utamanya mata kuliah Antropologi Keperawatan. Modul ini memuat
pokok-pokok bahasan, sebagai berikut :

1. Konsep umum antropologi


2. Manusia dalam tinjauan biologis, religi, psikososial, ekonomi, politik dan seni
budaya
3. Sejarah perkembangan antropologi di dunia dan di Indonesia
4. Nilai dan Norma sosial
5. Implikasi antropologi dalam asuhan keperawatan

Sebagai salah satu perangkat pembelajaran modul ini masih sangat terbatas
utamanya pada kedalaman materi yang disajikan olehnya itu diharapkan kepada
mahasiswa dan pembaca untuk menggunakan sumber penunjang lainnya untuk
memperkaya referensi. Dan semoga modul ini bermanfaat.

Makassar, 20 September 2021

Penulis.
KONTRAK BELAJAR

Mata kuliah antropologi keperawatan merupakan mata ajar yang terintegrasi


dari ilmu keperawatan yang mengkaji tentang manusia sebagai bagian dari paradigma
layanan keperawatan. Berdasarkan tuntutan kurikulum yang sesuai dengan capaian
target perawat vokasional (program studi D III Keperawatan), Antropologi
keperawatan diberikan pada semester III (tiga) dengan bobot 2 SKS. Dengan tim Dosen
pengampu terdiri dari dua orang, yaitu : Dewi Hestiani K, S.Kep, Ns, M.Kes. dan Andi
Suriyani, S.Kep, Ns, M.Kes.

Syarat Kelulusan :

1. Menghadiri pertemuan minimal 80% dari total kehadiran


2. Mengumpulkan tugas tepat waktu
3. Mengikuti Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester
4. Berpartisipasi aktif selama proses belajar mengajar
5. Menjaga Etika baik di dalam kelas maupun di luar kelas
KONSEP UMUM ANTROPOLOGI

CAPAIAN PEMBELAJARAN
a. Defenisi Antropologi
b. Tujuan
c. Fungsi Antropologi
d. Bagian/Obyek Kajian Antropologi
e. Hubungan Sosiologi dan Antropologi

A. DEFENISI
Antropologi berasal dari bahaya Yunani, yaitu “Antrophos” yaitu manusia
dan “Logos” yaitu Ilmu. Secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang
manusia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu studi ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang manusia.
Adapun defenisi Antropologi menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang memepelajari manusia pada umumnya
dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik, masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
2. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak
terbatas tentang umat manusia.
3. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha untuk
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia.
Berdasarkan uraian diatas dapat, antropologi secara umum dapat
didefenisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang membahas tentang manusia
dan semua aspek terkait fisik, biologis, religi, psikososial, ekonomi, politik dan
seni budaya disepanjang daur kehidupan manusia, mulai dari sejak manusia di
dalam kandungan hingga di fase akhir kehidupannya.
B. TUJUAN ANTROPOLOGI
1. Tujuan Akademis
Untuk mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya
dengan mempelajari berbagai bentuk fisiknya, masyarakat dan
kebudayaan.
2. Tujuan Praktis
Mempelajari manusia di berbagai masyarakat suku bangsa di dunia
guna membangun masyarakat itu sendiri.

C. FUNGSI ANTROPOLOGI
1. Mempelajari perbedaan kebudayaan yang ada dalam masyarakat
2. Membangun bangsa dan negara yang lebih maju termasuk dalam
bidang sains, teknologi dan kesehatan
3. Mengetahui sikap masyarakat dari berbagai suku bangsa
4. Memunculkan sikap toleransi
5. Menjadikan kita pribadi yang bersyukur
6. Lebih muda mencari solusi dari suatu permasalahan

D. BAGIAN/OBYEK KAJIAN ANTROPOLOGI


Jika dipandang dalam lingkup yang luas antropologi tidak hanya mengkaji
manusia secara fisik. Di Inggris, antropologi digunakan untuk mengamati pola-
pola social dan kebudayaan manusia, sedangkan eropa bagian barat, antropologi
dijadikan sebagai alat untuk mengkaji ras-ras manusia yang dipandang dari ciri-
ciri fisiknya.
Berikut ini paling sedikit lima masalah penelitian khusus yang menjadi
obyek kajian antropologi sebagai berikut :
1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya)
secara biologi.
2. Masalah sejarah terjadinya beragam makhluk manusia, dipandang dari
sudut ciri-ciri tubuhnya.
3. Masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran beragam Bahasa
yang diucapkan manusia di seluruh dunia.
4. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam
kebudayaan manusia di seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan
masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka
bumi.
Besar dan kompleksnya kajian antropologi membutuhkan pengkasifikasian
ilmu ini menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Antropologi Fisik dalam arti luas
a. Paleo-antropologi
b. Antropologi fisik dalam arti khusus
2. Antropologi Budaya
a. Etnolinguistik
b. Prehistori
c. Etnologi
Paleo-antropologi adalah bagian ilmu antropologi yang mengkaji tentang
asal-usul terjadinya manusia melalui fosil-fosil tubuh manusia yang tersimpan di
dalam lapisan bumi melalui berbagai metode penggalian.
Antropologi Fisik adalah bagian ilmu antropologi yang mempelajari tentang
manusia berdasarkan ciri-ciri fisik/tubuhnya. Dalam bidang ini antropologi
membahas tentang ciri fenotipe maupun genotype manusia. ciri fenotipe seperti
warna rambut, warna kulit, bentuk muka, tukang hidung, warna mata dan ciri fisik
lainnya. Berdasarkan ciri fisik ini, manusia dapat digolongkan menjadi beberapa
ras. Sedangkan kekhususan ilmu antropologi yang mengkaji bidang ini disebut
somatology.
Entolinguistik atau Antropologi Linguistik adalah salah satu ilmu yang
merupakan bagian dari antropologi, yang mengkaji tentang ciri dan tata bahasa
yang digunakan oleh berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.
Prehistori adalah bagian dari ilmu antropologi yang mempelajari sejarah
perkembangan kebudayaan manusia, mulai sejak menusia pertama tercipta
hingga saat ini. Dalam kajiannya, perkembangan kebudayaan manusia menjadi
dua fase yaitu : (1) masa sebelum manusia mengenal huruf dan (2) masa setelah
manusia mengenal huruf. Zaman sebelum suatu bangsa mengenenal huruf dikenal
dengan sebutan prehistori yang dikaji oleh sub ilmu prehistori dengan obyek
penelitian atau kajian berupa benda-benda dan alat-alat kebudayaan atau artefak-
artefak yang tersimpan di lapisan bumi. Sedangkan zaman setelah mengenal
tulisan dikenal sebagai zaman histori (sejarah) yang dikaji oelh ilmu sejarah.
Perkembangan budaya dalam zaman dikaji melalui peninggalan-peninggalan
budaya dalam bentuk sumber tertulis seperti kitab-kitab, surat, relief dll.
Etnologi adalah bagian ilmu yang mempelajari azas-azas kebudayaan
manusia. Dalam perkembangannya, Etnologi terbagi menjadi dua bidang, yaitu :
1. Bidang Diakronis
Diakronis berarti berturut-turut dalam berjalannya waktu. Bidang
ini dikaji melalui pendekatan descriptive integration yang
merupakan metode pengkajian dari sub bidang etnologi yang
bertujuan untuk mengidentifikasi sejarah perkembangan budaya
suatu daerah tertentu. Dalam kajiannya bidang ini memadukan
berbagai sumber keterangan/informasi seperti fosil-fosil yang
merupakan bahan dari paleoantropologi, ciri-ciri ras yang
merupakan kajian dari somatology, artefak-artefak yang
merupakan kajian dari prehistori, dan Bahasa local yang
merupakan kajian dari etnolinguistik. Jadi pada dasarnya
pendekatan penelitian di bidang Diakronis dilakukan dengan
memadukan semua bahan kajian kajian yang terintergarsi dalam
antropologi budaya.
2. Bidang Sinkronis
Sinkronis berarti bersamaan dalam satu waktu. Bidang ini dikaji
melalui pendekatan generalizing approach dimana kajiannya
diarahkan untuk mencari dan membandingkan kebudayaan
masyarakat dari kelompok-kelompok manusia di muka bumi yang
ditinjau dari segi asasnya.

E. HUBUNGAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI


1. Persamaan dan Perbedaan antara Kedua Ilmu
Sepintas seperti tidak perbedaan antara ilmu antropologi dan sosiologi. Salah
satu sub ilmu antropologi yaitu antropologi sosial memiliki bidang kajian pada
unsur-unsur pada masyarakat dan kebudayaan manusia untuk mencapai
penjelasan tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada
umumnya. Hal ini yang dipandang sama dengan tujuan dari sosiologi sehingga
sekilas antropologi dan sosiologi terlihat tidak berbeda. Namun, jika dipandang
secara khusus, terdapat tiga aspek yang membedakan antara antropologi dan
sosiologi yaitu asal mula & sejarah perkembangan ilmu ; pokok dan bahan
penelitian ; serta metode pendekatan yang digunakan oleh masing-masing
ilmu. Perbedaan tersebut ditunjukkan dalam table berikut ini.

Table 1.
Perbedaan Ilmu Antropologi dan Sosiologi

Perbedaan Antropologi Sosiologi


1. Perkembangan Ilmu Ilmu antropologi, salah Ilmu sosiologi semula
satunya antropologi sosial adalah bagian dari ilmu
lahir sebagai suatu Filsafat kemudian menjadi
himpunan bahan ilmu khusus karena bangsa
keterangan tentang Eropa memerlukan suatu
masyarakat dan pengetahuan yang lebih
kebudayaan penduduk mendalam mengenai asas-
pribumidi daerah luar asas masyarakat dan
Eropa yang menjadi suatu kebudayaannyaq sendiri
ilmu khusus karena akibat krisis yang melanda.
kebutuhan orang Eropa
untuk mendapatkan
pengertian tentang
tingkat-tingkat permulaan
dalam sejarah
perkembangan
masyarakat &
kebudayaannya sendiri
2. Pokok Ilmiah dan Sejarah Mencatat Bahwa Sejarah mencatat bahwa
Bahan Penelitian Ilmu Antropologi Objek- ilmu sosiologi objek-objek
Objek Penelitiannya Masih penelitiannya tertuju
Tertuju Pada Masyarakat kepada masyarakat dan
Dan Kebudayaan Suku kebudayaan bangsa-
Bangsa Yang Hidup Di Luar bangsa yang hidup dalam
Lingkungan Kebudayaan lingkungan kebudayaan
Bangsa-Bangsa Eropa Dan Eropa-Amerika.
Amerika modern
3. Metode Ilmiah yang Metode ilmiah yang Sosiologi memusatkan
digunakan digunakan dalam penelitian pada unsur-
penelitian antropologi unsur atau gejala khusus
disesuaikan dengan objek dalam masyarakat
penelitiannya. Mayoritas manusia dengan
penelitian antropologi menganalisis kelompok-
dipusatkan pada kelompok social yang
karakteristik fisik manusia, khusus (social grouping),
suku dan kebudayaan hubungan antara
masyarakat yang hidup kelompok-kelompok atau
dalam sebuah wiyalah individu-individu (social
yang terbatas, misalnya di ralations) atau proses-
sebuah desa yang kecil. proses yang terdapat
Penelitian dalam hal ini dalam kehidupan suatu
dikembangkan melalui masyarakat (social
metode yang intensif dan proceses) yang tersebar
mendalam seperti dalam wilayah yang lebih
wawancara. luas dari cakupan
antropologi. Pasa ahli
sosiologi biasanya meneliti
masyarakat kompleks,
lebih banyak
menggunakan metode
penelitian yang bersifat
meluas, seperti metode
angket.
2. Hubungan antara Antropologi dam ilmu-ilmu lain
Antropologi mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain yang sersifat
timbal balik. Hubungan-hubungan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Hubungan Antropologi dengan Geologi
Ilmu geologi mempelajari tentang ciri-ciri lapisan bumi serta
perubahan-perubahannya. Materi kajian ini dibutuhkan oleh sub-ilmu
paleo-antropologi dan prehistori untuk menetapkan umur fosil-fosil
manusia dari zaman dahulu, serta artefak-artefak dan bekas-bekas
kebudayaan yang digali dalam lapisan bumi.
b. Hubungan Antropologi dengan Paleontologi
Palontologi adalah ilmu yang meneliti tentang fosil-fosil makhluk hidup
dari zaman dahulu agar dapat mengahsilkan sebuah rekonstruksi
tentang proses evolusi yang terjadi pada makhluk dari zaman dahulu
sampai sekarang. Bidang kajian inin sangat diperlukan oleh ilmu paleo-
antropologi dan prehistori dalam memperdalam kajiannya.
c. Hubungan Antropologi dengan Anatomi
Anatomi adalah ilmu yang mengkaji tentang struktur tubuh manusia.
kajian ini juga disentuh dalam antropologi, misalnya dalam sub ilmu
antropologi fisik. Antropologi juga membahas ciri-ciri ras manusia yang
tersebar di dunia maupun ciri-ciri fisik san system tubuhnya.
d. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Psikiatri
Materi kajian dari ilmu psikiatri adalah tentang diagnosis, pengobatan
dan pencegahan terhadap gangguan mental, emosional dan perilaku.
Bagian-bagian inilah yang menghubungkan antara antropologi dan
psikiatri.
e. Antropologi dengan Arkeologi
Arkeologi pada awalnya meneliti tentang sejarah kebudayaan pada
zaman purbakala seperti kebudayaan Yunani dan Rum Klasik,
Kebudayaan Mesir Kuno. Penelitian ini menggunakan bahan-bahan
peninggalan seperti bekas bangunan kuno, runtuhan-runtuhan kuil,
istana, bangunan irigasi, buku-buku, prasasti, dan bukti-bukti lain dari
sejarah kebudayaan masyarakat lampau. Bidang kajian ini yang
menghubungkan antara antropologi dengan arkeologi.
f. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Antropologi jugam mengkaji tentang sikap dan perilakun masyarakat
yang mendiami suatu wilayah, termasuk konsepsi tentang sehat-sakit,
perilaku sehat, cara pengobatan, cara memfasilitasi diri dan keluarga
akan kebutuhan sehat serta metode-metode yang digunakan dalam
mempertahankan derajat kesehatan yang optimal. Kajian ini relevan
dengan kajian ilmu kesehatan masyarakat.
g. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Keperawatan
Keperawatan adalah suatu ilmu dan seni yang berorientasi pada
pelayanan kesehatan untuk mengoptimalkan derajat kesehatan
masyarakat. Bidang kajian dari ilmu keperawatan adalah seluruh aspek
bio, psiko, sosio-spiritual dari manusia sebagai kliennya dan mencakup
semua daur kehidupannya. Antropologi sebagai ilmu yang mengkaji
tentang manusia secara kompleks jelas membuktikan bahwa
antropologi dan ilmu keperawatan adalah dua disiplin ilmu yang saling
terintegrasi.
h. Hubungan Antropologi dengan Ilmu ekonomi
Kehidupan ekonomi sangat dipengaruhi oleh system
kemasyarakatannya, cara berfikir masyarakat, cara pandang, cara
bersikap serta metode pemenuhan kebutuhan ekonomi. Pembangunan
ekonomi tentunya membutuhkan input dari sikap masyarakat
terhadap pekerjaan, sikap terhadap kekayaan atau asset, system
gotong-royong, serta unsur-unsur lain dalam masyarakat yang
dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi. Bagian inilah yang
menegaskan bahwa antropologi tidak terpisahkan dari ilmu ekonomi.
KONSEP MANUSIA (HUMANS)

CAPAIAN PEMBELAJARAN
a. Manusia dalam Tinjauan Biologis
b. Manusia dalam Tinjauan Religi
c. Manusia dalam Tinjauan Psikososial
d. Manusia dalam Tinjauan Seni Budaya
e. Manusia dalam Tinjauan Ekonomi
f. Manusia dalam Tinjauan Politik

Manusia adalah makhluk yang diciptakan berbeda dengan makhluk lainnya,


diperkaya dengan akal, cipta, rasa dan karsa yang membuat manusia menjadi paling
sempurna di antara makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Mengkaji eksistensi dan
esensi manusia tidak cukup melalui satu aspek saja. Oleh karena itu perlu dipahami
tentang konsep manusia dalam berbagai tinjauan sebagai berikut.

A. MANUSIA DALAM TINJAUAN BIOLOGIS


Memaknai manusia dalm tinjauan biologis tidak terlepas dari eksistensi
manusia secara fisik dan pemebentuknya organisme yang terdiri dari system-
sistem organ yang saling terintegrasi. Sebelum membahas deskripsi manusia
secara fisik, lebih dahulu perlu dilihat kembali bahwa manusia awalnya berasal
dari proses fertilisasi atau pertemuan sel telur dengan sperma yang membentuk
zigot yang terus menerus berkembang sebagai janin dan akhirnya dilahirkan ke
dunia.
Setelah dilahirkan sebagai bayi, manusia kemudian mengalami pertumbuhan
fisik, dimana setiap system organ yang membentuk manusia bekerja sesuai
fungsinya. Seperti system respirasi yang dijalankan oleh paru-paru berfungsi
untuk membantu manusia bernafas, system gastrointestinal atau system
pencernaan yang dijalankan oleh lambung, usus dan organ lainnya melaksankan
fungsi untuk mencerna makanan, atau system persarafan dibawah pimpinan otak
dan sumsum tulang belakang berfungsi untuk mengatur dan mengkoordinasikan
segala aktivitas-aktivitas sensorik dan motorik dalam tubuh. Semua ini adalah
deskripsi manusia dalam tatanan fisik/biologis.
B. MANUSIA DALAM TINJAUAN RELIGI
Dalam tinjauan religi manusia memiliki beberapa dimensi, diantaranya
sebagai hambah tuhan, sebagai pemimpin dan sebagai keturunan Adam. Manusia
memiliki kewajiban untuk mengabdi dan menghambakan diri secara taat, patuh
dan mampu melakoni perannya sebagai hamba. Selain sebagai hamba, manusia
tercipta juga sebagai pemimpin atau khalifah yang mempunyai wewenang untuk
memanfaatkan alam (bumi) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus
bertanggung jawab terhadap kelestarian alam. Selanjutnya manusia sebagai
mahkluk keturunan Adam dalam pandangan religi dikenal dengan istilah Bani
Adam. Dalam konsep Bani Adam, esensi menusia menitikberatkan pembinaan
hubungan persaudaraan antar sesama manusia dan menyatakan bahwa semua
manusia berasal dari keturunan yang sama.
Menurut Umar Tirta Raharja, wujud khakikat manusia adalah :
1. Kemampuan Menyadari Diri
Melalui kemampuan ini manusia betul-betul mampu menyadari bahwa
dirinya memiliki ciri yang khas atau karakteristi diri. Kemampuan ini
membuat manusia bisa beradaptasi dengan lingkungannya baik itu
limgkungan berupa individu lainnya selain dirinya, maupun lingkungan
nonpribadi atau benda. Kemampuan ini juga membuat manusia mampu
mengeksplorasi potensi-potensi yang ada dalam dirinya melalui
pendidikan untuk mencapai kesempurnaan diri. Kemampuan menyadari
diri ini pula yang membuat manusia mampu mengembangkan aspek
sosialitas di luar dirinya sekaligus pengembangan aspek individualitas di
dalam dirinya.
2. Kemampuan Bereksistensi
Melalui kemampuan ini manusia menyadari bahwa dirinya memang ada
dan eksis dengan sebenarnya. Dalam hal ini manusia punya kebebasan
dalam ke ‘beradaan’ nya. Berbeda dengan hewan di kandang atau
tumbuhan di kebun yang ‘ada’ tapi tidak menyadari ‘keberadaan’ nya
sehingga mereka menjadi onderdil dari lingkungannya. Sementara itu
manusia mampu menjadi manajer bagi lingkungannya. Kemampuan ini
juga perlu dibina melalui pendidikan. Manusia perlu diajarkan belajar
dari pengalaman hidupnya, agar mampu mengatasi masalah dalam
hidupnya dan siap menyambut masa depannya
3. Pemilikan Kata Hati (Consicience of Man)
Yang dimaksud dengan kata hati di sini adalah hati nurani. Kata hati akan
melahirkan kemampuan untuk membedakan kebaikan dan keburukan.
Orang yang memiliki hati nurani yang tajam akan memiliki kecerdasan
akal budi sehingga mampu membuat keputusan yang benar atau yang
salah. Kecerdasan hati nurani inipun bisa dilatih melalui pendidikan
sehingga hati yang tumpul menjadi tajam. Hal ini penting karena kata hati
merupakan petunjuk bagi moral dan perbuatan
4. Moral dan Aturan
Moral sering juga disebut etika, yang merupakan perbuatan yang
merupakan wujud dari kata hati. Namun, untuk mewujudkan kata hati
dengan perbuatan dibutuhkan kemauan. Artinya tidak selalu orang yang
punya kata hati yang baik atau kecerdasan akal juga memiliki moral atau
keberanian berbuat. Maka seseorang akan bisa disebut memiliki moral
yang baik atau tinggi apabila ia mampu mewujudkanya dalam bentuk
perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai moral tersebut.
5. Kemampuan Bertanggung Jawab
Karakteristik manusia yang lainnya adalah memiliki rasa tanggung
jawab, baik itu tanggung jawab kepada Tuhan, masyarakat ataupu pada
dirinya sendiri. Tanggung jawab kepada diri sendiri terkait dengan
pelaksanaan kata hati. Tanggung jawab kepada masyarakat terkait
dengan norma- norma sosial, dan tanggung jawab kepada Tuhan
berkaitan erat dengan penegakan norma-norma agama. Dengan kata lain
kata hati merupakan tuntunan, moral melakukan perbuatan,dan
tanggung jawab adalah kemauan dan kesediaan menanggung segala
akibat dari perbuatan yang telah dilakukan.
6. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)
Kebebasan yang dimaksud di sini adalah rasa bebas yang harus sesuai
dengan kodrat manusia. Artinya ada aturan-aturan yang tetap mengikat,
sehingga kebebasan ini tidak mengusik rasa kebebasan manusia lainnya.
Manusia bebas berbuat selama perbuatan itu tetap sesuai denga kata hati
yang baik maupun moral atau etika. Kebebasan yang melanggar aturan
akan berhadapan dengan tanggung jawab dan sanksi-sanksi yang
mengikutinya yang pada akhirnya justru tidak memberikan kebebasan
bagi manusia.

C. MANUSIA DALAM TINJAUAN PSIKOSOSIAL


Manusia adalah makhluk sosial yang bermakna bahwa dalam menjalani
kehidupannya, seorang manusia tidak bisa berdiri sendiri dan pasti membutuhkan
individu lain di sisinya sebagai mitra untuk berinteraksi dan bekerja sama. Sebuah
interaksi sosial dipengaruhi oleh kepribadian dan integritas ego individu sebagai
manusia yang selanjutnya disebut sebagai perkembangan psikososial. Psikososial
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara kondisi
sosial seseorang dengan kesehatan mental atau kesehatan emosionalnya.
Aristoteles mengkatagorikan manusia sebagai makhluk yang ingin selalu
bergaul dan berkumpul. Jadi manusia adalah makhluk yang bermasyarakat. Oleh
karena sifat suka bergaul dan bermasyarakat.
Menurut Koentjarainingrat, dalam kehidupan masyarakat, banyak sekali
terdapat pranata-pranata sosial. Keanekaragaman pranata-pranata sosial tersebut
berbeda-beda antara orang satu dengan yang lainnya dalam sebuah komunitas.

D. MANUSIA DALAM TINJAUAN SENI BUDAYA


Pengertian Seni sering dikaitkan dengan keindahan atau kesenangan
tertentu. Batasan yang diketahui ataupun kesenangan tertentu. Batasan yang
diketahui pada umumnya mengatakan bahwa seni adalah segala macam
keindahan yang diciptakan manusia. Dalam Perkembangan selanjutnya
pemahaman bahwa semmerupakan produk keindahan mengalami pendalaman
makna, dikemukakan bahwa karena keindahannya dapat mengerakkan perasaan
indah orang lain yang melihatnya. Dalam pengertian ini terlihat adanya suatu nilai
lain, yaitu adanya efek "transfer of feeling "(pemindahan perasaan), rasa indah
pada diri seniman menularkan kepada orang lain yang melihat hasil karyanya.
Kebudayaan adalah seluruh hasil kreativitas kehidupan manusia dengan
segala aspeknya, dan kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan. Dengan
demikian kesenian tidaklah dapat dilepaskan dari kehidupan manusia itu sendiri.
Kehidupan masyarakat sangat berpengaruh pada hasil kesenian yang diwujudkan
dan sebaliknya kesenian akan dapat pula mempengaruhi kehidupan manusia itu
sendiri.
Ada pendapat dalam dunia filsafat seni bahwa manusia adalah makhluk
pemuja keindahan. Melalui panca indera manusia menikmati keindahan dan
setiap saat tak dapat berpisah dengannya, dan berupaya untuk dapat
menikmatinya. Kalau tidak dapat memperolehnya manusia mencari kian kemari
agar dapat menemukan dan memuaskan keinginan pasa keindahan.
Manusia setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan dan
sebagainya agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi yang
melihatnya. Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan
mencintai keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera
manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak
untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya, seperti
bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini semakin mengesankan
betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang. Agaknya semakin tinggi
pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk menghargai keindahan dan
juga semakin selektif untuk menilai dan apa yang harus dikeluarkan untuk
menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi orang yang dapat
menghayati keindahan.at menemukan dan memuaskan rasa dahaga akan
keindahan.

E. MANUSIA DALAM TINJAUAN POLITIK


Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon yang diartikan
bahwa manusia itu selain hidup dalam suatu pergaulan (man is social being) dan
selalu berorganisasi (man is political being). Manusia selalu hidup dalam suatu
pergaulan hidup sekaligus manusia itu selalu berorganisasi. Bagaimanapun
sederhananya, dalam suatu pergaulan hidup manusia selalu mengadakan
organisasi di dalamnya.
Zoon politicon, mahluk politik adalah insan yang bertempat tinggal dalam
sebuah wilayah tertentu dan aktivitas tertentu, kemudian bergelut dengan
bagaimana cara-cara memperoleh kekuasaan, usaha-usaha mempertahankan
kekuasaan, bagaimana menggunakan kekuasaan, wewenang dan bagaimana cara
menghambat penggunaan kekuasaan, pengendalian kekuasaan dan sebagainya.
Dengan kata lain insan politik adalah insan yang sadar akan pentingnya politik,
sadar akan pentingnya sebuah proses politik sebagai warga Negara

F. MANUSIA DALAM TINJAUAN EKONOMI


Manusia tidak hanya sebagai makhluk sosial, tapi manusia juga sebagai
makhluk ekonomi. Sebagai makhluk ekonomi, manusia juga memiliki akal dan
pikiran untuk menciptakan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan.
Sebagai makhluk ekonomi, manusia juga tidak dapat hidup tanpa melakukan
kegiatan ekonomi, baik itu berupa produksi, konsumsi, atau distribusi. Untuk
memenuhi semua kebutuhan manusia butuh uang, maka harus bekerja. Dengan
bekerja dan mendapatkan uang, uang itu kemudian digunakan untuk memenuhi
kebutuhannya.
SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI

CAPAIAN PEMBELAJARAN

a. Perkembangan Antropologi Fase Pertama


b. Perkembangan Antropologi Fase Kedua
c. Perkembangan Antropologi Fase Ketiga
d. Perkembangan Antropologi Fase Keempat

Pada dasarnya awal mula antropologi telah ada sejak manusia pertama tercipta.
Penciptaan manusia pertama dari material seperti tanah dan air serta non material
yaitu ruh atau jiwa yang banyak disebutkan dalam kitab-kitab agama telah menjelaskan
eksistensi manusia secara fisik. Selain secara fisik, awal mula penciptaan manusia juga
telah memperlihatkan manusia dalam aspek psikososialnya. Kesendirian Adam manusia
pertama mengilustrasikan manusia secara fitrah sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan manusia lain di sekitarnya. Hal ini memperlihatkan bahwa sebenarnya
ilustrasi-ilustrasi kajian antropologi sebenarnya telah ada sejak awal keberadaan
manusia.
Meskipun telah diketahui bahwa antropologi telah ada sejak awal keberadaan
manusia, tetapi pencatatan perkembangannya mempatkan fase sebelum tahun 1800
seoerti yang dijelaskan dalam fase-fase perkembangan berikut ini.

A. FASE PERTAMA (Sebelum 1800)


Fase pertama perkembangan antropologi dimulai sebelum abad 1800 yang
ditandai dengan kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Benua Afrika, Asia dan
Amerika sejak akhir abad ke-15 hingga permulaan abad ke-16. Dalam perjalanan
ini, para musafir, pelaut, dan penjelalah eropa lainnya membuat sebuah laporan
perjalanan tentang karakteristik bangsa-bangsa yang mereka temui di tiga benua
tersebut. Laporan tersebut merupakan “etnografi”yang berisi deskripsi tentang ciri-
ciri fisik dan adat istiadat bangsa di luar Eropa.
Buku etnografi ini dinilai menarik namun deskripsinya terkadang masih kabur
dan tidak jelas, sehingga menimbulkan perdebatan dalam interpretasinya.
Setidaknya ada tiga macam pandangan yang berbeda tentang etnografi ini, di
antaranya :
1. Pandangan bahwa bangsa-bangsa yang dimaksud dalam etnografi itu
bukanlah manusia sebenarnya, melainkan bangsa liar. Terdapat istilah
seperti savages, primitives untuk menyebut bangsa-bangsa tadi.
2. Pandangan bahwa masyarakat dari bangsa-bangsa itu adalah masyarakat
yang masih murni, belum mengenal kejahatan dan keburukan seperti yang
ada pada bangsa-bangsa Eropa khususnya bagian barat pada waktu itu.
3. Pandangan bahwa bangsa-bangsa tersebut memiliki adat istiadat yang
aneh.
Perbedaan pendapat ini menarik minat para kaum cendikiawan bangsa Eropa kala
itu untuk melakukan kajian yang lebih dalam khususnya menyangkut dengan apa
yang terdapat dalam etnografi oseania. Oleh karena itu pada permulaan abad ke 19
para cendikiawan eropa mulai melakukan himpunan informasi tentang masyarakat,
ciri-ciri fisik, adat istiadat dan struktur kemasyarakatan bangsa di luar Eropa.
B. FASE KEDUA (Pertengahan Abad ke 19)
Perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan munculnya hasil
kajian yang lebih dalam tentang bangsa-bangsa di luar Eropa. Secara singkat
etnografi menyebutkan bahwa masyarakat dan kebudayaan manusia telah
mengalami evolusi secara lamban dan bertingkat-tingkat. Bentuk kebudayaan
tertinggi adalah bentuk kebudayaan manusia yang ada di Eropa khususnya bagian
barat. Sedangkan semua bentuk kebudayaan di luar eropa disebut primitive dan
dianggap berada pada tingkatan kebudayaan yang lebih rendah dari tingkat
kebudayaan Eropa.
Selain tingkat kebudayaan, kaum terpelajar Eropa juga membuat strata
manusia berdasarkan evolusi berfikirnya. Bangsa-bangsa di eropa dianggap
memiliki cara berfikir yang lebih pesat dibandingkan bangsa diluar Eropa.
C. FASE KE TIGA (Permulaan Abad ke-20)
Pada fase ini perkembangan antropologi ditandai dengan sebagian besar
negara penjajah di Eropa melakukan ekspansi kekuasaan ke negara-negara di luar
Eropa. Dalam kegiatannya penjajah eropa berhadapan langsung dengan masyarakat
sekaligus mempelajari budaya dan karakteristik sosial dari bangsa-bangsa tersebut.
Dalam hal ini ilmu antropologi berkembang ke rana praktis yang tujuannya untuk
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna
kepentingan pemerintah kolonial
D. FASE KE EMPAT
Perkembangan antropologi dalam fase ini sangat pesat, baik dalam hal
bertambahnya referensi yang lebih valid maupun ketajaman metodologi yang
digunakan dalam kajian ilmiahnya. Ilmu antropologi telah dijadikan sebagai bagian
akademik yang memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa yang secara
khusus tujuan akademisnya dirumuskan sebagai sarana untuk mrncapai pengertian
tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk
fisiknya, masyarakat serta budayanya. Sedangkan tujuan praktisnya adalah
mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna mambangun
suku bangsa tersebut.
NILAI DAN NORMA SOSIAL

CAPAIAN PEMBELAJARAN

a. Pengertian nilai dan norma sosial


b. Ciri-ciri nilai dan norma sosial
c. Latar belakang nilai dan norma
d. Macam-macam nilai dan norma

A. PENGERTIAN NILAI DAN NORMA SOSIAL


Nilai adalah kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang diwujudkan
melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku sosial orang yang memiliki nilai
tersebut.
Nilai Sosial adalah sikap-sikap dan perasaan yang dietrima secara luas
oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan
apa yang penting.
Norma Sosial adalah peraturan sosial menyangkut perilaku-perilaku yang
pantas dilakukan dengan menjalani interaksi sosialnya.
B. LATAR BELAKANG LAHIRNYA NILAI SOSIAL
Dalam sebuah kelompok masyarakat, ragam kemauan dari individu yang
ada di dalamnya tentunya tidak dapat ditepis. Setiap masyarakat memiliki
dinamika tersendiri dalam mencapai tujuannya. Meskipun suatu sistem
kemasyarakatan telah memiliki visi atau tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, tetapi dalam pelaksanaan usaha pencapaian tujuan tersebut
mungkin saja akan terjadi gesekan antar anggota masyarakat jika terdapat
perbedaan pendapat dan keinginan yang tidak dikontrol oleh sebuah sistem nilai
dan norma.
Nilai sosial lahir dari kebutuhan kelompok sosial akan seperangkat
ukuran untuk mengendalikan beragam kemauan warganya yang senantiasa
berubah dalam berbagai situsai.
Dengan ukuran itu, suatu masyarakat akan tahu mana yang baik atau
buruk benar atau salah, dan boleh atau dilarang. Nilai social yang tahan zaman
akan membaku menjadi sebuah sistem nilai budaya dan menjadikan sebuah
masyarakat menjadi terarah dan stabil.

C. CIRI-CIRI NILAI SOSIAL


1. Tercipta dari proses interaksi antar manusia secara intensif dan bukan
perilaku yang dibawa sejak lahir.
2. Ditransformasikan melalui proses belajar yang meliputi sosialisasi,
akulturasi, dan difusi.
3. Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sosial.
4. Berbeda-beda pada tiap kelompok manusia.
5. Masing-masing nilai mempunyai efek yang berbeda-beda bagi tindakan
manusia.
6. Dapat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat.
D. KLASIFIKASI NILAI SOSIAL
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).
1. Nilai dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada
nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada
hal-hal berikut.
a. Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh,
sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke
arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi,
hukum, dan sosial.
Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
b. Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai
tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha
pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti
Lebaran atau Natal.
c. Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai
tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat
memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
2. Nilai mendarah daging (internalized value)
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi
kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang
melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau
pertimbangan lagi (bawah sadar).
Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil.
Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan
merasa sangat bersalah.
Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi
nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang
tidak bertanggung jawab. Demikianpula, guu yang melihat siswanya
gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik
anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan,
alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.
Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup
seseorang dalam masyarakat
Rangkaian nilai sosial (sistem sosial) menurut Notonegoro dalam
Idianto M. (2004: 110) yang sangat kompleks dapat dikelompokkan seperti
berikut.
1. Nilai material,yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
atau benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan
fisik manusia.
2. Nilai vital,yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia agar
dapat melakukan aktivitas atau kegiatan dalam kehidupannya.
3. Nilai rohani,yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan
kebutuhan rohani (spiritual) manusia yang dapat bersifat universal.
Nilai rohani dibedakan menjadi:
a. Nilai kebenaran dan nilai empiris,yaitu nilai yang bersumber
dari proses berpikir teratur menggunakan akal manusia dan
ikut dengan fakta-fakta yang telah menjadi (logika, rasio).
b. Nilai keindahan,yaitu nilai-nilai yang bersumber dari unsur
rasa manusia (perasaan dan estetika).
c. Nilai moral,yaitu nilai sosial yang berkenaan dengan kebaikan
dan keburukan, bersumber dari kehendak atau kemauan (karsa
dan etika).d)Nilai religius,yaitu nilai ketuhanan yang berisi
kenyakinan/kepercayaan manusia terhadap Tuhan Yang maha Esa
E. PERAN NILAI SOSIAL
Nilai sosial memiliki peran sebagai berikut
1. Alat untuk menentukan harga sosial, kelas sosial seseorang dalam struktur
stratifikasi sosial, misalnya kelompok ekonomi kaya (upper class),
kelompok masyarakat menengah (middleclass) dan kelompok masyarakat
kelas rendah (lower class).
2. Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat (berperilaku pantas).
3. Memotivasi dan memberi semangat pada manusia untuk mewujudkan
dirinya dalam perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh peran-perannya
dalam mencapai tujuan.
4. Alat solidaritas atau mendorong masyarakat untuk saling bekerja
sama untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri.
5. Pengawas, pembatas, pendorong dan penekan individu untuk selalu berbuat
baik.
F. KEDUDUKAN NORMA SOSIAL
Norma-norma kelompok dan norma-norma sosial tidak akan timbul
dengan sendirinya tetapi terbentuk di dalam interaksi sosial antar individu
di dalam kelompok sosial. Nilai sosial senantiasa terjadi bersamaan dengan
adanya interaksi manusia di dalam kelompok. Dengan kata lain, norma
sosial adalah hasil dari interaksi sosial antaranggota suatu kelompok. Oleh
karena norma sosial merupakan interaksi dari kelompok, maka nilai sosial
sebenarnya sama dengan norma kelompok.
Pengertian norma sosial dirumuskan oleh Sherif dalam (Gerungan:
2000: 103) sebagai pengertian umum yang seragam (antaranggota
kelompok) mengenai cara-cara tingkah laku yang patut dilakukan oleh
anggota kelompok apabila mereka dihadapkan dengan situasi yang
bersangkut-paut dengan kehidupan kelompok. Norma sosial merupakan
pengertian yang meliputi bermacam-macam hasil interaksi kelompok, baik
hasil-hasil interaksi dari kelompok-kelompok yang telah lampau maupun
hasil interaksi kelompok yang sedang berlangsung. Termasuk semua nilai
sosial, adat istiadat, tradisi, kebiasaan, konvensi, dan lain-lain. Norma sosial
adalah patokan-patokan umum mengenai tingkah laku dan sikap individu
anggota kelompok yang dikehendaki oleh kelompok mengenai bermacam-
macam hal yang berhubungan dengan kehidupan kelompok yang melahirkan
norma-norma tingkah laku dan sikap-sikap mengenai segala situasi yang
dihadapi oleh anggota-anggota kelompok.
Soetandyo Wignjosoebroto dalam J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto
(2004: 24) menyatakan bahwa “norma tidak lain adalah konstruksi-konstruksi
imajinasi” (artinya, suatu konstruksi yang hanya ada karena dibayangkan di
dalam pikiran-pikiran) dan banyak dipengaruhi oleh daya kreatif mental,
namun norma-norma sebagai keharusan, yang bertujuan merealisasikan
imajinasi mental kewujud konkrit di alam kenyataan haruslah memahami
betul alam realita dan fakta. Sedangkan Soerjono Soekanto (2003: 199-200)
menyatakan bahwa “supaya hubungan antar manusia di dalam suatu
masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskan
norma-norma masyarakat”. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara
tidak sengaja. Namun lama-kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara
sadar. Norma-norma yang ada di dalam masyarakat, mempunyai kekuatan
mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai
yang terkuat daya ikatnya.
Norma adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu. Norma disebut pula peraturan sosial menyangkut perilaku-
perilaku yang pantas dilakukan dalam manjalani interaksi sosialnya.
Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu
kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk
sejak lama. Norma tidak boleh dilanggar. Siapa yang melanggar norma atau
tidak bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
norma, akan memperoleh hukuman. Norma merupakan hasil buatan
manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan dibentuk secara tidak
sengaja. Lama-kelamaan norma-norma disusun atau dibentuk secara sadar.
Norma dalam masyarakatberisi tata tertib, aturan, petunjuk standar perilaku
yang pantas atau wajar. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di
antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana
yang diharapkan. Misalnya, cara makan, bergaul, berpakaian merupakan
norma-norma yang menjadi acuan dalam berinteraksi.

Anda mungkin juga menyukai